Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

MODUL UJI TARIK

Disusun oleh :

AFIF HAIDAR HASIBUAN

(121170126)

Asisten Praktikum :

MUHAMMAD FAJJRI ABBAS (120170035)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat berbagai jenis bahan yang memiliki karakteristik dan sifat yang
berbeda-beda. Karakteristik dan sifat bahan akan menentukan kekuatan bahan
tersebut dalam menahan suatu beban. Sifat suatu bahan perlu diketahui karena
berperan penting dalam penggunaannya, contoh dalam kehidupan adalah
tentang konstruksi dan sifat-sifat materialnya yang digunakan sebagai bahan
konstruksi perlu diketahui karena sangat berpengaruh terhadap kekuatan
bangunan yang dihasilkan. Pengetahuan akan sifat bahan menjadi sangat
penting karena suatu bahan dalam penggunaannya mengalami banyak gaya,
gaya suatu bahan sering kali dialami karena adanya beban yang bekerja pada
bahan tersebut. Beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik. Beban tekan,
baban puntir, dan lain- lain. Untuk dapat mengetahui sifat dan kekuatan suatu
bahan dapat dilakukan dengan pengujian terhadap bahan tersebut.
Pengetahuan mengenai sifat maupun kekuatan bahan yang didapat diharapkan
dapat menjadi dasar atau pertimbangan dalam memilih bahan.

Pengujian tarik statis merupakan slah satu pengujian yang sering dilakukan di
dalam dunia industri. Hal itu karena kemudahan dalam menganalisis data dan
mendapatkan informasi sifat mekanik material tersebut. Kelebihan lain dari
pengujian ini dapat digunakan pada material logam, keramik dan polimer.
Sifat-sifat yang diperoleh dari pengujian ini sangat penting dalam bidang
engineering. Dengan ini, kita dapat memilih material dan mengevaluasi
material yang digunakan dalam sebuah perancangan konstruksi. Karena itu,
sangat diperlukan sebuah bentuk pengujian yang teliti agar mendapatkan hasil
yang valid.
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut
adalah sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan
proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan
dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik pada
suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu
pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik. Dalam pembuatan suatu
konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifat-sifat yang khusus
pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi sebuah
jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban di atasnya.
Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau
berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang sering digunakan yaitu
logam.

Kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik yang harus dimiliki oleh tiap-
tiap bahan terutama oleh bahan yang mengandung unsur Mn dan C, karena
biasanya juga banyak mengandung unsur ini banyak digunakan sebagai bahan
untuk pabrikasi. Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan
sifat mekanik dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai
mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sangat
diperlukan sebuah bentuk pengujian yang teliti agar mendapatkan hasil yang
valid. Selain itu kita juga harus mengikuti prosedur-prosedur yang harus
dipenuhi menurut suatu sumber yang kita gunakan pada saat pengujian. Inilah
yang kana kita bahas di praktikum uji tarik ini.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum uji tarik ini sebagai berikut :


a. Untuk mengetahui nilai kekuatan uji tarik suatu material
b. Memahami fenomena-fenomena yang terjadi
c. Mengetahui keuletan dari material
d. Mengetahui kekuatan luluh dari material yang diuji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengujian Tarik


Pengujian kekuatan tarik merupakan pembebanan pada bahan dengan
memberikan gaya yang berlawanan pada bahan dengan arah menjauh dari titik
tengah, pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
bahan. Pengujian ini paling sering dilakukan karena merupakan dasar
pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Hasil dari penarikan kekuatan
tarik terhadap bahan adalah perubahan bentuk (deformasi) bahan. Yaitu
pergeseran butiran kristal bahan hingga terlepasnya ikatan kristal tersebut
karena gaya maksimum.

Proses terjadinya deformasi pada bahan sampai putus, dapat diketahui melalui
tahapan pengujian tarik. Hasil pengukuran dari pengujian tarik adalah suatu
kurva yang memberikan hubungan antara gaya yang dipergunakan dan
perpanjangan yang dialami oleh spesimen.

Gambar 2.1 Kurva Tegangan Regangan Baja


(Sumber : Vicky Bhaskara. 2018)
Sifat mekanik pertama yang dapat diketahui dari kurva pengujian tarik yang
dilakukan adalah kekuatan tarik maksimum yang diberi simbol U. Simbol U
didapat dari kata ultimate yang berarti puncak. Jadi besarnya kekuatan tarik
ditentukan oleh tegangan maksimum yang diperoleh dari kurva tarik.

Pada kurva baja karbon rendah batas ini muda terlihat, tetapi pada bahan lain
batas ini sukar sekali untuk diamati oleh karena daerah linier dan tidak linier
bersambung secara berkelanjutan. Oleh karena itu untuk menentukan titik
luluh diambil dengan metode offset yaitu suatu metode yang menyatakan
bahwa titik luluh adalah suatu titik pada kurva yang menyatakan dicapainya
regangan plastis sebesar 0,2%. (Vicky Bhaskara, 2018)

2.2 Benda Uji Tarik


Benda uji tarik adalah benda yang diuji akan mengalami tarik menarik dengan
spesimen sampai pada akhirnya patah. Benda uji tarik harus diuji kekuatan
teriknya untuk standar, salah satunya memenuhi standar ASTM (Ameerican
sosiety for testing and material). Secara umum penampang persegi panjang
atau lingkaran.
Dalam ASTM E8 (Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic
Materials) Telah diatur mengenai bentuk spesimen uji tarik yang baku. Dalam
standar tersebut, sebuah spesimen uji tarik harus memiliki spesifikasi tertentu
meliputi Gauge Length (G), Width (W), Thicknees (T), Radius (R), Over all
length (L), Length of bagian pegangan (B), dan lebar Bagian pegangan (C).
(Cristian Aidy Mosey. 2010)

2.3 Kekuatan Tarik


Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength).
Kekuatan tarik atau kekuatan Tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength /
UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
Ultimate tensile strength adalah suatu batas maksimum tegangan yang dimiliki
oleh material dimana beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal
benda uji. Jika material diuji tarik dan melewati UTS nya maka akan terjadi
necking. UTS dapat diperjelas dengan keterangan grafik ini. (Dieter, E. George,
1993)

Gambar 2.2 Ultimate Tensile Strenght 1


2.4 sumber : https://images.app.goo.gl/Tr2LtT9eDJnbZ6LB6

Tegangan (stress)
Jika sebuah batang tegar yang dipengaruhi gaya tarik F ke kanan dan gaya
yang sama tetapi berlawanan arah ke kiri. Maka gaya-gaya ini akan
didistribusikan secara uniform ke luas penampang batang. Perbandingan gaya
F terhadap luas penampang A dinamakan tegangan tarik karena perpotongan
dapat dilakukan disembarang titik sepanjang batang maka seluruh batang
dalam keadaan mengalami tegangan. Rumus yang dipakai adalah : (Budiawan
salaeman. 2018)

F
σ= .................................................................................................(1)
Ao

Keterangan : σ = tegangan (N/m2)


F = Gaya (N)
Ao = Luas penampang (m2)

Kecendrungan yang ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih


rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan
luluhnya. Kekuatan tarik mudah ditentukan dan mudah dihasilkan kembali,
sehingga berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-
data yang akan digunakan.

2.5 Regangan (strain)


Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau korel dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semua disebut regangan.
Regangan disebut juga derajat deformsi, kata regangan berhubungan dengan
perubahan relatif dalam dimensi atau bentuk suatu benda yang mendapatkan
tekanan.

Gambar 2.3 Regangan membujur


(Sumber : https://www.google.com)

Regangan tarik pada batang didefinisikan sebagai perbandingan antara


pertambahan panjang dengan panjang semula, yang harganya lebih besar dari
0. Regangan tekan suatu batang yang ditekan didefinisikan dengan cara yang
sama sebagai pembanding antara berkurangnya panjang batang dengan
panjang semula, yang harganya lebih kecil dari 0. Jadi perubahan pembanding
pada panjang batang dinamakan regangan atau disebut regangan longitudinal
dengan rumus sebagai berikut : (M. Souisa. 2011)

l−lo ∆l
ε= = ...............................................................................................(2)
lo lo

Keterangan : ϵ =¿regangan
l=¿ panjang batang
l o=¿ panjang semula
∆ l=¿ perubahan panjang
2.6 Modulus Elastisitas (modulus young)
Perbandingan antara tegangan dengan regangan disebut modulus elastisitas.
Modulus elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dan
regangan yang dialami bahan. Sifat sebuah benda yang dapat kembali ke
bentuk semula disebut sifat elastis. Benda yang mempunyai elastisitas atau
sifat elastis seperti karet, pegas, logam pelat dan sebagainya disebut benda
elastis. Apabila suatu batang logam homogen dengan panjang L dan luas
penampang A ditarik dengan gaya F yang arahnya membujur (memanjang),
maka panjang batang logam bertambah besar ∆ x . Pada kedudukan setimbang
gaya elastis (gaya reaksi) ke kiri sama besar dengan gaya tarik ke kanan. Besar
gaya elastis tiap satuan luas penampang (F/A) disebut tegangan membujur.
Kebanyakan benda adalah elastis sampai ke suatu besar gaya tertentu
dinamakan batas elastis. Jika gaya yang dikerjakan pada suatu benda lebih
kecil dari pada batas elastisnya. Benda akan kembali ke bentuk semula jika
gaya dihilangkan. Akan tetapi, jika gaya yang diberikan melampaui batas
elastis, benda tidak akan kembali ke bentuk semula melainkan secara
permanen berubah bentuk.

Gambar 2.4 grafik hubungan tegangan dan regangan


(sumber : sulaeman)

Pada grafik di atas, menunjukkan bagaimana variasi tegangan terhadap


regangan ketika seutas kawat logam (baja) di beri gaya tarik sampai kawat itu
patah. Dari O ke B. Deformasi (perubahan bentuk) kawat adalah elastis. Ini
berarti jika tegangan dihilangkan, kawat akan kembali ke bentuk semula.
Dalam daerah deformasi elastis terhadap daerah yang grafiknya linier (garis
lurus). Yaitu 0A, dari 0 sampai ke A berlaku hukum hooke dan A disebut
batas hukum hooke. B adalah batas elastis. Dititik ini deformasi kawat adalah
plastis, jika tegangan dihilangkan dalam daerah deformasi plastis, misalnya
dititik D, kawat logam tidak akan kembali ke bentuk semula melainkan
mengalami deformasi atau perubahan bentuk permanen (regangan). Pada titik
C adalah titik tekuk (yield point). Konstanta modulus young dapat dituliskan
sebagai berikut : (Ahmad Khoiri, 2017)

Tegangan σ F/ A F lo
Y= = = =
Regangan e Δ l/lo A Δl
.........................................................................(3)

Keterangan : Y = modulus young (N/m2)


Δ l = (l – lo ) = pertambahan panjang (m)
lo=¿ panjang awal benda (m)
A = luas penampang (m2)
F = gaya yang bekerja (N)

Tabel 2.1 Modulus Elastisitas

2.7 Istilah lain


Beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi uji tarik:
a. Kelenturan
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi
plastis yang terjadi sebelum suatu bahan itu putus atau gagal pada uji tarik.
Bahan disebut lentur bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih
dari 5% bila kurang disebut getas (brittle)
b. Derajat kelentingan
Derajat kelentingan di definisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap
energi dalam fasa perubahan elastis. Sering disebut modulus kelentingan
(modulus of resilience) dengan satuan strein energi per unit volume
( joule / m3 atau Po)
c. Derajat ketangguhan
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fasa plastis sampai bahan
tersebut putus sering disebut dengan modulus ketangguhan (modulus of
toughness)
d. Pengerasan regangan
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan
berbanding dengan regangan setelah memasuki fasa plastis. (Azhari
satranegara, 2009)

2.8 Standar pengujian tarik

Standar internasional berarti bahwa konsumen dapat memilih keyakinan


bahwa produk mereka aman, andal, dan berkualitas baik. Produsen logam,
termasuk produsen bahan mentah atau produk bahan jadi, terus memenuhi
standar internasional sebelum mengirimkan produknya. Pengujian tarik
sangat penting untuk memastikan bahan yang aman dan berkualitas tinggi.
Kedua standar internasional (international standards organization) – ISO
6892-1:2016 dan (American Society For Testing And Material) – ASTM
E8:2016. Metode uji standar untuk pengujian tegangan bahan logam.
Mencakup pengujian tegangan bahan logam dalam bentuk apa pun pada suhu
ruangan dan metode penentuan kekuatan luluh, perpanjangan titik luluh,
kekuatan tarik pemanjangan, dan pengurangan luas.

2.9 Perbedaan antara standar


Adapun perbedaan antar standar antara lain adalah :
a. Perbedaan definisi rentang suhu kamar di mana uji tarik dilakukan
Bagian dari standar ISO 6892-1:2016 ini menetapkan metode untuk
pengujian tarik bahan logam dan mendefinisikan sifat mekanik yang dapat
ditentukan pada suhu kamar antara 10 ºC dan 35 ºC. Namun, sesuai
dengan standar ASTM E8:2016; suhu kamar harus dianggap 10 ºC dan 38
ºC kecuali ditentukan lain
b. Perbedaan definisi perangkat dan aparatur
Standar ISO 6892-1:2016 menetapkan pengetahuan terbatas tentang
perangkat dan peralatan yang digunakan dalam pengujian dari bahan
logam sementara standar ASTM E8:2016 memberikan informasi terpencil
yang sangat mencekam aparatus karena berbagai jenis perangkat
pencengkeram dapat digunakan untuk mentransmisikan gaya terukur yang
diterapkan oleh mesin uji tarik untuk spesimen. ASTM E8:2016
menetapkan pegangan untuk baji, pegangan untuk ulir dan spesimen bahan
rapuh, pegangan untuk bahan lembaran, dan untuk kawat , untuk
memastikan tegangan tarik aksial dalam panjang pengukur, sumbu benda
uji harus bertatapan dengan garis tengah kepala mesin uji. Setiap
penyimpanan dari persyaratan ini dapat menimbulkan tegangan lentur.

Gambar 2.5 Alat pencekeram untuk spesimen ujung berulir


sesuai dengan standar ASTM E8: 2016
(sumber : sulaeman)

c. Perbedaan dimensi spesimen uji


Standar ISO 6892-1:2016 menyatakan bahwa informasi umum tentang
benda uji yang sesuai dengan bentuk dan dimensi uji. Benda uji mesin dan
benda uji tanpa permesinan. Jenis benda uji juga termasuk persiapan benda
uji. Namun standar ASTM E8:2016 memberikan pengetahuan mendalam
tentang tes spesimen dan ukurannya. Ini dapat dinyatakan sebagai
“spesimen tipe pelat, spesimen tipe lembaran, bulat” spesimen untuk
lembaran, strip, kawat datar, pelat, spesimen untuk kawat, batang-batang,
spesimen untuk persegi panjang batang, spesimen untuk pipa dan tabung,
spesimen untuk tempa, spesimen untuk coran, spesimen untuk besi
ditempa, spesimen untuk die casting, dan spesimen untuk bahan metalurgi
serbuk. (H Dizdar, 2016)

2.10 Klasifikasi Baja


Berdasarkan tinggi rendahnya presentase karbon di dalam baja, baja
karbon diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Baja karbon rendah (Low carbon steel) mengandung karbon antara
0,10 s/d 0,30 %. Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam plat
baja, baja strip dan baja batangan atau profil.
b. Baja karbon menengah (Medium carbon steel) mengandung karbon
antara 0,30 % – 0,60 % C. Baja karbon menengah ini banyak
digunakan untuk keperluan alat-alat perkakas bagian mesin juga dapat
digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk keperluan industri
kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagainya.
c. Baja karbon tinggi (High carbon steel) mengandung kadar karbon
antara 0,60 % - 1,7 % C. Baja ini mempunyai tegangan tarik paling
tinggi dan banyak digunakan untuk material tools. Salah satu aplikasi
dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat baja dan kabel baja.
Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung di dalam baja maka baja
karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas, alat-alat
perkakas seperti palu, gergaji atau pahat potong.(Arief Murtiono,
2012)
2.11 Deskripsi Alat
alat yang digunakan pada praktikum uji tarik ini adalah :
a. Univesal testing machine zwick roell all round z250sr (250 KN)

Gambar 2.6 universal testing machine zwick roell all round


(sumber : Modul uji tarik)
UTM atau Universal Testing Machine merupakan alat atau mesin
pengujian. Fungsi alat ini untuk menguji ketahanan, kekuatan tarik dan
mengetahui struktur suatu bahan maupun material sebuah produk.
Umumnya bahan atau material yang dilakukan pengujian yaitu karet,
logam, besi dan baja baik dengan uji terik atau tensile test maupun uji
tekan atau compression test. Seperti yang diketahui setiap pembuatan
prosedur pengelasan atau WPS. Pastinya membutuhkan pengujian tarik
dan uji lengkung. Fungsi dari alat ini sendiri yaitu untuk memberikan gaya
tekan atau gaya tarik terhadap bahan yang akan diujikan. Bahkan untuk
melaksanakan pengujian tekan atau tarik terhadap bahan atau material
tertentu. Anda juga memerlukan benda uji lainnya sebagai perbandingan.
Selain itu, alat ini dapat menghasilkan nilai uji lengkung dan uji nike break
secara bersamaan. (sumber : https://www.detech.co.id/universal-testing-
machine/)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini adalah :
a. Universal testing machine zwick roell all round z250sr (250 KN)

Gambar 3.1 universal testing mechine zwick roell all


round z250sr
(sumber : Modul(250
uji KN)
tarik)
b. Grip

Gambar 3.2 grip uji tarik


(sumber. https://images.app.goo.gl/7mWXQsVFdoFgJp6G8)
c. 1 set komputer

Gambar 3.3 personal komputer


(sumber : https://images.app.goo.gl/oCgh45myC6DNqS8s5)

d. Aplikasi TextXpert III

Gambar 3.4 Aplikasi TextXpert III


(sumber : Modul uji tarik)

e. Panel listrik 3 phase

Gambar 3.5 Panel listrik


(sumber : https://images.app.goo.gl/mD3VB8uSzcG9MwsLA)

f. Jangka sorong
Gambar 3.6 jangka sorong
(sumber : https://images.app.goo.gl/9oofuAxJAjtrf1Uv7)

g. Power pack

Gambar 3.7 power pack


(sumber : modul uji tarik)

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :

a. Baja AISI 1045

Gambar 3.8 Besi Baja AISI 1045


3.2 Skema (sumber : Dokumentasi Pribadi)
a. Diagram alir
Mulai

pretest
Mempersiapkan alat

Mempersiapkan alat

Running
Tidak
Ya

Data hasil pengujian tarik

Pembahasan, analisis dan


kesimpulan

selesai

3.3 Prosedur penggunaan alat


Adapun prosedur penggunaan alat pada praktikum ini sebagai berikut :
a. Memastikan grounding listrik di bawah 1 volt dan hidupkan saklar MCB 2
unit pada panel
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada power pack dan mesin UTM
c. Memastikan switch ON pada test control II, pastikan lampu berwarna
kuning
d. Memastikan pc (tanda pc dengan UTM conect adalah lampu pada test
control II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada pc
e. Kemudian buka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang sudah
pernah dibuat.(lihat gambar 3.1 untuk tampilan aplikasi)
f. Memastikan

Gambar 3.9 Tampilan Aplikasi TextXpert III kunci pada


(sumber : Modul uji tarik) Testcontrol II
posisi setup dan kunci pada power pack ON
g. Menekan tombol ON pada Test control II
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi folw chart. Atur dan
sesuaikan
sesuai garis
pada gambar

Gambar 3.10 Tampilan menu SET UP TESTING


(sumberSYSTEM
: Modul uji tarik)

i. Setelah dipilih, langkah selanjutnya adalah memasang sampel. Atur


crosshead menggunakan remote crosshead (pastikan jarak crosshead atas
dan bawah sesuai dengan gage length spesimen)
j. Memasang bagian atas dahulu, untuk mencekam material menggunakan
remote power pack, pastikan tekanan sesuai dengan spesimen (Bar).
Kemudian baru tekan grip bawah. Pastikan grip sebelah kanan atas dan
bawah rata dan sejajar.
k. Perlu diperhatikan dalam pemasangan ini posisi spesimen harus tegak
lurus untuk menghindari spesimen lepas dan slip.
l. Pada saat penekanan spesimen, tekan tombol sampai tidak berbunyi lagi
m. Menu configure Test berisi tentang flow chart.
1. Start position berisi tentang pengaturan

Gambar 3.11 tampilan pada Start Position


(sumber : Modul uji tarik)
2. Pre-load
3. Spesimen data
Gambar 3.12 Tampilan pada Spesimen Data
(sumber : Modul uji tarik)

4. Test
Gambar 3.13 tampilan menu Test
(sumber : Modul uji tarik)

5. End of Test

6. Result
Gambar 3.14 tampilan menu End of test
(sumber : Modul uji tarik)

Gambar 3.15 menu tampilan Result


(sumber : Modul uji tarik)
7. Break investigation
8. Action after the best

Gambar 3.16 tampilan menu Action after the test


(sumber : Modul uji tarik)

9. Measurement value storage


10. Control parameters
11. Parameter for the report

Gambar 3.17 tampilan menu untuk Report


12. (sumber : Modul uji tarik) Report
13. Export
interface
Gambar 3.18 tampilan data apa saja yang di dapat
(sumber : Modul uji tarik)

n. Run Test

o. Untuk
Gambar 3.19 tampilan hasil pengujian tarik.
(Sumber : Modul uji tarik) memulai
pengujian,
putar kunci pada control Test II dari setup ke Test kemudian tekan start,
setelah spesimen patah tekan stop
p. Kemudian Export Test Data untuk mengambil data hasil pengujian
q. Setelah pengujian selesai lepaskan spesimen, colse aplikasi (lampu
berubah dari hijau ke kuning), matikan komputer (lampu berubah dari
kuning ke putih)
r. Matikan power pack dan putar saklar di Test control II ke off
s. Menurunkan 2 unit MCB kemudian bersihkan, rapihkan dan kembalikan
alat dan bahan yang telah digunakan. Pastikan isi log book penggunaan
alat
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

a. Spesifikasi mesin

Tabel 4.1 spesifikasi mesin

b. Spesimen uji tarik


Nama material : besi baja AISI 1045
Lo : 70 mm bo : 12.7
Lc : 70 mm so : 40.005
ao ; 3.15 mm

Gambar 4.1 Baja AISI 1045


(sumber : dokumentasi pribadi)
4.2 Pengolahan Data

a. Perhitungan

1. Luas penampang awal


Ao = ao x bo
Ao = 3,15 x 12,7
Ao = 40,005 mm2

2. Luas penampang akhir


AI = P x L
AI = 3,01875 x 13,075
AI = 39,465625 mm2

3. Force pada yield = 12085,26953125 N

4. Force pada ultimate


FUTS = 14501,34668 N

5. Force sebelum patah


Fnecking = 16,4252967834472 N

fy 12085,26953125
6. Stress yield = σ = = = 302,0939765 MPa
Ao 40,005

7. Stress pada ultimate


fu 14501,34668
𝜎𝑉𝑡 = = = 362,4883559 N/mm2
Ao 40,005

8. Stress sebelum patah


Pu 16,4252967834472
𝜎𝑠𝑝 = = = 0,410581097 kN/mm2
Ao 40,005

9. Strain pada yield


elongasi 6,7094030380249
εu = = =¿0,095848615
lo 70
Mpa
10. Strain pada ultimate
∆l 6,02445554733276
𝜀Vt = x 100% = x 100%=
lo 70
0,086063651%

11. Strain sebelum patah


∆ l 6,02445554733276
𝜀𝑠𝑝 = = = 0,095848615 Mpa
lo 70
12. Modulus elastisitas
σVt 362,4883559
𝐸= = = 4211,863581 Mpa
εVt 0,086063651

b. Data Grafik

stress vs strain
400
350
300
250
stress

200
150
100
50
0
-0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

strain
Gambar 4.1 Kurva stress vs strain baja AISI 1045

Force vs elongation
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.2 Kurva Force vs Elongation baja AISI 1045
c.
Analisis bentuk patahan
Gambar 4.3 Besi baja AISI 1045

Dari gambar di atas menggambarkan bentuk patahan dari hasil pengujian


tarik. Tipe patahan yang dapat diamati adalah patah bagian tengah
spesimen jenis patahannya yaitu (Lateral Gage Middle) hal ini
menunjukkan bahwa spesimen tersebut mengalami patah getas atau
perpanjangan patahan sedikit atau tidak terlihat. Karena kekuatan
spesimen tersebut untuk menahan deformasi elastis sangat kecil.

d. Grafik offset

Grafik Offset
400
350
300
250
stress

200
150
100
50
0
-0.02 -50 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

strain
Gambar 4.4 Kurva stress vs strain & grafik offset
BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis dan pembahasan


Pada praktikum modul uji tarik ini kita menggunakan spesimen berupa besi
baja AISI 1045 yang dilakukan uji tarik dengan gaya yang terus-menerus
sehingga penambahan panjangnya terus-menerus bertambah hingga
mengalami patahan

Pada praktikum kali ini diperoleh data berupa elongasi (mm) dan Standard
force (N) yang dialami spesimen. Dengan kedua data tersebut, dapat diperoleh
nilai stress dan strain dari setiap data elongasi (mm) dan Standard force (N).
Dari grafik perbandingan stress dan strain, diketahui spesimen dapat kembali
ke bentuk semula (deformasi elastis) jika ditarik dengan stress 0 MPa hingga
4211,863581 MPa.

Kita dapat menentukan nilai-nilai diantaranya. Luas penampang sebesar


40.005 mm². Force yield sebesar 12085,26953125 N. Nilai force sebelum
patah yaitu 16,4252967834472 N. Force ultimate 14501,34668 Mpa. Nilai
Stress Ultimate 362,4883559 Mpa. Strain yield 0,095848615%. Strain
ultimate 0,086063651%. Strain sebelum patah 0,095848615 %. Dengan
modulus elastisitas 4211,863581 Mpa. Nilai Stress offset 4110,659544%.
Nilai Strain Offset 0,097848651%.

Kita dapat mengetahui sifat dari material ketika dilakukan pengujian dan
perhitungan di mana ketebalan suatu material terhadap suatu gaya atau beban
tarik yang dihasilkan pada material tersebut pada grafik sebelum dapat dilihat
bahwa sifat material yang dimiliki oleh spesimen tersebut mudah patah ketika
mencapai tegangan maksimal yang dapat di tahan dari material tersebut.

stress vs strain
400
350
300
250
stress

200
150
100
50
0
-0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

strain

Gambar 4.2 Kurva stress vs strain baja AISI 1045

Pada kurva di atas diketahui bahwa spesimen tersebut termasuk patah getas.
Karena, kita dapat melihat pada puncak kurva tertinggi ketika diberi gaya lagi
kurva tersebut langsung turun secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa
material yang diuji tidak kuat menahan tegangan sebelum patah sebesar
0,410581097 KN.

Kekuatan tarik material dapat ditentukan dengan cara menguji material dengan
gaya tarik yang terus-menerus meningkat dengan teratur sampai spesimen
patah. jika gaya tarik sudut berhimpit maka akan terjadi gaya lentur. Ketika
spesimen patah maka akan ada gaya yang tetap berjalan yaitu modulus young
Semakin besar nilai modulus young maka tegangan untuk meregangkan benda
juga semakin besar
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum pengujian tarik kali
ini adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan tarik material dapat ditentukan dengan cara menguji material


dengan gaya tarik yang terus-menerus meningkat dengan teratur
sampai spesimen patah.
b. Fenomena yang terjadi pada saat pengujian yaitu spesimen mengalami
deformasi sebelum terjadi patah getas.
c. Ketika spesimen patah maka akan terjadi dua kemungkinan yaitu
apakah mengalami necking atau patah getas , fenomena tersebut dapat
dilihat pada grafik
d. Semakin besar nilai kekuatan luluh dari material tersebut maka
semakin kuat pula struktur dari komposisi spesimen tersebut

6.2 Saran

Adapun sarang yang dapat diberikan setelah praktikum kali ini adalah :

a. Sekiranya durasi praktikum dapat dilakukan lebih lama, karena


terdapat beberapa proses yang tidak dijelaskan secara detail
disebabkan pendeknya durasi.
b. Sekiranya jumlah kelompok anggota dapat dikurangi, agar masing-
masing anggota kelompok dapat mencoba menggunakan alat.
c. Sebelum praktikum sebaiknya berdoa terlebih dahulu
DAFTAR PUSTAKA

Sastranegara, A. (2009). Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik


Logam. Situs informasi mekanika, material, dan manufaktur.

Souisa, M. (2011). Analisis Modulus Elastisitas dan Angka Poisson Bahan


Dengan Uji Tarik. BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika dan
Terapan, 5(2), 9-14.

Sardi, V. B., Jokosisworo, S., & Yudo, H. (2018). Pengaruh Normalizing


dengan Variasi Waktu Penahanan Panas (Holding Time) Baja
ST 46 terhadap Uji Kekerasan, Uji Tarik, dan Uji
Mikrografi. Jurnal Teknik Perkapalan, 6(1).

Mosey, C. A., Poeng, R., & Neyland, J. S. (2015). Perhitungan waktu dan
biaya pada proses pemesinan benda uji tarik. JURNAL
ONLINE POROS TEKNIK MESIN UNSRAT, 4(1).

Sulaeman, B. (2018). Modulus elastisitas berbagai jenis material. PENA


TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik, 3(2), 127-138.

Khoiri, A., Jannah, SN, & Listiana, SC (2017). Impact Dan Tensile Test
Material Bangunan Rumah (Telaah Konsep Modulus Young
Dan Deformasi). Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat UNSIQ , 4 (2), 144-153.

Murtiono, A. (2012). Pengaruh quenching dan tempering terhadap


kekerasan dan kekuatan tarik serta struktur mikro baja karbon
sedang untuk mata pisau pemanen sawit. e-Dinamis, 2(2).

DİZDAR, H., AYDEMİR, B., & VATAN, C. Perbedaan Versi Terbaru


Standar Pengujian Tarik ISO 6892-1 dan ASTM
E8. Perbedaan , 1 , 4.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai