Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

UJI TARIK

Oleh :
ANDI PRABOWO
118170038

Asistwn praktikum :
RIYAN FERDIYANTO (17110003)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah
sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses
selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan
proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus
dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tarik.

Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan


sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan
konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima
beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan
standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang sekarang
banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.

Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari


logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari

sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan
pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari
material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang
mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik
darimaterial dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying. Hal ini
dilakukan sesuaikebutuhankonstruksidanpesanan.

uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang
didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain
produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik
dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah
kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk
melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji
dapat dilihat dari kurva uji tarik.

2.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui nilai kekuatan tarik
suatu material dan memahami fenomena-fenomena yang terjadi
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Pengujian Logam

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu.
Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa
teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material.
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 2.1.1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar


Seperti pada gambar di atas benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua
arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang
sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan


pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,

murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk
dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji


Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari
bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah
gage length.
2. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu
tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji
tidak bergesekan langsung dengan face.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada


pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan

dengan estándar baku pengujian. Kurva tegangan-regangan teknik dibuat


dari hasil pengujian yang didapatkan.
Gambar 2.1.2. Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata


dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda
uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:
s= P/A0
Keterangan ;
s : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah


regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan

yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal.


Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.

Keterangan ;
e : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung
pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan,
temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-
regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan
bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding


lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah

remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan


disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan
kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada
daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar
dengan bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai


modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan.

Keterangan ;
E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan
teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan
bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan
luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi
beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk
pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih
lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis
berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami
penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih
cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban
sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan
berkurang hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara
lain :
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.

2.2 Kekuatan Tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength).
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength /
UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda
uji.

di mana, Su = Kuat tarik


Pmaks = Beban maksimum
A0 = Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang
liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana
logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam

kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan
kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan
yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan


yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada
kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan
kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih
banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat
berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam
atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan
merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan
tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan.
Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan
misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-
bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk
keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-
data yang akan digunakan.

1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada


skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah
dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan,
nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

2.3 Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil


pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield
strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari deformasi
elastis ke deformasi plastis. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada
persamaan 2.4, sebagai berikut.
Keterangan ;
Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)
Py : Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati


tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk


menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi
yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan
oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-
regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh
regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai
regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah


setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset
dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan
bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat
dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan
sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau
0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya
dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode
tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.

2.4 Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada


saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara
umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga
buah hal.
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,
misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.

3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau


kondisi pengolahan

2.5 Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan


keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik
yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan
oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas
salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya
sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau
pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.


Dimana,
s = tegangan
ε = regangan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
(250 kN)

Gambar 3.1.1Universal Testing Machine Swick Roell All Round Z250SR

b. Spesimen uji tarik

Gambar 3.1.2Spesimen Uji tarik dengan bahan Polylactic Acid Plastic


Gambar 3.1.3 Spesimen Uji tarik besi KSYT 8 SNI TP 280

3.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum uji tarik ini sebagai berikut .


a. Pastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan hidupkan saklar MCB 2 unit
pada panel
b. Pastikan kunci sudah terpasang pada Power Pack dan Mesin UTM
c. Putar Switch ON pada TestControl II, pastikan lampu berwarna kuning
d. Hidupkan PC (Tanda PC dengan UTM connect adalah lampu pada
TestControl II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada PC.
e. Kemudian buka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang
sudah pernah dibuat (lihat gambar 3.2.1 untuk tampilan aplikasi).
Gambar 3.2.1 Tampilan Aplikasi TextXpert III

f. Pastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up dan kunci pada Power
Pack ON
g. Tekan Tombol ON pada TestControl II
h. Pilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Atur dan
sesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.5 Flow chart
tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan garis
panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.

Gambar 3.2.2 Tampilan menu set up testing system

i. Setelah dipilih, langkah selanjutnya adalah memasang sampel. Atur


crosshead menggunakan remote crosshead (pastikan jarak crosshead atas
dan bawah sesuai dengan gage length spesimen). Untuk melihat jarak
sesuai dengan aktual lihat gambar 4.5 tekan icon A.
j. Pasang bagian atas dahulu, untuk mencekam material menggunakan
remote power pack, pastikan tekanan disesuaikan dengan spesimen (Bar),
kemudian baru tekan grip bawah. Pastikan grip sebelah kanan atas dan
bawah rata dan sejajar.
k. Perlu diperhatikan dalam pemasangan ini posisi spesimen harus tegak
lurus untuk menghindari spesimen lepas atau slip
l. Pada saat penekanan spesimen, tekan tombol sambil tidak berbunyi lagi.
m. Menu Configure Test berisi tentang flow chart.
1. Start Position berisi tentang pengaturan Grip to grip separation at the
start position untuk mengukur jarak antar grip dengan tekan icon A.

Speed, start position untuk mengatur kecepatan awal pada saat


penyesuain posisi

Gambar 3.2.1 tampilan pada Start Position


2. Pre-Load
Digunakan untuk mengatur kekuatan awal sebelum pengujian, atau
angka minimal yang ter record pada aplikasi
3. Spesimen Data

Gambar 3.2.2 Tampilan pada Spesimen Data

Input about the spesimen untuk memberikan identitas seperti


Spesimen ID, Type, Part no, Removal dan Note. Spesimen shape fo
r cross-section calculation untuk menentukan bentuk dari spesimen
seperti bar, plat dan lainlain. Kemudian menu Diameter (diameter
spesimen) dan test length (panjang gage length).

4. Test
Pada menu ini kita dapat mengatur kecepatan masing-masing pada
saat modulus young, yield point atau kita dapat mengatur kecepatan
konstan pengujian tarik

Gambar 3.2.3 tampilan pada menu Test.

5. End of test
Force shutdown threshold merupakan ambang batas untuk mematikan
paksa %Fmax.

Gambar 3.2.4 tampilan menu End of test


6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil

Gambar 3.2.5 Menu tampilan Result

7. Break investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak
titik yang akan di deteksi, force transition, negatif elogation step dan
positif elogation step.

8. Action after the test


Input after the test digunakan untuk memberikan optical assesment,
detail about break, findings dan comment. Set the start position after
the test digunakan untuk mengembalikan posisi grip ke semula,
catatan menu ini hanya digunakan pada saat uji tekan, karna pada saat
uji tarik sampel yang telah mengalami pertambahan panjang
(deformasi) dapat terbentur. Kemudian untuk menu spesimen load
removal untuk menghilangkan beban setelah pengujian
Gambar 3.2.6 tampilan menu Action after the test

9. Measurement value storage


Travel save interval up to break, time to save interval dan force save
interval digunakan untuk mengukur pada saat interval preset.
Measurement value storage
10. Control parameters
11. Parameter for the report

Gambar 3.2.7 tampilan menu untuk Report

12. Report
13. Export interfaces
Gambar 3.2.8 tampilan data apa saja yang didapat

n. RUN TEST

Gambar 3.2.9 Tampilan hasil pengujian tarik.

o. Untuk memulai pengujian, putar kunci pada TestControl II dari


Setup ke Test,
p. kemudian tekan Start, setelah spesimen patah tekan Stop.
q. Kemudian EXPORT TEST DATA untuk mengambil data hasil
pengujian.
r. Setelah pengujian selesai lepaskan spesimen, close aplikasi (lampu
berubah dari hijau ke kuning), matikan komputer (lampu berubah
dari kuning ke putih)
s. Matikan Power Pack dan putar saklar di TestControl II ke OFF

t. Turunkan 2 unit MCB kemudian bersikan, rapihkan dan kembalikan


alat dan bahan yang telah digunakan. Pastikan isi log book
penggunaan alat
DAFTAR PUSTAKA
Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate
Edition, PWS Engineering, Boston, USA

Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT. Gelora Aksara


Pratama.

http://www.calce.umd.edu/general/facilities/hardness_ed_.htm

http://www.geology.csupomona.edu/alert/mineral/hardness.htm

http://www.gordonengland.co.uk/hardness.htm

Tim Laboratorium metalurgi, 2009, “Panduan Praktikum Laboratorium Metalurgi


II”, Cilegon: FT. Untirta.

Anda mungkin juga menyukai