Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian tarik statis merupakan salah satu pengujian yang sering dilakukan
atau digunakan di dunia industri. Hal itu karena kemudahan dalam
menganalisa data dan mendapatkan informasi sifat mekanik material tersebut.
Kelebihan lain dari pengujian ini sangat penting dalam bidang engineering.
Dengan ini, kita dapat memilih material dan mengevaluasi material yang
digunakan dalam sebuah perancangan konstruksi (ITERA, 2020).

Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan


sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam
pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat
untukmenerima beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat
terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh
material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau
umum adalah logam.

Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari


logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat
darisifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak
dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.

Karena itu, sangat diperlukan sebuah bentuk pengujian yang teliti agar
mendapatkan hasil yang valid. Selain itu kita juga harus mengikuti prosedur-
prosedur yang harus dipenuhi menurut suatu sumber yang kita gunakan pada
data yang didapatkan dari pengujian ini adalah modulus elastisitas, kekuatan
tarik, kekuatan ulur, kekuatan patah, ketangguhan, dan regangan.

Pada prinsip uji tarik adalah batang spesimen harus disesuaikan dengan
standar seperti (ASTM, JIS, DIN, SNI). Batang uji ada yang berbentuk
silindris dan berbentuk plat yang ditarik dengan beban statik sampai putus.
Dari pengujian ini didapat suatu kurva hubungan beban tarik terhadap
perpanjangan spesimen. (ITERA, 2020)

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui nilai kekuatan tarik suatu
material dan memahami fenomena-fenomena yang terjadi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Uji Tarik


Prinsip pengujian tarik ini adalah menarik spesimen sampai putus dengan laju
yang lambat sambil mencatat semua data yang diperlukan untuk pengolahan
data dan analisa. Penarikan ini dilakukan dengan laju dengan maksud agar
dapat menghindari patah getas. Bila terjadi seperti itu kita tidak dapat
mencatat kejadian tiap satuan waktu dari pengujian ini. (ITERA, 2020)

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
(Askeland, 1985). Hasil yang didapatkan saat pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada
material. Dimana spesimen uji tarik yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah.

Gambar 2. 1 Mesin Uji Tarik Dilengkapin Spesimen Ukuran Standar


Sumber: Laporan Ui Tarik dan Kekerasan
Uji tarik ini akan memberikan informasi sifat mekanik suatu spesimen, untuk
menganalisa hasil pengujian, dapat digunakan kurva tegangan dan regangan.
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan regangan suatu logam bergantung
pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastis yang dialami, laju
rengangan, suhu dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut adalah
(Dieter, 1993) :
a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastis dari material
e. Kelentigan dari suatu material
f. Ketangguhan

2.2 Sifat-Sifat Mekanik Spesimen Uji Tarik


a. Kekuatan tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength).
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile
Strength/UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang
awal benda uji.

𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑆𝑢 = ……………………………….(1)
𝐴0

Keterangan:
𝑆𝑢 = Kuat tarik
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 = Beban maksimum
𝐴0 = Luas penampang awal

Ultimate Tensile Strength adalah suatu batas maksimum tegangan yang


dimiliki oleh material dimana beban maksimum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji. Jika material diuji tarik dan melewati UTS nya
maka akan terjadi necking. UTS dapat diperjelas dengan keterangan grafik
ini.

Gambar 2. 2 Ultimate Tensile Strength


Sumber: Modul Praktikum Uji Tarik

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilau tersebut kurang bersifat
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam
yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum,
dimana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan
kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih
kompleks, yakni yang biasa ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi
kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi
dengan faktor keamanan yang sesuai.

𝐹
𝜎 = 𝐴 …………………..……………(2)
0

Keterangan:
𝜎 = Tegangan Tarik (𝑁⁄𝑚2 )
𝐹 = Gaya (𝑁)
𝐴0 = Luas penampang sebelum ditarik (𝑚2 )

Kecendrungan yang ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih


rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada
kekuatan luluhnya. Kekuatan tarik mudah ditentukan dan mudah
dihasilkan kembali, sehingga berguna untuk keperluan spesifikasi dan
kontrol kualitas bahan. (ITERA, 2020)
b. Kekuatan Luluh
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Yield strength adalah batas
maksimum yang bisa ditanggung oleh suatu material untuk melakukan
deformasi elastis. Jika tegangan yang diberikan melebihi yield strength
dari suatu material maka akan terjadi deformasi plastis. Tegangan dimana
deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat
dari elastis menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik
dimana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh merupakan titik yang menunjukkan perubahan dari
deformasi elastis ke deformasi plastis (Dieter, 1993). Besar tegangan luluh
dituliskan seperti pada persamaan berikut:

𝑃𝑦
𝑌𝑠 = 𝐴 …………..…………………...(3)
0

Keterangan:
𝑌𝑠 = Besarnya tegangan luluh (𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2 )
𝑃𝑦 = Besarnya beban di titil yield (𝑘𝑔)
𝐴0= Luas penampang awal benda uji (𝑚𝑚2 )

c. Toughness
Toughness adalah kemampuan menyerap energi oleh suatu benda pada
saat pembebanan, dimana hal ini menunjukkan seberapa besar kemampuan
sebuah benda untuk menyebarkan secara merata energi yang diterimanya
akibat pembebanan keseluruhan elemen struktur (Firmansyah, 2012)
d. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik
yang dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas ditentukan
oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas
salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat dirubah. Sifat ini hanya
sedikit berubah oleh adanya penambahan panduan, perlakuan panas, atau
pengerjaan dingin. Secara sistematis persamaan modulus elastisitas dapat
ditulis sebagai berikut (Febrianto, 2017)

𝜎
𝐸 = 𝜀 ……………………………..….(4)

Keterangan:
𝐸 = Modulus elastisitas
𝜎 = Tegangan
𝜀 = Regangan

e. Deformasi Plastis dalam Tarik


Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya selama deformasi, bahan
menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja, maka benda
akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan fisik ini disebut
dengan deformasi. Deformasi ada dua macam, yaitu deformasi elastis dan
deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi yang
terjadi akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material
akan kembali keukuran semula. Sedangakan deformasi plastis adalah
deformasi yang bersifat permanen jika bebannya dilepas (Jasmani, 2001).
Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan tertinggi
tidak dapat dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah mengalami
deformasi total. Jika beban tetap diberikan maka regangan akan
bertambah dimana material seakan menguat yang disebut dengan
penguatan regangan (Strain Hardening) yang selanjutnya beban akan
mengalami putus pada kekuatan patah (Singer & Pytel, 1995).

Pada gambar 2.2 menunjukan sejumlah kurva tegangan-regangan teknik


dan sesungguhnya pada material baja AISI 1040. Tegangan teknik
didefinisikan sebagai P/A0, sedangkan tegangan sesungguhnya adalah
P/A, dimana A0 dan A adalah luas penampang awal dan patah masing-
masing. Regangan teknik adalah ∆L/L0 sedangkan regangan
sesungguhnya adalah L/L0.

Gambar 2. 3 Kurva Tegangan Pada Baja


Sumber: Modul Praktikum Uji Tarik

Pada gambar dapat diketahui tegangan luluh bervariasi antara 250 sampai
1.100 MPa tergantung jenis heat treatment. Sebaliknya total perpanjangan
dari 0,38 sampai 0,1. Sifat baja yang sangat tinggi dihasilkan oleh
quenching yang menyebabkan sifat baja menjadi keras akibat terbentuknya
struktur martensit, kemudian setelah di tempering pada temperatur 200,
400 dan 600ºC secara gradual berkurang. Pada baja yang dianeal
menghasilkan sifat ulet, tetapi tegangan luluhnya rendah. Tegangan
ultimate ditunjukan oleh panah. Setlah pada titik ini deformasi plastis
menjadi terlokasir (necking), dan tegangan teknik turun akibat reduksi
yang terlokalisir pada luas penampang. Namun tegangan sesungguhnya
membesar karena luas penampang mengecil dan terjadinya pengerasan
kerja pada bahan di daerah necking. (ITERA, 2020)

2.3 Mesin Uji (Universal Testing Machine)


Universal Testing Machine (UTM) merupakan mesin atau alat pengujian yang
berfungsi untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan suatu bahan atau
material. Universal Testing Machine, mesin pengujian ini telah terbukti bahwa
ia dapat melakukan tarik banyak standar dan tes kompresi pada bahan,
komponen, dan struktur.
Gambar 2. 4 Universal Testing Machine
Sumber: Modul Praktikum Uji Tarik

Universal Testing Machine (UTM) digunakan dengan memberikan gaya tekan


atau gaya tarik kepada terhadap bahan yang diujikan. Untuk melaksanakan
pengujian tekan atau tarik terhadap material, kita memerlukan benda uji.
Benda yang akan dilakukan pengujian itu dipasang pada mesin penguji dengan
gaya tekan dan gaya tarik yang akan semakin bertambah besar akhirnya
menekan dan menarik pada batang tersebut, maka batang ini akan menjadi
pendek atau panjang.

Universal Testing Machine (UTM) akan memberikan informasi mengenai


seberapa besar pengukuran yang akan diuji terhadap bahan sehingga
standarisasi yang diinginkan dapat tercapai dengan sempurna. Universal
Testing Machine dapat menguji bahan atau material padat, seperti plastik,
logam,besi,alumunium, kayu, tali, benang, dan kertas. Parameter yang
dihasilkan Universal Testing Machine baik untuk uji tarik maupun uji tekan
adalah modulus elastisitas (Modulus Young), menghasilkan kekuatan (yield
strength), kuat maximum tekan/tarik (Ultimate Strength), kekuatan putus
(break strength), menghasilkan regangan (Yield Strain), regangan di titik
maksimum tekan/tarik (Ultimate Strain), regangan putus (Break
Strain atau Elongation at Break).

Data yang langsung diperoleh dari Universal Testing Machine ini adalah
perubahan panjang sampel terhadap setiap besar gaya yang diberikan. Hasil
ini akan dikonversikan ke dalam bentuk grafik strain-strength. Data awal
inilah yang kemudian dianalisa lebih lanjut menggunakan komputer untuk
mendapatkan parameter-parameter yang sebelumnya telah didapatkan. Mesin
UTM memiliki komponen-komponen penting, yaitu:
a. Upper Cross Head
Bagian atas dari mesin UTM, pada bagian ini terdapat pencekam atau grip
untuk menahan material ketika ditarik. Bagian ini juga dapat bergerak naik
dan turun menyesuaikan dari kebutuhan.
b. Jarak untuk spesimen uji
Jarak ini berfungsi sebagai tempat spesimen uji tarik, panjang jarak ini
menyesuaikan dari pajang material uji tarik. Meskipun sudah ditentukan
oleh standard atau code minimal panjang spesimen uji tarik namun
panjang dari spesimen yang akan diuji dari pihak pelanggan terkadang
berbeda beda.
c. Movable Cross Head
Bagian yang dapat berpindah pindah, bisa digerakkan ke atas atau ke
bawah sesuai dengan panjang spesimen. Untuk bagian atas sebagai
pencekam spesimen, sedangkan jika digunakan untuk mencekam mandril
saat uji bending digunakan yang bagian bawah.
d. Meja
Meja ini digunakan sebagai peletakkan mataras uji bending, jadi harus
dipastikan meja ini sangat kuat dan mampu menahan tekanan saat uji
bending berlangsung.
e. Indikator beban
Kita dapat mengetahui besar beban yang kita berikan dari load indicator,
untuk jenis indikator beban ini bervariasi ada yang sudah digital dan juga
ada yang masih analog tergantung dari mesinnya.
f. Speed Control
Berfungsi untuk mengatur kecepatan penurunan dan kecepatan saat
mengangkat pencekam.
g. Komputer
Untuk mesin UTM terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan 1 set
komputer lengkap dengan printer untuk mencetak hasil pengujian. Jadi
dalam komputer tersebut terdapat software yang sudah terinstall dan
conect dengan mesin UTM, dari software tersebut menghasilkan output
dari hasil pengujian tidak dapat dirubah atau sesuai dengan hasil
pengujian. Selain untuk mencetak komputer tersebut dapat digunakan
untuk memasukkan variable atau dimensi material yang diuji seperti tebal
dan lebar material sertajenis material.
h. Extensometer
Digunakan untuk mengukur perubahan panjang material saat dilakukan uji
tarik.
i. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur perubahan panjang material saat dilakukan uji
tarik dan digunakan untuk mengukur spesimen sebelum pemasangan ke
mesin uji

Gambar 2. 5 Gambar Bagian-Bagian Mesin UTM


Sumber: https://www.pengelasan.net/universal-testing-machine/

Pada layar monitor atau display dari mesin kita dapat mengatur besar beban
yang kita berikan, biasanya disesuaikan dengan jenis material dan tebal
material yang diuji. Kemudian beban tersebut akan menjadi gaya tarik untuk
tensile test dan nick break, sedangkan untuk bending test akan berubah
menjadi gaya tekan. Setelah beban diberikan tunggu hingga material putus
untuk uji tarik dan nick break, sedangkan untuk uji bending material harus
membentuk radius 180 derajat, namun jika sebelum 180 derajat material sudah
patah maka uji bending dapat dihentikan dan hasilnya dapat dipastikan jika
material dinyatakan ditolak atau rejected (Achmadi, 2021).
Beberapa bagian alat yang digunakan dalam pengujian UTM sebagai adalah:
a. Load Cell
Load cell dapat disebut sebagai jantungnya mesin UTM, karena ini adalah
sensor pengukur pada beban/benda yang mana alat ini akan menentukan
tingkatan akurasi pada hasil akhir pengujian. Load cell juga membutuhkan
waktu kalibrasi yang tepat sesuai dengan frekuensi penggunaan-nya.
b. Rangka mesin/load frame
Rangka pada mesin merupakan salah faktor yang akan menjadi
pertimbangan besar pada saat kapasitas beban maksimum untuk UTM.
Umumnya, UTM diklarifikasikan mejadi 2 kategori berdasarkan pada
kapasitas pada bingkai .
c. Universal Testing Machine Single Column & Double Column
Mesin UTM dengan kolom ganda memiliki Max Load Capacity yang lebih
baik dibandingkan dengan mesin dengan kolom tunggal.
d. Rantang Ekstensi
Ekstensi maksimum yang dapat disediakan oleh mesin UTM disebut
dengan rentang eksistensi. Beberapa pengujian yang dilakukan
membutuhkan ekstensi mesin agar lebih dapat bergantung pada properti
perpanjangan pada sampel, sementara itu, pengujian lain juga dapat
digunakan dengan menggunakan ekstensi yang lebih rendah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan sebagai berikut yang dimana alatnya adalah alat yang
akan digunakan pada praktikum kali ini:
a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250R (250𝑘𝑁)

Gambar 3. 1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250R


Sumber: Modul Praktikum Uji Tarik

b. Jangka Sorong

Gambar 3. 2 Jangka Sorong


c. Spesimen Uji Tarik

Gambar 3. 3 Spesimen Uji Tarik dengan bahan Baja AISI 1045

3.2 Prosedur Penggunaan Alat


Adapun prosedur penggunaan alat pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
a. Memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan menghidupkan saklar
MCB 2 unit pada panel.
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada power pack dan mesin UTM.
c. Memutar switch on pada TestControl II dan memastikan lampu bewarna
kuning.
d. Menghidupkan PC dan memastikan PC terhubung dengan UTM.
e. Kemudian membuka aplikasi TextXpert III.

Gambar 3. 4 Tampilan Aplikasi TextXpert III


Sumber: Modul Praltikum Uji Tarik
f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up dan kunci pada
Power Pack ON.
g. Menekan tomnol ON pada TestControl IIi.
h. Membuka menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flowchart jika tanpa
Extensometer. Apabila menggunakan Extensometer, maka arahkan garis
panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.

Gambar 3. 5 Tampilan Menu SET UP TESTING SYSTEM


Sumber: Modul Praktikum Uji Tarik

i. Memasang sample dengan mengatur crosshead menggunakan remote


crosshead.
j. Memasang sample dimulai dari bagian atas dahulu, kemudian untuk
mencengkram material gunakan remote power pack dan sesuaikan tekanan
(bar) dengan spesimen, kemudian baru tekan grip bawah. Kemudian
memastikan grip sebelah kanan atas dan bawah rata dan sejajar.
k. Memastikan pemasangan posisi spesimen tegak lurus untuk menghindari
spesimen lepas atau slip.
l. Pada saat penekanan spesimen, tekan tombol sambil tidak berbunyi lagi.
m. Menu Configure Test berisi tentang flowchart,
1. Start Position
2. Pre-Load
3. Spesimen Data
4. Test
5. End of Test
6. Result
7. Break Investigation
8. Action after the test
9. Measurement value storage
10. Control Parameter
11. Parameter for the report
12. Report
13. Export Interface
n. Melakukan RUN TEST pada aplikasi.
o. Memulai pengujian dengan memutar kunci pada TestControl II dari Setup
ke Test, kemudian tekan Start, setelah spesimen patah tekan Stop.
p. EXPORT TEST DATA untuk mengambil data hasil pengujian.
q. Melepaskan spesimen setelah pengujian selesai, lalu matikan komputer.
r. Mematikan Power Pack dan putar saklar di TestControl II ke OFF
s. Kemudian turunkan 2 unit MCB
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


1. Lembar Kerja
Spesifikasi mesin yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 4.1 Spesifikasi Mesin


A Spesifikasi Mesin
s Mesin : Universal Testing Machine
dMerk/Type : Zwick Roell
aSerial : Z250SR
Number
Beban Skala : 250 kN
Penuh
STest Speed :- mm/miin
dGrip to Grip :70 Mm
s Material Uji :Baja Bentuk :: Pelat Spesifikasi :AISI 1045
d
2. Data Spesimen
Data yang spesimen pada praktikum uji tarik kali ini adalah:
Nama Material : Baja AISI 1045
Bentuk : Pelat
𝐿0 = 70𝑚𝑚
𝑎0 = 3𝑚𝑚
𝑏0 = 14.4𝑚𝑚
𝑠0 = 43.2𝑚𝑚2

4.2 Pengolahan Data


a. Perhitungan
1. Luas Penampang
𝐴 = 𝑃 × 𝐿 = 3𝑚𝑚 × 14.4𝑚𝑚 = 43,2𝑚𝑚2
2. Force pada yield = 13.141,98828 𝑁
3. Force Ultimate = 16.800,57227 𝑁
4. Force sebelum patah = 11.135.84082 𝑁
5. Stress yield
𝐹 13141,98828 𝑁
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = = = 304,2126917 𝑀𝑃𝑎
𝐴0 43,2𝑚𝑚2
6. Stress Ultimate
𝐹 16800,57227 𝑁
𝜎𝑣𝑡 = = = 388,9021358 𝑀𝑃𝑎
𝐴0 43,2𝑚𝑚2
7. Stress Sebelum Patah
𝐹 11135,84082 𝑁
𝜎= = = 257.7740931 𝑀𝑃𝑎
𝐴0 43,22𝑚𝑚2
8. Strain pada yield
∆𝐿 0,446602106 𝑚𝑚
𝜀= = = 0,00638003 %
𝐿0 70 𝑚𝑚
9. Strain pada Ultimate
∆𝑙 9,256782532 𝑚𝑚
𝜀= = = 0,13223975 %
𝐿0 70 𝑚𝑚
10. Strain Sebelum Patah
∆𝐿 13,76012516 𝑚𝑚
𝜀= = = 0,196573217 %
𝐿0 70 𝑚𝑚
11. Modulus Elastisitas
𝜎 304,2126917 𝑀𝑃𝑎
𝐸= = = 47.682,01587 𝑀𝑃𝑎
𝜀 0,00638003 %

b. Data Grafik
1. Grafik Force terhadap Displacement
Gambar 4. 1 Grafik Force terhadap Displacement

2. Grafik Stress vs Strain

Gambar 4. 2 Grafik Stress terhadap Strain


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis dan Pembahasan


Menurut grafik Force vs Displacement, grafik mengalami deformasi elastis
ditunjukkan melalui grafik naik hingga 13.141,98828125 N lalu kemudian
turun dan memasuki titik yield. Dan kemudian dilanjutkan deformasi plastis
yang ditunjukkan dengan grafik yang kembali naik hingga 16.800,57227 N.
Lalu grafik mengalami penurunan menuju 11135,8408203125 N hingga
akhirnya patah.

Kemudian menurut grafik Stress vs Strain, grafik mengalami deformasi elastis


ditunjukkan melalui grafik naik hingga 304,2126917 MPa lalu kemudian turun
dan masuk titik yield. Dan kemudian dilanjutkan deformasi plastis yang
ditunjukkan dengan grafik yang kembali naik hingga 388,9021358 MPa. Lalu
grafik mengalami penurunan menuju 257,7740931 MPa hingga akhirnya
patah.

Berdasarkan grafik Force terhadap Displacement dan grafik Stress terhadap


Strain. Spesimen memiliki masa deformasi yang panjang jika dibanding masa
deformasi elastisnya. Ini menunjukkan spesimen memiliki keuletan yang baik
namun tidak elastis. Pada grafik juga menunjukkan bahwa spesimen
mengalami patah ulet (Ductile Fracture)

Sedangkan jika dilihat pada gambar 4.1 dapat dilihat bawah penampang pada
spesimen tidak mengalami perubahan atau bisa dikatakan bahwa spesimen
patah getas (Brittle Fracture)
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah:
a. Spesimen mengalami titik yield pada tekanan 13.141,98828125 N dan
tegangan 304,2126917 MPa. Tekanan dan tegangan maksimum mencapai
16.800,57227 N dan 388,9021358 MPa.
b. Kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength)
merupakan kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian
tarik
c. Spesimen uji tarik mengalami patah ulet (Ductile Fracture) menurut
grafik, namun penampang spesimen sebelum patah dan sesudah patah
tidak berubah dalam pengamatan spesimen.
c. Kekuatan Force terhadap Displacement berbanding lurus dengan Stress
terhadap Strain

6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
a. Praktikan dijelaskan lebih rinci dalam menggunakan alat praktikum dan
diberikan kesempatan untuk menggunakan alat praktikum.
b. Praktikan diberikan waktu berdiskusi secara berkelompok setelah
melakukan observasi.
c. Memberikan kebebasan terhadap praktikan memilih spesimen yang akan
diuji
d. Memberikan arahan secara struktur dan tidak melewati satupun prosedur
DAFTAR PUSTAKA

Askeland, D. R. (1985). The Science and Engineering of Material. Boston: PWS


Engineering.
Dieter, G. E. (1993). Metalurgi Mekanik. Jakarta: PT. Gelora Aksara.
Febrianto, M. S. (2017). UJI TARIK DAN KEKERASAN. Medan: Politeknik
Teknologi Kimia Industru Medan.
Firmansyah, F. (2012). Kajian Kekakuan (Stiffness) Dan Keuletan (Toughness)
Beton Normal Berserat Galvalum Az150 (Study Of Stiffness And
Toughness Normal Concrete With Galvalum Az150 Fibre). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
ITERA, U. L. (2020). Modul Praktikum Uji Tarik. lampung Selatan:
Laboratorium Teknik Mesin.
Jasmani, E. (2001). Analisis Perubahan Ketebalan Pada Komponen Produk.
Semarang: UMS.
Singer, F. L., & Pytel, A. (1995). Ilmu Kekuatan Bahan. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai