KELOMPOK VII
1. BIMRON ZULFIKAR (1217010044)
2. YANDIE KOSNAEDY (1217010096)
3. YUANDA ARAFADLI (1217010074)
Material logam memiliki sifat-sifat tarik (tensile properties) yang sangat baik, oleh
karena itu material ini sering digunakan dalam aplikasi struktural seperti jembatan, dimana
tensile properties memiliki peranan yang sangat penting.Tensile properties dari suatu logam
dapat membantu kita untuk menentukan material apa yang cocok untuk membangun suatu
jembatan atau aplikasi keteknikan lainnya.Beberapa tensile properties yang banyak digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih suatu material antara lain adalah :
1. Pengujian Tarik
Pengujian tarik adalah pengujian yang bersifat merusak (destructive test),
dimana spesimen dilakukan deformasi hingga putus dengan beban tarik yang
bertambah dengan perlahan dan terus menerus secara uniaxial(satu sumbu
spesimen).
Mesin uji tarik di desain untuk mengelongasi spesimen dalam laju konstan, serta
secara simultan dan terus menerus menghitung beban yang diaplikasikan pada
spesimen (menggunakan load cell) dan menghasilkan elongasi (menggunakan
ekstensometer). Output dari pengujian tarik adalah kurvaBeban versus Elongasi.
Namun, untuk mengetahui tensile properties, kita harus terlebih dahulu merubah
kurva beban vs elongasi menjadi kurva engineering stress dan engineering strain.
Stress (tegangan) dan Strain (regangan) dapat didefinisikan sebagai :
𝐹
𝜎=
𝐴0
∆𝑙 𝑙𝑓 − 𝑙0
𝜀= =
𝑙0 𝑙0
Dimana : 𝜀 = regangan
𝑙𝑓 = panjang saat terjadinya patah (mm)
𝑙0 = panjang gauge length awal (mm)
Luas penampang benda uji mula-mula (Ao) dan panjang benda uji mula-
mula (Lo) nilainya tetap pada setiap benda uji oleh karena itu kurva tegangan teknik
(σ) terhadap regangan teknik (ε) sebanding /sebangun dengan kurva gaya (F)
terhadap pertambahan panjang (ΔL).
1 1
𝜎= 𝐹 harganya tetap, sehingga 𝜎 ≈ 𝐹, sedangkan
𝐴0 𝐴0
1
𝜀 = 𝑙 ∆𝑙 sehingga regangan sebanding perpanjangan 𝜀 ≈ ∆𝑙
0
Oleh karena itu kurva tegangan teknik (σ) terhadap regangan teknik (ε)
sebanding /sebangun dengan kurva gaya (F) terhadap pertambahan panjang (ΔL).
b. Batas Elastis
Batas elastis merupakan titik dimana tegangan yang diberikan akan
menyebabkan terjadinya deformasi plastis untuk pertama kalinya atau merupakan
tegangan terbesar pada daerah elastis. Pada sebagian besar material, batas elastis
mempunyai harga yang mendekati atau sama dengan harga batas proporsionalitas.
Perbandingan kekuatan putus untuk bahan ulet dan getas dapat terlihat
pada titik B dalam Gambar 3.3.10.
f. Keuletan
Keuletan merupakan sifat mekanis penting lainnya. Keuletan dapat
ditentukan dengan derajat deformasi plastis yang terjadi. Material yang sangat
sedikit atau tidak menunjukkan sama sekali deformasi hingga putus dinamakan
material getas (brittle), sedangkan material yang menunjukkan deformasi plastis
hingga terjadinya putus dinamakan material ulet (ductile).
Kurva tegangan-regangan untuk material yang getas dan ulet dapat
dilihat pada Gambar 3.3.10.
g. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas atau Modulus Young merupakan ukuran kekakuan
dari material. Semakin besar harga Modulus Elastisitas, maka semakin kecil
nilai regangan elastis yang terjadi pada regangan tertentu.
Modulus Elastisitas ditentukan oleh energi ikat antar atom, oleh karen
itu gaya ini tidak dapat diubah tanpa merubah struktur besar. Harga Modulus
Elastisitas ditentukan oleh :
Penambahan unsur paduan
Perlakuan panas
Pekerjaan dingin
Temperatur
h. Modulus Resilience
Modulus Resilience adalah kemampuan bahan untuk menyerap energi
ketika terdeformasi elastis, dan kemudian mengembalikan energi tersebut saat
tidak ada beban. Modulus Resilience (Ur) juga merupakan energi regangan per
unit volume yang dibutuhkan untuk menaikkan tegangan nol hingga ke
tegangan luluh.
i. Ketangguhan
Ketangguhan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menyerap
energi hingga terjadinya putus. Dalam praktiknya, ketangguhan diukur dari
daerah dibawah kurva tegangan-regangan. Oleh karena itu, walaupun material
getas memiliki tegangan maksimum dan tegangan luluh yang lebih besar,
namun memiliki ketangguhan yang lebih rendah dibandingkan material ulet.
j. True Stress dan True Strain
True stress diukur dalam membagi beban dengan luas penampang saat
pembebanan berlangsung, bukan pada luas penampang awal. Sedangkan true
strain diukur dari perubahan panjang dibagi panjang yang terjadi.
B. Uji tekan
b. Buckling
Buckling adalah terjadinya pembengkakan material setelah diberi
beban.
Yang dimaksud dengan jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari
rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain. Beban/muatan yang
dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada batang – batang baj struktur
tersebut, sebagai gaya – gaya tekan dan tarik, melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul).
Dengan demikian ada hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada konstruksi rangka baja
yaitu :
Mutu dan dimensi tiap – tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul. Batang –
batang dalam keadaan tidak rusak/bengkok dan sebagaianya. Oleh karena itu batang –
batang rangka jembatan harus dijaga selama masa pengangkutan, penyimpanan, dan
pemasangan.
Kekuatan pelat penyampung harus lebih besar dari pada barang yang disambung
(struktur sambungan harus lebih kuat dan batang utuh).
1. Faktor Teknologi
2. Faktor Geometrik
Faktor Teknologi
Teknologi adalah kesenyawaan sempurna (perfect fusion) dari 5 unsur utama yang
membentuknya yaitu: 1) seni (art), 2) ilmu pengetahuan (science), 3) teknik (engineering), 4)
ekonomi (economic), dan 5) bisnis (business) (Lanneke, 2009).
Teknologi Material
- Material Beton
Struktur beton bertulang di lingkungan laut yang ekstrim terhadap risiko terhadap
karat yang tinggi akibat pengaruh garam dan sulfur.
Struktur beton harus kedap air
Semen yang cocok digunakan di lingkungan korosif adalah Specified Blended
Cement, yang mengandung bahan tahan terhadap sulfat dan lebih kedap air.
Metode konstruksi dan perlatan yang canggih dan rumit sering dibutuhkan pada
pelaksanaan:
- Penempatan bore pile atau tiang pancang
- Penganngkutan dan penempatan pondasi
- Pemasangan pilon
- Pemasangan gelagar atau dek
- Pemasangan kabel gantung atau tarik
Metode konstruksi dapat dibagi menjadi metode konstruksi unuk struktur bawah dan
struktur atas.
Metode konstruksi struktur bawah perlu memperhatikan batimetri (rupa dasar laut)
Metode konstruksi struktur atas perlu memperhatikan kesecapatan angin.
Peralatan canggih yang diperlukan anatara lain: concrete batching, plant barge, crane
barge, pile casing driver, bore equioment.
Karakteristik struktur yang diperlukan untuk konstruksi jembatan bentang panjang, antara
lain:
- Kuat menahan beban yang mungkin terjadi
- Cukup kaku untuk menjamin kenyamanan berkendara
- Mempunyai kestabilan tekuk akibat gaya tekan
- Tidak mengalami kelelahan/ keruntuhan akibat beban yang mempunyai siklus
pengulangan
- Tahan terhadap pengarug lingkungan termasuk bahan kimiawi
- Mempunyainilai ekonomi
- Mempunyai nilai estetika dengan bentuk yang indah dan sesuai dengan kondisi
sekitarnya.
Mobil minimalis roda tiga adalah mobil sebagaimana pada umumnya namun memiliki
desain yang lebih kecil. Mobil ini didesain sebagai mobil city car sebagai kendaraan sehari hari
dan sangat cocok untuk di perkotaan. Selain bentuknya yang keci, mobil ini juga tidak memiliki
kapasitas yang banyak seperti mobil pada umumnya, hanya memiliki kapasitas maksimal 3
orang saja. Mobil ini juga dirancang dengan konfigurasi reversetrike (dua roda di depan dan
satu roda di belakang) yang menggabungkan tiltingtrike system dimana mobil bisa bergerak
mengikuti arah belokannya.
PERENCANAAN CHASSIS
Keterangan gambar :
Dengan melihat peletakan pembebanan pada gambar 4.3, maka chassis yang dibuat akan
memiliki beban kritis atau beban paling berat pada bagian belakang. Dalam perencanaan
chassis akan diperkuat dibagian belakang seberti yang dimiliki oleh motor matic.
Dari desain 3D modelling chassis utama didapat detail dimensi chassis tiap bagian, dan juga
diketahui kebutuhan material yang dibutuhkan.
Pada tahap assembly chassis, lengan ayun, dan engine di rencanakan dudukan sesuai dengan
data yang diperoleh sebelumnya.Untuk posisi pengait shock breaker berada di tangah dengan
kedudukan 60 mm di atas bottom part pada lengan ayun. Berikutnya, setelah dudukan lengan
ayun didapat maka dilakukan proses assembly dari ketiga komponen utama.
PERHITUNGAN BEBAN CHASSIS
Dalam perhitungan beban pada masing masing tumpuan chassi, harus mengetahui berapa
beban maksimal yang akan di tumpu. Beban tersebut berasal dari beban penumpang, beban
mesin, beban chassis, dan juga beban dari body kendaraan.
Pada perhitungan beban tumpuan yang akan diterima oleh tiga tumpuan roda mobil, dimana
dua roda di depan dan satu roda di belakang, untuk memudahkan dalam perhitungan distribusi
beban tumpu maka titik tumpu dibagi menjadi dua yaitu titik tumpu depan dan titik tumpu
belakang. Karena bagian depan mempunyai dua roda maka beban yang di terima roda depan
akan dibagi lagi menjadi dua. Untuk mensederhanaknnya bisa dilihat pada gambar 7 berikut.
Keterangan Gambar
Keterangan beban
Rangka : 50 Kg (software)
Orang : 80 Kg
Barang : 20 Kg
Bahan bakar : 5 kg
Mesin : 40 Kg
Dari pembagian diatas, maka beban dibagi menjadi 4 titik dengan keterangan beban titik a
(wa),
beban titik b (wb), beban titik c (wc), dan beban titik d (wd)
Keterangan :
ΣMA = 0
Nd . 1935 – 528000 = 0
Nd . 1935 = 528000
Nd =528000
1935
Nd = 272,87 Kg
Nd = 2676,84 N
Jadi beban yang diterima oleh titik B (roda B) adalah 272,84 Kg atau 2676,84 N
ΣMC = 0
{Wd.(Ldd)} + {Wb.(Lbd)} + {Wad.(1/2 Lad)} + {Wa.(Lad)} +{Wc.(Lcd)}- {Na.(Lad)} = 0
{5.(0)}+{80.(1045)}+{150.(967,5)}+{20.(1935)}+{200.(425)}-{Na.(1935)} = 0
352425 – Na . 1935 = 0
Na = 352425
1935
Na = 182,13 Kg
Na = 1786,71 N
Jadi beban yang diterima oleh titik A (roda A) adalah 182,13 Kg atau 1786,71 N. Karena titik
A
Titik A = 182,13
= 91,07 𝐾𝑔 = 893,4 N
M(wb) = A . l1
= 173,84 . 890
= 154717,6
M(wc) = A . (l1 + l2 ) – wb . l2
= 262498,4 – 49600
= 212889,4
Beban terpusat
Keterangan :
P1 = 20 kg
P2 = 80 kg
P3 = 200 kg
P4 = 5 kg
R = P1 + P2 + P3 + P4
= 20 + 80 + 200 + 5
= 305 Kg
X =𝑃2.(𝐿1)+𝑃3.(𝐿1+𝐿2)+𝑃4(𝐿1+𝐿2+𝐿3)
𝑅=80.(890)+200.(1510)+5.(1935)305
=382575 305
= 1254,34 mm
PROSES ANALISA
Pada analisa pengujian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan software Catia.
Proses analisa software akan melakukan dua kali analisa dengan variasi pembebanan yang
berbeda untuk mengetahui kekuatan chassis terhadap beban yang berkerja. Dua variasi
pembebanan tersebut meliputi pembebanan terhadap surface, dan pembebanan pada titik beban
terpusat. Beban yang akan berkerja pada chassis adalah menggunakan beban maksimal yaitu
500 Kg atau 4900N.
Pembebanan Merata
Hasil dari analisa pembebanan merata yang terjadi pada chassis adalah diketahui tegangan
maksimal yang terjadi akibat beban yang berkerja pada chassis adalah 3,28e+007 N/m2.
Pembebanan Terpusat
Berikut adalah hasil dari pembebanan terpusat pada titik berat chassis :
Hasil dari analisa pembebanan terpusat yang terjadi pada chassis adalah diketahui tegangan
maksimal yang terjadi akibat beban yang berkerja pada chassis adalah 6,12e+007 N/m2.
Beban Tubrukan
Berikut adalah hasil dari tubrukan dengan beban merata pada surface chassis :
Hasil dari analisa pembebanan benturan atau tubrukan yang terjadi pada chassis adalah
diketahui tegangan maksimal yang terjadi akibat beban yang berkerja pada chassis adalah
1,21e+007 N/m2.
Tegangan izin
τ izin =𝜏 𝑠𝑓
keterangan :
τ = tegangan
menggunakan material ASTM A53 yang memiliki τ maksimal sebesar 301000000 N/m2
Kesimpulan analisa
1. Beban merata
2. Beban terpusat
3. Beban Tubrukan
Pada analisa chassis dinyatakan kuat terhadap gaya yang terjadi karena tegangan yang terjadi
lebih kecil dari pada tegangan izin yang dimiliki material dengan menggunakan safety factor
sebesar 4.