Anda di halaman 1dari 24

BASIC PROCESS CONTROL

Tanggal : 26 Februari 2019

I. Tujuan
1. Mengetahui sistem pengendalian proses dengan level control.
2. Mampu menganalisa sistem pengendalian proses yang aman dan ekonomis
II. Dasar Teori
1. Dasar Teori

a. Pengendalian Proses
Proses kimia adalah konversi bahan baku menjadi produk
dengan bantuan energi yang dilaksanakan secara ekonomis. Sistem
proses kimia diperlukan dalam menjalankan proses kimia. Sistem
proses kimia adalah rangkaian unit-unit operasi proses yang bekerja
secara terintegrasi untuk melaksanakan kegiatan konversi bahan
baku menjadi produk. Unit-unit operasi proses yang umum
digunakan yaitu tangki, reaktor, kolom, destilasi, alat penukar
panas dan lain sebagainya. Proses kimia yang dijalankan dalam
suatu pabrik perlu dilengkapi dengan sistem pengendalian proses.

Pabrik dirancang agar dapat dioperasikan dengan aman baik


berkaitan dengan kemanan para pekerja maupun kondisi operasi
(tekanan, temperatur, konsentrasi produk).

Gambar 2.1 Proses perpindahan panas


Tujuan prosesnya adalah untuk memanaskan aliran
minyak hingga mencapai suhu tertentu. Minyak dingin masuk ke
alat penukar panas dan dipanaskan oleh aliran air panas. Suhu
minyak keluar menunjukkan hasil kerja proses pemanasan. Oleh
sebab itu suhu minyak keluar disebut sebagai nilai proses (process
value), variabel proses (process variable), atau variabel keluaran
(output variable) sistem proses. Perubahan temperatur minyak
dingin menjadi panas terjadi dikarenakan perpindahan panas dari
aliran air panas ke minyak dingin. Proses pemanasan ini
dipengaruhi oleh:
1. Laju aliran minyak masuk
2. Suhu minyak masuk
3. Laju alir air panas
4. Suhu air panas
5. Kehilangan panas ke lingkungan.
Dengan kata lain, suhu minyak keluar dipengaruhi
oleh ke lima besaran tersebut. Ke lima besaran itu disebut sebagai
variabel masukan sistem proses yaitu besaran yang mempengaruhi
variabel keluaran (suhu minyak keluar). Laju dan suhu aliran
minyak masuk serta kehilangan panas bersifat membebani proses,
sehingga disebut beban proses. Perubahan pada beban bersifat
sebagai gangguan beban (load disturbance) atau variabel
gangguan beban. Berbeda dengan ketiganya, perubahan suhu air
panas bersifat sebagai gangguan murni (bukan beban proses)
karena bertindak sebagai pemanas. Sedangkan laju alir air panas
yang digunakan sebagai pengendali suhu disebut sebagai variabel
pengendali atau termanipulasi (manipulated variable).
Pengendalian proses bertujuan menjaga suhu
minyak keluar (variabel proses) pada nilai yang diinginkan (set
point). Ini dilakukan karena adanya gangguan yang berupa
perubahan suhu aliran air panas, laju aliran minyak masuk, suhu
minyak masuk, dan/atau kehilangan panas. Suhu minyak keluar
disebut juga sebagai variabel terkendali (controlled variable)
karena nilainya dikendalikan. Mekanisme pengendalian dimulai
dengan mengukur suhu minyak keluar. Hasil pengukuran
dibandingkan dengan nilai yang diinginkan (setpoint). Berdasar
perbedaan keduanya ditentukan tindakan apa yang akan
dilakukan. Bila suhu minyak keluar lebih rendah dibanding suhu
yang diinginkan, maka laju aliran air panas diperbesar atau
sebaliknya.

b. Tujuan Pengendalian Proses


Tujuan pengendalian proses adalah untuk menjaga suatu
proses pada kondisi operasi yang diinginkan sesuai dengan
kriteria spesifikasi proses/produk dan standar lingkungan yang
ditetapkan dengan aman, efisien, dan ekonomis. Tanpa adanya
pengendalian proses maka dalam suatu pabrik dapat terjadi
kecelakaan kerja, kerugian, dan kegagalan proses kimia. Beberapa
alasan perlunya pengendalian proses kimia adalah sebagai
berikut:
- Keselamatan kerja
Bencana di pabrik kimia Gas Bhopal akibat
kegagalan sistem pengendalian pernah terjadi pada tahun 1984.
40 ton gas metil isosianat (bahan pembuat pestisida) terlepas ke
udara, 300-1000 orang dilaporkan meninggal dunia.
- Pemenuhan peraturan lingkungan hidup
Tiap negara mengeluarkan UU dengan spesifikasi
tertentu, termasuk temperatur, konsentrasi kimia, dan laju alir
limbah pabrik yang keluar ke lingkungan. Contohnya, kandungan
SO2 (ppm), air (mutu) untuk BOD-COD dalam efluen pabrik.
- Pencapaian spesifikasi produk dan laju produksi
Pabrik dirancang agar dapat memenuhi spesifikasi
produk tertentu, misalnya spesifikasi pabrik ethanol, harus
menghasilkan ethanol kualitas bahan bakar dengan kadar >
99,5%.
- Operasi pabrik yang ekonomis dan stabil
Kendala operasi akan selalu ada dalam suatu
peralatan proses, contohnya dalam reaktor kendalanya berkaitan
dengan temperatur dan tekanan operasi. Kendala proses tersebut
antara lain pada tangka, isi tangki yang bisa saja kosong atau
overflow, kolom destilasi yang dapat terjadi flooding dan lain
sebagainya. Sistem pengendalian proses diperlukan untuk
menekanatau meminimalisir kendala- kenala proses yang
mungkin terjadi.
c. Tahapan Perancangan Sistem Pengendalian Proses
Tahapan perancangan sistem pengendalian proses:
1. Menentukan tujuan pengendalian
Tujuan pengendalian dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umur dari pengendalian yaitu
menekan gangguan, menjaga kestablian proses, dan
mengoptimumkan kinerja proses. Tujuan khusus dari
pengendalian lebih spesifik kepada kebutuhan proses yang
dinyatakan dengan pengendalian variabel proses.
2. Memilih alat ukur
Fungsi memilih alat ukur yaitu untuk memantau variabel
output (variabel yang dikendalikan). Ada berbagai macam alat
ukur sesuai dengan tujuan pengendalian, yaitu sebagai berikut:
- Temperatur : thermocouple
- Laju alir : orifice atau venturi meter
- Tekanan : bourdon tube-a
3. Memilih variabel manipulasi
- Mengatur laju alir bahan
- Mengatur laju panas masuk/keluar
- Mengatur kinerja peralatan proses (misalnya: motor pengaduk)
- Menambahkan bahan-bahan tertentu (antifoam, asam-basa, dan
lainnya)
4. Memilih konfigurasi sistem pengendali
Memilih konfigurasi sistem pengendalian yaitu memilih
cara bagaimana informasi dari alat ukur dimanfaatkan untuk
mengatur variabel yang dimanipulasi. Konfigurasi sistem
secara umum dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
- Pengendalian umpan balik

Gambar 2.2 Pengendalian umpan balik

- Pengendalian interfensial

Gambar 2.3 Pengendalian interfensial


- Pengendalian umpan maju

Gambar 2.4 Pengendalian umpan maju

Gambar 2.5 Alat Basic Process Control Unit

III. Daftar Alat


A. Alat
- Seperangkat PC
- Bak air 5 liter
- Pompa air
- Alat Basic Process Control Unit 1
B. Bahan
Air Demineral

7
IV. Skema Kerja
A. Level Control (inflow)
- Section 1

Mengatur waktu
Membuka Software PCT
Memilih section 1: Level interval sampling pada
40 Process Control
Control Inflow “configure data
Sistem
sampling

Mengaktifkan jendela
Mengatur SP pada PID Memilih mode
diagram, serta
controller menjadi 250 “controller” pada kotak
perhatikan pemasangan
mm on/off solenoid 1
selang

Memperhatikan dan
Memilih mode Mengklik “GO” pada
mencatat tiap
“automatic”, Memiilih toolbar untuk merekam
perubahan pada layar
“apply” lalu “OK” data percobaan
dekstop

Mengamati grafik Setelah SP tercapai,


Menyalin rekam data
respon, ditunggu hingga ditunggu 1 menit, lalu
percobaan dengan
steady state tercapai, diberikan disturbance
mengklik view table
lalu “Stop” berupa drain valve

Mengulangi langkah ke Mengulangi langkah ke


Mengulangi langkah 8-
5 dengan mengubah 6 dengan mengubah
11 hingga mendapat
mode ke mode “level mode ke mode
data percobaan
float switch” “diferential switch”

Mengulangi langkah 8-
11 hingga mendapat
data percobaan

8
- Section 2

Mengatur waktu
Membuka sampel Memiilih section 2
interval sampling,
PCT UP process level control
pada "configure
control system (inflow)
the data sampling"

Mempererhatikan
Mengatur set point
pemasangan
PID controller 250 Mengaktifkan
selang yang ada
mm pilih jendela mimic
pada mimic
"automatic" klik diagram
diagram dan
"apply" klik "ok"
pastikan terpasang

Mengklik "GO" Memperhatikan Setelah mencapai


untuk merekam dan mencatat 1 menit diberikan
data setiap perubahan disturbance

Menunggu sampai
Mengklik "STOP" level F1 (mm)
konstan

9
B. Level Control (outflow)
- Section 3

Mengatur waktu
Membuka
Memilih Section interval sampling
software PCT40
3: Level Control pada “Configure
Process Control
(outflow) The Data
System
Samping"

Mengatur set Memperhatikan


Mengaktifkan
point pada PID pemasangan
jendela mimic
controller selang & pastikan
diagram
menjadi 250mm terpasang

Mengklik "GO"
Mrngatur angka Memperhatikan
pada toolbar
pada box PSV dan catat setiap
untuk merekam
menjadi 90 perubahan
data

Setelah mencapai
set poin ditunggu
5 menit lalu
mengklik "stop"

10
- Section 4

Membuka Memilih section 4: Mengatur interval


software PCT40 level control waktu sampling
Process Control pada "configure
System (out flow) the data sampling"

Mengatur set
Memperhatikan
point pada PID
pemasangan
controller menjadi
selang yang ada Mengaktifkan
250 mm dan
pada mimic jendela mimic
memilih metode
diagram dan diagram
operasi automatic,
memastikan
mengklik "Apply"
terpasang
dan "OK"

Mengatur angka mengklik "GO" Memperhatikan


pada box PSV pada toolbar untuk dan mencatat tiap
menjadi 90 merekam data perubahan

Setelah set point


Mencatat dan
tercapai,
menyalin data
menunggu 5 menti
pada toolbar view
lalu mengklik
table
"STOP"

11
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Pengamatan
Grafik 5.1 Section 1 dengan 3 variable

Kurva waktu vs level tiap controller section 1


300
250
200
level(mm)

150
controller
100
50 float switch

0 diferential

time(min)

Grafik 5.2 Aliran Inflow Section 1 dengan Section 2

Grafik inflow Section 1 vs Section 2


250

200
Section
1
150
Level

100

50
section
0 2
71
1
6
11
16
21
26
31
36
41
46
51
56
61
66

76
81
86
91
96
101
106
111
116
121
126
131
136
141

Waktu

12
Grafik 5.2 Aliran Outflow Section 3 dengan Section 4

GRAFIK OUTFLOW SEC 3 VS SEC 4


300

250

200
level

150

100

50

0
00:00 02:53 05:46 08:38 11:31 14:24 17:17 20:10 23:02
waktu

sec 4 sec 3

b. Pembahasan

1. Haura Rahmayanti (09)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan basic proses kontrol. Pada
proses ini memilik 4 section, section 1 terdapat 3 mode yang digunakan yaitu
controller, level float, dan differential switch. Level tank pada alat ini menjadi
proses variable dan variabel kontrol nya adalah SOL 1. Cara kerja dari SOL 1
adalah ketika tangki level belum mencapai set point. Set point yang diberikan
adalah 220 mm. Ketika level sudah mencapai 220 mm maka SOL 1 akan
otomatis terhenti karena sudah mencapai set point.

Untuk section 2, PSV adalah sebagai variable kontrol, cara kerja nya sama
dengan SOL 1, jika belum mencapai set point makan PSV akan berjalannterus,
tetapi setelah mencapai set point maka PSV akan berhenti. Selanjutnya untuk
section 3 set point dirubah menjadi 240 mm. Pada section 3 ini memiliki
perbedaan yaitu pada section ini menggunakan variabel kontrol SOL 2. SOL 2
ini adalah level control outflow, berbeda dengan SOL 1, SOL 2 akan beroperasi
ketika level pada tangki melebihi set point. Pada saat tangki melebihi set point
makan SOL 2 akan otomatis bekerja untuk mengembalikan level air pada tangki

13
pada set point. Untuk section 4 yang berbeda adalah menggunakan pum A untuk
aliran keluarnya. Cara kerjanya juga sama dengan SOL 2.

Ketika proses pada masing-masing section berjalan kita akan memberikan


disturbance (gangguan) pada proses. Tujuan diberikan disturbance ini adalah
untuk mengetahui seberapa cepat respon sistem untuk mengembalikan ke
keadaan semula yaitu mencapai set point kembali. Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa pada section 1 mode controller adalah yang
paling cepat merespon untuk kembali ke set point . Mode controller
membutuhkan waktu 5 menit untuk kembali ke semula, sedangkan metode yang
lain melebihi 5 menit. Dan untuk section 2 yang menggunakan level control PSV
jika dibandingkan dengan SOL 1 maka lebih efisien SOL 1 karena waktu respon
untuk kembali ke set point lebih cepat SOL 1, sedangkan PSV membutuhkan
sedikit lebih lama untuk kembali ke set point.

Untuk section 3&4 yang menggunakan level control outflow dengan varible
control pada section 3 SOL 2 dan section 4 pump A. Setelah melakukan
percobaan dapat dianalisa bahwa SOL 2 lebih cepat untuk merespon kembali ke
set point dibandingkan pump A yang sedikit lebih lama untuk mencapai kembali
ke set point.

2. Aldila Afini Rahima (02)

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang basic process
control, dimana tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem
pengendalian proses dengan level control dan untuk menganalisa sistem
pengendalian proses yang aman dan ekonomis.

Praktikum ini menggunakan PCT40 Process Control Apparatus. Basic


process control unit dilengkapi dengan 2 bejana berukuran besar dan kecil. Bejana
berukuran besar dilengkapi dengan 2 jenis level switch yaitu float switch dan

14
differential switch. Aliran masuknya terletak dibagian kiri bawah,sedangkan aliran
keluar terletak dibagian kanan bawah dengan kode SOL2 dan SOL3.

Pada percobaan section 1 atau inflow, tank level sebagai process variable
dan variabel kontrolnya adalah SOL1, dengan set point level sebesar 220 mm. SOL1
akan aktif berjalan jika tinggi fluida dalam bejana berukuran besar kurang dari set
point dan akan berhenti beroperasi jika level tank sudah mencapai set point. Dari
data pengamatan, dapat dilihat bahwa dari ketiga mode yang paling mudah kembali
ke set point saat sistem diberi disturbance adalah mode controller dibanding mode
level float switch dan mode differential switch. Dan diperoleh hasil osilasi paling
sedikit pada grafik.

Pada percobaan section 2 atau inflow, tank level sebagai process variable
dan variabel kontrolnya adalah PSV, dengan set point level sebesar 220 mm. PSV
akan beroperasi jika tinggi fluida didalam bejana kurang dari set point dan akan
berhenti beroperasi jika level tank pada tangki sudah beroperasi. Dari hasil simulasi
inflow section 1 dan section 2 didapatkan bahwa pada section 1 lebih efisien dan
hanya terdapat sedikit osilasi dibanding section 2.

Pada percobaan section 3 atau outflow, tank level sebagai process variable
dan variabel kontrolnya adalah SOL2, dengan set point level sebesar 240 mm. SOL2
akan beroperasi jika tinggi fluida di dalam bejana melebihi dari set point.

Pada percobaan section 4 atau outflow, tank level sebagai process variable
dan variabel kontrolnya adalah pompa A, dengan set point level sebesar 240 mm.
Pompa A akan beroperasi jika tinggi fluida di dalam bejana melebihi dari set point
dan akan berhenti beroperasi jika level tank sesuai atau kurang dari set point. Dari
hasil simulasi ouflow section 3 dan section 4 didapatkan bahwa pada section 4 lebih
efisien dan hanya terdapat sedikit osilasi dibanding section 3.

15
3. Putri Dita Sari (019)

Pada percobaan Basic Process Control kali ini bertujuan untuk mengetahui
sistem pengendalian proses dengan temperature control, dan menganalisa sistem
pengendalian proses yang aman dan ekonomis. Tujuan pengendalian proses
adalah untuk mempertahankan kondisi proses pada nilai yang diinginkan (set
point) dengan memanipulasi variabel proses tertentu untuk mencapai variabel
yang diinginkan (Coughanowr, 1956). Pengendalian proses yang dilakukan
terhadap temperatur pada tangki dengan memasukkan set point sebagai nilai
acuan. Dan memberikan disturbance berupa besarnya bukaan PSV untuk
mengetahui adanya respon pengendali. Pada praktikum Basic Process Control
Unit 1 ini dilakukan percobaan pengendalian level. Pengendalian level atau dapat
disebut dengan pengendalian ketinggian merupakan suatu hal yang harus
dikendalikan. Apabila level atau ketinggian tidak dikendalikan maka produksi
akan terganggu. Jika ketinggian cairan melebihi ketinggian yang diinginkan maka
akan terjadi overflow atau cairan akan meluap sehingga dapat mengganggu atau
merusak alat, dan jika ketinggian cairan kurang dari ketinggian yang diinginkan
maka proses tidak dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu ketinggian suatu
cairan harus dikendalikan dalam suatu proses. Sistem kendali di dunia industri
sudah berkembang dengan pesat sebagai akibat dari kebutuhan manusia yang
semakin komplek maka sistem pengendalian yang dirancang juga semakin
komplek, misalnya pengendalian pengisian air dalam sebuah tangki penampungan
air (Yayuk, 2007).
Dalam pengendalian level ini, level dalam suatu tangki berperan sebagai
Controlled Variable. Selanjutnya drain valve yang berada pada bagian bawah
tangki berlaku sebagai disturbance yang diberikan pada saat level dalam suatu
tangki melebihi set point yang ditetapkan yaitu sebesar 250 mm. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan 4 section, dimana section 1 dan section 2 adalah
proses inflow sedangkan section 3 dan section 4 adalah proses outflow. Pada
proses inflow digunakan sistem feed forward dan aliran air melalui pompa
solenoid 1, hal ini berarti bahwa aliran utama fluida yang masuk melalui selang

16
solenoid 1. Sedangkan pada proses outflow digunakan sistem feedback dan pompa
PSV, hal ini berarti bahwa aliran utama fluida yang masuk melalui selang PSV.
Untuk kesimpulan pembahasan praktikum untuk perbandiangn percobaan
inflow atau sec 1 controler dan sec 2 lebih efisien sec 2 karena sedikit terjadi
osilasi. Kemudian untuk outflow yaitu percobaan sec 3 dan sec 4 didapatkan
efisien menggunakan sec 4 dikarenakan osilasi lebih sedikit.

4. Bintang A (05)

Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan percobaan Basic


Process Control Unit 1 dengan menggunakan alat The Armfield PCT40. Basic
process control unit dijalankan secara komputerisasi menggunakan software
khusus yang dapat mengakomodasi kebutuhan setting temperatur, tekanan, laju alir,
dan ketinggian fluida pada suatu bejana atau kolom. Pada percobaan Basic Process
Control Unit 1, digunakan sebagai pengendalian proses ketinggian air dalam tangki
dengan 2 metode yaitu feedback controller (out flow) dan feed forward controller
(inflow). Dua metode ini dibagi dalam 4 section. Section 1 dan 2 adalah feed
forward controller sedangkan section 3 dan 4 adalah feedback controller. Tujuan
dari percobaan adalah untuk menjaga suatu proses pada kondisi operasi yang
diinginkan sesuai dengan kriteria spesifikasi proses/produk dan standar lingkungan
yang ditetapkan dengan aman, efisien, dan ekonomis (Suryandari,2018)

Sebelum melakukan percobaan dan memasukkan variabel yang akan


diamati, terlebih dahulu memastikan selang atau saluran telah terhubung dari alat
hingga pompa. Pemasangan selang dari pompa, valve, ke tangki patut diperhatikan
karena pada tiap section menggunakan vavle yang berbeda. Untuk section 1
menggunakan solenoid valve, dan untuk section 2-4 menggunakan valve PSV
(pressure safety valve). Kedua valve tersebut akan beroperasi ketika fluida kurang
dari set point, namun jika valve solenoid parameternya yaitu fluida dalam bejana
besar sedangkan valve PSV fluida dalam bejana proses (Suryandari, 2018).

Pada grafik level vs time pada Section 1 – Controller yaitu kurva section 1,
Ketika level switch sudah mencapai set point nya, solenoid 1 berada pada posisi on

17
dan off secara bergantian, hal itu dikarenakan pompa solenoid menyesuaikan set
point yang telah ditentukan, ketika tinggi air yang ada didalam tangki melebihi set
point, maka pompa solenoid akan menutup dan ketika air didalam tangki kurang
dari set point maka pompa solenoid akan membuka. Dari data pengamatan yang
diperoleh, di plotkan ke dalam grafik dan dapat dilihat bahwa grafik mengalami
fluktuasi, hal ini dikarenakan ketika tinggi air yang ada didalam tangki melebihi set
point maka pompa solenoid akan menutup dan ketika air didalam tangki kurang dari
set point maka pompa solenoid akan membuka, sehingga data mengalami nilai yang
naik turun.

Pada grafik level vs time pada Section 1 – Level Float Switch, pada mode
ini, air di dalam tangki akan berhenti bertambah saat air sudah menyentuh sensor
float switch di dalam tangki, pada saat belum menyentuh sensor, pompa masih
dalam keadaan on kemudian diberikan disturbance dan air di dalam tangki
berkurang kemudian solenoid 1 mengalami posisi on dan off secara otomatis
menyesuaikan dengan ketinggian fluida. Dari data pengamatan yang didapat
kemudian diplotkan pada grafik dan grafik yang dihasilkan mengalami kenaikan
kemudian hampir mendekati steady.

Pada grafik level vs time pada Section 1 – Differential Pada mode ini, air
akan berhenti mengisi ketika air telah menyentuh sensor differential switch, pada
saat belum menyentuh sensor pompa masih dalam keadaan mengisi, setelah
menyentuh pompa mulai mati dan kemudian diberikan disturbance setelah itu
keadaan pompa on dan off secara bergantian. Dari data pengamatan diplotkan
dalam bentuk grafik, sehingga didapatkan grafik yang mengalami kenaikan
kemudian mengalami fluktuasi, hal ini dikarenakan ketika tinggi air yang ada
didalam tangki melebihi set point, maka pompa solenoid akan menutup dan ketika
air didalam tangki kurang dari set point maka pompa solenoid akan membuka,
sehingga data mengalami nilai yang naik turun.

Pada grafik level vs time pada Section 2, pada mode ini kami menggunakan
pompa PSV dan diberikan disturbance saat fluida sudah mencapai set point .PSV
akan bekerja jika tinggi fluida di dalam bejana kurang dari set point dan akan

18
berhenti bekerja jika level tank pada tangki sudah tercapai. Dari data pengamatan
yang didapat kemudian diplotkan pada grafik dan grafik yang dihasilkan mengalami
kenaikan kemudian hampir mendekati steady.

Pada grafik level vs time pada Section 3, sistem yang digunakan tidak
seperti pada section 1 dan 2, pada section 1 dan 2 sistem yang digunakan adalah,
feedback. Dimana pengendalian ini memberikan umpan balik yang dapat
digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan yang lebih baik di masa yang akan
datang. Pengendalian ini juga memberikan dasar dalam pencatatan secara formal
tentang pencapaian serta pengambilan keputusan dalam pengalokasian imbal jasa
atas dasar kinerja (Schermerhorn,1998). Sedangkan, pada section 3 dan 4
menggunakan sistem feedforward, dimana Feedforward control dirancang untuk
mengantisipasi timbulnya masalah potensial serta mengambil tindakan pencegahan
untuk menghindari terjadinya permasalahan tersebut (Schermerhorn, 1998).
Gambar kurva section 3 di atas menunjukkan bahwa ketinggian fluida di dalam
tangki mencapai set point yang ditentukan yakni 240mm, ketika air di dalam tangki
melebihi set point, karena itu pompa PSV bekerja dan menyebabkan solenoid 2
berubah dari off menjadi on. Kemudian pompa menjadi on dan off secara
bergantian sehingga ketinggian fluida mencapai keadaan steady.

Pada section 4 ini menggunakan peristaltic pump A untuk mengontrol level


dalam tangki. Ketika telah mencapai set point maka % bukaan peristaltic pump akan
naik untuk menstabilkan ketinggian air dalam tangki. Jika dibandingkan antara
section 1 hingga section 4, dapat disimpulkan section 4 yang paling bagus. Hal ini
terlihat dari respon yang dihasilkan mode ini lebih cepat dibandingkan mode
lainnya. Respon yang dimaksud adalah kondisi untuk mencapai keadaan steady dan
waktu dalam mempertahankan kondisi tersebut lebih lama.

5. Dinda A (08)
Sistem pengendalian merupakan faktor yang sangat penting di dalam industri.
Pada sistem pengendalian, parameter fisis yang dapat dikontrol antara lain
temperature, level, tekanan, aliran dan lain sebagainya. Agar hasil produksi dapat

19
berjalan dengan baik secara terus menerus, maka diperlukan sistem pengendalian
(Yunus, 2014). Sistem kontrol pada suatu proses dibutuhkan untuk memperbaiki
tanggapan sistem dinamik agar didapat sinyal keluaran seperti yang diinginkan.
Sistem kontrol yang baik mempunyai tanggapan yang baik terhadap sinyal
masukan yang beragam (Ali, 2004). Praktikum kali ini dilakukan percobaan Basic
Process Control Unit 1 yang bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian
proses dengan level control dan untuk menganalisis sistem pengendalian proses
yang aman dan ekonomis.
Perekaman data pada praktikum kali ini dilakukan oleh software PCT 40
Process Control System. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah kalibrasi alat
Basic Process Control Unit. Mengatur set point pada PID controller yaitu sebesar
220 mm. Percobaan dilakukan dalam 4 section. Interval perekaman data
dilakukan setiap 10 detik selama 10 menit . Pada section 1 menggunakan 3 mode
yaitu controller, level float switch, dan differential switch dengan level air pada
tangki sebagai process variable dan manipulated variablenya adalah laju alir air
masuk solenoid valve 1 (SOL1). Setelah mengatur set point dan mode yang akan
digunakan klik “Go” untuk perekaman data. Air masuk ke tangki penampung
dengan didorong oleh pompa, lalu solenoid valve 1 akan mengatur aliran yang
masuk sesuai dengan yang dibaca oleh level transmitter. SOL1 akan aktif berjalan
jika tinggi fluida di dalam bejana kurang dari set point dan akan mati jika level air
telah mencapai set point. Setelah level air mencapai set point berikan disturbance
beruba bukaan valve outlet lalu klik “Stop” untuk menghentikan perekaman data.
Mengulangi percobaan dengan mengganti mode yang akan digunakan dengan set
point tetap.
Pada grafik pertama terdiri dari 3 variabel yaitu controller,float switch dan
diferential. Pada percobaan sp yang diberikain yaitu 220mm. setelain mencapai
set poin disturbance, diantara variabel yang constant dan cepat mencapai set point
kembali yaitu flow switch Jika dibandingkan dengan mode controller osilasi yang
dihasilkan lebih sedikit karena solenoid valve merespon dengan baik adanya
error. Tetapi untuk merespon eror dengan baik yaitu diferential karena differential
level switch merespon error dengan baik, karena setelah diberikan disturbance,

20
sistem akan mencapai kondisi yang stabil.Setelah pengambilan data pada section 1
dengan 3 mode telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan section 2. Dengan
menggunakan set point yaitu sebesar 220 mm. Pada section 2 process variablenya
berupa level air dan manipulated variablenya adalah laju alir air masuk dan
diberikan disturbance berupa bukaan valve outlet \ Diberikan disturbance karena
section 2 merupakan proses inflow yang hanya terdapat aliran masuk ke tangki,
disturbance berfungsi untuk mengetahui respon pengendali. Disturbance
diberikan agar dapat menstabilkan ketinggian air di dalam tangki. Pengontrolan
dilakuan dengan sistem kontrol ON/OFF.
Jika dibandingkan antara section 1 dan section 2, proses section 1 lebih efektf
karena membutuhkan waktu untuk mencapai kondisi steady state lebih cepat dan
respon pengendali terhadap nilai set point baik ditunjukkan dari osilasi yang
terjadi. Dan pada grafik 2 terjadi osilasi yang banyak dan mencapai set poin
kembali cukup lama karena aliran masuk yang kecil dan disturbance yang besar
Untuk section 3 ini merupakan proses outflow, jadi tidak membutuhkan
disturbance berupa aliran keluar tangki seperti section 1-2 untuk
menyeimbangkan level dalam tangki. Section 3 menggunakan model PSV valve,
manipulated variable berupa laju alir keluar, dan disturbance berupa laju alir
masuk tangki. Set point (ketinggian level dalam tangki) yang diatur tetap 240 mm.
Proses outflow ini menggunakan sistem feedforward, artinya informasi
disturbance sensor terletak pada input atau sebelum proses.
Percobaan terakhir menggunakan section 4. Menggunakan model PSV valve,
manipulated variable berupa bukaan pompa peristaltic A , dan disturbance
berupa laju alir masuk tangki. Set point yang diatur tetap .Dan perbedaan
dengansection 3 dan section 4 lebih efektif section 4 karena cepat untuk kembali
ke set point dengan sedikit oksilasi.

6. M.Harris (013)
Pada praktikum ini akan melakukan percobaan Basic Process Control Unit 1.
Basic process control unit dilakukan secara komputerisasi menggunakan software
yang dapat menjalankan kebutuhan setting temperatur, ketinggian,lajualir dan

21
tekanan fluida pada suatu kolom ataupun bejana. Dengan menggunakan alat The
Armfield PCT 40.Pada percobaan Basic Process Control Unit 1, digunakan sebagai
pengendalian proses ketinggian air dalam tangki dengan 2 metode yaitu feed
forward controller (inflow) dan feedback controller (out flow). Dua metode ini
dibagi dalam 4 section. Section 1 dan 2 adalah feed forward controller sedangkan
section 3 dan 4 adalah feedback controller. Tujuan percobaan ini ialah untuk
menjaga suatu proses pada kondisi operasi yang diinginkan sesuai dengan kriteria
spesifikasi proses/produk dan standar lingkungan yang ditetapkan dengan aman,
efisien, dan ekonomis (Suryandari,2018)

Sebelum dilakukan percobaan, pastikan selang pipa telah terhubung dari alat
ke pompa. Tiap section akan berbeda beda pada pemasangan selang pompa ke
valve, tangki karena setiap section yang dimiliki berbeda-beda. Pada section 1
menggunakan solenoid valve, section 2-4 menggunakan valve psv (pressure safety
valve)

Pertama yang akan dilakukan ialah kalibrasi alat Basic Process Control
Unit.Atur set point pada PID controller 220 mm. Interval pada data dilakukan
setiap 10 detik selama 10 menit . Pada section 1 menggunakan 3 mode yaitu
controller, level float switch, dan differential switch dengan level air pada tangki
sebagai process variable dan manipulated variablenya adalah laju alir air masuk
solenoid valve 1 . Setelah mengatur set point dan mode yang akan digunakan klik
“Go” untuk perekaman data. Air masuk ke tangki penampung dengan didorong oleh
pompa, lalu solenoid valve 1 akan mengatur aliran yang masuk sesuai dengan yang
dibaca oleh level transmitter. SOL1 akan aktif berjalan jika tinggi fluida di dalam
bejana kurang dari set point dan akan mati jika level air telah mencapai set point.
Setelah level air mencapai set point berikan disturbance beruba bukaan valve outlet
lalu klik “Stop” untuk menghentikan perekaman data. Lalu ulangi percobaan
dengan mengganti mode yang digunakan dengan set point tetap.
Setelah mencapai set poin disturbance, diantara variabel yang constant dan
cepat mencapai set point kembali yaitu flow switch Jika dibandingkan dengan mode
controller osilasi yang dihasilkan lebih sedikit karena solenoid valve merespon

22
dengan baik adanya error. Tetapi untuk merespon eror dengan baik yaitu diferential
karena differential level switch merespon error dengan baik, karena setelah
diberikan disturbance, sistem akan mencapai kondisi yang stabil.
Lalu dilanjutkan dengan percobaan section 2 dengan set point yang sama
sebesa 220 mm. pada section 2, process variable yaitu level air dan manipulated
variabelnya yaitu laju alir yang masuk dan diberikan disturbance berupa valve
outlet. Diberikannya disturbance bertujuan agar menstabilkan ketinggian air pada
tangki

Pada section 1 dengan section 2, section 1 lebih efisien dikarenakan untuk


mencapai kondisi steady state lebih cepat dan respon pengendali terhadap nilai set
point ditunjukkan dari osilasi yang terjadi. Pada grafik 2 terjadi osilasi yang besar
dikarenakan aliran masuk yang kecil dan disturbance yang besar

Pada section 3 tidak menggunakan disturbance karena aliran tangki pada


section1-2 bertujuan untuk menyeimbangkan level pada tangki. Section 3
menggunakan model PSV, manipulated variable berupa laju alir keluar dan
disturbance laju alir masuk tangki. Set point diatur 240mm (ketinggian level dalam
tangki). Proses outflow menggunakan sistem feed forward yang berarti disturbance
sensor terletak pada inputnya atau sebelum proses dilakukan. Pada
section 4 menggunakan PSV valve, manipulated variable berupa bukaan pompa
Peristaltic A, dan disturbance laju alir masuk tangki. Set point yang digunakan tetap

Pada section 3 dengan section 4 lebih efisien pada section 4 dikarenakan


cepat untuk kembali pada set point dengan osilasi yang sedikit

23
VI. KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pada percobaan section 2 atau inflow, tank level sebagai process variable dan
variabel kontrolnya adalah PSV, dengan set point level sebesar 220 mm. PSV
akan beroperasi jika tinggi fluida didalam bejana kurang dari set point dan akan
berhenti beroperasi jika level tank pada tangki sudah beroperasi. Dari hasil
simulasi inflow section 1 dan section 2 didapatkan bahwa pada section 1 lebih
efisien dan hanya terdapat sedikit osilasi dibanding section 2.
2. Pada percobaan section 4 atau outflow, tank level sebagai process variable dan
variabel kontrolnya adalah pompa A, dengan set point level sebesar 240 mm.
Pompa A akan beroperasi jika tinggi fluida di dalam bejana melebihi dari set point
dan akan berhenti beroperasi jika level tank sesuai atau kurang dari set point. Dari
hasil simulasi ouflow section 3 dan section 4 didapatkan bahwa pada section 4 lebih
efisien dan hanya terdapat sedikit osilasi dibanding section 3.

VII. DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai