Anda di halaman 1dari 14

JOBSHEET

PENGENDALIAN LAJU ALIR (PCT 51)

OLEH :

TIM
LABORATORIUM PENGENDALIAN PROSES

JURUSAN TEKNIK KIMIA


TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Tujuan Percobaan
 Dapat mengetahui konsep-konsep dasar pengendalian proses.
 Dapat mengetahui dan memahami unit-unit pengendalian flow.
 Dapat mengendalikan laju alir suatu cairan.
 Dapat mengetahui dan memahami konfigurasi suatu pengendalian.

1. 2. Bahan dan Alat


1.2.1. Alat yang digunakan
 Seperangkat alat pengendali laju alir (Control Regulation Flow).
1.2.2. Bahan yang digunakan
 Air (Aquades).
 Udara.

1. 3. Prosedur Percobaan
1.3.1. Persiapan PC
 Kabel power dihubungkan ke PCT 51
 PC dihidupkan. Kemudian dihubungkan dengan alat PCT 51
 Klik program PCT 51
 Pada tampilan simulasi tersebut those experiment 1 > ex 1 (flow
control) (pccontrol) kemudian klik “load” pada tampilan gambar
tersebut.
 Klik power ON dan Selenoid valve (akan berwarna hijau jika on)
 Icon PID diklik pada bagian diagram
 Selanjutnya pilih mode operating lalu pilih automatis. Kemudian atur
set point, derivative time, integral time, proportional band, variable
diisi sesuai dengan variantugas.
 Kemudia pilih klik save > apply > OK
 Alat akan beroperasi
 Ikon view table pada toolbar dilkik, maka akan muncul data yang
diperoleh, laluklik selenoid valve akan ada power on, lalu klik mode
operasi lalu tekan OFF
 Kemudian penghubung PC dilepaskan dengan alat PCT 51, lalu kabel
dirapihkan

1.3.2 Open Loop (Manual)


 Secara bertahap variasikan kecepatan pompa sesuai laju alir 1,5
L/menit
 Ketika laju alir stabil, pilih “Go Icon” untuk memulai login data dan
pastikan laju alir L/menit
 Buka selenoid valve dengan mengklik tombol diagram (menunjukkan
bahwa valveterbuka). Amati laju alir dan level yang ditunjukkan pada
flow idikator berkurang sedikit, karena tambahan out flow yang
melalui selenoid valve mengurangi laju alirke flow meter. Kemudian
tingkatkan kecepatan valve pompa agar laju alir kembali ke 1,5
L/menit
 Tutup seleonid vave dengan mengklik tombol pada diagram
(menunjukkan bahwavalve tertutup). Amati laju alir dan level yanf
ditunjukkan pada flow indikator tubemeningkatkan sedikit. Karena
laju alir dari pompa hanya melalui flow meter, dan laju alir telah stabil
perhatikan kecepatan pompa dan diagram. Kemudian kurangi
kecepatan pompa agar melaju alir ke 1,5 L/ menit.
 Pilih stop icon untuk menghentikan login data
 Kembali ke diagram dan kurangi kecepatan pompa menjadi 0%

1.3.3. On-Off
 Pilih PID pada diagram atau proporsional band 0%, integral 0, dan
derivative time0, kemudian atur set point 1,5 L/menit, klik “Apply”
untuk mengatur setting
 Pilih otomatis ada operasi
 Pompa akan hidup. Flow rate akan meningkat cepat dan air akan
mengalir ke flowindicator tube, flow akan segera meningkat hingga
“Set point” controller, dengan set point 1,5 L/menit. Ketika laju alir
meningkat diatas setpoint pompa akan mati dan laju alir turun di
bawah set point pompa akan hidup kembali, siklus akan terus
menghasilkan fluktuasi debit yang sama sekali tidak dapat diterima.
Amati level yang meningkat dan turun di petunjuk laju alir.
 Pada controller PID atur setpoint 1 L/menit, klik “Apply” kemudian
amati keadaanyang sama pada setpoint yang dikurangi
 Atur set point 2,5 L/menit dan amati pada keadaan yang sama pada
setpoint yangditingkatkan
 Pilih icon stop untuk menyelesaikan login data
 Pilih manual pada mode operasi dan reset kecepatan pompa 0% pada
diagram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses dan Pengendalian Proses


Sistem proses adalah pengubahan kondisi sebuah material/bahan yang
bertujuan untukmengubah material tersebut menjadi suatu keadaan yang lebih
bermanfaat yang nantinya dapatdigunakan dalam suatu rangkaian operasi yang
perubahan tersebut dilakukan secara fisika dan kimia. Maka untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan pengendalian terhadap proses tersebut.
Sistem pengendalian atau teknik pengaturan juga dapat didefinisikan
suatu usaha atau perlakuan terhadap suatu sistem dengan masukan tertentu guna
mendapatkan keluaran sesuai yang diinginkan . Dalam buku berjudul ”Modern
Control Systems”, bahwa sistem pengaturanmerupakan hubungan timbal balik
antara komponen-komponen yang membentuk suatu konfigurasi sistem yang
memberikan suatu hasil yang dikehendaki berupa respon (Dorf, 1983).Peranan
pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan
prosesagar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Gambar 2.1 Sistem Pengendalian


Tujuan dari pengendalian proses ini di industri kimia yang sangat
dipengaruhi oleh variabel-variabel yang nantinya berdampak pada waktu
berjalannya proses industri. Agar proses itu berjalan sesuai dengan capaian yang
ditentukan, maka proses itu harus dikontrol secara automatis.
Target-target proses yang tersebut antara lain adalah:
1. Terjaminnya keselamatan (safety) baik bagi pekerja industri maupun peralatan
yang ada.
2. Terjaganya kualitas produk, misalnya komposisi produk, warna, dll. Pada
keadaan yang kontinyu dan dengan biaya minimum.
3. Proses berlangsung sesuai dengan batasan lingkungan, maksudnya limbah
yang dihasilkanoleh proses tersebut tidak melebihi ambang batas lingkungan.
4. Proses berlangsung sesuai dengan batasan-batasan operasinya. Berbagai jenis
peralatan yang digunakan dalam sebuah pabrik kimia memiliki batasan
(constraint) yang inherent untuk operasi peralatan tersebut. Batasan-batasan
itu seharusnya terpenuhi di seluruh operasi sebuah pabrik.
5. Ekonomis, operasi sebuah pabrik harus sesuai dengan kondisi pasar, yakni
ketersediaan bahan baku dan permintaan produk akhirnya. Oleh karena itu,
harus seekonomis mungkindalam konsumsi bahan baku, energi, modal, dan
tenaga kerja. Hal ini membutuhkan pengontrolan kondisi operasi pada tingkat
yang optimum, sehingga terjadi biaya operasi yang minimum, keuntungan
yang maksimum, dan sebagainya.

Gambar Pengendalian Laju Alir (PCT-51)

Jenis – Jenis Variabel Proses dalam sistem pengendalian:


1. Proses Variable (PV) adalah besaran fisika atau kimia yang menunjukkan
keadaan sistem proses yang dikendalikan tetap atau terkendali.
2. Manipulated Variable (MV) adalah varible yang digunakan untuk melakukan
koreksi ataupengendalian PV (Proses Variable). Masukan dari suatu proses
yang dapat diubah-ubah atau dimanipulasi agar process variable besarnya
sesuai dengan set point (sinyal yang diumpankan pada suatu sistem kendali
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan keluaran sistem kontrol).
3. Set Point (SP) adalah nilai variabel yang diinginkan (nilai acuan) dari suatu
proses. Suatu kontroler akan selalu berusaha menyamakan variabel terkendali
terhadap set point.
4. Gabungan (W) adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai
PV (Proses Variable) tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan suatu
proses.
5. Variabel keluaran tidak dikendalikan adalah variabel yang menunjukkan
keadaan sistem proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.
2.2. Klasifikasi Kebutuhan Sistem Pengendalian
Ada 3 klasifikasi kebutuhan sistem pengendalian secara umum:
1. Menekan pengaruh gangguan (disteurbance/upset) eksternal.
2. Memastikan kestabilan suatu proses kimia.
3. Optimisasi performansi suatu proses kimia.
2.3. Aspek-aspek Desain Sistem Kontrol
Variabel (laju alir, suhu, tekanan, konsentrasi, dll) dalam proses
dibagi menjadi 2kelompok:
1. Variabel masukan (input):
a) manipulated (adjustable) variable
b) disturbance:
2. Variabel keluaran (output):
a) dapat dikur (measured): suhu produk, laju alir produk, dll.
b) tak dapat diukur (unmeasured): suhu di tray

Adapun elemen-elemen desain sistem kontrol:


1. Mendefinisikan obyektif pengontrolan
2. Menyeleksi pengukuran
3. Menyeleksi variabel yang dimanipulasikan
4. Menyeleksi konfigurasi kontrol
5. Mendisain kontroler
2.4. Tipe – tipe Pengendalian
Berdasarkan metode evaluasinya, pengendalian dibedakan atas :
1. Pengendalian Diskontinyu
a. Pengendalian dua posisi (ON-OFF)
Dalam aksi kontrol ON-OFF, final control element hanya
mempunyai dua operasi. Jika sinyal kesalahan positif, controller
mengirim sinyal hingga final controlelement bergerak ke salah satu
posisi, dan jika sinyal kesalahan negative akan
bergerak ke posisi yang lain. Sistem ON-OFF ini akan memberikan
keluaran yangberisolasi sebelum mencapai harga set pointnya.
2. Pengendalian Kontinyu
a. Pengendalian Proportional (P)
Berfungsi mengatur elemen pengendali yang merupakan batas-
batas hidup dan mati dari suatu daya secara kontinyu dan akan
memberikan tanggapan/keluaran yang besarnya sebanding dengan
perbedaan harga antara variable yang diukur dengan titikpenggeseran
dengan perbedaan harga antara variable yang diukur dengan titik
penggeseran yang dinyatakan sebagai “error”.
b. Pengendalian Proportional Integral (PI)
Dalam pengontrolan proportional plus integral, posisi alat
pengoreksi akhir(control valve) ditentukan dua hal :
• Besarnya sinyal kesalahan, ini adalah bagian proportional.
• Integral waktu dari sinyal kesalahan, artinya besarnya kesalahan
dikalikandengan waktu dimana kesalahan tersebut terjadi, ini
adalah bagian integral.

c. Pengendalian Proportional Integral Derevatif (PID)


Dua karakteristik proses yang sangat sulit pengontrolannya,
dimana control PI tidak lagi memadai, yaitu : proses dengan beban
berubah dengan sangat cepat dan proses yang memiliki kelambatan yang
besar antara tindakan korektif dan hasil yang muncul dari tindakan
tersebut. Dalam aksi pengontrolan PID, posisi alat pengoreksi akhir
(control valve) ditentukan oleh dua hal :
• Besarnya sinyal kesalahan, ini adalah bagian proportional.
• Integral waktu dari sinyal kesalahan, artinya besarnya kesalahan
dikalikan dengan waktu dimana kesalahan tersebut terjadi, ini
adalah bagian integral.
• Laju perubahan kesalahan terhadap waktu. Perubahan kesalahan
yang cepat menyebabkan suatu aksi korektif yang lebih besar dari
perubahan kesalahan. Iniadalah bagian derivative.
2.5. Jenis-jenis Pengendalian berdasarkan Metode Umum
1. Sistem Pengendalian Manual
Sistem pengendalian manual adalah sistem pengendalian yang
dilakukan olehmanusia. Aksi yang diberikan oleh manusia terhadap
sistem mempengaruhi hasil pengendalian suatu proses tersebut.
Sehingga kesalahan yang muncul juga sepenuhnya berasal dari
manusia itu sendiri. Pada sistem kendali manual ini juga termasuk
dalam kategori sistem kendali jerat tertutup.
2. Sistem Pengendalian Otomatis
Sistem pengendalian tidak didominasi oleh aksi manusia yang
dilakukan terhadap sistem tersebut. Peran manusia digantikan oleh
sistem kontroler yang telah diprogram secara otomatis sesuai
fungsinya, sehingga bisa memerankan aksi sepertiyang dilakukan oleh
manusia. Di dunia industri modern banyak sekali sistem kendali yang
memanfaatkan kontrol otomatis, apalagi untuk industri yang bergerak
pada bidang yang prosesnya membahayakan keselamatan jiwa
manusia.
3. Sistem Pengendalian Digital
Dalam sistem pengendalian otomatis terdapat komponen -komponen
utama sepertielemen proses, elemen pengukuran (sensing element dan
transmitter), elemen controller (control unit), dan final control
element (control value ).

Gambar 2.2 Pengendalian Digital


4. Sistem Pengendalian Kontinyu
Sistem pengendalian yang berjalan secara kontinyu selalu
menunjukkan adanya respon dari sistem apabila keluaran yang
dihasilkan tidak sesuai dengan set point yang diinginkan. Pada
gambar 2.7. Sinyal e(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m(t) yang
keluar dari kontroler adalah sinyal kontinyu.

Gambar 2.3 Pengendalian Kontinyu


5. Sistem pengendalian Adaptive
Sistem pengendalian yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan lingkungan disekitarnya.
6. Sistem Pengendalian Diskrit ( digital)
Sistem pengendalian yang berjalan secara diskrit tidak berjalan setiap
saat, hanya pada waktu -waktu tertentu saja (pada saat terjadi
pencuplikan pada waktu cupliknya). Pada gambar 2.2 sinyal e*(t)
yang masuk ke kontroler dan sinyal m*(t)yang keluar dari kontroler
adalah sinyal digital. Sampler pada gambar 2.2 dipergunakan untuk
mengubah dari sinyal kontinyu e(t) menjadi sinyal digital e*(t).
Rangkaian holding device dipakai untuk mengubah sinyal digital ke
sinyal kontinyu.

Gambar 2.4 Pengendalian Disktrit


2.6. Konfigurasi Sistem Pengendali
1. Pengendali umpan maju
Logika kerjanya alat pengendali melakukan tindakan sebelum
gangguan memberikan akibat pada proses. Umumnya
mempergunakan peng atur (controller)serta aktuator kendali (control
actuator) yang berguna untuk memperoleh respon sistem yang baik.
Sistem kendali ini keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh
kontroler. Suatu keadaan apakah plant benar-benar telah mencapai
target seperti yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak dapat
mempengaruhi kinerja kontroler.

Gambar 2.5 Sistem pengendalian umpan maju


2. Pengendali umpan balik
Logika kerjanya alat pengendali melakukan tindakan setelah gangguan
memberikan akibat pada proses. sistem kendali ini memanfaatkan
variabel yang sebanding dengan selisih respon yang terjadi terhadap
respon yang diinginkan.

Gambar 2.6 Sistem pengendalian umpan balik

3. Pengendali Interensial
Yaitu jenis pengendali yang menggunakan hasil pengukuran sekunder
untuk mengatur peubah pengendalinya, misalnya untuk kasus
pengaturan level. Hasil pengukuran yang dikontrol adalah aliran
masuk dan keluar.
2.7. Penganalisisan sistem pengendalian
Dalam mengendalikan variabel proses adalah dengan analisis dan
perancangan. Beberapa faktor yang harus dikuasai untuk me lakukan analisis
sistem pengendalian atau teknik pengaturan adalah:
1. Penguasaan dasar-dasar matematika
Dasar analisis dan perancangan sistem pengendalian yang sering dijumpai
yaitu persamaandiferensial, Transpormasi Laplace, Transpormasi Z, Fourier,
matrik, dan sebagainya.
2. Penguasaan pemodelan matematika sistem fisik
Sebuah sistem fisik akan sulit di analisis apabila model matematika sistem tidak
diketahui.
3. Respon sistem pengendalian
Untuk memudahkan analisis biasanya dipergun akan respon transien dan
frekuensi. Contohrespon diilustrasikan pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Respon pengendalian


4. Kestabilan sistem pengendalian
Dasar analisis kestabilan biasanya dipergunakan kriteria Routh -Hurwitz,
pecahan kontinyu, letak akar dan Nyiquist.

2.8. Perangkat Keras dalam Suatu Sistem Pengendalian Proses.


1. Plant, merupakan suatu objek fisik yang menjalani proses yang
dikendalikan oleh suatusistem control.
2. Controller, berfungsi memperoleh informasi dari hasil pengukuran dari
instrument yaitusinyal Process Variable (PV), membandingkan dengan
Set Point (SP), menghitung banyaknya koreksi yang diperlukan sesuai
dengan algoritmanya (P,PI, dan PID), dan kemudian mengeluarkan sinyal
koreksi (Manipulated Variable) untuk ditransmisikan ke control valve.
3. Sensor, merupakan suatu instrument yang berfungsi memperoleh
informasi tentang apayang sedang terjadi di dalam suatu proses.
4. Transmitter, berfungsi membawa sinyal yang diperoleh dari sensor untuk
selanjutnya dikonversikan oleh transducer.
5. Transducer, berfungsi mengubah sinyal pengukuran kedalam besaran-
besaran fisik tertentu. Sehingga nilai pengukuran tersebut dapat dibaca.
6. Final Control Element, merupakan elemen terakhir yang menerima
perintah yang diberikan oleh controller. Salah satu elemen pengendali
akhir yang sering dijumpai adalah control valve. Control valve menerima
sinyal perintah dari controller dan mengimplementasikan dalam aksi.
Misalnya apabila controller memutuskan untuk menaikkan laju aliran
(flow rate) suatu fluida, maka control valve akan membuka ataumenutup
untuk mengimplementasikannya.
7. Recorder, untuk mencatat atau merekan nilai hasil pengukuran

Anda mungkin juga menyukai