PENDAHULUAN
1.1.Tujuan Percobaan
1.1.1. Untuk mengetahui cara kerja PCT-42 pH control
1.1.2. Mengetahui pengendalian dengan metode direct action dan reverse
action
1.2.Dasar Teori
1.2.1. Defenisi
Sistem proses adalah rangkaian operasi yang menangani
konversi material dan/atau energy sehingga material dan/atau energy
itu berada dalam keadaan yang di inginkan. Keadaan itu dapat
berupa besaran fisika atau kimia, seperti : suhu, tekanan, laju alir,
level dan sebagainya. Pada penjelasan ini, pengertian sistem proses
sudah mencakup bahan dan alur proses serta peralatannya.
Pengendalian proses adalah usaha untuk mencapai tujuan
proses agar berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan. Namun,
apakah pengendalian proses itu diperlukan? jawabannya bias ya
atau tidak. Proses tidak perlu dikendalikan jika memang tujuan
proses tercapai tanpa unsur pengendalian. Contoh sederhana adalah
mempertahankan suhu air pada 100 oC. Tanpa dikendalikan pun, air
yang mendidih suhunya tetap 100oC pada tekanan 1 atm.
Sebaliknya, proses perlu dikendalikan jika untuk mencapai tujuan,
perlu pengawasan terus-menerus. Contohnya yaitu mempertahankan
suhu air pada suhu 40 oC dalam udara bersuhu kamar dan tekanan
normal.
Tiga hal yang menjadi alasan penting mengapa proses perlu
dikendalikan yaitu :
Keamanan Operasi
mencegah
kecelakaan
karena
kondisi
optimal.
Faktor Ekonomi
Pabrik didirikan untuk menghasilkan uang. Sehingga produk
akhir harus sesuai dengan permintaan pasar. Prinsipnya, bukan
kualitas produk terbaik yang diharapkan, tetapi kualitas yang
dapat diterima pasar dengan biaya operasional rendah sehingga
menghasilkan untung yang sebesar-besarnya. Kualitas sangat
bagus tetapi memerlukan biaya operasional yang tinggi, sehingga
harga jual menjadi mahal dan tidak laku di pasar sudah tentu
tidak diharapkan. Atas dasar itu peranan pengendalian proses
adalah membuat kondisi operasi agar menghasilkan produk yang
sesuai permintaan pasar.
adalah
bagian
dari
pengendalian
Variabel terkendali
SISTEM
PROSES
Variabel termanipulasi
: komposisi umpan
Variabel termanipulasi:
Variabel terkendali
Laju refluks
Laju kalor ke pendidih ulang
Laju distilat
Laju produk bawah
Laju air pendingin
:
-
Komposisi distilat
Komposisi produk bawah
Tinggi permukaan akumulator
refluks
Tinggi permukaan kolom bawah
Tekanan kolom
kolom
1.2.2.3.
simpal
terbuka
bekerja
tanpa
dengan
sistem
simpal
terbuka,
pada
sistem
P1
P2
Q1
P3
Keran
Q2
Q3
X1
Gambar 1.2 Sistem Pengendalian Simpal Terbuka.
1.2.3.1.
Langkah pengendalian
Selengkapnya, langkah pengendalian umpan balik adalah
sebagai berikut
a) Mengukur. Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah
mengukur atau mengamati nilai variabel proses.
b) Membandingkan. Hasil pengukuran atau pengamatan variabel
proses (nilai terukur) dibandingkan dengan nilai acuan (set
point)
c) Mengevaluasi. Perbedaan antara nilai terukr dan nilai acuan
dievaluasi untuk menentukan langkah atau cara melakukan
koreksi atas perbedaan itu.
d) Mengoreksi. Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel
proses, agar perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan tidak
ada atau sekecil mungkin.
1.2.3.2.
Instrumentasi Proses
Pelaksaan keempat langkah tersebut memerlukan intrumentasi
berikut.
pengendali.
Bagian
ini
bertugas
membandingkan,
tetap meskipun terjadi perubahan laju alir. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengatur laju alir kukus sedemikian rupa sehingga
suhu air keluar selalu tetap. Dengan demikian dapat ditentukan
nama-nama variabel pada proses ini, yaitu :
Kukus
Ts, S
Air
To, F
Keterangan:
F : Laju Alir
S : Laju alir kukus (steam)
T0 : Suhu Air Masuk
Ts : Suhu kukus
T : Suhu Air Keluar
Keterangan
TT = Unit Pengukuran Suhu
TC = Unit Pengendali Suhu
CV = Unit kendali akhir
disebut aksi naik turun (increase deecrease) atau disebut juga aksi
berlawanan (reverse action). Kebalikan darii mekanisme tersebut adalah
aksi naik naik ( increase-increasae) atau disebut juga aksi langsung (direct
action). Artinya jika PV naik, menyebabkan MV juga naik.
1.2.4. Diagram Blok
Penggambaran suatu sistem atau kaomponen dari sistem dapat
berbentuk blok ( kotak) yang dilengkapi dengam sinyal masuk dan
keluar. Sinyal tersebut dapat berupa arus listrik, Tegagan,
alliran,cairan tekanan cairan, pH kecepatan, posisi, dsb. Sinyal yang
perlu digambarkan hanyalah sinyal masuk dan keluar yang secara
langsung berperan dalam sistem. Sedangkan sumber energi atau
massa yang masuk biasanya tidak digambarkan
Sebagai contoh, keran air yang dipakai mengalirkan air ke
tangki. Cadangan air sebagai sumber massa. Sinyal masukan adlah
sudut putar kran ( posisi bukaan kran) Sinyal keluar adalah laju alir.
Disini yang perlu digambarkan adalah sudut putar ( posis bukaan
kran) dan laju alir. Sedangkan cadangan air tidak perlu digunakan
(gambar 1.5)
Sudut
Putar
Keran
Gambar 1.5 Diagram blok pengaturan laju air dengan keran
Keluaran
Sistem
Masukan
Keluaran
Sistem
Termometer
Raksa
Tekanan
Suhu
Tinggi
Raksa
Alir
Suhu
Putar
Aliran
Pemanas
Transmiter
Tekanan
Termokopel
Penukar Panas
Variabel proses
(T)
Sistem Proses
Pemaasan Air
Termanipulasi
M+
+
Sistem
Keterangan
m: variabel termanipulasi (MV)
w : variabel gangguan
c : variabel proses
m
Gc
Gv
Gp
y
H
Gambar 1.10 Diagram blok lengkap sistem pengendalian proses
pemanasan air.
Keterangan gambar :
r : nilai acuan atau set point value (SV)
c : variabel proses
(PV)
e : sinyal galat (error) dengan e = r y
Gc : Pengendali
y : sinyal pengukuran
Gv : katup pengendali
u : sinyal kendali
H : transmiter
U +
GC
y
GP
sedikit
Tanggapan osilasi
Osilasi kontinyu ( = 0)
y
pengendalian
proses
adalah
pengendalian
erat
berkaitan
dengan
kualitas
Minimum overshoot
Minimum settling time
Minimum offset
Tanggapan cepat,
hasilnya stabil, dan tidak ada penyimpangan dengan nilai acuan.
Beban
Settling time
Variabel proses
Maximum error
(overshoot)
Offs
et
1.2.7.3.
yaitu jenis tes dan kriteria yang tepat. Jenis tes yang paling sering
dipakai adalah dengan cara mengubah nilai acuan atau beban secara
mendadak (step response test). Dari hasil tes selanjutnya dihitung
apakah memenuhi kriteria atau tidak. kriteria yang paling umum di
industry adalah :
error, IAE)
redaman kritik (critical damping)
Kriteria
redaman
seperempat
amplitudo.
kriteria
ini
Gambar 1.15 Kriteria integral galat absolut (IAE = luas daerah yang
diarsir)
Kendali
P.I.D
(Propotional-Integral-Derivative
Controller)
Sistem Kontrol PID ( ProportionalIntegralDerivative
controller ) merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu
sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada
sistem tesebut ( Feed back ).
Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara pengaturan yaitu
kontrol P (Proportional), D (Derivative) dan I (Integral), dengan
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam
implementasinya masing-masing cara dapat bekerja sendiri maupun
gabungan diantaranya. Dalam perancangan sistem kontrol PID yang
perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar
tanggapan sinyal keluaran system terhadap masukan tertentu
sebagaimana yang diinginkan.
1.2.9.1.
Kontrol Propotional
1.2.9.2.
respon
transien
yang
tinggi
sehingga
dapat
justru
dapat
menyebabkan
output
berosilasi
karena
1.2.9.3.
menyetting
pengaturan
parameter.
Di
dalam
tangki
Masukan
Keluaran
Sistem