Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan

1. Mengenal peralatan yang digunakan dalam Pressure Control


2. Mengamati prinsip kerja dari Pressure Control
3. Mengamati respon dari mode Pengendaliaan Proposional (P), Proposional Integral
(PI), dan Proposional Integral Derivatif (PID).
4. Membandingkan respon antara flow control dengan pressure control

1.2 Dasar Teori

1.2.1 Definisi Pengendalian Proses


Pengendalian proses adalah bagian dari pengendalian secara automatik
yang diterapkan di bidang teknologi proses untuk menjaga kondisi proses
agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh komponen yang terlibat dalam
pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau sistem kontrol.

1.2.2 Jenis Variabel


Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang
pengendalian proses adalah variabel proses (process variable, PV) atau
disebut juga variabel terkendali (controlled variable). Variabel proses adalah
besaran fisik atau kimia yang menunjukkan keadaan proses. Variabel ini
bersifat dinamik artinya nilai variabel dapat berubah spontan atau oleh sebab
lain baik yang diketahui maupun tidak. Diantara banyak macam variabel
proses , terdapat empat macam variabel dasar, yaitu : suhu (T), tekanan (P),
laju alir (F) dan tinggi permukaan cairan (L).
Dalam teknik pengendalian proses , titik berat permasalahan adalah
menjaga agar nilai variabel proses tetap atau berubah mengikuti alur
(trayektori) tertentu. Variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi atau
mengendalikan variabel proses disebut variabel termanipulasi (manipulated
variable, MV) atau variabel pengendali. Sedang nilai yang diinginkan dan
dijadikan acuan atau referensi variabel proses disebut nilai acuan (setpoint
value, SV). Selain ketiga jenis variabel tersebut masih terdapat variabel lain
yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur (measured disturbance)
maupun tidak terukur (unmeasured disturbance) dan variabel keluaran tak
terkendali (uncontrolled output variable). Variabel gangguan adalah variabel
masukan yang mampu mempengaruhi nilai variabel proses, tetapi tidak
digunakan untuk mengendalikan. Variabel keluaran tak terkendali adalah
variabel keluaran yang tidak dikendalikan secara langsung.

Gangguan terukur Variabel terkendali

Variabel tak terukur


Sistem Proses

Variabel Termanipulasi Variabel tak terkendali

Gambar 1. Jenis variabel dalam sistem proses

Sebagai contoh proses destilasi fraksionasi dalam kolom piring


memiliki jenis variabel sebagai berikut :
- Gangguan terukur : laju alir umpan
- Gangguan tak terukur : komposisi umpan
- Variabel termanipulasi : - laju refluks
- laju kalor ke pendidih ulang
- laju destilat
- laju produk bawah
- laju alir pendingin

- Variabel terkendali : - komposisi destilat


- komposisi produk bawah
- tinggi permukaan akumulator refluks
- tinggi permukaan kolom bawah
- tekanan kolom
- Variabel tak terkendali : suhu tiap piring sepanjang kolom.
1.2.3 Jenis Sistem Pengendalian
1.2.3.1 Sistem Pengendalian Simpal terbuka dan Tertutup
Berdasarkan atas ada atau tidak adanya umpan balik, sistem
pengendalian dibedakan atas sistem pengendalian simpal terbuka
(open – loop control system) dan sistem pengendalian simpal
tertutup (closed loop control system).
Sistem pengendalian simpal terbuka bekerja tanpa
membandingkan variabel proses yang dihasilkan dengan nilai acuan
yang diinginkan. Sistem ini bekerja semata – mata bekerja atas dasar
masukan yang telah dikalibrasi. Sebagai contoh sederhana adalah
keran air yang terkalibrasi. Dengan memandang keran sebagai suatu
sistem, maka bukaan keran (sudut putaran keran) adalah sebagai
masukan dan laju alir air sebagai keluaran sistem. Berdasarkan
hukum dinamika fluida, laju air tergantung pada beda tekanan yang
melintas keran. Misal pada posisi keran X1 dengan beda tekanan P2
mengalir air pada laju Q2 (gambar 2.2). Jika oleh sebab tertentu tiba
– tiba beda tekanan berubah menjadi P1, maka posisi keran tetap X1
dan menghasilkan laju alir Q1. Dengan demikian sistem
pengendalian simpal terbuka tidak dapat mengatasi perubahan beban
atau gangguan yang terjadi.
Meskipun dari uraian di atas, sistem simpal terbuka
merupakan sistem yang buruk, karena tidak mampu mengatasi
gangguan, tetapi memiliki keuntungan sebagai berikut :
 Lebih murah dan sederhana dibandingkan sistem simpal tertutup
 Jika sistem mampu mencapai kestabilan sendiri, maka akan tetap
stabil
Untuk mengatasi kekurangan sistem simpal terbuka , operator
pabrik akan mengatur kembali besarnya gangguan agar diperoleh
sasaran yang diinginkan. Tetapi dengan tinadakan operator ini
berarti telah membuat sistem simpal tertutup.Berbeda dengan sistem
simpal terbuka , pada sistem pengendalian simpal tertutup terdapat
tindakan membandingkan nilai variabel proses dengan nilai acuan
yang diinginkan. Perbedaan ini digunakan untuk melakukan koreksi
sedemikian rupa sehingga nilai variabel proses sama atau dekat
dengan nilai acuan. Dengan demikian terdapat mekanisme umpan
balik. Sehingga sistem pengendalian simpal tertutup lebih dikenal
dengan sistem pengendalian umpan balik

Keran air
X terkalibrasi Q
keran

Gambar 2. Sistem Pengendalian Simpal Terbuka

Meskipun sistem simpal tertutup mampu mengatasi gangguan


atau perubahan beban tetapi memiliki kelemahan sebagai berikut :
 Lebih mahal dan kompleks dibanding sistem simpal terbuka
 Dapat membuat sistem tidak stabil, meskipun sebenarnya
tanpa umpan balik sistem dapat mencapai kestabilan sendiri.

1.2.3.2 Sistem Pengaturan dan Pengendalian


Berdasarkan nilai acuan, sistem pengendalian umpan balik
dibedakan atas dua jenis yaitu sistem pengendalian dengan nilai
acuan tetap (dibidang elektro sering disebut sistem pengaturan) dan
sistem pengendalian dengan nilai acuan berubah (dibidang mekanik
sering disebut sistem pengendalian, sistem servo atau tracking).
Tujuan utama sistem pengaturan adalah mempertahankan agar nilai
variabel proses tetap pada nilai yang diinginkan. Sedangkan pada
sistem pengendalian, tujuan utamanya adalah mempertahankan agar
nilai variabel proses mengikuti perubahan nilai acuan.
Di bidang teknologi proses termasuk teknik kimia, meskipun
hampir semuanya bekerja dengan titik acuan tetap tetapi lebih
populer dengan istilah sistem pengendalian dan bukan sistem
pengaturan. Hal ini disebabkan karena istilah pengendalian lebih
mencerminkan kondisi dinamik.

1.2.3.3 Sistem Pengendalian Umpan balik


Prinsip mekanisme kerja sistem pengendalian umpan balik
adalah mengukur variabel proses dan kemudian melakukan koreksi
bila nilainya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ciri utama
pengendalian umpan balik negatif. Artinya jika nilai variabel proses
berubah terdapat umpan balik yang melakukan tindakan untuk
memperkecil perubahan itu.

1.2.4 Langkah Pengendalian


Langkah – langkah pengendalian adalah sebagai berikut :
a. Mengukur
Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau
mengamati nilai variabel proses
b. Membandingkan
Hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai
terukur) dibandingkan dengan nilai acuan (setpoint)
c. Mengevaluasi
Perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan dievaluasi untuk
menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas
perbedaan itu
d. Mengoreksi
Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses agar
perbedaan nilai terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil
mungkin.
1.2.5 Instrumentasi Proses
Pelaksanaan keempat langkah pengendalian seperti yang telah
dijelaskan pada point 1.2.4 memerlukan instrumentasi berikut :
a. Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang
berupa besaran fisik atau kimia seperti laju alir, tekanan, suhu,
pH, konsentrasi dan sebagainya menjadi sinyal standar.
Bentuk sinyal standar yang populer di bidang pengendalian
proses adalah berupa sinyal pneumatik (tekanan udara) dan
sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian besar
yaitu :
1. Sensor yaitu elemen perasa yang langsung bersentuhan
dengan variabel proses
2. Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal
dari sensor (gerakan mekanik, perubahan hambatan,
perunahan tegangan atau arus) menjadi sinyal standar.

Dalam bidang pengendalian proses, istilah transmiter lebih


populer dibandingkan dengan tranduser. Meskipun keduanya
berfungsi serupa, tetapi transmiter mempunyai makna pengirim
sinyal pengukuran ke unit pengendali yang biasanya terletak jauh
dari tempat pengukuran, ini lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya
di pabrik.
b. Unit Pengendali
Bagian ini bertugas membandingkan, mengevaluasi, dan
mengirimkan sinyal ke unit kendali akhir. Evaluasi yang
dilakukan berupa operasi matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian , integrasi dan diferensiasi.
Hasil evaluasi berupa sinyalkendali yang dikirim ke unit
kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal standar yang
serupa dengan sinyal pengukuran.
c. Unit kendali akhir
Bagian ini bertugas menerjemahkan sinyal kendali menjadi
aksi atau tindakan koreksi melalui pengaturan variabel
termanipulasi. Unit ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu
aktuator dan elemen kendali akhir. Aktuator adalah penggerak
elemen kendali akhir. Bagian ini dapat berupa motor listrik,
solenoida dan membran pneumatik. Sedangkan elemen kendali
akhir biasanya berupa katup kendali (control valve) atau
elemen pemanas.
1.2.6 Diagram blok
Penggambaran suatu sistem atau komponen dari sistem dapat
berbentuk blok (kotak) yang dilengkapi dengan garis sinyal masuk
dan keluar. Sinyal dapat berupa arus listrik, tegangan (voltase),
tekanan, aliran cairan, tekanan cairan, suhu, pH, kecepatan, posisi
dan sebagainya. Sinyal yang perlu digambarkan hanyalah sinyal
masuk dan sinyal keluar yang secara langsung berperan dalam
sistem. Sedangkan sumber energi atau massa yang masuk biasanya
tidak digambarkan.
Diagram blok lengkap sistem pengendalian flow digambarkan
sebagai berikut :

W-
r+ e U M+ C
GC GV GP

y-

Gambar 3. Diagram Blog Lengkap Pengendalian Flow

Keterangan gambar :
r+ = nilai acuan atau setpoint value (SV)
e = sinyal galat (error) dengan e = r –y
y = sinyal pengukuran
u = sinyal kendali
M+ = variabel termanipulasi
W- = variabel gangguan
C = variabel proses
GC = komputer
GV = pompa A
GP = orifice
H = transmiter
PC PT

Keterangan :

PC : unit pengendalian pressure


pressure controller
PT : unit pengukuran pressure
pressure transmiter
GV : unit control akhir (pompa A)

AIR GV

Gambar 4. Diagram Instrumentasi Pengendalian Proses Kontrol pressure

pressure dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian


transmiternya (PT) ke unit pengendali pressure (PIC). Di dalam unit
pengendali pressure akan dibandingkan dengan nilai acuan yang
diharapkan. Jika tidak sesuai dengan acuan, maka unit pengendali
akan member sinyal ke unit kendali akhir untuk melakukan aksi.
1.2.6.1 Tanggapan transien sistem tertutup
Sistem pengendalian dapat lebih disederhanakan, yaitu
dengan memandang sistem sebagai suatu blok dengan dua
masukan (r dan w) dan satu keluaran (y).
r
SISTEM PENGENDALIAN
W y

Gambar 5. Penyederhanaan Sistem Pengendalian Sebagai Satu Blok


Jika ke dalam sistem pengendalian terjadi perubahan
nilai acuan, idealnya nilai variabel proses dapat mengikuti
nilai acuan baru. Tetapi kondisi demikian biasanya tidak
terjadi. Nilai variabel proses akan mengalami beberapa
kemungkinan perubahan yaitu :
 Tanpa osilasi (overdamped)
 Osilasi teredam (underdamped)
 Osilasi kontinyu (sustained oscillation)
 Tidak stabil (amplitudo membesar)

Keempat tanggapan di atas dibuat dengan memberi


masukan berupa step function yaitu dengan perubahan
mendadak dari satu nilai masukan konstan ke nilai
masukan konstan yang lain. Besarnya perubahan tersebut
biasanya paling besar 10 %.Tanggapan tanpa osilasi
bersifat lambat namun stabil. Sedangkan tanggapan
osilasi teredam memiliki sedikit gelombang di awal
perubahan, dan selanjutnya amplitudo mengecil dan
akhirnya hilang. Tanggapan ini cukup cepat meskipun
sedikit terjadi kestabilan.
Pada tanggapan dengan osilasi kontinyu variabel
proses secara terus menerus bergelombang dengan
amplitudo dan frekuensi yang tetap. Terakhir tanggapan
tidak stabil, memiliki amplitudo membesar. Kondisi
demikian sangat berbahaya karena dapat merusak sistem
keseluruhan.

y
y

Tanggapan teredam ( ζ > 1) Tanggapan osilasi teredam ( 0 < ζ < 1)


y

Osilasi kontinyu( ζ = 1) Tak stabil ( ζ < 0)

Gambar 6. Tanggapan Sistem Pengendalian Simpal Tertutup Pada Perubahan Nilai


Acuan

Dari keempat kemungkinan tadi yang paling dihindari


bahkan sama sekali tidak boleh terjadi adalah tanggapan
tidak stabil dengan amplitudo membesar. Sedangkan
tanggapan osilasi kontinyu dalam beberapa hal masih bisa
diterima , meskipun cukup berbahaya.
Perhatian untuk praktisi industri , meskipun variabel
proses secara terus menerus terlihat berayun seperti
mengalami osilasi kontinyu, tetapi belum tentu benar-
benar terjadi osilasi dalam sistem pengendalian . Boleh
jadi kondisi demikian memang sifat variabel itu sendiri,
misalnya aliran gas atau turbulensi fluida.

1.2.7 Tujuan pengendalian


1.2.7.1 Hakikat Utama
Hakikat utama tujuan pengendalian proses adalah
mempertahankan nilai variabel proses agar sesuai dengan
kebutuhan operasi. Makna dari pernyataan ini adalah satu
atau beberapa nilai variabel proses mungkin perlu
dikorbankan semata – mata untuk mencapai tujuan yang
lebih besar, yaitu kebutuhan operasi keseluruhan agar
berjalan sesuai yang dinginkan.
1.2.7.2 Tujuan Ideal dan Praktis
Tujuan ideal adalah mempertahankan nilai variabel
proses agar “sama” dengan nilai acuan. Sedangkan tujuan
praktis adalah mempertahankan nilai variabel proses
“disekitar” nilai acuan dalam batas – batas yang ditetapkan.
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas
pengendalian yang didasarkan atas bentuk tanggapan
variabel proses. Setelah terjadi perubahan nilai acuan
(setpoint) atau beban diharapkan.
o Penyimpangan maksimum dari nilai acuan sekecil
mungkin
o Waktu yang diperluakan oleh variabel proses
mencapai kondisi mantap sekecil mungkin
o Perbedaan nilai acuan dan variabel proses setelah
tunak sekecil mungkin
Atau dapat dinyatakan dengan istilah umum sebagai
berikut :
o Minimum overshoot
o Minimum settling time
o Minimum offset
Dengan kata lain kualitas pengendalian yang
diharapkan adalah :
o Tanggapan cepat
o Hasilnya stabil dan tidak ada penyimpangan dengan
nilai acuan
beban

Settling time

variabel
proses

offset
Maximum error
(overshoot)

Gambar 7. Tanggapan Sistem Pengendalian

1.2.8.Kriteria kualitas Pengendalian


Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal yaitu
jenis tes dan kriteria yang tepat. Jenis tes yang paling sering dipakai
adalah dengan cara mengubah nilai acuan atau beban secara mendadak
(step response test). Dari hasil tes selanjutnya dihitung apakah
memenuhi kriteria atau tidak. Kriteria yang paling umum dipakai
industri adalah :
o Redaman seperempat amplitudo (quarter amplitudo decay
ratio). Kriteria ini merupakan kriteria popular di kalangan
praktisi dan teoritis, sebab mampu mengakomodasikan ketiga
kualitas pengendalian sebagaimana sudah disebutkan. Maksud
kriteria redaman seperempat amplitude adalah, amplitudo
puncak berikutnya memiliki nilai seperempat dari puncak
amplitudo sebelumnya. Atau decay ratio sebesar 0,25.
o Nilai acuan dari integral galat absolut (integral absolut
error,IAE). Kriteria ini dipakai jika overshoot diatas nilai acuan
tidak diperkenankan. Kondisi redaman kritik merupakan batas
osilasi tersendam. Tanggapan pasa redaman kritik adalah paling
cepat dan tanpa overshoot.
o Redaman kritik (critical damping). Kriteria integral galat
absolute menunjukkan luas total galat.
BAB II
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

 Alat yang digunakan adalah PCT-40


 Bahan yang digunakan adalah air

3.1 Prosedur Kerja

a. Mode Manual

1. Memastikan bahwa peralatan telah terhubung dengan benar, seperti kabel USB dan
selang pembuangan di bawah tangki.
2. Menyalakan Komputer dan alat.
3. Mengklik dua kali ikon PTC-40.
4. Pilih Section 10 : Pressure Control lalu klik load.
5. Mengklik “ sampel “, pilih “ sampel configuration “ pada menu “ sampel “
6. “Configuration” diisikan parameter :
 Sampling operation : Automatic
 Automatic sampling parameter :
1. Sampel Interval : 5 sec
7. Mengklik OK
8. Mengklik ikon View Graph lalu klik Format dan pilih Graph Data.
9. Mengklik ikon View Diagram
10. Mengklik icon “control” dan memilih mode operasi “manual” kemudian set
“manual output” dan klik “apply”, Setelah itu tutup screen.
11. Kemudian memvariasikan nilai kolom “ bukaan PSV “ pada 70 – 100 dengan
kelipatan 10, mencatat “pressure ( mmH2O )” pada setiap variasi.
b. Mode automatic
1. Menyalakan komputer dan alat
2. Mengklik dua kali ikon PCT 40
3. Pilih section 10 : pressure control lalu klik load
4. Mengklik “sample”, pilih ”sampel configuration” pada menu “sampel
configuration” diisikan parameter :
 Sampling operation : Automatic
 Automatic sampling parameter :
1. Sampel interval : 5 sec
5. Mengklik icon “PID” lalu setting :
 Set Point : 63 mmH2O
 Propotional band (P) :5%
 Derivative Time (D) :0s
 Integral Time (I) :0s
 Pilih “mode of operation” : Automatic
6. Pilih icon “ Go” pada taskbar untuk memulai percobaan.
7. Amati respon yang terjadi pada setpoint tercapai
8. Setelah 5 menit pilih icon “STOP” untuk menghentikan “record data” percobaan
9. Buka grafik table data, buat analisa dari kondisi operasi dan data yang di “record”
selama percobaan
10. Lakukan langkah diatas dengan set proposional band (P) pada 5 % dan integral
time (I) pada 5 s, proposional band (P) pada 10 % dan integral time (I) pada 0 s,
proposional band (P) pada 10 % dan integral time (I) pada 5 s, proposional band
(P) pada 15 % dan integral time (I) pada 0 s, proposional band (P) pada 15 % dan
integral time (I) pada 5 s,
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

set point 63 mm P5% P 5% I 5s P 10%


Sample Elapsed Pressure Flowrate Pressure Flowrate Pressure Flowrate set
Number Time point
P3 F1 P3 F1 P3 F1
[mm] [ml/min] [mm] [ml/min] [mm] [ml/min]
1 0 156 716 90 454 88 517 63
2 5 48 297 17 155 54 437 63
3 10 81 485 73 448 91 634 63
4 15 48 367 72 448 57 523 63
5 20 105 617 83 451 97 653 63
6 25 72 443 83 453 65 538 63
7 30 97 499 15 162 93 650 63
8 35 97 501 89 461 94 660 63
9 40 55 307 55 303 84 639 63
10 45 92 457 65 404 89 690 63
11 50 89 454 68 499 77 639 63
12 55 88 457 70 497 85 696 63
13 60 52 308 80 508 47 576 63
14 65 85 456 38 346 78 639 63
15 70 85 465 65 544 45 548 63
16 75 82 465 36 489 82 703 63
17 80 83 485 79 552 81 699 63
18 85 48 344 63 371 83 719 63
19 90 81 497 66 412 88 752 63
20 95 79 493 69 499 82 686 63
21 100 85 524 89 541 81 680 63
22 105 59 404 86 455 82 693 63
23 110 95 491 17 159 82 687 63
24 115 57 305 67 464 47 580 63
25 120 94 454 30 360 82 686 63
26 125 94 454 80 479 47 579 63
27 130 92 453 79 430 81 691 63
28 135 92 455 75 451 81 686 63
29 140 53 305 74 456 78 683 63
30 145 88 455 52 305 80 694 63
31 150 86 453 79 434 84 695 63
32 155 85 458 6 163 84 696 63
33 160 50 311 86 481 81 683 63
34 165 82 461 85 453 114 748 63
35 170 49 338 81 452 50 437 63
36 175 94 483 82 453 85 569 63
37 180 93 455 17 171 106 665 63
38 185 93 453 72 447 47 478 63
39 190 93 455 34 284 88 684 63
40 195 55 305 67 448 78 651 63
41 200 92 454 68 508 80 684 63
42 205 89 453 92 520 80 692 63
43 210 81 491 91 456 51 608 63
44 215 46 387 52 302 86 720 63
45 220 86 516 72 419 81 679 63
46 225 49 323 35 269 84 694 63
47 230 113 601 76 431 83 691 63
48 235 113 599 40 281 82 683 63
49 240 56 337 87 497 48 586 63
50 245 94 486 87 497 81 682 63
51 250 56 305 47 308 81 677 63
52 255 93 455 85 461 79 684 63
53 260 93 453 16 163 81 698 63
54 265 92 455 68 448 48 603 63
55 270 55 305 68 494 84 716 63
56 275 89 454 92 509 85 707 63
57 280 89 454 92 456 82 684 63
58 285 85 453 53 302 82 686 63
59 290 86 458 68 467 82 688 63
60 295 49 311 30 337 47 580 63
61 300 82 473 92 472 82 682 63
set point 63 mm P 10% I 5s P 15% P 15% I 5s
Sample Elapsed Pressure Flowrate Pressure Flowrate Pressure Flowrate set
Number Time point
P3 F1 P3 F1 P3 F1
[mm] [ml/min] [mm] [ml/min] [mm] [ml/min]
1 0 78 652 95 668 83 717 63
2 5 69 579 100 708 71 669 63
3 10 72 596 98 700 74 689 63
4 15 71 587 99 716 74 658 63
5 20 63 561 78 650 72 639 63
6 25 30 472 92 745 38 509 63
7 30 81 651 53 617 74 627 63
8 35 86 568 93 763 36 496 63
9 40 44 378 64 689 72 639 63
10 45 71 574 83 732 76 664 63
11 50 25 403 88 757 67 582 63
12 55 76 593 89 729 85 550 63
13 60 90 572 86 714 32 294 63
14 65 64 425 89 732 66 548 63
15 70 82 572 87 722 54 592 63
16 75 53 431 83 707 75 615 63
17 80 73 562 89 738 74 606 63
18 85 41 453 55 640 63 563 63
19 90 25 426 87 748 70 629 63
20 95 87 713 61 687 31 512 63
21 100 53 494 91 742 71 659 63
22 105 70 561 83 688 67 600 63
23 110 72 588 89 726 56 573 63
24 115 67 558 91 738 81 732 63
25 120 72 611 87 713 50 574 63
26 125 68 571 90 732 63 624 63
27 130 71 602 86 722 72 683 63
28 135 38 500 83 699 24 531 63
29 140 67 560 48 598 79 672 63
30 145 32 454 88 751 61 530 63
31 150 70 584 62 686 74 593 63
32 155 69 577 90 738 80 647 63
33 160 68 584 88 721 71 585 63
34 165 73 620 90 733 74 609 63
35 170 70 584 89 727 15 425 63
36 175 68 567 88 725 71 640 63
37 180 67 557 88 721 57 590 63
38 185 70 587 84 711 70 605 63
39 190 33 458 89 740 72 621 63
40 195 70 584 55 645 68 615 63
41 200 34 467 89 757 73 659 63
42 205 68 582 61 680 38 525 63
43 210 70 605 87 718 107 747 63
44 215 72 601 84 700 64 469 63
45 220 73 623 90 770 9 292 63
46 225 68 575 93 787 78 688 63
47 230 69 577 86 746 56 561 63
48 235 68 571 90 768 67 582 63
49 240 69 579 94 765 72 631 63
50 245 32 447 86 710 65 610 63
51 250 70 573 53 616 71 655 63
52 255 34 465 89 730 50 534 63
53 260 69 581 52 615 66 608 63
54 265 74 601 88 737 33 572 63
55 270 88 592 87 732 67 660 63
56 275 77 430 85 732 68 669 63
57 280 52 330 92 779 71 719 63
58 285 65 510 92 756 71 721 63
59 290 32 437 87 727 58 656 63
60 295 77 630 88 728 70 716 63
61 300 42 482 89 729 66 685 63
3.2 Tabel Perbandingan
3.2.1 Flow Control
proposional osilasi overshoot offset Settling time

PB 5 % teredam 22 91 90 s

PB 10 % Kontinyu 5 7 105 s

PB 15 % kontinyu 18 7 105 s

PB 5 %, I 5 s Kontinyu 40 8 30 s

PB 10 %, I 5 s Tidak stabil 10 9 -

PB 15 %, I 5 s Kontinyu 11 1 100 s

3.2.2 Pressure Control


Proposional osilasi overshoot offset Settling time

PB 5 % Kontinyu 50 19 45 s

PB 10 % kontinyu 51 19 20 s

PB 15 % kontinyu 31 25 50 s

PB 5 %, I 5 s Kontinyu 29 29 60 s

PB 10 %, I 5 s Tidak stabil 27 21 -

PB 15 %, I 5 s Tidak stabil 44 3 -

3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk mngenenali peralatan yang digunakan dlama
pressure control, memahami prinsip kerja sistem pressure control dan memahami respon
dari pengendalian propotional, integral dan derivativ pada pressure control.
Tujuan pertama yaitu mengenali peralatan yang digunakan dalam pressure control.
Alat yang digunakan yaitu strainer, PSV, Transmitter dan manometer sensor. Strainer
berfungsi sebagai alat penyaring kotoran. Alat penyaring ini dipasang pada jalur pipa
sebelum PSV agar aliran lancar dan mempunyai mutu bagus. PSV sebagai unit pengendali
akhir yang bekerja dengan cara apabila ada tekanan yang masuk ke disc bagian PSV
sampai over pressure, maka disc akan terbuka. Disc mempunyai kemampuan untuk
menahan pressure dari sistem bertekanan tergantung dari settingan spring dan kekuatan
spring diatur olehadjuster screw. Manometer sensor sebagai unit pengukur yang berfungsi
mengukur tekanan yang masuk. Transmitter berfungsi untuk mengubah sinyal listrik
menjadi sinyal standar. Hasil sinyal yang sudah diterjemahkan ini disebut sinyal
pengukuran.komputer sebagai unit pengevaluasi dan unit membandingkan. Komputer akan
membandingkan sinyal pengukuran dan nilai acuan (setpoint).
Tujuan kedua pada praktikumadalah memahami prinsip kerja sistem pressure
control. Variabel proses ini adalah tekanan dengan setpoint 63 mmH2O. air dialirkan dari
PDAM menuju ke strainer untuk disaring agar tidak ada kotoran yang mengganggu sistem,
lalu air masuk ke PSV lalu air masuk ke PSV maka laju alir masuk ke PSV inilah yang
disebut gangguan. Karena tekanan dan laju alir pada PDAM tidak stabil. Setelah ada
tekanan di PSV, maka PSV akan membuka dan masuk melewati manometer sensor.
Manometer tersebut akan membaca tekanan dari laju alir tersebut. Sensor dikirim ke
transmitter untuk diubah menjadi sinyal standar agar dapat dibaca oleh komputer,
komputer akan menerjemahkan menjadi sinyal pengukur. Lalu dibandingkan dengan nilai
acuan, apabila tidak sesuai maka komputer kakan mengirim sinyal pengendalinke PSV
sehingga akan mengatur bukaan PSV agar laju alir keluar PSV ini disebut Manipulated
Variabel.
Tujuan ketiga yaitu memahami respon pengendalian propotional, integral dan
derivativ pada pressure control. Metode yang digunakan dalam proses pengendalian ini,
yaiut metode Variasi Propotional dan variasi Propotional Integral. Pada metode
pengendalian proposional yang divariasikan adalah nilai proposional band (PB) yaitu 5%,
10%, 15% dengan integral time dan derivative time 0 s. pada grafik dengan variasi PB 5%,
10%, 15% menunjukan osilasi kontinyu sehingga terdapat settling time pada masing-
masing PB yaitu 45 s, 20 s, 50 s. Pada propotional band 5 % terdapat offset sebesar 19 dan
overshoot sebesar 50, . Pada propotional band 10 % terdapat offset sebesar 19 dan
overshoot sebesar 51 dan . Pada propotional band 15 % terdapat offset sebesar 25 dan
overshoot sebesar 31.pada grafik dengan PB 5% osilasi kontinyu dengan settling time 60 s,
pada PB 10% dan 15% osilasi tidak stabil sehingga tidak terdapat settling time. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai proposional band maka semakin
besar nilai offset dan nilai overshoot semakin kecil. Selanjutnya metode pengendalian
propotional integral dengan variasi proposional band yaitu 5%, 10%, 15% dan integral
time masing-masing 5 s dan derivative 0 s. Pada propotional band 5 % dan I 5 s terdapat
offset sebesar 29 dan overshoot sebesar 29, . Pada propotional band 10 % dan I 5 s terdapat
offset sebesar 21 dan overshoot sebesar 27 dan Pada propotional band 15 % I 5 s terdapat
offset sebesar 3 dan overshoot sebesar 44. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin besar nilai proposional band dengan integral 5 s, maka semakin kecil nilai offset
dan semakin besar nilai overshoot. Jadi, dari kedua metode pengendalian yang digunakan
dengan masing-masing data dapat disimpulkan bahwa pengendalian yang baik yaitu
pengendalian propotional integral dengan PB 5%, 10%, 15% dengan integral time 5 s
karena dapat dilihat pada grafik pressure lebih stabil mendejati setpoint dan offset yang
kecil.
Tujuan keempat yaitu membandingkan respon antara flow control dengan pressure
control pada nilai PID yang sama dengan variasi PB antara flow control dan pressure
control nilai settling time kecenderungan lebih cepat pada presure control, nilai offset
kecenderungan lebih kecil terhadap flow control nilai overshoot kecenderungan lebih besar
pada pressure control dan tanggapan osilasi yang baik (kontinyu) terjadi pada pressure
control.
Pada nilai PID yang sama dengan variasi PI antara flow control dan pressure
controlnilai settling time kecenderungan lebih banyak pada flow control, nilai offset
kecenderungan lebih kecil pada flow control, nilai overshoot kecenderungan lebih besar
terhadap pressure control dan tanggapan osilasi yang baik terjadi pada flow control karena
lebih banyak memiliki osilasi kontinyu.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


 Unit pengkuran yang digunakan adalah manometer, unit pengendali yang
digunakan computer, unit kendali akhir yang digunakan adalah PSV.
 Variabel proses adalah tekanan, variabel gangguan adalah laju alir masuk PSV,
variable termanipulasi adalah laju alir keluar PSV.
 Sifat pengendalian Proportional Band (PB) semakin besar nilai P-nya maka nilai
variabel prosesnya akan semakin menjauhi setpoint-nya maka offset-nya akan
semakin besar.
 Mode pengendalian PI ( proportional integral ) digunakan P 5%, 10%, 15%
dengan nilai integral time (TI) 5 s semakin besar nilai PB maka respon
pengendalian menjadi lebih lama untuk stabil tetapi didapatkan offset yang lebih
kecil..
 Dari praktikum ini dilakukan 2 variasi pengendalian yaitu P , PI dapat disimpulkan
bahwa pengendalian yang paling optimal adalah pada mode pengendalian PI
 Pada pengendalian PB tanggapan yang baik adalah pada pressure kontrol karena
memiliki kecenderungan osilasi kontinyu
 Pada pengendalian PI tanggapan osilasi yang baik terjadi pada flow control karena
lebih banyak memiliki osilasi kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA

Dewananda,dio, 2017. “Laporan Pressure Control Dengan PCT-40”.


http//:www.diodewananda.blogspot.co.id, time : 14.30

Setiawan, 2008.KONTROL PID UNTUK PROSES INDUSTRI.


http//www.kontrolpid.pdf, time: 21.00
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai