PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem proses adalah rangkaian operasi yang menangani konversi
material dan atau energi sehingga material dan atau energi itu berada
dalam keadaan yang diinginkan. Keadaan itu dapat berupa besaran fisika
atau kimia, seperti suhu, tekanan, laju alir, tinggi permukaan cairan,
komposisi, pH dan sebagainya. Disini pengertian sistem proses sudah
mencakup bahan dan alur proses beserta peralatannya. Sengaja tidak
membedakan sistem proses dan pemroses, sebab kata sistem
mengandung pengertian seluruh komponen yang terlibat dalam suatu
proses.
Pengendalian proses pada dasarnya adalah usaha untuk mencapai
tujuan proses agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Namun
apakah memang betul betul diperlukan pengendalian proses. Jawaban
terhadap pertanyaan ini bisa tidak atau ya. Proses tidak perlu
dikendalikan
jika
memang
tujuan
proses
tercapai
tanpa
unsur
2) Kondisi operasi
Pada operasi atau reaksi tertentu diperlukan kondisi tertentu
pula. Pengendalian diperlukan agar beroperasi secara optimal.
3) Faktor ekonomi
Pabrik didirikan adalah untuk menghasilkan uang. Sehingga
produk akhir harus sesuai dengan permintaan pasar. Prinsipnya
bukan kualitas produk terbaik yang diharapkan, tetapi kualitas
yang dapat diterima pasar dengan biaya operasional rendah
sehingga menghasilkan untung sebesar besarnya. Kualitas sangat
bagus tetapi memerlukan biaya operasional yang tinggi, sehingga
harga jual menjadi mahal dan tidak laku di pasar, sehingga hal itu
tidak diharapkan. Atas dasar itu peranan pengendalian proses
adalah membuat kondisi operasi agar menghasilkan produk yang
sesuai permintaan pasar.
1.2
Tujuan Percobaan
Dalam percobaan kontrol tekanan ini, memilki tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui prinsip kerja dari alat Flow Control (laju alir).
2. Pengendalian
laju
air
dengan
menggunakan
mode
kontrol
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Definisi
Pengendalian proses adalah bagian dari pengendalian secara
automatik yang diterapkan di bidang teknologi proses untuk menjaga
kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh komponen
yang terlibat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau
sistem kontrol.
2.2
Jenis Variabel
Jenis variabel yang mendapatkan perhatian penting dalam bidang
pengendalian proses adalah variabel proses (process variable, PV) atau
disebut juga variabel terkendali (controlled variable). Variabel proses
adalah besaran fisik atau kimia yang menunjukkan keadaan proses.
Variabel ini bersifat dinamik artinya nilai variabel dapat berubah spontan
atau oleh sebab lain baik yang diketahui maupun tidak. Diantara banyak
macam variabel proses , terdapat empat macam variabel dasar, yaitu : suhu
(T), tekanan (P), laju alir (F) dan tinggi permukaan cairan (L).
Dalam teknik pengendalian proses , titik berat permasalahan adalah
menjaga agar nilai variabel proses tetap atau berubah mengikuti alur
(trayektori) tertentu. Variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi
atau mengendalikan variabel proses disebut variabel termanipulasi
(manipulated variable, MV) atau variabel pengendali. Sedang nilai yang
diinginkan dan dijadikan acuan atau referensi variabel proses disebut nilai
acuan (setpoint value, SV). Selain ketiga jenis variabel tersebut masih
terdapat variabel lain yaitu gangguan (disturbance) baik yang terukur
(measured disturbance) maupun tidak terukur (unmeasured disturbance)
dan variabel keluaran tak terkendali (uncontrolled output variable).
Variabel gangguan adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi
nilai variabel proses, tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan.
Variabel keluaran tak terkendali adalah variabel keluaran yang tidak
dikendalikan secara langsung.
Variabel terkendali
Ganguan terukur
Sistem Proses
Gangguan terukur
komposisi umpan
Variabel termanipulasi
- laju refluks
- laju kalor ke pendidih ulang
- laju destilat
- laju produk bawah
- laju alir pendingin
Variabel terkendali
- komposisi destilat
- komposisi produk bawah
- tinggi permukaan akumulator refluks
- tinggi permukaan kolom bawah
- tekanan kolom
2.3
sistem
pengendalian
simpal
tertutup
terdapat
tindakan
P1
Q1
P2
Q2
P3
Q3
keran
X1
X
Keran air
terkalibrasi
2.4
Langkah pengendalian
Langkah langkah pengendalian adalah sebagai berikut :
a. Mengukur
2.5
Instrumentasi Proses
Pelaksanaan keempat langkah pengendalian seperti yang telah
dijelaskan pada point 2.4 memerlukan instrumentasi berikut :
a.
Unit Pengukuran
Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang berupa
besaran fisik atau kimia seperti laju alir, tekanan, suhu, pH, konsentrasi
dan sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar yang populer
di bidang pengendalian proses adalah berupa sinyal pneumatik (tekanan
udara) dan sinyal listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian besar
yaitu :
1. Sensor yaitu elemen perasa yang langsung bersentuhan dengan
variabel proses
2. Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal dari sensor
(gerakan mekanik, perubahan hambatan, perunahan tegangan atau
arus) menjadi sinyal standar.
Dalam bidang pengendalian proses, istilah transmiter lebih populer
dibandingkan dengan tranduser. Meskipun keduanya berfungsi serupa,
tetapi transmiter mempunyai makna pengirim sinyal pengukuran ke unit
pengendali yang biasanya terletak jauh dari tempat pengukuran, ini lebih
sesuai dengan keadaan sebenarnya di pabrik.
b.
Unit Pengendali
Bagian
ini
bertugas
membandingkan,
mengevaluasi,
dan
matematika
seperti
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian,
c.
2.6
Diagram Blok
Penggambaran suatu sistem atau komponen dari sistem dapat
berbentuk blok (kotak) yang dilengkapi dengan garis sinyal masuk dan
keluar. Sinyal dapat berupa arus listrik, tegangan (voltase), tekanan, aliran
cairan, tekanan cairan, suhu, pH, kecepatan, posisi dan sebagainya. Sinyal
yang perlu digambarkan hanyalah sinyal masuk dan sinyal keluar yang
secara langsung berperan dalam sistem. Sedangkan sumber energi atau
massa yang masuk biasanya tidak digambarkan.
Diagram blok lengkap sistem pengendalian flow digambarkan
sebagai berikut :
Wr+
GC
GV
M+
GP
yH
Gambar 2.6.1 diagram blog lengkap pengendalian flow
Keterangan gambar :
r+
sinyal pengukuran
sinyal kendali
variabel termanipulasi
variabel gangguan
variabel proses
GC =
komputer
GV =
pompa A
GP =
orifice
transmiter
FC
FT
Keterangan :
PC : unit pengendalian laju alir
flow controller
PT : unit pengukuran laju alir flow
transmiter
GV : unit control akhir (pompa A)
AIR
G
V
Gambar 2.6.2 Diagram Instrumentasi Pengendalian Proses Kontrol Laju Alir
Laju Alir dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian transmiternya (PT)
ke unit pengendali laju alir (PC). Di dalam unit pengendali laju alir akan
dibandingkan dengan nilai acuan yang diharapkan. Jika tidak sesuai dengan
acuan, maka unit pengendali akan member sinyal ke unit kendali akhir untuk
melakukan aksi.
Osilasi kontinyu( = 1)
Gambar 2.6.1.2 Tanggapan sistem pengendalian simpal tertutup pada perubahan nilai acuan
2.7
Tujuan Pengendalian
2.7.1
Hakikat Utama
Hakikat utama tujuan pengendalian proses adalah mempertahankan
nilai variabel proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi. Makna dari
pernyataan ini adalah satu atau beberapa nilai variabel proses mungkin
perlu dikorbankan semata mata untuk mencapai tujuan yang lebih besar,
yaitu kebutuhan operasi keseluruhan agar berjalan sesuai yang dinginkan.
2.7.2
sama
dengan
nilai
acuan.
Sedangkan
tujuan
praktis
adalah
Settling time
variabel
proses
offset
Maximum error
(overshoot)
2.8
sebab
mampu
mengakomodasikan
ketiga
kualitas
mampu
mengakomodasi
ketiga
kualitas
pengendalian
ini
dipakai
jika
overshoot
diatas
nilai
acuan
tidak
Gambar 2.8.1 kriteria integral galat absolut (IAE)/ luas daerah yang diarsir
2.9
Model-model Pegendalian
2.9.1 Pengendalian Proportional
Pengendalian proportional menghasilkan sinyal kendali yang
besarnya sebanding dengan sinyal galat (error). Sehingga terdapat
hubungan tetap dan lancar antara variabel proses (PV) dan posisi elemen
kendali akhir. Gain pengendali proportional adalah perubahan posisi katub
dibagi dengan perubahan tekanan. Di kalangan praktisi industri besaran
gain kurang populer. Sebagai gantinya dipakai besaran Proportional Band
(PB) yaitu perubahan galat / variabel proses yang dapat menghasilkan
perubahan sinyal kendali sebesar 100%. Besaran ini lebih mencerminkan
kebutuhan pengendalian dibandingkan gain proportional.
Lebar
proportional
band
menentukan
kestabilan
sistem
2.10
Transfer Function
WR+
GC
GV
yH
M+
GP
((
BAB III
METODOLOGI
2.
3.
4.
5.
Mengklik ikon View Graph lalu klik Format dan pilih Graph Data.
6.
7.
:0
:0
Set Point
: 250
9.
10. Mengamati respon yang terjadi dengan membuka grafik dan table data
dengan cara klik ikon graphics.
11. Menimpan semua data dalam bentuk Microsoft Excel (.xls)
12. Mengulangi langkah di atas dengan memvariasi nilai PB (Proportional
Band) dengan nilai 2, 5, 10, 20, 30, dan 50%
13. Untuk Pengendalian TD dengan mengulangi langkah
7 hingga 11
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan
Percobaan yang dilakukan ini adalah control flow merek PCT-40. Tujuan
dari percobaan ini adalah mengenal peralatan yang digunakan dalam control flow;
mengetahui prinsip kerja dari sensor; mengamati prinsip kerja system control
pressure; mengamati respon dari mode pengendalian PB, TD, dan TI terhadap
flow.
Pada percobaan ini diinginkan setpoint sebesar 250. Yang pertama
digunakan adalah mode pengendalian P (Proportional) atau PB (Proportional
Band) dengan nilai yang divariasikan yaitu 2, 5, 10, 20, 30, dan 50%. Pada PB
10% tanggapannya merupakan osilasi stabil dan lebih dekat dengan setpoint
karena offsetnya kecil, sama halnya dengan PB 20% dan 30% hanya saja lebih
jauh dari setpoint. Sedangkan pada PB 2, 5, dan 50%, tanggapannya adalah osilasi
kontinyul namun jauh dari setpoint dan overshootnya besar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mode pengendalian PB cepat stabil tetapi semakin jauh dari
setpoint dan offsetnya juga semakin besar.
Pada mode pengendalian TD (Derivatife Time) digunakan Proportional
Band dengan nilai : 10% (konstan) ; dan Integral Time 10% dengan nilai
Derivatife Time variasi 5, 10, 15, 20, 25 dan 30%. Dari grafik dapat dilihat
tanggapannya osilasi stabil sehingga dari setiap nilai tersebut cenderung stabil,
mendekati setpoint dan overshootnya kecil. Dari perbedaan disetiap perubahan
nilai TD yang divariasikan, nilai PB dan TI yang tetap dapat disimpulkan bahwa
cepat stabil, offset dan overshootnya kecil.
Pada mode pengendalian TI (Integral Time) digunakan PB : 10%
(konstan) ; nilai Derivatife Time: 0 (konstan); dan nilai Integral Time dengan
variasi 5, 10, 15, 20,25 dan 30%. Dari grafik dapat dilihat tanggapan dari nilai PB,
TD tetap dan nilai TI yang divariasikan sehingga tanggapannya adalah osilasi tak
stabil tetapi hasil akhirnya cenderung mendekati setpoint. Dapat disimpulkan
bahwa mode pengendalian dengan variasi ini
overshootnya kecil, dan mendekati setpoint.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
DAFTAR PUSTAKA