Disusun Oleh:
Kelompok IV (A1)
.1 Pemecahan
Bahan padat dapat dipecah dengan berbagai cara, tetapi hanya 4 metode
yang dapat dilakukan dengan mesin pemecah yaitu:
1. Tekanan (kompresi)
2. Pukulan (imlak)
3. Gesekan (atrisi)
4. Pemotongan
.2 Grinding Mill
Grinding adalah Alat yang digunakan untuk menggiling berbagai
jenis bahan,mencakup batu bara, pigmen dan feldspar. Grinding mill dapat
menangani umpan dengan ukuran hingga 50 mm. Efisiensi penggilingan
meningkat dengan kuantitas bahan hingga ruang-ruang antar bola terisi.
Penambahan umpan lebih lanjut akan merendahkan efisiensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran produk:
1. Laju umpan, laju umpan yang tinggi akan mengurangi
keefektifan penggilingan.
2. Sifat-sifat bahan umpan
3. Diameter bola, bola yang kecil akan menghasilkan produk yang halus.
Untuk operasi yang ekonomis, maka harus menggunakan bola
dengan ukuran sekecil mungkin.
4. Kecepatan rotasi mill, kecepatan optimum 1/2-1/4 kecepata kritis.
Kecepatan kritis adalah kecepatan minimum dimana bola-bola akan
berputar bersama-sama dengan mill.
5. Level bahan didalam mill. Konsumsi daya akan berkurang jika level
bahan didalam mill rendah.
.2.1 Kominusi
Kominusi (comminution) adalah istilah umum yang digunakan untuk
operasi penghancuran. Contoh peralatan kominusi adalah mesin penghancur
(crusher) dan mesin penggiling (grinder). Penghancuran yang ideal hendaknya:
1. Memiliki kapasitas besar
2. Memerlukan masukan daya yang rendah per satuan produk
3. Menghasilkan produk dengan distribusi ukuran seseragam mungkin
atau dengan distribusi ukuran tertentu sesuai dengan yang dikehendaki.
.2.2 Alat Pemecah Sedang (Grinder)
Size reduction (pengecilan ukuran) berarti membagi suatu bahan
padat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dari ukuran semula, sesuai dengan
kebutuhan dengan menggunakan gaya-gaya mekanis. Umumnya tujuan dari
size reduction adalah : memungkinkan pemisahan komponen yang tak
dikehendaki dengan cara mekanik, untuk mempercepat pelarutan, mempercepat
reaksi kimia, untuk memperkecil bahan-bahan berserat agar mudah
penaganannya, mempertinggi kemampuan penyerapan, mempercepat
transportasi, dan mempermudah proses lanjut.
Ada berbagai macam alat pemecah sedang (grinder), diantaranya adalah
Ball mill dan attrition mill. Ball/road mill adalah salah satu alat penghalus
yang menggunakan road (batang) sebagai penggiling. Alat ini terdiri dari suatu
shell silinder yang didalamnya terdapat media penggiling, yang tercampur
dengan bahan gilingan dan akhirnya terjadi tumbukan terhadap bahan
gilingan dengan road. Biasanya media penggiling tersebut dipasang paralel
dengan sumbu putar, batang (road) biasanya terbuat dari baja karbon.
Prinsip kerja alat ini adalah material akan diperhalus akibat tumbukan
antara batang penggiling yang berada dalam shell silinder yang berputar pada
sumbu putar horizontal. Prinsip kerjanya adalah umpan masuk melalui
bukaan pada pusat piring (circular disc), umpan akan mengalami gesekan
diantara alur permukaan datar lebih halus maka umpan akan keluar yang
sebelumya melewati ayakan (Gibbs, 1990).
.3 Pengayakan
(Brown, 1950)
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
.1 Hasil
.1 Tabel 4.1 Run I, (10 menit)
.2 Pembahasan
Pada percobaan Percobaan pemecahan dan pengayakan (crushing and
screening) percobaan dilakukan dengan menggunakan bahan baku kering yaitu
beras dilakukan dengan 3 kali run. Setiap run dilakukan dengan waktu pemecahan
(crushing) yang berbeda-beda. Run I lama pemecahan (crushing) dilakukan
selama 10 menit, Run II selama 20 menit dan Run III lama pemecahan 30 menit.
Nomor mesh yang digunakan untuk setiap run adalah sama, yaitu: 20, 50, 80, 100
dan 200 mesh. Dengan bukaan ayakan yang sama, yaitu: 0,850; 0,300; 0,18; 0,106
dan 0,076. Setiap run yang dilakukan bertujuan untuk melihat massa dari partikel
yang lolos (undersize) dari setiap ayakan dan massa yang tertahan di atas ayakan
(oversize).
Pada Run I didapati hasil dari alat Grinding mill untuk partikel/masaa
yang lolos nilainya berbanding terbalik antara no mesh dan massa yang lolos.
Dikarenakan bahwa semakin kecil no mesh maka lubang aperture ayakan akan
lebih besar, hingga massa yang lolos terhadap ayakan lebih banyak daripada
massa yang tertahan.
Namun, pada massa yang tertahan didapati nilai berbanding lurus dengan
no mesh yang digunakan. Semakin kecil no mesh maka semakin kecil massa yang
tertahan, dan semakin besar no mesh yang digunakan maka semakin banyak
massa yng tertahan pada ayakan (Brennan, 1968)
Pada Run II, dapat dilihat hasi massa yang lolos berbanding terbalik
dengna no mesh yang digunakan. Dimana hasil yang didapati massa yang tertahan
pada mesh 20 yaitu 32,43 gr, Pada mesh 50 yaitu 30,14 gr, pada mesh 80 yaitu
3,68 gr, pada mesh 100 yaitu 2,05 gr, dan pada mesh 200 didapat 1,54 gr. Dari
hasil tersebut dapat dilihat massanya berbanding lurus dengan no mesh,
dikarenakan faktor drai penggilingannya, semakain lama waktu yang digunakan
dalam penggilingan maka bahan yang digiling semakin halus.
Pada percobaan Run ke III. Massa yang lolos berbanding terbalik denagn
mesh yang digunakan, tapi pada massa yang tertahan tidak sama dikarenakan
waktu penggilingannya sehingga jumlah yang didapat berbanding terbalik dengan
no mesh, sedangkan oversize yang didapat berbanding lurus dengan no mesh.
Semakin lama waktu penggilingan maka semakin halus produk yang didapat .
run2
40 run 3
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250
Grafik 4.2.1 perbandingan Run I, II, III pada fraksi massa lolos dengan no mesh
Pada grafik yang terdapat diatas pada Run ke II dan Run ke III adalah
grafik yang tidak berbanding lurus dengan no mesh, karena pada no mesh yang
rendah, fraksi yang didapat tinggi. Secara logika, fraksi massa yang lolos, akan
berbanding terbalik terhadap no mesh yang ada. Hal ini dikarenakan pengaruh
faktor pengayakan, penggilingannya, lama proses pengayakan, dan waktu
penggilingan untuk proses pengayakan.
run 1
Massa gr yang tertahan
50
run 2
40
run 3
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250
Grafik 4.2.2 perbandingan Run I, II, III pada fraksi massa lolos dengan no mesh
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada no mesh yang kecil, maka
fraksi tertahan juga kecil dan sebaliknya. Pada Grafik Run I ,Run II dan Run III
berbanding lurus dengan no mesh. Semakin kecil no mesh yang digunakan maka
semakin kecil fraksi massa tertahan yang didapat dan ini terjadi karena proses
pengayakan yang dilakukan dengan waktu yang berbeda. Semakin lama waktu
penggilingan, produk/partikel sesuai dengan yang diinginkan (Brennan, 1968) .
Grafik 4.2.3 Perbandingan Run I, II, III pada Dpm dengan waktu
Pada grafik diatas, ditunjukkan bahwa semakin rendah/sedikit waktu yang
digunakan untuk pengayakan, maka diameter partikel yang didapat semakin
tinggi, dan otomatis luas yang dihasilkan semakin kecil, karena diameter terhadap
luasnya berbanding terbalik. Pada Run ke II, waktu yang digunakan pada
penggilingan lebih lama dari pada waktu penggilingan pada Run I sehingga,
diameter partikel yang dihasilkan baik pada partikel yang dihasilkan pada Run I.
Hal ini akan berpengaruh terhadap proses penggilingannya, semakin lama waktu
penggilingan yang digunakan, ukuran partikel dan diamternya semakin kecil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan
1. pemecahan adalah pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan
kerja mekanis, yaitu pembagiannya menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil.
2. hal yang dapat diperhatikan dalam pengayakan yaitu jenis ayakan, cara
pengayakan, ukuran pengayakan, waktu pengayakan dan sifat bahan yang
akan diayak
3. Semakin tinggi no mesh, maka semakin kecil nilai DP-nya dan sebaliknya
semakin rendah nilai No mesh semakin besar pula nilai DP-nya.
4. Massa total yang lolos ;
Pada Run I pada waktu 10 menit : 48,69 gram
Pada Run II pada waktu 20 menit : 54,29 gram
Pada Run III pada waktu 30 menit : 82,36
gram
5. Massa total yang tertahan ;
Pada Run I pada waktu 10 menit : 72,47 gram
Pada Run II pada waktu 20 menit : 69,89 gram
Pada Run III pada waktu 30 menit : 69,35
gram
5.2 Saran
Disarankan agar saat praktikum lebih teliti dan berhati-hati saat melakukan
praktikum dan menggunakan alat yang berfungsi dengan baik agar hasil yang
didapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Brady E, James. 1995. Kimia Universitas, Jilid 1. Jakarta: Bina Aksara.
Brown, G.G. 1950. Unit Operation, Modern Asia ed. New York: John Wiley &
Son, Inc.
Gibb, K. 1990. Advanced Pysic. New York; Cambridge University
Brennan. 1968. Food Enginering Operations. London: Applied
Science Publishers Limited.
Geankoplis, Christie. 1993. Transport Processes And Unit Operation Third
Edition. London: Prentice Hall International.
Penuntun Praktikum Malikussaleh. 2011. Proses Teknik Kimia I.
Lhokseumawe: Universitas Malikussaleh Bukit Indah.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMAT
PERHITUNGAN
= 0,575
bukaan ayakan 5 0+bukaan ayakan 8 0
b. Dp2 =
2
0,300+0,180
=
2
= 0,24
= 0,091
1. Run 10 menit
a. Fraksi massa lolos
1
Dpm = x 1 x 2 x 3 x4 x5
+ + + +
Qs . Dp1 Qs . Dp 2 Qs . Dp3 Qs. Dp 4 Qs . Dp 5
1
= 0 , 721 0,150 0,084 0,041 0,004
+ + + +
( 0,5 )( 0 ,575) ( 0,5 ) (0 , 24) ( 0,5 ) (0 , 1 43) ( 0,5 ) (0 ,091) ( 0,5 ) (0 ,07 6)
1
=
2,507+1,25+1,174+ 0,901+ 0,105
= 0,000168
b. Fraksi massa tertahan
1
Dpm = x1 x2 x3 x4 x5
+ + + +
Qs . Dp1 Qs . Dp 2 Qs . Dp3 Qs. Dp 4 Qs . Dp 5
1
= 0,522 0,389 0,043 0,022 0,023
+ + + +
( 0,5 )( 0 ,575) ( 0,5 ) (0 , 24) ( 0,5 ) (0 , 1 43) ( 0,5 ) (0 ,091) ( 0,5 ) (0 ,07 6)
1
=
1,815+ 3,241+ 0,601+ 0,483+0,605
= 0,148
1
= 0,706 0,159 0,087 0,040 0 ,005
+ + + +
( 0,5 )( 0 ,575) ( 0,5 ) (0 , 24) ( 0,5 ) (0 , 1 43) ( 0,5 ) (0 ,091) ( 0,5 ) (0 ,07 6)
1
=
2,455+1,325+1,216+0,879+0 , 132
= 0,166
1
= 0,464 0 , 431 0,0 52 0 ,029 0 , 022
+ + + +
( 0,5 )( 0 ,575) ( 0,5 ) (0 , 24) ( 0,5 ) (0 , 1 43) ( 0,5 ) (0 ,091) ( 0,5 ) (0 ,07 6)
1
=
1,614+3,591+0,727+ 0,637+0,578
= 0,139
3. Run III 30 menit
a. Fraksi massa lolos
1
Dpm = x1 x2 x3 x4 x5
+ + + +
Qs . Dp1 Qs . Dp 2 Qs . Dp3 Qs. Dp 4 Qs . Dp 5
1
= 0,648 0 , 178 0 , 106 0 ,041 0 ,026
+ + + +
( 0,5 )( 0 ,575) ( 0,5 ) (0 , 24) ( 0,5 ) (0 , 1 43) ( 0,5 ) (0 ,091) ( 0,5 ) (0 ,07 6)
1
=
2,254+1,483+1,482+0,901+0,684
= 0,146
b. Fraksi massa tertahan
1
Dpm = x1 x2 x3 x4 x5
+ + + +
Qs . Dp1 Qs . Dp 2 Qs . Dp3 Qs. Dp 4 Qs . Dp 5
1
= 0,290 0 , 571 0 , 049 0 , 070 0 , 019
+ + + +
( 0,5 )( 0 ,575) ( 0,5 ) (0 , 24) ( 0,5 ) (0 , 1 43) ( 0,5 ) (0 ,091) ( 0,5 ) (0 ,07 6)
1
=
1,008+4,758+0,685+ 1,538+ 0,5
= 0,117
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT