Disusun Oleh :
Kelompok V (A3)
2.1 Pemecahan
Pemecahan atau pengecilan ukuran berarti membagi-bagi suatu bahan padat
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya-gaya mekanik.
Pengubahan bentuk atau ukuran bahan padat sering dilakukan dalam industri kimia
baik sebagai proses pendahuluan maupun proses akhir. Tujuan operasi ini adalah:
1. Memperluas permukaan kontak (misalnya pada pembuatan katalis)
2. Memudahkan pemisahan (misalnya pada uji hasil tambang)
3. Mendapatkan produk dengan ukuran atau bentuk tertentu (misalnya pada
industri permata)
4. Memudahkan pencampuran, baik padat-padat atau padat-cair sehingga
diperoleh hasil seseragam mungkin.
5. Mempermudah proses transportasi (misalnya pada industri semen).
Bahan padat dapat dipecah dengan berbagai cara, tetapi hanya 4 metode yang
dapat dilakukan dengan mesin pemecah yaitu:
1. Tekanan (kompresi)
2. Pukulan (imlak)
3. Gesekan (atrisi)
4. Pemotongan
2.3 Pengayakan
Pengayakan merupakan salah satu metode pemisahan partikel sesuai dengan
ukuran yang dikehendaki. Metode ini bertujuan untuk memisahkan fraksi- fraksi
tertentu sesuai dengan keperluan. Pengayakan terutama ditujukan untuk pemisahan
campuran padat-padat. Sistem pemisahan ini berdasar atas perbedaan ukuran. Ukuran
besar lubang ayak (atau lubang kasa) dari medium ayak dipilih sedemikian rupa
sehingga bagian yang kasar tertinggal di atas ayakan dan bagian- bagian yang lebih
halus jatuh melalui lubang. Diusahakan untuk dapat melakukan pemisahan yang
diinginkan secepat mungkin. Untuk mencapai hal ini, bahan yang diayak digerakkan
terhadap permukaan ayakan.
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (Screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize)
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(undersize)
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu
dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan
pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke
permukaan pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau
halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang
besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam
keadaan kering (McCabe, 1999).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak.
1927)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos
ukuran ayakan:
1. Rasio ukuran minimal partikelyang bisa melewati lubang ayakan, yaitu: 0,17-
1,25 x ukuran lubang ayakan
2. Persentase total area ayakan yang terbuka
3. Teknik pengumpanan dan kecepatan pengumpanan
4. Keadaan fisik dari material itu sendiri (kekerasan biji, pola bongkahan,
bentuk partikel seperti bulat, gepeng, ataupun jarum, kandungan air).
5. Ada atau tidak adanya penyumbatan lubang screen.
6. Mekanisme gerakan pengayakan (getaran). (Brown, 1950)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Mesh (No 20, 50, 80, 100 dan 200) 5 buah
2. Grinding mill 1 buah
3. Oven 1 buah
4. Neraca digital 1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Kacang hijau 240 gram
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Bahan baku yang akan digunakan dipersiapkan
2. Bahan baku dikeringkan dengan menggunakan oven
3. Bahan dibagi atas beberapa bagian
4. Peralatan grinder diperiksa terlebih dahulu apakah dalam keadaan baik
5. Grinder dihidupkan selama beberapa waktu tertentu
6. Grinder dihentikan dan bahan yang telah digiling dikeluarkan
7. Bahan diayak dengan ayakan yang tersedia
8. Hasil ayakan ditimbang
9. Percobaan diulangi untuk variasi waktu penggilingan yang berbeda-beda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Run 1 dengan waktu 10 menit.
Bukaan No Massa Massa Lolos Massa Massa
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pemecahan dan pengayakan dilakukan dengan menggunakan
bahan baku beras putih dilakukan dengan 3 kali run. Dapat dilihat pada run I,II,III
dengan masing-masing menggunakan nomor mesh yang berbeda yaitu 20,50,80, 100
dan 200 mesh. Tiap-tiap run diberi variasi waktu yaitu run 1dilakukan selama 10
menit, run 2 selama 20 menit dan run 3 selama 30 menit. Mula-mula kurangi kadar
air yang ada pada beras merah yang digunakan dengan cara diovenkan dengan suhu
80◦C agar tidak terlalu kering,dan juga karena suhu tersebut mendekati titik didih air.
Kemudian bahan baku berupa beras merah di hancurkan di dalam grinding mill dan
ditimbang pada tiap-tiap run, hasilnya itulah yang disebut massa awal yaitu, massa
bahan sebelum diayak, yakni pada run I, run II, dan run III hasil yang di dapat sebesar
92,18, 92,10, dan 93,02.Langkah selanjutnya yaitu lakukan pengayakan pada tiap-tiap
run dan pada
masing-masing no mesh, dengan mengamati dan mencatat massa yang lolos dan yang
tertahan. Run I untuk masing-masing no mesh memperoleh massa yang lolos sebesar
44,92 gr, 17,2 gr, 9,31 gr, 5,12 gr dan 3,31 gr, sedangkan massa yang tertahan
sebanyak 28,21 gr, 27,99 gr, 6,93 gr, 2,82 gr dan 0,71 gr. Hasil massa yang lolos pada
Run II untuk masing-masing no mesh yang lolos yaitu 50,08 gr, 20,00 gr, 12,23 gr,
6,89 gr dan 2,76 gr, sedangkan hasil massa yang tertahan yaitu 22,08 gr, 29,75 gr,
7,26 gr, 2,46 gr dan 2,50 gr. Run III memperoleh hasil massa yang lolos untuk
masing-masing no mesh sebesar 55,4 gr, 23,92 gr, 14,28 gr, 10,87 gr dan 5,00 gr,
sedangkan massa yang
tertahan sebanyak 18,21 gr, 27,02 gr, 8,10 gr, 2,48 gr dan 4,05 gr. Dari hasil
pengamatan percobaan yang telah di dapat yaitu massa yang tertahan lebih kecil dari
massa yang lolos. Ditimbang setiap run dilakukan bertujuan untuk melihat massa
partikel yang lolos dari setiap ayakan dan massa yang tertahan diatas ayakan. Maka
kesimpulannya adalah semakin lama waktu maka semakin halus bahan yang
dipecahkan, dan semakin banyak pula massa yang lolos pada saat pengayakan. Waktu
pemecahan sangat mempengaruhi, dimana semakin lama proses pemecahan maka
hasil gilingan yang diproses semakin halus begitupun sebaliknya.
4.2.1 Hubungan Fraksi Massa Lolos dengan Nomor Mesh
Adapun Hubungan Fraksi Massa Lolos dengan Nomor Mesh dapat dilihat
pada grafik 4.2.1 :
60
50
40
Fraksi Massa yang Lolos
30
20
Run I (10 menit)
Run II (20 menit) Run III (30 menit)
10
0
35
Fraksi Massa yang Tertahan
30
25
20
15
10
5 Run I (10 menit)
0 Run II (20 menit) Run III (30 menit)
5.2 Saran
Disarankan agar pratikan selalu memperhatikan kedudukan bola di dalam
grinding mill agar selalu menyentuh atau bergesekan dengan bahan yang akan
dianalisa supaya diperoleh pemecahan yang optimal, dan agar mengurangi kadar air
di dalam bahan terlebih dahulu supaya bahan lebih mudah dihaluskan.
DAFTAR PUSTAKA
Fellows, P.J. 1988. Food Processing Technology. New York: Ellis Harwood.
KELOMPOK : II (A3)
7,82
= 100 gram x 100 %
= 7,82 %
7,9
= 100 gram x 100 %
= 7,9 %
6,98
= 100 gram x 100 %
= 6,98 %
b. X2 pada mesh 50
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Lolos
17,2 gr
=
79,86 gr
= 0, 2153
c. X3 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Lolos
9,31 gr
=
79,86 gr
= 0, 1165
b. X2 pada mesh 50
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Lolos
20,00 gr
=
91,96 gr
= 0, 2174
c. X3 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Lolos
12,23 gr
=
91,96 gr
= 0, 1329
= 0, 0300
b. X2 pada mesh 50
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Lolos
23,92 𝑔𝑟
=
109,47 𝑔𝑟
= 0, 2185
c. X3 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Lolos
14,28 gr
=
109,47 gr
= 0, 1304
d. X4 pada mesh 100
Massa Yang Lolos
X4 =
Total Massa Lolos
10,87 gr
=
109,47 gr
= 0, 0992
e. X5 pada mesh 200
Massa Yang Lolos
X5 =
Total Massa Lolos
5,00 gr
=
109,45 gr
= 0, 0456
b. X2 pada mesh 50
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Tertahan
27,99 gr
=
66,66 gr
= 0, 4198
c. X3 pada mesh 80
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Tertahan
6,93 gr
=
66,66 gr
= 0, 1039
d. X4 pada mesh 100
Massa Tertahan
X4 =
Total Massa Tertahan
2,82 gr
=
66,66 gr
= 0, 0423
b. X2 pada mesh 50
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Tertahan
29,75 gr
=
64,05 gr
= 0, 4644
c. X3 pada mesh 80
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Tertahan
7,26 gr
=
64,05 gr
= 0, 1133
b. X2 pada mesh 50
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Tertahan
27,02 gr
=
59,86 gr
= 0, 4513
c. X3 pada mesh 80
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Tertahan
8,10 gr
=
59,86 gr
= 0, 1353
e. Mesh 200
b. Run 2
0,50
Dpm = 0,5445 0,2174 0,1329 0,0749
+ + + 0,0300
1.0,575 mm 1.0,24 mm 1 .0,143 mm 1.0,091 𝑚𝑚+1.0,038 𝑚𝑚
0,50
=
0,9469 mm+ 0,9058 mm+ 0,9503 mm+ 0, 8230 mm+ 0,7894 mm
0,50
=
4,4154 mm
= 0,1132 mm
c. Run 3
0,50
Dpm = 0,5060 0,2185 0,1304 0,0992
+ + + 0,0456
1.0,575 mm 1.0,24 mm 1 .0,143 mm 1.0,091 𝑚𝑚+1.0,038 𝑚𝑚
0,50
=
0,88 mm+ 0,9104 mm+ 0,9118 mm+ 1,0901 mm+ 1,2 mm
0,50
=
4,9923 mm
= 0,1001 mm
b. Run 2
0,50
Dpm = 0,3447 0,4644 0,1133 0,0384
+ + + 0,0390
1.0,575 mm 1.0,24 mm 1 .0,143 mm 1.0,091 𝑚𝑚+1.0,038 𝑚𝑚
0,50
=
0,5994 mm+ 1,935 mm+ 0,7923 mm+0,4219 mm+1,0263 mm
0,50
=
4,7749 mm
= 0, 1047 mm
c. Run 3
0,50
Dpm = 0,3042 0,4513 0,1353 0,0414
+ + + 0,0676
1.0,575 mm 1.0,24 mm 1 .0,143 mm 1.0,091 𝑚𝑚+1.0,038 𝑚𝑚
0,50
=
0, 5290 mm+0,9461 mm+0,9461 mm+0,4549 mm+1,7789 mm
0,50
=
4,655 mm
= 1074 mm
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
No Nama dan Gambar Alat Fungsi
1. Untuk mengetahui bobot/massa
suatu benda atau sebagian alat
ukur massa/ berat
Neraca Digital
Grinding Mill
Oven
4. Digunakan untuk mangayak bahan
yang lebih besar, dan digunakan
untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear.
Nomor Mesh 20
Nomor Mesh 50
Nomor Mesh 80
7. Digunakan untuk mengayak bahan
yang lebih halus, dan digunakan
untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear.