Judul Praktikum:
SIZE REDUCTION
Pembimbing:
NANANG R.WIJAYA, S.T.,
M.T.
NIP.132304665
Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Siti Rismariam
NIM 2021243010033
Group/ Kelompok : 4/I
Kelas : 1A/TRKI
: Siti Rismariam
: Muhammad Taufiq
NIP 132304665
NIP 197012311995122002
Dr. Ratna Sari S.T., M.T. Nanang R.Wijaya, S.T., M.T. Siti Rismariam
NIM 2021243010033
Group/ Kelompok : 4/ 1
: Siti Rismariam
: Muhammad Taufiq
Kelas : 1A /TRKI
Dr. Ratna Sari S.T., M.T Nanang R.Wijaya, S.T., M.T. Siti Rismariam
PENDAHULUAN
TEORI
1. Memperbesar luas permukaaan bahan. Luas permukaan yang lebih besar membantu
kelancaran beberapa proses seperti:
a. Membantu eksatraksi suatu senyawa dengan meningkatkan luas kontak bahan
dengan pelarut.
b. Mempercepat waktu pengeringan bahan.
c. Mempercepet proses pemasakan.
2. Meningkatkan efisiensi proses pengadukan. Pengecilan ukuran dilakukan juga untuk
memenuhi standar ukuran produk tertentu
a. Penggilingan kasar : 1 – 0,1 mm
b. Penggilingan halus : 0,1 – 0,01 mm
c. Penggilingan sangat halus :0,01–0,001 mm
Metode pengecilan ukuran diklasifikasikan berdasarkan pada ukuran partikel yang
diproduksi diantaranya ada tiga macam:
a. Crusher: Alat size reduction yang memecahkan bongkahan padatan yang besar
menjadi bongkahan‐bongkahan yang lebih kecil, dimana ukurannya sampai batas
beberapa inch.
Primary crusher: mampu beroperasi untuk segala ukuran feed. Produk yang
dihasilkan mempunyai ukuran 6-10 inch.
Secondary crusher: mampu beroperasi dengan ukuran feed, seperti di produk
primary crusher dengan ukuran 1/4 inch.
b. Grinder: Alat ini beroperasi untuk memecah bongkahan yang dihasilkan crusher,
sehingga bongkahan ini menjadi bubuk. Untuk intermediate grinder, produk yang
dihasilkan ± 40 mesh. Ultrafine grinder hanya dapat menerima ukuran feed lebih kecil
1/4 mesh.
c. Cutter: Alat ini mempunyai cara kerja yang berbeda dengan size reduction
sebelumnya. Pada cutter ini, cara kerjanya dengan memotong. Alat ini dipakai untuk
produk ulet dan tidak 6ias diperkecil dengan cara sebelumnya. Ukuran produk 2-10
mesh.
2.2 Pengayakan
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala 6ias6ng6, sedangkan
penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu:
a. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
b. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:
a. Jenis ayakan
b. Cara pengayakan
c. Kecepatan pengayakan
d. Ukuran ayakan
e. Waktu pengayakan
f. Sifat bahan yang akan diayak
Laju penembusan saringan tergantung kepada beberapa 7ias7n, terutama sifat alamiah
partikel dan bentuk partikel, frekuensi dan jumlah penggerakan, metode yang digunakan
untuk mencegah perlekatan partikel atau penutupan lubang saringan oleh partikel dan gaya
tegang 5 serta sifat alamiah alat bahan penyaring (Earle, 1969). Kerja untuk mencegah
partikel menggunakan:
a. Hukum Rittinger(1867)
Menyatakan bahwa kerja yang diperlukan untuk memecah partikel sebanding dengan
luas permukaan yang terbentuk.
𝑃11= 𝐾𝑟 (−) ṁ𝐷𝑠𝑏 𝐷𝑠𝑎 ………………..…………...............................................…
(1)
Keterangan :
P = Power (watt)
ṁ = Debit massa (kg/s)
Kr = Konstanta Rittinger
Dsb = Diameter screen (m)
Dsa = Diameter bahan awal (m)
(𝐷𝑠𝑏)= 𝐾𝑘 ln (ṁ𝐷𝑠𝑎)......................................................................................................................................................(3)
Keterangan :
P = Power (watt)
Kk = Konstanta Kick
Dimana:
Perhitungan Daya:
D = 10 x wi x[ 1/√Dpb – 1/√Dpa]...............................................................................(
5)
Dimana:
D = daya (kwh/ton)
Salah satu metode dalam analisis ayakan ini adalah penggunaan ayakan tyler. Alat ini
digunakan untuk mengukur kelembutan bahan dengan rentangan 0.125-0.0029 in. Ayakan
tyler terdiri dari sejumlah saringan atau ayakan. Adapun cara kerja dari ayakan tyler ini
pertama bahan dimasukan ke atas rangkaian ayakan kemudian digoyang dengan gerakan
yang teratur dan waktu operasi yang teratur pula. Setelah waktu opersi dianggap cukup,
jumlah bahan yang tertahan di atas tiap ayakan dikumpulkan dan dinyatakan sebagai
persentase terhadap berat asal. Kelembutan butiran dinyatakan dengan Fineness Modulus
(FM) yang diberi batasan sebagai persentase bahan yang tertahan pada tiap-tiap saringan
dibagi seratus. Rata-rata ukuran butiran dapat dihitung dengan rumus D = 0,0041(2)FM. Alat
ayakan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
2.3 Mesh
Pengertian ukuran Mesh adalah ukuran dari jumlah lubang suatu 9ias9ng atau kasa
pada luasan 1 inch persegi 9ias9ng/kasa yang 9ias dilalui oleh material padat. Mesh 20
memilki arti terdapat 20 lubang pada bidang 9ias9ng/kasa seluas 1 inch. Ukuran mesh banyak
digunakan pada proses penepungan atau penghalusan suatu bahan padatan, yang sebelum
dihaluskan memiliki ukuran yang lebih besar. Ukuran mesh dan konversinya dapat dilihat
pada Tabel 2.1 yang menunjukan makin besar angka ukuran mesh screen, makin halus
material yang 9ias terloloskan screen dengan ukuran mesh 12000 mampu menyaring partikel
dengan ukuran 1 μm ; bakteri dan kuman yang berukuran di atas 1 mikron mampu disaring
menggunakan filter yang memiliki ukuran mesh 12.000.
PERCOBAAN
3.1.1 Alat
1. Crusher
2. Seperangkat alat grinding mill
3. Timbangan digital
4. Seperangkat ayakan bertingkat (mesh)
5. Nampan
6. Bola besi ukuran 18, 75 mm
7. Bola keramik ukuran 18,6 mm
3.1.2 Bahan
1. Beras
2. Jagung giling
Potensi kecelakaan kerja pada peralatan heat exchanger adalah sebabai berikut:
3. Beras1200 gr dimasukan kedalam grinding mill, masukan bola besi sebanyak buah
2 2
0,5 0,63
0,335
0,2
0 0,002
1 2 3 4 5 6
2 2
1,5
1,4 diameter partikel
1 0,997 1 fraksi massa
0,63
0,5
0,335
0,2
0 0,002
123 4 5 6
4.3 Data yang dibutuhkan
p = 10. wi [ 1
- 1
]
√𝐷𝑝𝑏 √ 𝐷𝑝𝑎
p = 10 x 13,81 kwh/Ton [ 1
- 1
]
√ 0,2 √ 2,00
p = (138,1 Kwh/Ton [ 1
- 1 ]
√0,441 1,414
√
p = 1,416 Kwh/Ton
1
𝐷= 𝑦
∑ 𝑑𝑃
1
𝐷=
0,998 0,0013
+ 1,4
21
𝐷=
0,49992
𝐷 = 2,003 mm
1
𝐷= 𝑦
∑ 𝑑𝑃
1
𝐷=
0,997 0,0027
+ 1,4
21
𝐷=
0,5004
𝐷 = 1,999 mm
4.4.3 Percobaan pertama 4 ball
1
𝐷= 𝑦
∑ 𝑑𝑃
1
𝐷=
0,997 0,0020
+ 1,4
21
𝐷=
0,4995
𝐷 = 2,002 mm
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.2 Kesimpulan
1. Size reduction merupakan proses memperkecil ukuran partikel dengan cara memecah,
memotong, dan menggiling bahan sehinggamendapatkan ukuran yang diinginkan.
2. Semakin besar ukuran ayakan (mesh), maka semakin banyak partikel yang akian lolos,
serta semakin besar lubang ayakan maka persentase bahan yang tertinggal akan
semakin sedikit dan sebaliknyasemakin kecil lubang ayakan, maka persentase bahan
yang tertinggal akan semakin besar
3. Semakin besar diameter partikel, maka semakin besar tinggi massa dari partikel
tersebut.dan sebaliknya, semakin kecilk ukuran partikel maka semakin rendah massa
partikel
4. Semakin besar diameter partikel, maka semakin besar daya yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Erle, R. L. 1982. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya. Bogor
Mc. Cabe W.L, Warren L., Julian C. smith, and Pater Harriot, 1985, Un it Operasion
Of Chemical Engineering, 4TH Edition, Mc Graw Hill, USA
LAMPIRAN
Proses Penimbangan Beras Proses Penimbangan Besi Pemasukkan Beras dan Bola
Kedalam Grinding