Disusun Oleh :
Kelompok II (A3)
2.1 Pemecahan
Pemecahan atau pengecilan ukuran (size reduction) artinya membagi bagi
suatu bahan padat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan
gaya mekanis atau menekan. Unit operasi yang memberikan gaya pada bahan
padat yang ukurannya lebih besar untuk menghasilkan kumpulan atau campuran
partikel-partikel yang lebih kecil. Size reduction merupakan salah satu operasi
dalam dunia industri dimana komoditi pertanian dikecilkan ukurannya untuk
menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai mutu dan nilai tambah yang
tinggi. Operasi pengecilan ukuran terbagi menjadi dua kategori yaitu untuk bahan
padatan dan untuk cairan. (Smith, 1955).
Pemisahan bubuk / powder yang berbeda menjadi beberapa bagian harus
digunakan beberapa jenis ayakan (menurut mesh) dan bubuk yang ditinggal
dinamakan plus Mesh, disebabkan banyak jenis partikel itu sendiri. Tujuan
dilakukan pemecahan atau pengecilan ukuran yaitu adalah:
1. Memperluas permukaan kontak (misalnya pada pembuatan katalis)
2. Memudahkan pemisahan (misalnya pada uji hasil tambang)
3. Mendapatkan produk dengan ukuran dan bentuk tertentu (misalnya pada
industri permata)
4. Memudahkan pencampuran, baik padat-padat atau padat-cair sehingga
diperoleh hasil seseragam mungkin (Penuntun Praktikum Malikussaleh,
2021).
Grinding adalah istilah pemecahan dan penghalusan atau penghancuran
(size reduction) meliputi semua metode yang digunakan untuk mengolah zat padat
menjadi ukuran yang lebih kecil. Di dalam industri pengolahan, zat padat
diperkecil dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan yang berbeda-beda.
Bongkah-bongkah biji mentah dihancurkan menjadi ukuran yang mudah
ditangani, bahan kimia sintesis digiling menjadi tepung, lembaran-lembaran
plastik dipotong-potong menjadi kubus atau ketupat-ketupat kecil. Produk-produk
komersial biasanya harus memenuhi spesifikasi yang sangat ketat dalam hal
ukuran maupun bentuk partikel-partikelnya yang menyebabkan reaktifitas zat
padat itu meningkat. Pemecahan itu juga memungkinkan pemisahan komponen
yang tak dikehendaki dengan cara-cara mekanik, system ini juga dapat digunakan
memperkecil bahan-bahan berserat guna memudahkan proses penanganannya.
Istilah pemecahan dan penghalusan atau penghancurkan (size reduction)
zat padat meliputi semua cara yang digunakan dimana partikel zat padat dipotong
dan dipecahkan menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Produk-produk
komersial biasanya harus memenuhi spesifikasi yang sangat dalam hal ukuran
maupun bentuk partikel-partikelnya menyebabkan reaktifitas zat padat itu
meningkat. Pemecahan itu juga memungkinkan pemisahan komponen yang tak
dikehendaki dengan cara-cara mekanik. Pemecahan itu dapat digunakan untuk
memperkecil bahan-bahan berserat guna memudahkan penanganannya. Zat padat
dapat diperkecil dengan berbagai cara, namun hanya ada 4 cara saja yang lazim
digunakan dalam mesin pemecah panghalus adalah sebagai berikut:
1. Kompresi (tekanan): Pada umumnya kompresi digunakan untuk
pemecahan kasar zat padat keras, dengan menghasilkan relatif sedikit
halusan. Prinsip kerja dari kompresi adalah dengan tekanan yang kuat
terhadap buah (umpan). Biasannya penghancuran ini untuk
menghancurkan buah yang keras. Alat dari kompresi ini dinamankan
chrushing rolls. Proses ini dilakukan dengan memberikan gaya tekan yang
besar sambil dilakukan penggesekan pada suatu permukan padat, sehingga
bahan terpecah dengan bentuk yang tidak tertentu. Umumnya, permukaan
alat dibuat dengan kekerasan tertentu, sehingga dapat membentuk
pencabikan bahan.
2. Impact (pukulan): Pukulan menghasilkan hasil yang berukuran kasar,
sedang dan halus. Pemukulan adalah operasi pengecilan ukuran dengan
memanfaatkan gaya impact, yaitu pemberian gaya yang besar dalam waktu
yang singkat. Prinsip kerja dari impact adalah dengan memukul buah. Alat
yang biasa digunakan yaitu hammer mill. Alat ini untuk menghasilkan
bahan dengan ukuran kasar, sedang dan halus. Bahan yang berserat atau
kenyal tidak dapat dikecilkan ukurannya dengan cara pemukulan, karena
gaya impact tidak dapat menyebabkan pecahnya bahan menjadi bagian
yang lebih kecil. Demikian pula bahan yang besar, tidak dapat dikecilkan
ukuranya dengan cara pemukulan karena akan merusak bentuk asal. Jika
pemukulan dilakukan dengan penahan, maka dikatakan terjadi peristiwa
atau proses penggerusan atau penumbukan. Sebaliknya, jika tanpa penahan
dikatakan proses pemukulan saja. Pemukulan cocok dilakukan pada bahan
yang keras tetapi rapuh dalam kondisi kering. Sedangkan untuk bahan
yang rapuh dan sedikit berserat seperti biji-bijian dilakukan dengan cara
penggerusan. Selain itu, penggerusan dapat dilakukan pada bahan kering
ataupun basah. Umumnya, pada bahan yang basah dilakukan dengan
penambahan air sebagai media pendingin alat penggerus.
3. Atsiri (pukulan): Atsiri menghasilkan hasil yang halus dari bahan yang
lunak dan tak-abrasif.
4. Pemotongan: Pemotongan memberikan hasil yang ukurannya pasti, dan
kadang-kadang juga bentuknya dengan hanya sedikit dan tak ada halusan
sama sekali. Pemotongan merupakan cara pengecilan ukuran dengan
menghantamkan ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong.
Struktur permukaan yang terbentuk oleh proses pemotongan relatif halus,
pemotongan lebih cocok dilakukan untuk sayuran dan bahan lain yang
berserat. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang
ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah
dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan
dan berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan. Perajangan bahan
dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari
stainlees ataupun dengan mesin pemotong atau perajang. Bentuk irisan
split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan
minyak atsiri yang tinggi, bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split)
dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang
(slice). Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang
terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan
kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
2.2 Pengayakan
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Dengan kata lain pengayakan adalah suatu
metoda pemisahan partikel-partikel yang hanya didasarkan pada ukuran partikel
(tidak memperhitungkan bentuknya). Pengayakan terutama ditujukan untuk
pemisahan campuran padat-padat. Ayakan berfungsi untuk memisahkan kotoran
yang lebih besar dan yang lebih kecil daripada biji-bijian yang dibersihkan.(Smith
dan Wilkes, 1976; Stone dan Gulvin, 1977)
Sistem pemisahan ini berdasarkan atas perbedaan ukuran. Ukuran besar
lubang ayak (atau lubang kasa) dari medium ayak dipilih sedemikian rupa
sehingga bagian yang kasar tertinggal diatas ayakan dan bagian-bagian yang lebih
halus jatuh melalui lubang. Diusahakan untuk dapat melakukan pemisahan yang
diinginkan secepat mungkin. Untuk mencapai hal ini, bahan yang diayak
digerakkan terhadap permukaan ayakan. Pada umumnya, gerakan diperoleh
dengan gerakan berputar, bolak-balik, atau turun naik. Pengayakan (screening)
adalah dipakai dalam skala industri. Dalam proses industri, biasanya digunakan
material yang berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang
seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Sedangkan pengayakan (sizing)
dipakai dalam skala laboratorium. Satu ayakan tunggal hanya dapat memisahkan
menjadi dua fraksi saja, yaitu yang lolos dari ayakan (butiran halus) dan yang
tertahan diatas ayakan (butiran kasar). Ayakan yang digunakan di industri dibuat
dari anyaman kawat, sutera, plastik batangan-batangan logam, plat logam yang
berlubang-lubang atau kawat-kawat yang penampangnya berbentuk baji. Logam
yang digunakan biasanya bermacam-macam, pada umumnya terbuat dari baja atau
stainless steel. (Fellows, 1990).
Produk dari proses pengayakan terbagi menjadi 2 yaitu (Bidangan 2014):
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran lebih kecil daripada ukuran lubang ayakan (undersize).
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengayakan
yaitu, (Bidangan, 2014):
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan
4. Ukuran pengayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
Adapun tujuan dilakukannya proses pengayakan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk
beberapa proses berikutnya.
2. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan
(Primary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya,
sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya
(secondary crushing).
3. Untuk meningkatkan spesisikasi suatu material sebagai produk akhir
4. Mencegah masuknya undersize ke permukaan. Pengayakan biasanya
dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal
sampai dengan ukuran 10 inch (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam
keadaan basah biasanya mulai dari ukuran 20 inch sampai ukuran 35 inch.
(Taggart,1927).
2.3 Mekanisme Pengayakan
Menganalisis hasil penghancuran bahan-bahan dilakukan dengan
ayakan standar yang disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada bagian bawah
dari tumbukan susunan ayakan ditempatkan pan sebagai penampung produk
akhir. Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran mesh
kawat lebih besar sampai ke ukuran mesh yang lebih kecil. Penyaringan dengan
lubang tetap tipe ini merupakan lapisan yang bersifat permanen dengan badan
pengayakan yang terdiri dari lubang-lubang dengan bentuk dan ukuran yang
tetap. Berbagai jenis bahan yang digunkan untuk pengayak seperti ini
tergantung pada aplikasinya misalnya lembaran logam berlubang, susunan
kawat-kawat membentuk lubang-lubang dengan berbagai ukuran kain, dan
tenunan sutra. Pergerakan bahan pangan di atas pengayak dapat dihasilkan oleh
pergerakan berputar atau gerakan dari rangka yang menyangga badan pengayak.
Penyaring jenis ini dalam penggunaanya secara umum yaitu untuk
sortasi bahan dua grup tipe badan datar (flat) dan tipe drum. Pengayak yang
digunakan jenis ini bentuknya sederhana, banyak ditemukan di areal pertanian.
Pengayak tipe ini merupakan pengayak berbadan datar dan digunakan secara
luas dalam proses sortasi, berdasarkan ukuran dari bahan baku seperti kacang-
kacangan dan biji-bijian. Juga digunakan dalam proses sortasi selama proses
pengolahan dan produk akhir dari tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak
dan rempah-rempah. Pengayak ini mempunyai rancangan celah atau lubang yang
tetap yang disebut fixed aperture, yang mempunyai sifat seimbang atau tidak
berubah dan bergetar.
Proses pengayakan ini digunakan untuk memisahkan bahan pangan, yang
mekanisasinya dapat memberikan nilai tambah yang tidak dapat disangkal lagi
dalam proses pengolahan pangan. Pengukuran ukuran (size reduction) adalah unit
operasi dimana ukuran rata-rata bahan pangan padat dikecilkan dengan alat
penggiling (grinding). Keuntungan pengecilan ukuran bahan pangan adalah
adanya kenaikan ratio luas permukaan dengan volume bahan pangan sehingga
mempercepat laju pengeringan, pemanasan, dan pendinginan serta meningkatnya
laju ekstraksi, adanya ukuran yang seragam, meningkatkan efisiensi pencampuran
misalnya tepung dan kue, dan baik pada pengecilan maupun emulsi tidak
menimbulkan efek pengawetan.
2.4 Macam-Macam Pengayakan
Adapun jenis-jenis alat pengayak yang dapat digunakan dalam proses
pengayakan bahan pangan, diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu :
1. Ayakan dengan celah yang berubah-ubah (Screen Apeture) seperti roller
screen (pemutar), belt screen (kabel kawat atau ban), belt and roller (ban
dan pemutar), screw (baling-baling).
2. Ayakan dengan celah tetap, seperti stationary (bersifat seimbang),
vibratory (bergetar), rotary atau gyratory (berputar) dan reciprocutting
(timbal balik). Untuk memisahkan bahan-bahan yang telah dihancurkan
berdasarkan keseragaman ukuran partikel-partikel bahan dilakukan dengan
pengayakan dengan menggunakan standar ayakan. (Brennan, 1968).
Standar kawat ayakan dapat terbagi menjadi:
1. Tyler standards, ini adalah seri yang sangat luas penggunaannya yang
memiliki 200 mesh screen, diameter kawat 0,0021 inch, dan Screen
Aperture nya (SA) 0,0029. Ratio antara lubang pada pengayak adalah √2,
untuk pengukuran yang lebih akurat, seri tyler yang mempunyai Screen
Interval (SI) 4√2 juga digunakan.
2. British standards, yaitu screen seri didasarkan pada kawat yang mengikuti
standar S.W.G (Standard Wire Gauge), memiliki 200 mesh screen, Screen
Aperture (SA) 0,0030 inch, dan Screen Interval nya (SI) 4√2 antara screen
yang berdampingan.
3. U.S. Bureau of Standar yaitu screen ini memiliki 18 mesh screen, dengan
Screen Aperture (SA) 1 mm, dan Screen Interval (SI) 4√2.
Adapun pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu :
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
(Fellows, 1988).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Mesh (No 20, 50, 80, dan 100) 4 buah
2. Grinding mill 1 buah
3. Oven 1 buah
4. Neraca digital 1 buah
5. Sikat gigi 1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Beras merah 300 gram
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Beras merah, ayakan, dan sikat gigi dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Beras merah dibagi menjadi 3 run lalu di oven dalam suhu 80oC.
3. Grinding mill diperiksa terlebih dahulu apakah dalam keadaan baik.
4. Setelah beras keluar dari oven, kemudian ditimbang lalu dimasukkan
kedalam grinding mill secara bergantian dengan waktu yang berbeda-beda.
5. Setelah itu masing-masing beras yang sudah dihancurkan dikeluarkan dari
grinder, kemudian di timbang.
6. Selanjutnya beras yang sudah digiling diayak dengan no mesh 20,50,80,
dan 100 secara bergantian pada masing-masing run.
7. Percobaan diulangi untuk variasi jumlah bola, dengan waktu penggilingan
dan run yang berbeda-beda.
8. Ditimbang hasil ayakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Run 1 dengan waktu 10 menit.
Bukaan No Massa Massa Lolos Massa Massa
Ayaka Mesh Awal (gr) (gr) Tertahan (gr) Akhir
n
0,850 20 92,18 73,14 18,79 91,23
0,300 50 73,14 11,70 61,04 72,74
0,180 80 11,70 4,78 6,55 11,33
0,106 100 4,78 1,94 1,97 3,91
Total 181,8 91,56 88,35 179,21
Tabel 4.2 Hasil percobaan Run 2 dengan waktu 20 menit.
Bukaan No Massa Massa Lolos Massa Fraksi Massa
Ayaka Mesh Awal (gr) (gr) Tertahan (gr) Lolos
n
0,850 20 92,10 91,11 1,59 92,07
0,300 50 91,11 20,37 70,93 91,03
0,180 80 20,37 9,52 10,45 19,97
0,106 100 9,52 4,92 3,86 8,78
Total 213,1 125,92 86,83 211,85
Tabel 4.3 Hasil percobaan Run 3 dengan waktu 30 menit.
Bukaan No Massa Massa Lolos Massa Fraksi Massa
Ayaka Mesh Awal (gr) (gr) Tertahan (gr) Lolos
n
0,850 20 93,02 92,28 0,57 92,85
0,300 50 92,28 33,07 58,02 91,09
0,180 80 33,07 14,03 18,74 32,77
0,106 100 14,03 8,24 5,32 13,56
Total 231,4 147,62 82,65 230,27
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pemecahan dan pengayakan dilakukan dengan
menggunakan bahan baku beras merah dilakukan dengan 3 kali run. Dapat dilihat
pada run I,II,III dengan masing-masing menggunakan nomor mesh yang berbeda
yaitu 20,50,80,dan 100 mesh. Tiap-tiap run diberi variasi waktu yaitu run 1
dilakukan selama 10 menit, run 2 selama 20 menit dan run 3 selama 30 menit.
Mula-mula kurangi kadar air yang ada pada beras merah yang digunakan dengan
cara diovenkan dengan suhu 80◦C agar tidak terlalu kering, dan juga karena suhu
tersebut mendekati titik didih air. Kemudian bahan baku berupa beras merah di
hancurkan di dalam grinding mill dan ditimbang pada tiap-tiap run, hasilnya itulah
yang disebut massa awal yaitu, massa bahan sebelum diayak, yakni pada run I,
run II, dan run III hasil yang di dapat sebesar 92,18, 92,10, dan 93,02. Langkah
selanjutnya yaitu lakukan pengayakan pada tiap-tiap run dan pada masing-masing
no mesh, dengan mengamati dan mencatat massa yang lolos dan yang tertahan.
Run I untuk masing-masing no mesh memperoleh massa yang lolos sebesar 73,14
gr, 11,70 gr, 4,78 gr, dan 1,94 gr, sedangkan massa yang tertahan sebanyak 18,79
gr, 61,04 gr, 6,55 gr, dan 1,97 gr. Hasil massa yang lolos pada Run II untuk
masing-masing no mesh yaitu 91,11 gr, 20,37 gr, 9,52 gr, dan 4,92 gr, sedangkan
hasil massa yang tertahan yaitu 1,59 gr, 70,93 gr, 10,45 gr, dan 3,86 gr. Run III
memperoleh hasil massa yang lolos untuk masing-masing no mesh sebesar 92,28
gr, 33,07 gr, 14,03 gr, dan 8,24 gr, sedangkan massa yang tertahan sebanyak 0,57
gr, 58,02 gr, 18,74 gr, dan 5,32 gr. Dari hasil pengamatan percobaan yang telah di
dapat yaitu massa yang tertahan lebih kecil dari massa yang lolos. Ditimbang
Setiap run dilakukan bertujuan untuk melihat massa partikel yang lolos dari setiap
ayakan dan massa yang tertahan diatas ayakan. Maka kesimpulannya adalah
semakin lama waktu maka semakin halus bahan yang dipecahkan, dan semakin
banyak pula massa yang lolos pada saat pengayakan. Waktu pemecahan sangat
mempengaruhi, dimana semakin lama proses pemecahan maka hasil gilingan yang
diproses semakin halus begitupun sebaliknya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Semakin kecil no mesh yang digunakan, maka semakin banyak produk
yang lolos pada alat ayakan. Terbukti bahwa no mesh 20 dengan waktu 10
menit lebih banyak daripada no mesh 100, yaitu 92,18 gr dan 1,94 gr.
Begitu seterusnya.
2. Semakin besar no mesh yang kita gunakan, maka semakin sedikit produk
yang lolos pada alat ayakan. No mesh 100 pada waktu 20 menit dengan no
mesh 20 yaitu, 4,92 gr dengan 91,11 gr.
3. Waktu penggilingan terhadap bahan yang dipakai sangat berpengaruh pada
hasil produk yang didapat, sehingga produk yang paling banyak didapat
pada penggilingan 30 menit dengan massa yang lolos sebesar 147,62 gr.
4. Pada RUN ke II produk massa total yang tertahan lebih banyak karena
waktu penggilingan lebih cepat daripada waktu penggilingan pada RUN
ke III.
5. Massa total yang lolos pada RUN I dengan waktu 10 menit sebesar 91,56
gr, pada RUN II dengan waktu 20 menit sebesar 125,92 gr sedangkan pada
RUN III dengan waktu 30 menit sebesar 147,62 gr.
6. Massa total yang tertahan pada RUN I, II, dan III dengan waktu 10,20,30
menit sebesar 88,35 gr, 86,83 gr, dan 82,65 gr.
5.2 Saran
Pada saat praktikum diharapkan agar pengayakan tidak boleh disentuh dan
ditekan oleh tangan karena akan sangat berpengaruh pada hasil yang diperoleh,
dan pada saat pengayakan harus teratur dan tidak boleh sembarangan mengayak.
DAFTAR PUSTAKA
Fellows, P.J. 1988. Food Processing Technology. New York: Ellis Harwood.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
b. X2 pada mesh 50
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Lolos
11,70 gr
=
91,56 gr
= 0,1277
c. X3 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Lolos
4,78 gr
=
91,56 gr
= 0,0522
= 0,0213
c. X3 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Lolos
9,52 gr
=
125,92 gr
= 0,0756
b. X2 pada mesh 50
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Lolos
33,07 gr
=
147,62 gr
= 0,2240
c. X3 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Lolos
14,03 gr
=
147,62 gr
= 0,0950
= 0,0558
b. X2 pada mesh 50
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Tertahan
61,04 gr
=
88,35 gr
= 0,6908
c. X3 pada mesh 80
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Tertahan
6,55 gr
=
88,35 gr
= 0,0741
b. X2 pada mesh 50
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Tertahan
70,93 gr
=
86,83 gr
= 0,8168
c. X3 pada mesh 80
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Tertahan
10,45 gr
=
86,83 gr
= 0,1203
= 0,0444
3. Fraksi Massa Tertahan Run 3
a. X1 pada mesh 20
Massa Tertahan
X1 =
Total Massa Tertahan
0,57 gr
=
82,65 gr
= 0,0068
b. X2 pada mesh 50
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Tertahan
58,02 gr
=
82,65 gr
= 0,7019
c. X3 pada mesh 80
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Tertahan
18,74 gr
=
82,65 gr
= 0,2267
d. Mesh 100
0,50
Dpm = X1 X2 X3 X4
+ + +
ϕs .Dpi1 ϕ s .Dpi2 ϕs .Dpi3 ϕ s .Dpi4
a. Run 1
Dpm =
0,50
0,7988 0,1277 0,0522 0,0213
+ + +
1 .0 ,575 mm 1 .0,24 mm 1 . 0,143 mm 1.0,053 mm
0,50
=
1,3850 mm + 0,54 mm + 0,3671 mm+0,4018 mm
0,50
= 2,6933 mm
= 0,1856 mm
b. Run 2
0,50
Dpm = 0,7235 0,1617 0,0525 0,0390
+ + +
1.0,575 mm 1 .0,24 mm 1 .0,143 mm 1. 0,053 mm
0,50
=
1,2582 mm + 0,6737 mm + 0,3671 mm+ 0,7358 mm
0,50
= 3,0348 mm
= 0,1647 mm
c. Run 3
0,50
Dpm = 0,6251 0,2240 0,0950 0,0558
+ + +
1.0 , 575 mm 1 .0,24 mm 1 . 0,143 mm 1. 0,053 mm
0,50
=
1,0871 mm + 0,93 mm + 0,6643 mm+1,0528 mm
0,50
= 1,011 mm
= 0,4945 mm
b. Run 2
Dpm =
0,50
0,0183 0,8168 0,1203 0,0183
+ + +
1 .0 ,575 mm 1 .0,24 mm 1 . 0,143 mm 1. 0,053 mm
0,50
=
0,0318 mm + 3,4033 mm + 0,8412 mm + 0,3452 mm
0,50
= 4,6215 mm
= 0,1081 mm
c. Run 3
Dpm =
0,50
0,0068 0,7019 0,2267 0,0068
+ + +
1 .0 ,575 mm 1 .0,24 mm 1 . 0,143 mm 1.0,053 mm
0,50
=
0,0118 mm + 2,9245 mm + 1,5853 mm + 0,1283 mm
0,50
= 4,6499 mm
= 0,1075 mm
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
Neraca Digital
2. Digunakan untuk menggiling
dan memecahkan bahan yang
ingin digiling.
Grinding Mill
3. Digunakan untuk mengoven /
memanaskan bahan.
Oven
4. Digunakan untuk membersihkan
ayakan setelah digunakan.
Sikat Gigi
5. Digunakan untuk mangayak
bahan yang lebih besar, dan
digunakan untuk menyatakan
jumlah lubang tiap inchi linear.
Nomor Mesh 20
6. Digunakan untuk mangayak
bahan yang sedang, dan
digunakan untuk menyatakan
jumlah lubang tiap inchi linear.
Nomor Mesh 50
7. Digunakan untuk mengayak
bahan yang sedang, dan
digunakan untuk menyatakan
jumlah lubang tiap inchi linear.
Nomor Mesh 80
8. Digunakan untuk mengayak
bahan yang lebih halus, dan
digunakan untuk menyatakan
jumlah lubang tiap inchi linear.
Nomor Mesh 100