Anda di halaman 1dari 12

PAPER

“KINETIKA REAKSI KIMIA”


Mata Kuliah : Teknik Reaksi Kimia II
Dosen Pengampu : Novi Sylvia, ST.,MT

Disusun Oleh :
Kelompok III (Tiga)

Muhammad Mahendra Nim. 190140085


Qurrati Ayunin Nim. 1901400
Fitriyani Sirait Nim. 190140077
Sinta Morina Nim. 190140111
Fatnia Nim. 190140108

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
KINETIKA REAKSI KIMIA
Kinetika reaksi menggambarkan suatu study secara kuantitatif tentang perubahan
– perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi di tentukan
oleh kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan
kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara
kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan. Keberadaan reaksi kimia ditentukan
oleh tinjauan termodinamika dan kinetika.

Termodinamika memberikan informasi kearah mana reaksi/ perubahan kimia itu


secara spontan dapat berlangsung, atau dengan kata lain kearah manakah sistem
kimia itu mempunyai kestabilan yang lebih besar. Sedangkan kinetika
mempermasalahkan laju reaksi dan mekanisme reaksinya. Informasi kinetika di
gunakan untuk meramalkan secara rinci mekanisme suatu reaksi yaitu langkah-
langkah yanhg di tempuh pereaksi untuk menetukan hasil reaksi tertentu sesuai yang
diinginkan.

Disamping itu kinetika juga memberikan informasi untuk mengendalikan laju


reaksi. Informasi semacam itu sangat berguna bagi para ahli sintesis senyawa kimia,
sehingga hasil sintesanya memuaskan. Selain itu, terdapat contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari tentang kinetika reaksi yaitu pembuatan sayur, terkadang
dengan rasa yang pas, dan tak  jarang pula dengan rasa yang asin atau bahkan tak
berasa.

Tidak jauh berbeda dengan pembuatan teh, dalam proses pembuatan sayur juga
harus memiliki teknik khusus agar terasa pas di lidah. Tak jarang proses tersebut
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu untuk membuktikannya kami
melakukan percobaan yan berkaitan dengan kinetika reaksi dengan maksud agar kita
dapat, mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi pada suatu reaksi.
- Kecepatan dan orde reaksi
Kinetika Kimia (Chemical Kinetics) adalah salah satu cabang ilmu kimia yang
mengkaji mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Dari berbagai
jenis reaksi kimia yang telah dipelajari para ilmuwan, ada yang berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat (reaksi berlangsung cepat), seperti reaksi pembakaran gas
metana. Di sisi lain, ada pula reaksi yang berlangsung dalam waktu yang lama (reaksi
berlangsung lambat), seperti reaksi perkaratan (korosi) besi. Cepat lambatnya suatu
reaksi kimia dapat dinyatakan dalam besaran laju reaksi.
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per
satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik). Sebagaimana yang kita
ketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti,
selama reaksi kimia berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan
pembentukan sejumlah produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi
pengurangan konsentrasi reaktan maupun peningkatan konsentrasi produk.
Kecepatan reaksi dinotasikan sebagai v (velocity) atau r (rate) yang didefinisikan
sebagai turunan pertama dari konsentrasi terhadap waktu (dC/dt). Karena pada reaksi
tidak ada jarak yang ditempuh maka kecepatan reaksi umum dinotasika sebagai “r”
dan untuk secara umum, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan sederhana
berikut : A→B
laju reaksi  =  – ∆ [A] / ∆ t   atau
laju reaksi  =  + ∆ [B] / ∆ t
Tanda – (negatif) menunjukkan pengurangan konsentrasi reaktan
Tanda + (positif) menunjukkan peningkatan konsentrasi produk

Laju reaksi berhubungan erat dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia dengan
koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien reaksi
masing-masing spesi. Sebagai contoh, dalam reaksi 2 A → B, terlihat bahwa dua mol
A dikonsumsi untuk menghasilkan satu mol B. Hal ini menandakan bahwa laju
konsumsi spesi A adalah dua kali laju pembentukan spesi B. Dengan demikian, laju
reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
laju reaksi  =  – 1 ∆ [A] / 2.∆ t   atau
laju reaksi  =  + ∆ [B] / ∆ t
Secara umum, untuk reaksi kimia dengan persamaan reaksi di bawah ini :
aA +bB → cC+ dD
laju reaksi masing-masing spesi adalah sebagai berikut :
laju reaksi (r)  =  – 1 ∆ [A] / a.∆ t =  – 1 ∆ [B] / b.∆ t  =  + 1 ∆ [C] / c.∆ t 
=  + 1 ∆ [D] / d.∆ t
Persamaa diferensial untuk laju reaksi umum sebagai berikut :
−dC
=k Cn
dt
Dimana : -dC/dt = laju reaksi (r)
k = konstanta kecepatan laju reaksi
n = orde/tingkat reaksi
penyelesaian umum untuk reaksi orde nol, satu, dan dua yang banyak
dijumpai adalah
1. Orde satu : C=C 0 e−k 1 t
1 1
2. Orde dua : =k 2 t +
C C0
3. Orde nol : C=k 0+C 0
Selama reaksi kimia berlangsung, konsentrasi reaktan berkurang seiring
peningkatan waktu reaksi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
membedakan reaksi orde nol, orde satu, dan orde dua adalah melalui waktu paruh.
Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi reaktan menjadi
setengah dari konsentrasi semula. Persamaan waktu paruh untuk masing-masing orde
reaksi adalah sebagai berikut :
Orde Satu :  t1/2 =  ln 2 / k  =  0,693 / k   (waktu paruh tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaktan)
Orde Dua :   t1/2 =  1 / k.[A]0 (waktu paruh berbanding terbalik dengan konsentarsi
awal reaktan)
Orde Nol :   t1/2 =  [A]0 / 2k   (waktu paruh berbanding lurus dengan konsentrasi
awal reaktan)
Reaksi orde nol umum terjadi secara enzimatis dalam biosintesis dimana
kecepatan reaksi tidak dipengaruhi konsentrasi substrat [S]. Reaksi orde satu adalah
peluruhan radioaktif, sedangkan reaksinorde dua sangat umum dijumpai
dilaboratorium.

- Mekanisme reaksi dan laju penentu kecepatan reaksi


Mekanisme reaksi adalah urutan tahap-tahap elementer yang mengarah pada
pembentukan produk. Reaksi elementer adalah reaksi sederhana yang hanya
berlangsung dalam satu tahap. Sebagan besar reaksi adalah reaksi kompleks dan
membutuhkan lebih dari satu tahap. Urutan tahap-tahap elementer yang mengarah
pada pembentukan produk disebut mekanisme reaksi.

Zat-antara adalah spesi yang muncul dalam mekanisme reaksi tetapi tidak ada
dalam persamaan setimbang.
Zat-antara selalu terbentuk dalam tahap elementer awal dan hilang dalam tahap
elementer berikutnya.
Molekularitas suatu reaksi banyaknya molekul yang bereaksi dalam tahap
elementer.
• Reaksi unimolekular – tahap elementer dengan I molekul
• Reaksi bimolekular – tahap elementer dengan 2 molekul
• Reaksi termolekular – tahap elementer dengan 3 molekul
Reaksi unimolekular A produk laju = k [A]
Reaksi bimolekular A + B produk laju = k [A][B]
Reaksi bimolekular A + A produk laju = k [A]2
Untuk proses elementer maka laju reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan
dipangkatkan dengan koefisien yang secara umum ditulis.

aA +bB → produk makalaju reaksi


r =k A a + Bb
Laju reaksi kompleks ditentukan berdasarkan eksperimen dengan 3 pedoman
sebagai berikut :
1. proses elementer dengan peruraian molekul tunggal (unimolekuler) atau
tumbukkan dua molekul (bimolekuler) lebih mungkin dibandingkan dengan
tiga molekul bertumbukkan secara serentak (termolekuler)
2. semua proses elementer dipandang sebagai proses dapat balik (reversibel)
dan akan mencapai kondisi keadaan tetap (steady state) yaitu laju kekiri sama
sehingga konstan
3. proses elementer yang berlangsung paling lambat adalah merupakan laju
penentu kecepatan reaksi (RDS)
contoh : Hukum laju untuk reaksi antara NO2 and CO untuk menghasilkan NO
and CO2 adalah laju = k[NO2]2. Reaksi tersebut diketahui melalui dua tahap :
Reaksi keseuruhan
 NO 2+CO → NO+ CO2

- Pengaruh suhu terhadap laju reaksi


Laju reaksi bertambah dengan naiknya temperatur. Ketergantungan laju reaksi
terhadap temperatur secara implisit tergambar melalui ketergantungan tetapan laju (k)
terhadap temperatur (T). Hubungan antara k dan T dinyatakan melalui persamaan
Arhenius. Pengamatan empiris menemukan banyak reaksi mempunyai tetapan laju
yang mentaati persamaan Arhenius.
k = A.e-Ea/RT
k adalah tetapan laju, A adalah faktor praeksponensial atau faktor frekuensi yang
berdimensi sama dengan k, R tetapan gas ideal dan T adalah temperatur dalam kelvin.
Harga e-Ea/RT dikenal sebagai ungkapan Boltzmann yang mengekspresikan fraksi
partikel yang memiliki energi cukup (Ea) untuk melangsungkan reaksi. Besarnya
energi minimal yang dibutuhkan sistem untuk bereaksi disebut dengan Energi
Pengaktifan (Ea). A dan Ea disebut juga sebagai parameter Arhenius.

Dengan pengaturan kembali persamaan Arhenius menjadi logaritma bilangan


pokok 10 maka menjadi persamaan :
Log k = {(-Ea/2,303 RT)} 1/T + A
Secara empirik harga A dan Ea suatu reaksi dapat ditentukan dari data k pada
berbagai temperatur. Kurva persamaan (1) merupakan grafik ekponensial, namun
dengan mengkonversikannya dengan logaritma alam, sehingga persamaan menjadi ln
k = ln A – Ea/ RT, dengan mengalurkan hubungan antara ln k dengan 1/T maka
didapat grafik berupa garis lurus. Harga Ea ditentukan dari slope (tg) = -Ea/2,303 R
atau kemiringan garis dan harga A merupakan intersep grafik yaitu perpotongan
antara sumbu y (ordinat) dengan grafik.
Jika ditentukan hanya membandingkan dua data percobaan menggunakan
persamaan berikut :
Log (k1/k2) = (Ea/2,303 RT). (T2-T1/T2.T1).

- Prasyarat berlangsungnya suatu reaksi


Berlangsungnya suatu reaksi dikendalikan berdasarakan dua prasyarat atau kontrol
sebagai berikut :
1. Persyaratan Termodinamik untuk Reaksi
Subyek yang sangat penting dalam termodinamika adalah keadaan kesetimbangan,
maka termodinamika adalah metoda yang sangat penting untuk mejajaki keadaan
kesetimbangan suatu reaksi kimia.
Untuk terjadinya reaksi secara spontan, energi bebas produk harus lebih rendah
daripada energi bebas reaktan, yakni ΔG harus negatif. Reaksi dapat saja berlangsung
melalui jalan lain, tapi tentu saja hanya jika energi bebas ditambahkan. Energi bebas
terbuat dari dua komponen yaitu entalpi H dan entropi S. Kuantitas tersebut
dihubungkan dengan persamaan: ΔG = ΔH – TΔS
Perubahan entalpi dalam suatu reaksi terutama adalah perbedaan energi ikat
(meliputi energi resonansi, tegangan, dan solvasi) antara reaktan dengan produk.
Perubahan entalpi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua energi ikatan yang
putus, kemudian dikurangi dengan jumlah energi semua ikatan yang terbentuk, dan
ditambahkan dengan perubahan energi resonansi, tegangan, atau energi solvasi.
Perubahan entropi menyatakan ketidak teraturan atau kebebasan sistem. Semakin
tidak teratur suatu sistem maka semakin tinggi entropinya. Kondisi yang lebih disukai
di alam adalah entalpi rendah dan entropi tinggi; dan di dalam sistem reaksi, entalpi
spontan menurun sedangkan entropi spontan meningkat. Bagi kebanyakn reaksi,
pengaruh entropi adalah kecil dan entalpi yang paling utama menentukan apakah
reaksi dapat terjadi secara spontan. Akan tetapi dalam reaksi jenis tertentu, entropi
adalah penting dan dapat mendominasi entalpi. Berikut ini akan dibicarakan contoh
tentang hal tersebut.
Di dalam suatu reaksi dalam mana jumlah molekul produk sebanding dengan
molekul reaktannya (contoh, A + B → C + D), pengaruh entropi biasanya kecil; tapi
jika jumlah molekuknya meningkat (contoh, A → B + C), ada tambahan entropi yang
besar karena jika lebih banyak molekul maka lebih banyak pula kemungkinan
susunan dalam ruang. Reaksi dalam mana terjadi pemecahan molekul menjadi dua
atau lebih bagian maka secara termodinamika lebih disukai karena faktor entropi.
Sebaliknya, reaksi dalam mana jumlah molekul produk lebih sedikit daripada molekul
reaktannya akan memperlihatkan penurunan entropi, dan dalam hal seperti itu maka
harus ada penurunan entalpi yang besar juga untuk mengatasi perubahan entropi yang
tidak diinginkan itu.
2. Persyaratan Kinetik Reaksi
Kinetika kimia adalah bahagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi
kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya terhadap
mekanisme reaksi.
Reaksi yang dapat berlangsung tidak hanya karena menpunyai ΔG negatif. ΔG
yang negatif memang suatu hal yang penting tapi bukan suatu persyaratan yang
cukup untuk berlangsungnya suatu reaksi secara spontan. Sebagai contoh, reaksi
antara H2 dengan O2 untuk menghasilkan H2O mempunyai ΔG negatif, tapi campuran
H2 dan O2 dapat disimpan pada suhu kamar selama berabad-abad tanpa adanya reaksi
yang berarti.
Untuk terjadinya reaksi maka variabel energi bebas aktivasi ΔG ‡ harus
ditambahkan. Situasi ini diilustrasikan dalam Gambar 1. yang merupakan profil
energi untuk reaksi satu tahap tanpa spesies-antara. Dalam gambar seperti ini, absis
menandai kemajuan reaksi. ΔGf‡ adalah energi bebas aktivasi untuk reaksi maju.
Jika reaksi antara dua molekul atau lebih telah maju ke titik yang berkaitan dengan
puncak kurva maka digunakan istilah keadaan transisi untuk posisi inti dan elektron
spesies yang ada pada keadaan ini. Keadaan transisi memiliki geometri yang terbatas
dan distribusi muatan tapi tidak memiliki keberadaan yang terbatas. Sistem pada titik
ini disebut kompleks teraktivasi.
Di dalam teori keadaan transisi, starting material dan kompleks teraktivasi
dipertimbangkan ada dalam kesetimbangan dengan tetapan kesetimbangan K‡.
Menurut teori ini, semua kompleks teraktivasi terus berubah menjadi produk dengan
kecepatan yang sama sehingga tetapan kecepatan reaksi hanya tergantung pada posisi
kesetimbangan antara starting material dengan kompleks teraktvasi, yaitu nilai K ΔG
dihubungkan ke K dengan persamaan : ΔG = -2,303 RT log K
Sehingga suatu nilai ΔG yang lebih tinggi adalah disertai dengan suatu tetapan
kecepatan yang lebih kecil. Kecepatan hampir semua reaksi meningkat dengan
meningkatnya suhu karena penambahan energi dapat membantu molekul melewati
rintangan energi aktivasi. Sejumlah reaksi tidak mempunyai energi bebas aktivasi
sama sekali, berarti K‡ tidak terbatas dan hampir semua tumbukan mengarah kepada
reaksi. Proses seperti itu dikatakan terkontrol difusi (diffusion-controlled).
Seperti halnya ΔG, ΔG terbentuk dari komponen entalpi dan entropi. ΔG = ΔH -
TΔS Entalpi aktivasi (ΔH) adalah perbedaan energi ikatan (meliputi energi tegangan,
resonansi dan solvasi) antara senyawa starting material dengan keadaan transisi. Di
dalam kebanyakan reaksi, ikatan-ikatan telah putus atau putus secara parsial pada
sesaat keadaan transisi tercapai; energi yang penting untuk hal ini adalah ΔH. Adalah
benar bahwa tambahan energi akan disuplai oleh pembentukan ikatan baru, tapi jika
hal ini terjadi setelah keadaan transisi maka hal ini hanya dapat berpengaruhi pada
ΔH dan bukan ΔH.
Entropi aktivasi (ΔS) yang merupakan perbedaan entropi antara senyawa starting
material dengan keadaan transisi menjadi penting jika dua molekul yang bereaksi
saling mendekati satu sama lain dalam suatu orientasi spesifik untuk terjadinya
reaksi. Sebagai contoh, reaksi antara alkil klorida non-siklik sederhana dengan ion
hidroksida menghasilkan alkena terjadi hanya jika dalam keadaan transisi, reaktan
berorientasi seperti yang diperlihatkan. Bukan hanya OH- mendekati hidrogen
tersebut tetapi hidrogen harus berorientasi anti terhadap klor.
Ketika dua molekul pereaksi bertabrakan, jika OH- akan mendekati atom klor atau
dekat R1 atau R2, tidak ada reaksi yang dapat terjadi. Untuk terjadinya reaksi,
molekul-molekul harus melepaskan kebebasan yang dimiliki secara normal untuk
menerima banyak susunan yang mungkin dalam ruang dan mengadopsi hanya satu
yang mengarah kepada terjadinya reaksi. Jadi melibatkan penghilangan entropi, yakni
S adalah negatif. Entropi aktivasi juga bertanggung jawab terhadap sulitnya
penutupan cincin yang lebih besar daripada cincin beranggota enam.
Untuk terjadinya reaksi penutupan cincin, dua gugus pada ujung rantai harus
bertemu. Akan tetapi semakin banyak jumlah karbon maka semakin banyak pula
konformasi yang mungkin, dan hanya sedikit dari konformasi tersebut yang ujung-
ujungnya saling berdekatan. Jadi pembentukan keadaan transisi mengharuskan
penghilangan entropi yang lebih besar.

- Kesimpulan

Kinetika Kimia (Chemical Kinetics) adalah salah satu cabang ilmu kimia yang
mengkaji mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Secara umum,
untuk reaksi kimia dengan persamaan reaksi di bawah ini :
aA +bB → cC+ dD
laju reaksi masing-masing spesi adalah sebagai berikut :
laju reaksi (r)  =  – 1 ∆ [A] / a.∆ t =  – 1 ∆ [B] / b.∆ t  =  + 1 ∆ [C] / c.∆ t 
=  + 1 ∆ [D] / d.∆ t
Orde Satu :  t1/2 =  ln 2 / k  =  0,693 / k  
Orde Dua :   t1/2 =  1 / k.[A]0
Orde Nol :   t1/2 =  [A]0 / 2k  
Mekanisme reaksi adalah urutan tahap-tahap elementer yang mengarah pada
pembentukan produk

aA +bB → produk makalaju reaksi

r =k A a + Bb
Berlangsungnya suatu reaksi dikendalikan berdasarakan dua prasyarat atau
kontrol yaitu Persyaratan Termodinamik untuk Reaksi dan prasyarat kinetika reaksi.

Anda mungkin juga menyukai