PENDAHULUAN
Terjadinnya reaksi kimia disebabkan karena adannya tumbukan atau tabrakan antar
molekul – molekul pereaksi dengan arah yang tepat dan memiliki energy yang cukup
untuk mengatasi energy aktivasi molekul pereaksi. Molekul pereaksi yang menerima
tumbukan akan berubah menjadi molekul teraktivasi (Komplek transisi) dan segera
berubah menjadi produk (hasil reaksi). Senyawa pada keadaan kompleks teraktivasi
ini bersifat tidak stabil. Untuk mencapai keadaan kompleks teraktifasi,diperlukan
energy yang disebut energy aktivasi. Energy aktivasi adalah energy potensial yang
harus dilampaui sebelum terjadi reaksi kimia.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui definisi Kinetika Kimia
2. Mengetahui penetapan hukum-hukum laju atau tetapan laju
3. Mengetahui Kinetika Reaksi Homogen
4. Mengetahui Orde Suatu Reaksi Kimia
5. Mengetahui bagaimana cara Menentukan Orde Reaksi
6. Mengetahui mcam-macam orde reaksi
7. Mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
8. Mengetahui Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan
1
9. Mengetahui Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Reaktor Batch
10. Mengetahui Aplikasi dalam Industri “Produksi Konsentrasi Asam
Gamma Linolenat dari Minyak Kapang Mortierella isabellina dengan
Reaksi Alkoholisis Menggunakan Katalis Lipase dari Rhizomucor
Miehei ”
BAB II
ISI
2
Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan)
dan mekanisme reaksi. Berdasarkan penelitian yang mula – mula dilakukan oleh
Wilhelmy terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi / tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan terhadap
waktu.
Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
a. Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : N2O5 → N2O4 + ½ O2
b. Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2HI → H2 + I2
c. Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2NO + O2 → 2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
a. Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan)
b. Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi
Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu
jumlah dari eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi.
3
gas, satuan tekanan atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan
sebagai ganti konsentrasi.
4
2.4. Orde Suatu Reaksi Kimia
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksperimen (dari) konsentrasi dalam
persamaan laju. Jika suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde
pertama. Reaksi orde pertama dapat ditulis dalam persamaan dibawah ini.
Laju = k[A]
Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,
maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua.
Laju = k[A]2
Suatu reaksi disebut juga sebagai reaksi orde kedua apabila laju reaksi
berbanding lurus dengan dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi.
Laju = k[A][B]
Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal –
hal semacam itu sangat jarang terjadi. Suatu reaksi dapat tak bergantung pada
konsentrasi suatu pereaksi.
Pada reaksi A + B → C, jika konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka
reaksi itu disebut orde nol terhadap B, sehingga reaksi tersebut menjadi reaksi orde
pertama yang dapat ditulis sebagai berikut :
Laju = k[A][B]0 = k[A]
(Keenan, dkk., 1999).
Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam
persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk
pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi
pertama bersifat orde pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam
NO2. Seperti dilukiskan oleh contoh.
Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B → 2AB
5
1. HBr + O2 -> HBr2O (lambat)
2. HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)
3. 2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr]
[O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
b. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen,
kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.
6
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat
itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar
b. Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya
kenaikan sebesar 100C akan melipatkan dua atau tiga laju reaksi antara molekul-
molekul. Molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi.
Makin tinggi suhu, maka energi kinetik molekul makin tinggi sehingga tumbukan
makin sering, laju reaksi makin tinggi.
c. Penambahan katalis
Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum
yang diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung. Penambahan katalis
akan mempercepat reaksi. Alasan mengapa katalis dapat mempermudah dan
mempercepat reaksi disajikan dalam grafik antara energi potensial terhadap
koordinat reaksi dari persamaan reaksi: A + B→ C
Jika ada reaksi : A + B → C ; pada keadaan awal, yang terdapat pada
sistem reaksi hanyalah pereaksi A dan B. Setelah reaksi berjalan, pereaksi A dan
B makin berkurang dan hasil reaksi C makin bertambah. Laju reaksi dapat diukur
dengan mengukur penambahan konsentrasi C (produk), atau pengurangan
konsentrasi A/B (pereaksi) tiap satuan waktu.
7
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan
maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi
tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada
akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama
seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada
suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu
jalan:
1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen).
2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)
Pembentukan senyawa antara (katalisis homogen). Terdapat banyak contoh
reaksi homogen dalam larutan yang laju reaksinnya ditingkatkan dengan adannya
zat katalitik.
Tanpa hadirnya katalis, diperlukan waktu berminggu – minggu untuk
menghasilkan etil asetat dengan rendaman maksimal. Dengan hadirnya katalis
asam, rendaman maksimal dicapai dalam beberapa zat. Sekali lagi, katalis tidak
menambah banyaknya etil asetat yang dapat diperoleh pada kesetimbangan, karena
laju reaksi maju dan reaksi balik ditingkatkan dengan sama banyak.
Adsorpsi. Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat mengikat
cukup banyak kuantitas gas dan cairan pada permukaan mereka berdasarkan
adsorpsi. Dalam beberapa hal naiknya kereaktifan ini dapat disebabkan oleh naiknya
konsentrasi molekul yang teradsorpsi, mereka berjejalan pada permukaan zat padat
sedangkan dalam keadaan gas, mereka terpisah jauh satu sama lain. Dalam hal –
hal lain, gaya tarik antar molekul zat padat dan molekul zat cair atau gas yang
teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi menjadi aktif secara kimia.
Tidak perlunya dalam suatu campuran reaksi yang teradsorpsi dengan kuat
dalam katalis dapat berlaku sebagai penghambat dengan mengurangi luas
permukaan yang tersedia.
8
d. Pelarut
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut
baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi.
Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion
dan pelarut dalam pembentukan counter ion.
e. Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan
lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif
yang menghasilkan perubahan.
g. Pengadukan
Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem
heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair
seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi
akan cepat berjalan.
9
menggunakan metoda iodimetri dalam menganalisa kandungan vitamin C. Hal ini
berdasarkan sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodin dengan indikator
amilum. Akhir dari titrasi ini ditandai dengan terbentuknya warna biru dari iod-
amilum. Umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung vitamin C,
ditentukan dengan mengetahui penurunan kandungan vitamin C-nya pada suhu
40oC, 50oC dan 60oC.
Penentuan orde reaksi ditentukan berdasarkan kurva. Reaksi dengan orde 0
didapatkan saat kurva yang dibuat menunjukkan hubungan yang linear antara
konsentrasi dengan waktu pada berbagai suhu penyimpanan. Reaksi orde 1
menunjukkan hubungan yang linear antara ln konsentrasi terhadap waktu,
sedangkan untuk reaksi orde 2 menunjukkan hubungan yang linear antara
1/konsentrasi terhadap waktu. Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai R2 yang
paling mendekati 1. Nilai R2 yang terbesar adalah kurva kinetika reaksi orde 1
sehingga degradasi vitamin C pada minuman kemasan mengikuti reaksi orde 1.
Hasil ini sesuai penelitian Sungthongjeen (2004) yang menunjukkan bahwa reaksi
degradasi vitamin C pada sirup mengikuti kinetika reaksi orde 1, dan teori Labuza
(1982). Nilai kemiringan (slope) yang diperoleh pada masing-masing kurva
menunjukkan nilai (-) tetapan laju reaksi (k) (hari-1). Nilai masing-masing k dan
kurva reaksi degradasi vitamin C pada suhu 40.
Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu.
Dalam model Arrhenius suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
penurunan mutu produk pangan. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi
pula laju reaksi, dengan kata lain semakin tinggi T maka akan semakin tinggi pula
nilai k. Hubungan ini berdasarkan pada teori aktivasi, bahwa suatu reaksi perubahan
akan mulai berlangsung jika diberikan sejumlah energi minimum yang disebut
sebagai energi aktivasi (Ea) (Hariyadi2, 2004).
10
1. Penggunaan Batch Reactor
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk,
reaksi kimia, Batch distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi
dan fermentasi.
11
(Coulson, 1983)
Misalkan : A + B P
Neraca massa untuk komponen A adalah :
A masuk = A keluar + A terakumulasi + A yang bereaksi.
FAi = FAC + (dNA/dt) + (-rA)(V) (Coulson, 1983).
12
2. Mulai diaduk dengan pengaduk magnetic dan z.
3. Diisi head space dengan gas nitrogen.
4. Campuran ditambahkan lipase dan 2 ml heksana kedalam vial 10 ml.
5. Dialiri air pada suhu yang dikehendaki (50oC).
6. Dilakukan pemisahan fraksi hasil reaksi alkoholisis dengan kromatografi lapis
tipis.
7. Selesai. Ditentukan konsentrasi enzim optimum dan rasio mol substrat
optimum.
BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Dalam suatu resep yang berisi ampisilina mempunyai kelarutan 550 mg/100 ml
pada suhu25°C dan mempunyai laju reaksi 2 x 10 -7 g/100 mldet-1. Larutan
ampisilina tersebut stabil pada pH 6,8. Tentukan umur sediaan tersebut tetap
baik sampai waktu tinggal 90% dari konsentrasi semula ?
Jawab:
ko = 2 x 10-7 gr/100 ml det-1
Co = 550 mg/100 ml = 0,55 gram/100 ml
0,1 x Co
t90 =
ko
0,55 gram
0,1 x ( )
= 100 ml
2 x 10−7 g/100 ml det −1
= 275000 det
13
5
2,75 x 10 det
=
86400
= 3, 18 hari
2. Larutan yang dibuat mengandung zat X = 100 mg/ml. setelah disimpan selama
100 hari kandungan zat X tersebut menjadi 40 mg/ml. kapankah zat X tersebut
terurai setengahnya (anggap reaksi berjalan dengan orde pertama)?
Jawab :
Co = 100 mg/ml
Ct = 40 mg/ml
t = 100 hari
Ditanya t1/2 ?
K = 2,303 x log Co
t C
100 40
= 0,05 hari
k 1/2Co
0,05 50
14
= 115,15 hari
t ½ = 0,693 = 0,693
k 0,05 hari
Jawab :
Diketahui :
A0 = 6 g/100ml
k0 = k x ρA
k0 = 1,485 g/ detik.100ml
t90 = 0,10 . A0
k0
15
t90 = (0,10 . 6 g/100ml)
(1,485 g/ detik.100ml)
4. Suatu obat yang diberikan secara injeksi intravena kepada seorang dewasa.
Jika harga konstanta laju reaksi dari obat tersebut sebesar 4,7 .10-7 sekon -1
dan obat tersebut mengikuti persamaan reaksi orde satu, maka berapa besar
konsentrasi obat setelah lama disimpan selama 60 hari jika konsentrasi obat
saat dibuat sebesar 350 mg ?
Diketahui :
Ditanya C ?
Jawab :
k = 2,303 x log Co
t C
60 C
16
2,303 C
C = 22,38 mg
Ditanya t90 ?
t90 = 0,1 Co
ko
Jawab :
2,43. 10-6
=
0,98 x 106 = 1,14 hari
86400
17
6. Sebuah resep sediaan cairan aspirin berisi 325 mg/ 5 ml atau 6,5 g /100 ml.
Kelarutan aspirin pada 25oC adalah 0,33 g /100ml maka sediaan itu pasti akan
menjadi suspensi. Ramuan lain dalam resep menyebabkan produk yang dibuat
mempunyai pH 6,0. Konstanta laju orde pertama untuk penurunan mutu aspirin
dalam larutan ini adalah 4,5 x 10-6 dt-1.
Hitunglah :
1) konstanta laju pada orde nol,
2) tentukan umur resep cairan tersebut dengan menganggap produk tersebut
tetap baik sampai waktu dimana cairan tersebut telah terurai sampai tinggal
90% dari konsentrasinya mula-mula (yaitu terurai 10%) pada 25 oC?
Diketahui:
k0 = k x ρA
Jawab :
(0,10) (6,5g/100ml)
= 4,3 x 105detik
18
= 4,3 x 105detik
86400
= 5,0 hari.
19