Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terjadinnya reaksi kimia disebabkan karena adannya tumbukan atau tabrakan antar
molekul – molekul pereaksi dengan arah yang tepat dan memiliki energy yang cukup
untuk mengatasi energy aktivasi molekul pereaksi. Molekul pereaksi yang menerima
tumbukan akan berubah menjadi molekul teraktivasi (Komplek transisi) dan segera
berubah menjadi produk (hasil reaksi). Senyawa pada keadaan kompleks teraktivasi
ini bersifat tidak stabil. Untuk mencapai keadaan kompleks teraktifasi,diperlukan
energy yang disebut energy aktivasi. Energy aktivasi adalah energy potensial yang
harus dilampaui sebelum terjadi reaksi kimia.

Kompleks teraktivasi merupakan tahap persimpangan ketika kenaikan mulus energy


potensial pada saat reaksi (reaktan) saling mendekati menjadi penurunan mulus
ketika molekul hasil reaksi (produk) memilsah. Ini berarti,tidak semua pasangan
yang bereaksi menghasilkan reaksi. Hanya pasangan yang memiliki energy kinetic
cukup dapat melonggarkan ikatannya dan menata ulang ato-atomnya sewaktu
mencapai keadaan transisi yang memisahkan preaksi dari hasil reaksi. Jika
halangan ini terlalu tinggi,hampir semua pasangan molekul reaksi yang bertumbukan
berpisah satu sama lain tanpa reaksi.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui definisi Kinetika Kimia
2. Mengetahui penetapan hukum-hukum laju atau tetapan laju
3. Mengetahui Kinetika Reaksi Homogen
4. Mengetahui Orde Suatu Reaksi Kimia
5. Mengetahui bagaimana cara Menentukan Orde Reaksi
6. Mengetahui mcam-macam orde reaksi
7. Mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
8. Mengetahui Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan

1
9. Mengetahui Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Reaktor Batch
10. Mengetahui Aplikasi dalam Industri “Produksi Konsentrasi Asam
Gamma Linolenat dari Minyak Kapang Mortierella isabellina dengan
Reaksi Alkoholisis Menggunakan Katalis Lipase dari Rhizomucor
Miehei ”

1.3. Rumusan Masalah


1. Jelaskan definisi Kinetika Kimia!
2. Jelaskan Penetapan Hukum-hukum Laju atau Tetapan Laju!
3. Jelaskan Kinetika Reaksi Homogen!
4. Jelaskan Orde Suatu Reaksi Kimia!
5. Jelaskan bagaimana cara Menentukan Orde Reaksi!
6. Jelaskan mcam-macam orde reaksi!
7. Apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi?
8. Jelaskan Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan!
9. Jelaskan Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Reaktor Batch!
10. Jelaskan Aplikasi dalam Industri “Produksi Konsentrasi Asam Gamma
Linolenat dari Minyak Kapang Mortierella isabellina dengan Reaksi
Alkoholisis Menggunakan Katalis Lipase dari Rhizomucor Miehei ”

BAB II
ISI

2.1. Definisi Kinetika Kimia

2
Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan)
dan mekanisme reaksi. Berdasarkan penelitian yang mula – mula dilakukan oleh
Wilhelmy terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi / tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan terhadap
waktu.
Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
a. Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : N2O5 → N2O4 + ½ O2
b. Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2HI → H2 + I2
c. Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2NO + O2 → 2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
a. Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan)
b. Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi
Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu
jumlah dari eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi.

2.2. Penetapan Hukum-hukum Laju atau Tetapan Laju


Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi pereaksi disebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan
kesebandingan k dirujuk sebagai tetapan laju untuk suatu reaksi tertentu. Karena
konsentrasi pereaksi berkurang dengan berlangsungnya reaksi. Tetapi tetapan laju k
tetap tak berubah sepanjang perjalanan reaksi. Jadi laju reaksi memberikan suatu
ukuran yang memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi makin besar
harga k, makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atupun
produk dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase

3
gas, satuan tekanan atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan
sebagai ganti konsentrasi.

2.3 Kinetika Reaksi Homogen


Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari tentang
kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi tersebut.
Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan
hasil-hasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung
dan dengan kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal
terakhir ini dipelajari dalam kinetika kimia, sehingga kinetika kimia merupakan
pelengkap bagi termodinamika kimia.
Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang
berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi
yang berjalan sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara
kinetik. Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat
diukur.
Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
waktu, jadi – dC/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila
waktu berubah. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperatur
tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-
masing berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi (Sukardjo, 1997).
Untuk reaksi :
n1A + n2B + n3C → hasil-hasil
(Sukardjo, 1997)

Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu.


Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat
dinyatakan sebagai:
Laju ≈ f (C1, C2, ……Ci)
atau
Laju ≈ k f (C1, C2,…….Ci)
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau
konstanta kecepatan, C1, C2,…. adalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-
produk. sebagai contoh dalam hal reaksi umum (Dogra, dkk., 1990).

4
2.4. Orde Suatu Reaksi Kimia
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksperimen (dari) konsentrasi dalam
persamaan laju. Jika suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde
pertama. Reaksi orde pertama dapat ditulis dalam persamaan dibawah ini.
Laju = k[A]
Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,
maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua.
Laju = k[A]2
Suatu reaksi disebut juga sebagai reaksi orde kedua apabila laju reaksi
berbanding lurus dengan dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi.
Laju = k[A][B]
Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal –
hal semacam itu sangat jarang terjadi. Suatu reaksi dapat tak bergantung pada
konsentrasi suatu pereaksi.
Pada reaksi A + B → C, jika konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka
reaksi itu disebut orde nol terhadap B, sehingga reaksi tersebut menjadi reaksi orde
pertama yang dapat ditulis sebagai berikut :
Laju = k[A][B]0 = k[A]
(Keenan, dkk., 1999).

Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam
persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk
pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi
pertama bersifat orde pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam
NO2. Seperti dilukiskan oleh contoh.
Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B → 2AB

2.5. Menentukan Orde Reaksi


a. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang
berjalan lambat. Contoh : reaksi 4HBr + O2 -> 2H2O + 2Br2
Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :

5
1. HBr + O2 -> HBr2O (lambat)
2. HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)
3. 2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr]
[O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.

b. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen,
kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.

2.6. Berbagai Orde Reaksi


a. Reaksi Orde Nol

Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila


perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak
mempengaruhi laju reaksi.

b. Reaksi Orde Satu


Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi
itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.

c. Reaksi Orde Dua

6
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat
itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar

2.7. Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


a. Sifat dasar pereaksi
Zat-zat berbeda dalam mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan
flour bereaksi secara meledak, bahkan dalam temperatur kamar menghasilkan
molekul hidrogen fluorida.
H2(g) + F2(g) à 2HF(g) (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat,
sehingga tak nampak sesuatu perubahan kimia.
2H2(g) + O2(g) à 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)

b. Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya
kenaikan sebesar 100C akan melipatkan dua atau tiga laju reaksi antara molekul-
molekul. Molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi.
Makin tinggi suhu, maka energi kinetik molekul makin tinggi sehingga tumbukan
makin sering, laju reaksi makin tinggi.
c. Penambahan katalis
Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum
yang diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung. Penambahan katalis
akan mempercepat reaksi. Alasan mengapa katalis dapat mempermudah dan
mempercepat reaksi disajikan dalam grafik antara energi potensial terhadap
koordinat reaksi dari persamaan reaksi: A + B→ C
Jika ada reaksi : A + B → C ; pada keadaan awal, yang terdapat pada
sistem reaksi hanyalah pereaksi A dan B. Setelah reaksi berjalan, pereaksi A dan
B makin berkurang dan hasil reaksi C makin bertambah. Laju reaksi dapat diukur
dengan mengukur penambahan konsentrasi C (produk), atau pengurangan
konsentrasi A/B (pereaksi) tiap satuan waktu.

7
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan
maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi
tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada
akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama
seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada
suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu
jalan:
1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen).
2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)
Pembentukan senyawa antara (katalisis homogen). Terdapat banyak contoh
reaksi homogen dalam larutan yang laju reaksinnya ditingkatkan dengan adannya
zat katalitik.
Tanpa hadirnya katalis, diperlukan waktu berminggu – minggu untuk
menghasilkan etil asetat dengan rendaman maksimal. Dengan hadirnya katalis
asam, rendaman maksimal dicapai dalam beberapa zat. Sekali lagi, katalis tidak
menambah banyaknya etil asetat yang dapat diperoleh pada kesetimbangan, karena
laju reaksi maju dan reaksi balik ditingkatkan dengan sama banyak.
Adsorpsi. Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat mengikat
cukup banyak kuantitas gas dan cairan pada permukaan mereka berdasarkan
adsorpsi. Dalam beberapa hal naiknya kereaktifan ini dapat disebabkan oleh naiknya
konsentrasi molekul yang teradsorpsi, mereka berjejalan pada permukaan zat padat
sedangkan dalam keadaan gas, mereka terpisah jauh satu sama lain. Dalam hal –
hal lain, gaya tarik antar molekul zat padat dan molekul zat cair atau gas yang
teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi menjadi aktif secara kimia.
Tidak perlunya dalam suatu campuran reaksi yang teradsorpsi dengan kuat
dalam katalis dapat berlaku sebagai penghambat dengan mengurangi luas
permukaan yang tersedia.

8
d. Pelarut
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut
baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi.
Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion
dan pelarut dalam pembentukan counter ion.

e. Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan
lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif
yang menghasilkan perubahan.

f. Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya


Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi.
Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka
terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya
tumbukan antar molekul.

g. Pengadukan
Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem
heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair
seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi
akan cepat berjalan.

2.8. Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan


Penentuan umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung
vitamin C dengan Model Arrhenius ini berdasarkan pada menurunnya kandungan
vitamin C selama penyimpanan (Andarwulan dan Koswara, 1992) dengan

9
menggunakan metoda iodimetri dalam menganalisa kandungan vitamin C. Hal ini
berdasarkan sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodin dengan indikator
amilum. Akhir dari titrasi ini ditandai dengan terbentuknya warna biru dari iod-
amilum. Umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung vitamin C,
ditentukan dengan mengetahui penurunan kandungan vitamin C-nya pada suhu
40oC, 50oC dan 60oC.
Penentuan orde reaksi ditentukan berdasarkan kurva. Reaksi dengan orde 0
didapatkan saat kurva yang dibuat menunjukkan hubungan yang linear antara
konsentrasi dengan waktu pada berbagai suhu penyimpanan. Reaksi orde 1
menunjukkan hubungan yang linear antara ln konsentrasi terhadap waktu,
sedangkan untuk reaksi orde 2 menunjukkan hubungan yang linear antara
1/konsentrasi terhadap waktu. Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai R2 yang
paling mendekati 1. Nilai R2 yang terbesar adalah kurva kinetika reaksi orde 1
sehingga degradasi vitamin C pada minuman kemasan mengikuti reaksi orde 1.
Hasil ini sesuai penelitian Sungthongjeen (2004) yang menunjukkan bahwa reaksi
degradasi vitamin C pada sirup mengikuti kinetika reaksi orde 1, dan teori Labuza
(1982). Nilai kemiringan (slope) yang diperoleh pada masing-masing kurva
menunjukkan nilai (-) tetapan laju reaksi (k) (hari-1). Nilai masing-masing k dan
kurva reaksi degradasi vitamin C pada suhu 40.
Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu.
Dalam model Arrhenius suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
penurunan mutu produk pangan. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi
pula laju reaksi, dengan kata lain semakin tinggi T maka akan semakin tinggi pula
nilai k. Hubungan ini berdasarkan pada teori aktivasi, bahwa suatu reaksi perubahan
akan mulai berlangsung jika diberikan sejumlah energi minimum yang disebut
sebagai energi aktivasi (Ea) (Hariyadi2, 2004).

2.9. Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Reaktor Batch


Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu
reaksi yang berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang
berpasangan dengan persamaan kesetimbangan dan stoikiometri.

10
1. Penggunaan Batch Reactor
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk,
reaksi kimia, Batch distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi
dan fermentasi.

2. Beberapa ketetapan menggunakan reaktor tipe Batch :


 Selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan temperatur.
 Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik
dalam reaktor adalah sama atau homogen pada waktu yang sama.
 Reaktor ideal.
Reaktor batch di desain untuk beroperasi dalam proses unsteady – state,
banyak reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang dimiliki oleh pasangan
reaksi kinetika dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak temperatur berlebih,
dengan kata lain reaksi berjalan eksotermis memproduksi panas berlebih sehingga
harus dihilangkan dengan sistem pendinginan. Sirkulasi pompa untuk pendinginan
bertujuan untuk meminimalkan waktu tinggal agar tetap konstan.

Gambar 2.2 Reaktor Batch

11
(Coulson, 1983)

Misalkan : A + B P
Neraca massa untuk komponen A adalah :
 A masuk = A keluar + A terakumulasi + A yang bereaksi.
 FAi = FAC + (dNA/dt) + (-rA)(V) (Coulson, 1983).

2.10. Aplikasi dalam Industri “Produksi Konsentrasi Asam Gamma Linolenat


dari Minyak Kapang Mortierella isabellina dengan Reaksi Alkoholisis
Menggunakan Katalis Lipase dari Rhizomucor Miehei ”
Asam gamma linoleat (AGL) adalah salah satu dari asam tak jenuh ganda.
Menurut Horrobin (1992) , AGL juga merupakan asam lemak esensial yaitu asam
lemak yang diperlukan oleh tubuh manusia namun tidak dapat disintesis oleh tubuh
sehingga harus disuplai dari makanan. Asam lemak esensial mempunyai kegunaan
antara lain sebagai penyusun struktur membran sel, pengatur sintesis dan transpor
kolesterol, sintesis molekul regulasi seperti prostaglandin, dan pengontrol
permeibilitas membran sel seperti pada sel gastrointestinal, serta pengontrol
impermeibilitas air pada kulit.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ardhian adalah mempelajari
pengaruh konsentrasi enzim dan rasio mol substrat terhadap kecepatan reaksi
alkoholisis minyak kapang komersial Mortierella isabellina dengan katalis lipase dari
Rhizomucor mieihei.
Penggunaan kapang untuk produksi AGL lebih mendapat perhatian. Hal ini
disebabkan karena kapang memiliki keunggulan dibanding khamir dan
mikroorganisme lain, yaitu kapang dapat tumbuh dalam kisaran yang rendah, dapat
mendegradasi sumber karbon dan mampu tumbuh dengan cepat.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah pertama alkoholisis minyak
kapang dan pemisahan fraksi hasil reaksi alkoholisis dengan metode kromatografi
lapis tipis (KLT) preparatif (Ardhian, 1998).
1. Sebanyak 200 mg (0,02334 mmol) minyak kapang dicampurkan dengan 69,08
mg n-butanol.

12
2. Mulai diaduk dengan pengaduk magnetic dan z.
3. Diisi head space dengan gas nitrogen.
4. Campuran ditambahkan lipase dan 2 ml heksana kedalam vial 10 ml.
5. Dialiri air pada suhu yang dikehendaki (50oC).
6. Dilakukan pemisahan fraksi hasil reaksi alkoholisis dengan kromatografi lapis
tipis.
7. Selesai. Ditentukan konsentrasi enzim optimum dan rasio mol substrat
optimum.

BAB III
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Dalam suatu resep yang berisi ampisilina mempunyai kelarutan 550 mg/100 ml
pada suhu25°C dan mempunyai laju reaksi 2 x 10 -7 g/100 mldet-1. Larutan
ampisilina tersebut stabil pada pH 6,8. Tentukan umur sediaan tersebut tetap
baik sampai waktu tinggal 90% dari konsentrasi semula ?
Jawab:
ko = 2 x 10-7 gr/100 ml det-1
Co = 550 mg/100 ml = 0,55 gram/100 ml
0,1 x Co
t90 =
ko
0,55 gram
0,1 x ( )
= 100 ml
2 x 10−7 g/100 ml det −1
= 275000 det

13
5
2,75 x 10 det
=
86400
= 3, 18 hari

2. Larutan yang dibuat mengandung zat X = 100 mg/ml. setelah disimpan selama
100 hari kandungan zat X tersebut menjadi 40 mg/ml. kapankah zat X tersebut
terurai setengahnya (anggap reaksi berjalan dengan orde pertama)?
Jawab :

Co = 100 mg/ml

Ct = 40 mg/ml

t = 100 hari

Ditanya t1/2 ?

K = 2,303 x log Co

t C

= 2,303 x log 100

100 40

= 0,05 hari

t 1/2 = 2,303 x log Co

k 1/2Co

= 2,303 x log 100

0,05 50

14
= 115,15 hari

t ½ = 0,693 = 0,693

k 0,05 hari

3. Suatu produk berisikan cairan A= 6 g/100ml. Kelarutan A pada 25 0C adalah


0,33 g/100ml. Produk ini oleh pabrik ditambahkan zat B yang dapat merubah
pH sediaan menjadi 6,5. Konstanta laju orde pertama zat A adalah 4,5 x 10 -6
/detik. Hitung konstanta nol, dan berapa umur dari produk tersebut bila produk
tersebut dianggap baik hingga terurai 90% dari konsentrasi semula pada suhu
250 ?

Jawab :

Diketahui :

A0 = 6 g/100ml

ρA ( kelarutan ) = 0,33 g/100ml

k = 4,5 x 10-6 /detik

Ditanya : k0, t90

k0 = k x ρA

k0 = 4,5 x 10-6 /detik x 0,33 g/100ml

k0 = 1,485 g/ detik.100ml

t90 = 0,10 . A0

k0

15
t90 = (0,10 . 6 g/100ml)

(1,485 g/ detik.100ml)

t90 = 0,40 detik

4. Suatu obat yang diberikan secara injeksi intravena kepada seorang dewasa.
Jika harga konstanta laju reaksi dari obat tersebut sebesar 4,7 .10-7 sekon -1
dan obat tersebut mengikuti persamaan reaksi orde satu, maka berapa besar
konsentrasi obat setelah lama disimpan selama 60 hari jika konsentrasi obat
saat dibuat sebesar 350 mg ?

Diketahui :

k = 4,7 x 10-7 / sekon

Co = 350 mg, t = 60 hari

Ditanya C ?

Jawab :

k = 2,303 x log Co

t C

4,7 x 10-7 = 2,303 x log 350

60 C

4,7 x 10-7 x 60 x 86400 =2,303 x log 350

4,7 x 10-7 x 60 x 86400 = log 350

16
2,303 C

C = 22,38 mg

5. Sirup parasetamol mempunyai pH stabilitasnya adalah 6,8 dan mempunyai


kelarutan 120 mg/5 ml pada suhu 25 0C. Jika sirup tersebut mempunyai
konstanta laju reaksi sebesar 2,43. 10 -6 g/100 mL dt-1, maka tentukanlah umur
dari sirup tersebut tetap baik sampai waktu dimana sirup tersebut terurai
hingga tinggal 90% dari konsentrasi mula-mula ?

Diketahui : Co = 120 mg/5 ml

ko = 2,43. 10-6 g/100 mL dt-1

Ditanya t90 ?

t90 = 0,1 Co

ko

Co = 100/5 x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g/100 mL

Jawab :

t90 = 0,1 x 2,4 = 0,98 x 106 detik

2,43. 10-6

=
0,98 x 106 = 1,14 hari

86400

17
6. Sebuah resep sediaan cairan aspirin berisi 325 mg/ 5 ml atau 6,5 g /100 ml.
Kelarutan aspirin pada 25oC adalah 0,33 g /100ml maka sediaan itu pasti akan
menjadi suspensi. Ramuan lain dalam resep menyebabkan produk yang dibuat
mempunyai pH 6,0. Konstanta laju orde pertama untuk penurunan mutu aspirin
dalam larutan ini adalah 4,5 x 10-6 dt-1.
Hitunglah :
1) konstanta laju pada orde nol,
2) tentukan umur resep cairan tersebut dengan menganggap produk tersebut
tetap baik sampai waktu dimana cairan tersebut telah terurai sampai tinggal
90% dari konsentrasinya mula-mula (yaitu terurai 10%) pada 25 oC?

Diketahui:

Co = 6,5 g /100 ml, k = 4,5 x 10-6 dt-1

Kelarutan = ρA = 0,33 g /100ml

k0 = k x ρA

Ditanya : ko ? dan t90 ?

Jawab :

ko = k x ( kelarutan aspirin dalam larutan)

ko = (4,5 x 10-6 detik –1) x (0,33 g/100ml)

ko = 1,5 x 10-6 g/100 ml detik-1

t90 = 0,10 (A)o/ko =

(0,10) (6,5g/100ml)

(1,5 x 10-6 g/100ml detik-1)

= 4,3 x 105detik

18
= 4,3 x 105detik

86400

= 5,0 hari.

19

Anda mungkin juga menyukai