Anda di halaman 1dari 25

ABSTRAK

Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu,


jadi –dc/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu
bertambah. Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi
terhadap laju reaksi. Prosedur kerja pada bagian A adalah 25 ml Na2S2O3 0,25 M
dalam gelas ukur dan diletakkan diatas kertas yang diberi tanda silang hitam,
sehingga jelas terlihat dari atas, kemudian ditambahkan 2 ml HCl 1M dan
dihidupkan stopwatch. Setelah itu, larutan diaduk homogen, dan diamati waktu
yang dibutuhkan sampai tanda silang hitam menjadi kabur dan dicatat suhu
larutan itu. Kemudian diulangi tahap awal dengan komposisi larutan yang
berbeda. Prosedur kerja pada bagian B adalah Dimasukkan 10 ml Na2S2O3 0,25M
ke dalam gelas ukur, lalu diencerkan hingga volumenya menjadi 50 ml. Setelah
itu 2 ml HCl 1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditempatkan gelas ukur dan
tabung reaksi tersebut dengan beaker glass yang berisi air di kaki tiga. Biarkan
kedua larutan beberapa lama sampai mencapai suhu yang ditentukan.
Ditambahkan HCl ke dalam larutan tiosulfat tersebut, pada saat yang bersamaan
dihidupkan stopwatch. Larutan diaduk hingga homogen, lalu ditempatkan gelas
ukur di atas kertas bertandakan silang hitam, dicatat waktu yang dibutuhkan
sampai tanda silang hitam menjadi kabur bila dilihat dari atas. Selanjutnya,
diulangi langkah kerja di atas dengan variasi suhu 35 ℃ , 40 ℃ , dan 45
℃ , 50℃ ,dan 55 ℃ Hasil yang didapatkan setelah praktikum ini adalah pada
percobaan A pada volume 25 ml, 20 ml, 15 ml, 10 ml, dan 5 ml Na2S2O3 diperoleh
waktu berturut-turut yaitu 14,51 detik, 17,52 detik, 20,05 detik, 30,11 detik, dan
56,77 detik serta suhu berturut turut yaitu 39 ℃ , 38 ℃ , 37 ℃ , 32 ℃ ,
32 ℃ , dan 30 ℃ . Adapun hasil dari percobaan B yang berlangsung dengan
suhu yang bebeda-beda, yaitu 35 ℃ , 40 ℃ , 45 ℃ , 50 ℃ , dan 55
℃ dan waktu berturut-turut diperoleh yaitu 61 detik, 38,87 detik, 31,62 detik,
22,87 detik, dan 17,43detik.
Terlihat bahwa semakin besar volume Tiosulfat, maka waktu yang dibutuhkan
hingga tanda silang menjadi kabur akan semakin cepat, hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya partikel sehingga daya tumbukannya semakin banyak.

Kata Kunci: Daya Tumbukan, Kecepatan Reaksi dan Reaksi Kimia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Pengaruh Suhu dan Konsentrasi terhadap


Kecepatan Reaksi
1.2 Tanggal Praktikum : 14 Maret 2018
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Cut Juni Syafrina (160140002)
2. Frandika Darma (160140007)
3. Hulqi Wahyuri (160140012)
4. Rina Ridara (160140024)
5. Shintia Clarita (160140030)
6. Avif Adianta (160140049)
1.4 Tujuan Percobaan : Untuk mempelajari pengaruh suhu dan
konsentrasi terhadap laju reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Reaksi Kimia


Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Reaksi kimia ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Pada umumnya,
reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya berlangsung secara
cepat sehingga sulit dipelajari mekanisme reaksi yang terjadi. Sedangkan reaksi-
reaksi pada senyawa organik berlangsung lambat. Pembahasan tentang kecepatan
(laju) reaksi disebut kinetika (Sukardjo, 1989).
Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan mekanisme reaksi. Laju
reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
persatuan waktu. Sementara itu, mekanisme adalah serangkaian reaksi sederhana
yang menerangkan reaksi keseluruhan. Laju reaksi dan mekanisme reaksi
memiliki hubungan, di mana untuk mengetahui mekanisme reaksi, dipelajari
perubahan laju reaksi yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pereaksi, hasil
reaksi, katalis, suhu, dan tekanan (Raymond, 2003).
Misalkan untuk reaksi:
A+ 2B → 3C………………………………...…(1)
laju reaksi, r, dalam bentuk diferensial dapat dinyatakan sebagai berikut:
d[ A ] 1 d[ B ] 1 d [ C ]
r =− =− = atau r = [ A ]m [ B ]n
dt 2 dt 3 dt ……………(2)
Di mana :
m = adalah tingkat (orde) reaksi terhadap A
n = adalah orde reaksi terhadap B.
m + n adalah orde reaksi total.
Dengan demikian orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah pangkat
faktor konsentrasi pada persamaan laju reaksi bentuk diferensial. Laju reaksi dapat
ditentukan dengan mengikuti perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
sejalan dengan waktu. Ada 2 cara untuk menentukan laju reaksi yaitu cara kimia
dan cara fisika:
1. Pada cara kimia, konsentrasi salah satu yang terlibat dalam reaksi
ditentukan dengan zat lain yang diketahui jumlahnya. Sebagai contoh laju
hidrolisis ester dapat diikuti dengan mereaksikan asam yang terbentuk
pada waktu-waktu tertentu dengan larutan basa standar (analisis
volumetri).
2. Pada cara fisika, konsentrasi ditentukan dengan mengukur sifat fisik dan
zat yang terlibat dalam reaksi, misalnya dengan mengukur tekanan, indeks
bias, intensitas warna, sifat optik aktif, daya hantar, dan viskositas.
Pada umumnya laju reaksi akan meningkat jika konsentrasi (molaritas)
pereaksi ditingkatkan. Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan
volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar
molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan
demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat
daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas
adalah:
V = k[A]m[B]n………………………………… (3)
Dengan:
v = Laju reaksi
k = Konstanta kecepatan reaksi
m = Orde reaksi zat A
n = Orde reaksi zat B
Hubungan antara laju reaksi dari konsentrasi dapat diperoleh melalui data
eksperimen.
Untuk reaksi:
aA+bB→ produk………………………...…… (4)

2.2 Teori Kecepatan Reaksi


2.2.1 Teori Tumbukan
1. Reaksi Bimolekuler
Menurut teori ini, agar molekul-molekul bereaksi harus saling
bertumbukan, mempunyai tenaga, hingga molekul-molekul menjadi aktif.
2. Reaksi Unimolekuler
Reaksi uni molekuler dapat dianggap terjadi dari tumbukan 2 molekul
yang sama, di sini mula-mula terjadi atom-atom aktif, yang saling selanjutnya
bereaksi terjadi zat hasil.

2.2.2 Teori Absolut


Menurut teori ini, sebelum molekul-molekul bereaksi harus membentuk
molekul-molekul kompleks terlebih dahulu, yang setimbang dengan molekul-
molekul aslinya dan kecepatan reaksinya ditentukan oleh konsentrasi molekul
kompleks itu.
A+B [A.B]…………………………… (5)

2.2.3 Tingkat Reaksi dan Molekularitas


Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
waktu, jadi –dc/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila
waktu bertambah (Achmad, 1999).
Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperatur tetap,
berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-masing
berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi:
1. 2N2O5 (g) → 4NO2 (g) + O2 (g).................................................................. (6)
v = k . [N2O5]2
2. CHCl3 (g) + Cl2 (g) → Ccl4 (g) + HCl (g)..................................................... (7)
v = k. [CHCl3] . [Cl2]
3. H2 (g) + I2 (g) → 2HI (g)............................................................................. (8)
v = k . [H2] . [I2].
4. CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) → CH3COOH (aq)....................................... (9)
v = k.[CH3COOC2H5] . [H2O].
Jumlah molekul pereaksi yang ikut dalam reaksi disebut molekularitas,
reaksi a dan b disebut unimolekuler, c disebut bilangan molekular dan d serta e
disebut termolekuler. Jumlah molekul pereaksi yang konsentrasinya menentukan
kecepatan reaksi, disebut tingkat reaksi.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Banyak hal yang mempengaruhi kecepatan reaksi biasanya kecepatan
suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor sekaligus dan adakalanya faktor-
faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan reaksi adalah luas permukaan, suhu, katalis, tekanan
dan konsentrasi.

2.3.1 Konsentrasi
Konsentrasi berkaitan dengan jumlah partikel yang bereaksi. Makin besar
konsentrasi, maka makin banyak partikel sehingga semakin banyak tumbukan
yang terjadi. dengan demikian semakin banyak partikel yang bertumbukan, maka
laju reaksi pun semakin besar (Anwar, 2005).
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
supaya suatu reaksi dapat berlangsung , partikel-partikel tersebut pertama-tama
haruslah bertubrukan. Hal ini berlaku ketika dua partikel itu larutan atau salah satu
larutan satunya lagi benda padat. Jika konsentrasi tinggi maka kemungkinan untuk
bertubrukan pun besar. Jika reaksi hanya melibatkan satu partikel tersebut ke
berbagai arah, maka tubrukan-tubrukan tidak saling berhubungan.
Hubungan antara konsentrasi zat dengan laju reaksi dapat bermacam-
macam. Ada reaksi yang berlangsung dua kali lebih cepat bila konsentrasi
pereaksi dinaikkan dua kali dari konsentrasi sebelumnya. Ada juga reaksi
berlangsung empat kali lebih cepat jika konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali.
Untuk laju reaksi yang mengikuti persamaan:
aA+bB C + D………………………….……… (10)
secara matematik laju reaksinya dapat dinyatakan dengan:
V=k[A]m[B]n.…………………………………… (11)
Pangkat-pangkat pada faktor konsentrasi dalam persamaan laju reaksi
disebut dengan orde reaksi. Jadi, m adalah orde terhadap zat A dan n adalah orde
terhadap zat B. Di sini, tidak ada hubungan antara orde reaksi dengan koefisien
reaksi (a dan b) karena orde reaksi diperoleh dari eksperimen. Dalam percobaan
ini akan dipelajari penentuan laju reaksi dan tetapan laju dari reaksi antara
Na2S2O3 dengan HCl. Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan kuning
belerang dan gas belerang dioksida. Adapun reaksi yang terjadi antara natrium
tiosulfat dengan asam adalah sebagai berikut.
S2O32-(aq) + 2H3O+(aq) → H2S2O3(aq) + 2H2O(l)............................ (12)

2.3.2 Luas Permukaan Sentuhan


Suatu reaksi mungkin banyak melibatkan pereaksi dalam bentuk padatan.,
bila kita mempunyai kubus dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi masing-
masing 1cm. Luas permukaan kubus bagian depan 1 cm x 1 cm = 1 cm 2. Luas
permukaan bagian belakang, kiri, kanan, atas dan bawah, masing-masing juga
1cm2 . Jadi luas permukaan seluruhnya 6 cm2.
Kemudian kubus tersebut kita pecah jadi dua, maka luas permukaan salah
satu kubus hasil pecahan tadi adalah 2(1 cm x 1 cm) + 4 (0,5 cm x 1 cm) = 4 cm 2.
Berarti luas dua kubus hasil pecahan adalah 8 cm 2. Apa yang dapat Anda
simpulkan mengenai hal ini? Jadi makin kecil pecahan tersebut, luas
permukaannya makin besar.
Bila kubus 1 cm3 dipecah menjadi dua, maka luas permukaan sentuh
meningkat dua kalinya, dan permukaan sentuh tadi bereaksi dengan cairan atau
gas. Hal ini merupakan contoh bagaimana penurunan ukuran partikel dapat
memperluas permukaan sentuh zat.
Bagaimana pengaruh ukuran kepingan zat padat terhadap laju reaksi?
Misalkan, kita mengamati reaksi antara batu gamping dengan larutan asam klorida
(HCl). Percobaan dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing dengan ukuran
keping batu gamping yang berbeda, sedangkan faktor-faktor lainnya seperti massa
batu gamping, volume larutan HCl, konsentrasi larutan HCl dan suhu dibuat sama.
Dengan demikian, perubahan laju reaksi semata-mata sebagai akibat perbedaan
ukuran kepingan batu gamping (kepingan halus dan kepingan kasar). Dalam hal
ini, ukuran keping batu gamping kita sebut variabel manipulasi, perubahan laju
reaksi (waktu reaksi) disebut variable respon, dan semua faktor lain yang dibuat
tetap (sama) disebut variable kontrol.
Mengapa kepingan yang lebih halus bereaksi lebih cepat? Pada campuran
pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran yang
selanjutnya kita sebut bidang sentuh. Oleh karena itu, makin luas bidang sentuh
makin cepat bereaksi. Jadi makin halus ukuran kepingan zat padat makin luas
permukaannya.
Pengaruh luas permukaan banyak diterapkan dalam industri, yaitu dengan
menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa padatan sebelum direaksikan.
Ketika kita makan, sangat dianjurkan untuk mengunyah makanan hingga lembut,
agar proses reaksi di dalam lambung berlangsung lebih cepat dan penyerapan sari
makanan lebih sempurna. Makin luas permukaan gamping, makin luas bidang
sentuh dengan asam klorida makin besar, sehingga jumlah tumbukannya juga
makin besar. Artinya makin kecil ukuran, makin luas permukaannya, makin
banyak tumbukan, makin cepat terjadinya reaksi.

2.3.3 Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Besarnya temperatur menyebabkan laju reaksi semakin besar. Temperatur
juga akan mempengaruhi harga konstanta suatu laju reaksi. Kecepatan laju reaksi
sebagai pengaruh suhu, dapat dilihat pada proses pembuatan kopi. Gula akan lebih
cepat larut apabila air pada gelas lebih panas. Sebaliknya gula akan lebih lambat
larut apa bila air pada gelas itu masih dingin.
Pada umumnya reaksi akan lambat apabila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan
bertambah sehingga semakin banyak molekul yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari Ea. Hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu
dinyatakan oleh persamaan Arrhenius:
k=A .e –E/RT……………………………………… (13)

2.3.4 Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat atau memperlambat laju
reaksi. Zat yang mempercepat laju reaksi disebut katalisator dan zat yang
memperlambat suatu reaksi disebut inibitor.
Ada dua jenis katalis yaitu:
1. Katalis homogen: yaitu katalis yang wujudnya sama dengan wujud
pereaksi.
2. Katalis heterogen: yaitu katalis yang wujudnya berbeda dengan wujud
partikel laju reaksi bergantung pada energi rintangan reaksi atau energi
aktivitasi katalis juga didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat
mengurangi energi aktivitasi suatu reaksi.
Tabel 2.1 Contoh Katalis yang digunakan:
Reaksi Katalis

Dikomposisi hidrogen peroxida Mangan ( IV ) Oksida ( MnO2)

Nitrasi benzen Asam sulfat pekat

Produksi amonia dengan proses


Besi
Haber

Konversi dari SO2 ke SO3 melalui


proses untuk memproduksi asam Vonadium ( V ) oxida ( V2O5 )
sulfat

2.3.5 Pengaruh Tekanan terhadap Laju Reaksi


Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan
meningkatkan laju reaksi. Perubahan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan
zat padat maupun zat cair tidak memberikan perubahan apapun terhadap laju
reaksi. Dalam proses pembuatan amonia dengan proses Haber, laju reaksi antara
hidrogen dan nitrogen ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat
tinggi.
N2(g) + 3H2 (g) D 2NH3(g) ……………………………14)
Sesungguhnya, alasan untuk menggunakan tekanan tinggi adalah untuk
meningkatkan persentase amonea didalam kesetimbangan campuran. Peningkattan
tekanan dari gas adalah sama dengan peningkatan pada konsentrasi.

BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
1. Pipet volume 10 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Pengaduk
4. Hot Plate
6. Termometer 100 ° C
7. Beaker glass
8. Tabung reaksi
9. Rak tabung
10. Stopwatch
11. Penjepit tabung
12. Bola penghisap
13. Penangas air

3.1.2 Bahan-bahan
1. HCl 1M
2. Na2S2O3 0,25M
3. Aquadest

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
Bagian A
1. Ditempatkan 25 ml Na2S2O3 0,25 M dalam gelas ukur dan diletakkan
diatas kertas yang diberi tanda silang hitam, sehingga jelas terlihat dari
atas.
2. Ditambahkan 2 ml HCl 1M dan pada saat penambahan dilakukan,
dihidupkan stopwatch. Kemudian larutan diaduk homogen dan lakukan
pengamatan dari atas.
3. Dicatat waktu sampai tanda silang hitam menjadi kabur.
4. Suhu larutan diukur dan dicatat.
5. Diulangi cara kerja diatas dengan komposisi larutan sebagai berikut
Tabel 3.1 Komposisi Larutan Na2S2O3
No Volume Na2S2O3
Volume H2O (ml) Volume HCL (ml)
. (ml)
1. 25 0 2
2. 20 5 2
3. 15 10 ,2
4. 10 15 2
5. 5 20 2
6. 0 25 2

Bagian B
1. Dimasukkan 10 ml Na2S2O3 0,25M ke dalam gelas ukur, lalu diencerkan
hingga volumenya menjadi 50 ml.
2. Diukur 2 ml HCl 1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditempatkan
gelas ukur dan tabung reaksi tersebut dengan beaker glass yang berisi air
di kaki tiga. Biarkan kedua larutan beberapa lama sampai mencapai suhu
yang ditentukan.
3. Ditambahkan HCl ke dalam larutan tiosulfat tersebut, pada saat yang
bersamaan dihidupkan stopwatch. Larutan diaduk hingga homogen, lalu
ditempatkan gelas ukur di atas kertas bertandakan silang hitam, dicatat
waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang hitam menjadi kabur bila
dilihat dari atas.
4. Diulangi langkah kerja di atas dengan variasi suhu 40 ℃ , 45 ℃ , 50
℃ , 55 ℃ , dan 60 ℃ ,

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pengaruh Konsentrasi terhadap Kecepatan Reaksi
Volume Relatif Waktu 1
No (s-1)
Tiosulfat (ml) (s) waktu

1 25 14,51 0,07
2 20 17,52 0,06
3 15 20,05 0,05
4 10 30,11 0,03
5 5 56,77 0,02
6 0 - -

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi

1 1 Log
T T Waktu (s-
No suhu waktu
(C) (K) (s) 1
(K-1) 1
) waktu

1 35 308 0,00329 61,00 0,016 -1,795

2 40 313 0,00319 38,87 0,025 -1,602

3 45 318 0,00314 31,62 0,031 -1,508

4 50 323 0,00309 22,87 0,043 -1,366

5 55 328 0,00304 17,43 0,057 -1,244

4.2 Pembahasan
Pada percobaan A dilakukan sebuah percobaan dengan cara penambahan
thiosulfat ditiap pengulangan. Pada konsentrasi 25 ml thiosulfat menghasilkan
waktu untuk mencapai suatu reaksi selama 14,51 detik dan laju reaksi 0,07/s, pada
konsentrasi 20 ml thioulfat menghasilkan waktu untuk mencapai suatu reaksi
17,52 detik dan laju reaksinya 0,06/s, pada konsentrasi 15 ml thiosulfat
menghasilkan waktu untuk mencapai suatu reaksi 20,05 detik dan laju reaksinya
0,05/s, pada konsentrasi 10 ml thiosulfat menghasilkan waktu untuk mencapai
suatu reaksi 30,11 detik dan laju reaksinya 0,03/s, dan pada konsentrasi 5 ml
thiosulfat menghasilkan waktu untuk mencapai reaksi 56,77 detik dan laju
reaksinya 0,02/s. Pada percobaan ini, dengan konsentrasi yang berbeda akan
menghasilkan waktu untuk mencapai suatu reaksi yang berbeda-beda pula
0.08
0.07 0.07
f(x) = 0x + 0.01
0.06 R² = 0.98 0.06
Laju Reaksi

0.05 0.05
0.04
(s-1)

0.03 0.03
0.02 0.02
0.01
0
0 5 10 15 20 25 30

Volume Tiosulfat
(mL)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasinya


maka semakin cepat pula waktu untuk mencapai reaksinya. Dalam hal ini
dikarenakan zat yang volumenya besar mengandung jumlah partikel yang lebih
banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat yang
volumenya rendah,partikel yang susunannya lebih rapat, akan sering
bertumbukkan dibanding partikel yang susunannya renggang sehingga
kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
Pada percobaan bagian B untuk suhu 35⁰c diperoleh waktu untuk
mencapai reaksi selama 61 detik dan laju reaksi 0,016/s, untuk suhu 40⁰c
diperoleh waktu untuk mencapai reaksinya selama 38,87 detik dan laju reaksinya
0,025/s, untuk suhu 45⁰c diperoleh waktu untuk mencapai reaksinya selama 31,62
detik dan laju reaksinya 0,031/s, untuk suhu 50⁰c diperoleh waktu untuk mencapai
reaksinya selama 22,87 detik dan laju reaksinya 0,043/s dan untuk suhu 55 ⁰c
diperoleh waktu untuk mecapai reaksinya selama 17,43 detik dan laju reaksinya
0,057/s.
0.06
0.06
0.05 f(x) = 0x - 0.06
R² = 0.98

Laju Reaksi (s-1)


0.04
0.04

0.03 0.03
0.03
0.02
0.02
0.01

0
30 35 40 45 50 55 60

Suhu (°C)

Dari grafik diatas ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhunya maka
laju reaksi semakin cepat. Reaksi yang terjadi dapat dilihat dengan menjadi
keruhnya cairan tersebut. Keadaan cairan keruh ini disebabkan karena kandungan
natrium thiosulfat dalam campuran lebih banyak daripada konsentrasi(komposisi)
air dan HCl. Selain itu, keadaan ini terjadi karena sifat dari natrium thiosulfat itu
adalah salah satu jenis garam terhidrat. Dimana senyawa garam terhidrat itu
sendiri merupakan garam yang terbentuk dari senyawa kimia yang mengikat
molekul air pada suhu kamar. Garam natrium memiliki sifat hidroskopis, sehingga
hal inilah yang menyebabkan keadaan cairan menjadi keruh.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semakin besar volume tiosulfat dalam campuran maka waktu yang terjadi
berlangsung semakin cepat hingga larutan keruh, dan sebaliknya.
2. Semakin tinggi suhu yang diberikan dalam suatu pencampuran maka
waktu yang berlangsung semakin cepat yaitu ditandai dengan berubahnya
warna dari larutan, dan sebaliknya.
3. Suhu dan konsentrasi sangat berpengaruh terhadap suatu kecepatan reaksi
4. Untuk komposisi thiosulfat 25 ml menghasilkan waktu untuk mencapai
reaksi selama 14,51 detik dan laju reaksinya 0,07/s, untuk komposisi thio
20 ml menghasilkan waktu untuk mencapai reaksinya 17,52 detik dan laju
reaksinya 0,06/s, untuk komposisi thio 15 ml menghasilkan waktu untuk
mencapai reaksi selama 20,05 detik dan laju reaksinya 0,05/s, untuk
konsentrasi 10 ml thio menghasilkan waktu untuk mencapai reaksi selama
0,03/s, dan untuk konsentrasi 5 ml menghasilkan waktu 56,77 detik dan
laju reaksinya 0,02/s.
5. Pada suhu 35⁰c dengan waktu mencapai reaksi selama 61 detik diperoleh
laju reaksinya 0,016/s, pada suhu 40⁰c dengan waktu untuk mencapai
reaksi selama 38,87 detik diperoleh laju reaksinya 0,025/s, pada suhu 45⁰c
dengan waktu untuk mencapai reaksi selama 31,62 detik diperoleh laju
reaksinya 0,031/s, pada suhu 50⁰c dengan waktu untuk mencapai reaksi
selama 22,87 detik diperoleh laju reaksinya 0,043/s, dan pada suhu 55⁰c
dengan waktu untuk mencapai reaksinya selama 17,43 detik dan laju
reaksinya 0,057/s.
6. Orde reaksi Na2S2O3 pada percobaan ini adalah orde 1

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini kedepannya adalah dalam mengetahui
kecepatan reaksi selain menggunakan suhu dan konsentrasi dapat juga
ditambahkan katalis dalam satu percobaan sehingga dapat dibandingkan mana
percobaan yang hanya menggunakan faktor suhu dan konsentrasi dengan
percobaan faktor suhu, konsentrasi dan katalis.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1999. Kimia SMU Jilid ke-3. Jakarta: Erlangga.


Anwar, Budiman. 2005. Kimia Pemantapan. Bandung: Irama Widia.
Raymond, Chang. 2003. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Team Jurusan Teknik Kimia. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Lhokseumawe: Lab Teknik Kimia.

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Bagian A
1. Untuk Na2S2O3 25 ml
t = 14,51 s
1 1
Maka =
t 14,51 s
= 0,07 s-1
2. Untuk Na2S2O3 20 ml
t = 17,52 s
1 1
Maka =
t 17,52 s
= 0,06 s-1
3. Untuk Na2S2O3 15 ml
t = 20,05 s
1 1
Maka =
t 20,05 s
= 0,05 s-1
4. Untuk Na2S2O3 10 ml
t = 30,11 s
1 1
Maka =
t 30,11 s
= 0,03 s-1
5. Untuk Na2S2O3 5 ml
t = 56,77 s
1 1
Maka =
t 56,77 s
= 0,02 s-1
V1 C1
Orde reaksi Na2S2O3 = =
V2 C2
x
= [ ][ ]
0,07
0,06
=
25
20
= 1,166 = 1,25x
x = 0,93328
Bagian B
1. Suhu 35 ℃ dan waktu 61 s
35 ℃ = 35 + 273 K
= 308 K
1 1
= = 0,00329 K-1
Suhu 3 08 K

1 1
= = 0,016 s-1
Waktu 61,00 s
1
Log = log 0,016
Waktu
= -1,795

2. Suhu 40 ℃ dan waktu 38,87 s


40 ℃ = 40 + 273 K
= 313 K
1 1
= = 0,00319 K-1
Suhu 313 K

1 1
= = 0,025 s-1
Waktu 38,87 s
1
Log = log 0,025
Waktu
= -1,602

3. Suhu 45 ℃ dan waktu 31,62 s


45 ℃ = 45 + 273 K
= 318 K
1 1
= = 0,00314 K-1
Suhu 3 18 K

1 1
= = 0,031 s-1
Waktu 31,62 s
1
Log = log 0,031
Waktu
= -1,508

4. Suhu 50 ℃ dan waktu 22,87 s


50 ℃ = 50 + 273 K
= 323 K
1 1
= = 0,00309 K-1
Suhu 3 23 K

1 1
= = 0,043 s-1
Waktu 22,87 s
1
Log = log 0,043
Waktu
= -1,366
5. Suhu 55 ℃ dan waktu 17,43 s
55 ℃ = 55 + 273 K
= 328 K
1 1
= = 0,00304 K-1
Suhu 3 28 K

1 1
= = 0,057 s-1
Waktu 17,43 s
1
Log = log 0,057
Waktu
= -1,244

LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
Bagian A
1. Lengkapilah tabel diatas, dalam percobaan ini 1/waktu digunakan untuk
mengukur laju reaksi. Buatlah kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi
tiosulfat.
2. Hitunglah orde reaksi terhadap tiosulfat.
3. Bagaimana cara menentukan orde reaksi secara keseluruhan?

Jawaban
1.

N Konsentrasi Relatif Waktu (detik) 1/waktu (detik)


o Na2S2O3 (ml)
1 25 14,51 0,07
2 20 17,52 0,06
3 15 20,05 0,05
4 10 30,11 0,03
5 5 56,77 0,02
6 0 - -
Kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi tiosulfat

0.08
0.07 0.07
f(x) = 0x + 0.01
0.06 R² = 0.98 0.06
Laju Reaksi

0.05 0.05
0.04
(s-1)

0.03 0.03
0.02 0.02
0.01
0
0 5 10 15 20 25 30

Volume Tiosulfat
(mL)

V1 C1
2. Orde reaksi Na2S2O3 = =
V2 C2
x
= [ ][ ]
0,07
0,06
=
25
20
= 1,166 = 1,25x
x = 0,93328
3. Cara menentukan orde reaksi secara keseluruhan yaitu dengan
menggunakan persamaan kecepatan reaksi yaitu v = k[A]x [B]y. Kemudian
orde reaksi x dijumlahkan dengan orde reaksi y.

Bagian B
1. Lengkapi tabel diatas, laju reaksi dinyatakan dengan 1/waktu. Buat kurva
laju reaksi sebagai fungsi suhu ( ℃ ), dan buat juga kurva log laju reaksi
sebagai fungsi suhu (K).
2. Buat pembahasan mengenai bentuk kurva yang diperoleh.

Jawaban
1.

1 1 Log
T T Waktu (s-
No suhu waktu
(C) (K) (s) 1
(K-1) 1
) waktu

1 35 308 0,00329 61 0,016 -1,795

2 40 313 0,00319 38,87 0,025 -1,602

3 45 318 0,00314 31,62 0,031 -1,508

4 50 323 0,00309 22,87 0,043 -1,366

5 55 328 0,00304 17,43 0,057 -1,244

Kurva laju reaksi sebagai fungsi suhu ( ℃ )


0.06
0.06
0.05 f(x) = 0x - 0.06
Laju Reaksi (s-1) R² = 0.98 0.04
0.04

0.03 0.03
0.03
0.02
0.02
0.01

0
30 35 40 45 50 55 60

Suhu (°C)

Kurva hubungan antara suhu (K) dengan log 1/waktu (s-1)


0
-0.2305 310 315 320 325 330
-0.4
-0.6
Log V (s-1)

-0.8
-1
-1.2
-1.4 f(x) = 0.03x - 10.01
R² = 0.99
-1.6
-1.8
-2

Suhu (K)

2. Dari kurva laju reaksi sebagai suhu dapat diketahui bahwa semakin tinggi
suhu akan semakin tinggi pula nilai laju reaksinya dan sebaliknya semakin
rendah suhu akan semakin rendah nilai laju reaksinya. Dalam hal ini suhu
dan laju reaksi berbanding lurus.
Dari kurva hubungan antara suhu dan log 1/waktu dapat diketahui bahwa
semakin tinggi suhu akan semakin tinggi nilai log 1/waktu begitu juga
sebaliknya, semakin rendah suhu akan semakin rendah nilai log 1/waktu.

LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
Tabung reaksi
Penjepit tabung

Bola Penghisap
Beaker glass

Rak tabung Pipet Volume

Lampu Spiritus
Pengaduk
Kaki tiga

Kain kasa

Stopwatch

Anda mungkin juga menyukai