Anda di halaman 1dari 109

Kinetika Kimia

Mekanisme Reaksi

1
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

43122053 43122055 43122062 43122068

Muh Ammar Syah Adel Nofrianti Kartika Sari Devi Andi Ozil Anugrawan
Demang

2
KINETIKA KIMIA

????????

3
Kinetika Kimia
 Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari laju reaksi,
atau seberapa cepat proses reaksi berlangsung dalam
waktu tertentu.
 Laju reaksi kecepatan reaksi kimia adalah perubhan
konsentrasi pereaksi ataupun hasil reaksi(produk ) yang
terjadi dalam waktu tertentu.Laju reaksi kimia mengacu
pada kecepatan dimana suatu reaksi kimia berlangsung.
 Pada sebuah reaksi kimia, baik yang terjadi di laboratorium
maupun di alam dipastikan melibatkan sebuah laju. Artinya,
setiap reaksi kimia mengalami suatu laju yang terbatas di
bawah pengaruh suatu keadaan. Laju suatu reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu prodak

4
Kinetika kimia menjelaskan hubungan antara perubahan
konsentrasi reaktan (atau produk) sebagai fungsi waktu.
Untuk reaksi: 2A + B  3C + 4 D
berlaku: - 1/2d[A]/dt = - d[B]/dt = +1/3 d[C]/dt =
+1/4 d[D]/dt, dimana tanda negatif menunjukkan pengurangan
jumlah, sedangkan tanda + menunjukkan peningkatan jumlah.
Secara umum untuk reaksi: eE + fF  gG + hH, berlaku laju
reaksi:

1 d E  1 d F  1 d G  1 d H 
r   
e dt f dt g dt h dt
Perubahan konsentrasi biasanya dinyatakan dalam konsentrasi molar, mol per
liter, dengan demikian didapatkan satuan laju reaksi misalnya mol L -1 detik-1
(mol per liter per detik) tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer,
milimeter merkuri, atau pascal dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi .

5
Hukum Laju Reaksi
Dan Konstanta Laju Reaksi Kimia

Hukum laju menggambarkan hubungan antara laju sebagai fungsi konsentrasi pereaksi, konsentrasi produk, dan temperatur. Hukum laju reaksi sendiri adalah persamaan yang
menghubungkan laju reaksi dengan konstanta laju dan konsentrasi reaktan. Salah satu cara untuk mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi adalah dengan
menentukan bagaimana laju awal bergantung pada konsentrasi awal. Pertama-tama kita pusatkan perhatian pada pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi pada
temperatur tetap. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal sebagai hukum laju atau persamaan laju reaksi.

6
Untuk reaksi umum: Aa + bB+…
cC+dD…dimana a,b,..
merupakan koefisien reaksi, maka
hukum laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai :

Laju = r = k[A] m[B] n


Dimana
r = Laju Reaksi m,n = orde reaksi terhadp A dan B
K = konstanta laju reaksi m+n = total oerde reaksi

7
Dalam rumus tersebut, lambang [A], [B] menunjukkan konsentrasi
molar. Nilai k adalah tetapan laju yang bersifat spesifik untuk suatu
reaksi, dan hanya tergantung pada temperatur, di mana satuan tetapan
laju (k) tergantung dari orde reaksi. Nilai m dan n disebut orde
reaksi, pangkat m dan n merupakan angka-angka bulat yang kecil,
walaupun dalam beberapa kasus dapat berupa pecahan atau negatif.
Orde reaksi biasanya ditentukan berdasarkan percobaan, bukan dari
persamaan reaksinya. Orde reaksi (m, n) tidak ada hubungan dengan
koefisien reaksi (a, b), walaupun beberapa kasus keduanya identik (m
= a, atau n = b), hal ini hanya suatu kebetulan.

8
Suatu persamaan yang memberikan hubungan antara laju reaksi dan
konsentrasi pereaksi disebut persamaan laju atau hukum laju. Tetapan
kesebandingan k dirujuk sebagai tetapan laju untuk suatu reaksi tertentu .
 Berdasarkan persamaan, maka tetapan laju (k) dapat ditulis secara matematika
sebagai :

Laju
K= m
[A] n [B]

Hukum laju reaksi dapat digunakan untuk menghitung laju suatu reaksi
melalui data konstanta laju reaksi dan konsentrasi reaktan serta untuk
menentukan konsentrasi reaktan setiap saat selama reaksi kimia
berlangsung.

9
10
Contoh Soal
 Untuk reaksi : 2N 2O 5
(g)
4NO 2(g)+ O2 (g) -1 Penyelesaian :
Dengan data – data seperti pada tabel  Untuk N2O5, jika reaksi dianggap
dibawah : berorde 1.
[N2O5], M Laju, mol.L-1.s-1
Laju, r = k [N2O5 ]
-1
0,020 0,70 x 10-6 2,80 x 10 mol.L .s -1
0,040 1,40 x 10-6
= K. [0,0800 mol.L-1 ]
0,080 2,80 x 10-6
-6
Untuk konsentrasi [N O ]= 0,080 M, 2,80 x 10 mol.L-1 .s-1
2 5
hitunglah tetapan laju untuk reaksi K= -1
0,080 mol.L
tersebut?
-5 -1
K = 3,5 x 10 . s

11
12
13
14
Faktor yang mempengaruhi
Laju Reaksi Kimia

1. Sifat dasar pereaksi


2. Konsentrasi
3. Temperatur
4. Pengadukan atau mekanik
5. Katalis

15
1. Sifat Dasar Pereaksi
Pada kondisi tertentu masing-masing reaksi memiliki karakteristik laju masing-
masing yang ditentukan oleh sifat dasar pereaksi. Misalnya molekul hidrogen
dan flour bereaksi secara meledak, bahkan pada temperatur kamar, dengan
menghasilkan molekul hidrogen flourida.

Pada suhu kamar :

H2(g) + F2(g)  2HF(g) (sangat cepat)

Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat,
sehingga tak nampak sesuatu perubahan kimia.

3H2(g) + N2(g)  2NH3(g) (sangat lambat)

Selain contoh tersebut di atas dapat juga dilihat pada contoh di bawah ini :
Bensin cair terbakar perlahan, tetapi bensin gas terbakar eksplosif
16
Masing-masing reaksi tersebut bersifat sementara,
artinya perubahan energi bebasnya ∆G = negatif. Selisih
kereaktifat dafat diterangkan dengan perbedaan struktur
yang berlainan dari atom dan molekul bahan yang
bereaksi. Jika suatu reaksi melibatkan dua spesis
molekul dengan atom yang sudah terikat oleh ikatan
kovalen yang kuat, tabrakan antara molekul-molekul ini
pada temperatur biasa mungkin tak menyediakan cukup
energi untuk memutuskan ikatan-ikatan ini

17
2. Konsentrasi
Larutan yang pekat artinya mempunyai sebuah konsentrasi yang
besar, punya partikel yang lebih rapat jika dibandingkan dengan
larutan encer. Artinya, semakin tinggi konsentrasinya, makin
semakin banyak pula molekul dalam tiap satuan. Hal tersebut
mengakibatkan tumbukan antarmolekul, intensitasnya akan
semakin sering terjadi, dan reaksinya berlangsung semakin cepat.
Untuk reaksi : 2HCl(aq) + Mg(s)  MgCl2(aq) + H2(g) meningkatkan
konsentrasi HCl akan meningkatkan laju reaksi yang dapat diamati
dengan pelepasan gas hidrogen. Hal ini disebabkan karena
molekul-molekul HCl semakin banyak yang saling bertumbukan
untuk bereaksi. Semakin banyak molekul yang terlibat,
kemungkinan terjadi tumbukan makin besar, reaksi terjadi lebih
cepat.
18
CONTOH SOAL

19
3. Temperatur

Kenaikan suhu akan meningkatkan kecepatan gerakan


partikel reaktan, sehingga meningkatkan frekuensi tumbukan
yang efektif dan energi tumbukan. Hal ini mengarah pada
peningkatan laju reaksi.

Molekul-molekul harus bertumbukan dengan energi yang


cukup agar bereaksi. Semakin tinggi temperatur, akan lebih
banyak tumbukan yang terjadi per satuan waktu karena
meningkatkan energi tumbukan
20
Temperatur
 Secara umum, banyak reaksi yang berlangsung sekitar temperatur
kamar, yang setiap kenaikan temperatur sebesar 10oC akan
menyebabkan laju reaksi meningkat dua atau tiga kali lipat.
 Temperatur mempengaruhi laju reaksi karena pengaruhnya pada
tetapan laju reaksi. Hubungan antara temperatur dan tetapan laju reaksi
dipelajari oleh Svante Arrhenius (1889), kimiawan Swedia, melalui
persamaan Arrhenius:
E a
k  Ae RT

Dengan k= tetapan laju reaksi, Ea = energi pengaktifan reaksi, A = tetapan


Arrhenius, T = temperatur dalam K, dan R = tetapan gas ideal.
 Energi pengaktifan adalah energi minimum agar molekul-molekul dapat
bereaksi. Semakin tinggi temperatur, nilai eksponen negatif semakin
kecil, sehingga nilai k semakin besar, yang berarti bahwa laju semakin
cepat: T naik ⇒k naik ⇒laju reaksi naik.
21
Temperatur
 Hubungan Arrhenius dapat dibuat grafik linier antara lnk dengan 1/T (K-1).
 Secara matematis dapat disusun ulang sebagai berikut:
Ea  1 
lnk  ln A 
R  T 
untuk 2 tetapan laju pada temperatur berbeda:
k2 E  1 1
ln  a   
k1 R  T2 T1  lnk lnA
Gradien = - Ea/R

1/T (K-1)

22
Contoh Soal
 Reaksi dekomposisi: 2HI(g)  H2(g) + I2(g) memiliki tetapan laju
9,51 x 10-9 L/mol.s pada 500 K dan 1,10 x 10-5 L/mol/s pada 600 K.
Hitunglah energi pengaktifan reaksi!
 Jawab:

k E  1 1
ln 2   a   
k1 R  T2 T1 
1
 k2   1 1 
Ea  R  ln    
 k1   T2 T1 
1
 1,10x105L/mol.s   1 1 
= -(8,314 J/mol.K)  ln   
 9,51x10 9
L/mol.s  600K 500K 
= 1,76x105 J/mol  1,76x102 J/mol

23
Grafik Hubungan antara Temperatur, Jumlah
Fraksi Tumbukan dan Energi Pengaktifan
Fraksi tumbukan dengan kecepatan

Pada 250C
Pada 7000C

Pada 250C

Kecepatan rata-rata ~ energi


pengaktifan yang dicapai
tertentu

Kecepatan molekul (m/s) ~ energi


tumbukan
24
4. Pengadukan atau Mekanik

Faktor pengadukan dan mekanik juga dapat mempengaruhi


laju reaksi kimia, terutama dalam reaksi yang melibatkan
fase cair atau suspensi. Faktor pengadukan dan mekanik ini
sangat tergantung pada jenis reaksi, fase reaktan, dan
kondisi eksperimental yang digunakan. Mempermudah
peristiwa tumbukan antarmolekul sehingga reaksi mudah
terjadi.

25
5. Katalis

Katalisator adalah zat yang meningkatkan laju reaksi


tanpa dikonsumsi dalam reaksi itu sendiri.
Katalisator bekerja dengan mengurangi energi
aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan
transisi, sehingga mempercepat laju reaksi. Dalam
keberadaan katalisator, reaksi dapat berlangsung
lebih cepat atau pada suhu yang lebih rendah.
26
Sifat-sifat Katalisator
Katalisator tidak mengalami perubahan yang kekal dalam reaksi, tetapi
dapat terlibat dalam mekanisme reaksiKatalisator mempercepat laju
reaksi, tetapi tidak mengubah jenis maupun jumlah hasil
reaksi.Katalisator menurunkan energy aktivasi reaksi, tetapi tidak
mengubah perubahan entalpi reaksi.Katalisator mengubahmekanisme
reaksi dengan menyediakan tahap-tahap yang memiliki energy aktivasi
lebih rendah.Katalisator mempunyai aksi spesifik, artinya hanya dapat
mengkatalis satu reaksi tertentu.Katalisator hanya diperlukan dalam
jumlah sedikit.

27
Jenis-jenis Katalis

28
Mekanisme Reaksinya
1. Gas H2 dan C2H4 teradsorpsi di permukaan atom logam
yang bersifat aktif (sisi aktif). Hal ini mengakibatkan
ikatan molekul menjadi lemah.
2. Ikatan H – H terputus dan membentuk ikatan H – logam
Ni. Atom H yang tidak berikatan bergerak dipermukaan
menuju molekul C2H4.
3. Molekul H-logam ni berikatan dengan atom C dari C 2H 4
membentuk ikatan logam Ni-C2H 4
4. Atom H yang lain berikatan dengan NiC 2H 4membentuk
molekul Ni-C 2H 6 lalu molekul C 2H 6terlepas dari
permukaan dengan cara deadsorpsi.
29
Katalis akan mempercepat laju reaksi
1. Katalis mempercepat laju reaksi ke arah produk maupun
ke arah pereaksi, sehingga menghasilkan rendemen
produk lebih cepat (rendemen produk tidak lebih banyak
daripada reaksi yang tanpa katalis). Hal ini dapat dilihat
pada grafik di bawah ini :

30
2. Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dengan
cara menyediakan mekanisme reaksi yang berbeda
yang memiliki jalur energi pengaktifan lebih rendah.
3. Katalis tidak mengubah kesetimbangan hanya
mempercepat terjadinya kesetimbangan

Contoh:
Produksi NH3 menggunakan katalis Pt (Catalytic
converter pada knalpot).

31
Inhibitor >< Katalis

1. Inhibitor memperlambat laju reaksi, dengan


menaikkan Ea.

2. Inhibitor juga penting dalam industri karena


kemampuannya dalam mengurangi laju reaksi
sampingan yang tidak diinginkan sehingga
produk yang diinginkan terbentuk lebih banyak.

32
Katalis Enzim
Reaksi kimia organik dilaksanakan oleh enzim yang
berfungisi sebagai katalisEnzim adalah molekul
protein besar yang dengan strukturnya mampu
melakukan reaksi spesifik Satu atau lebih substrat
(molekul reaktan) melekat pada daerah aktif enzim.
Daerah aktif merupakan daerah pada permukaan
enzim yang struktur dan sifat kimianya
menyebabkan substrat tertentu dapat melekat
padanya lalu transformasi kimia dapat dikerjakan

33
Energi Aktivasi
Energi aktivasi, Ea merupakan energi minimal yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu reaksi (untuk
membentuk molekul / kompleks aktif).Energi aktivasi
ditafsirkan sebagai energi penghalang (barier) antara pereaksi
dan produk.Tumbukan efektif = Tumbukan antar partikel
pereaksi yang memiliki energi aktivasi 8
Energi aktivasi = energi minimum yang harus dimiliki
pereaksi agar tumbukannya dapat menghasilkan reaksi
(Tumbukan antar partikel pereaksi yang dapat membentuk
komplek teraktivasi).Komplek teraktivasi (intermediate
species) = keadaan molekul-molekul yang siap menjadi zat
hasil reaksi.
34
Reaksi Eksoterm

35
Reaksi Endoterm

36
Contoh Reaksi

37
Beberapa Penggunaan Katalis dalam
Industri
Pereaksi katalis Produk Kegunaan

Homogen

Propilena, oksidator Kompleks Mo(VI) Propilenoksida Busa poliuretan;


poliester
Metanol, CO [Rh(CO)2I2] Asam asetat Pelapisan
Poli(vinilasetat);
poli(vinilalkohol)
Butadiena, HCN Senyawa Ni/P Adiponitril Nilon (serat, plastik)

-olefin, CO, H2 Senyawa Rh/P Aldehid Plasticizer, Pelumas

Heterogen

Etilena, O2 Perak, CsCl pada Etilenoksida Poliester, etilen


alumina glikol, pelumas
Propilena, NH3, O2, Bismut molibdat, Akrilonitril, High Plastik, serat, resin,
Etilena organokrom dan Density Poly produk cetakan
titanium halida pada Ethylene (HDPE)
silika
38
Teori Pengaruh Konsentrasi dan
Temperatur
 Teori Tumbukan: reaksi akan terjadi jika 2 hal dipenuhi:
 Energi pengaktifan tercapai, hal ini berhubungan erat dengan
temperatur. Pengaruh temperatur terhadap energi tumbukan
dapat dilihat pada grafik di slide berikutnya.
 Orientasi molekul tepat, hal ini berhubungan erat dengan
konsentrasi, semakin besar konsentrasi, kemungkinan terjadi
tumbukan dengan orientasi yang benar semakin besar
 Teori Keadaan Transisi: energi pengaktifan dibutuhkan untuk
merenggangkan dan membentuk kembali ikatan-ikatan diantara
pereaksi agar dapat mencapai keadaan transisi. Keadaan transisi
merupakan keadaan molekul-molekul berenergi tinggi, tidak
dapat diisolasi dan tidak stabil.

39
Teori Tumbukan

40
Teori Tumbukan

41
Teori Tumbukan

42
Teori Tumbukan

43
Teori Tumbukan

44
Teori Tumbukan

45
CONTOH SOAL
1. Dalam kaitan dengan teori tumbukan, jelaskan mengapa potongan kertas tidak terbakar
pada suhu kamar?
Jawaban
Kertas terbakar akibat reaksinya dengan udara. Reaksi ini tidak berjalan pada suhu kamar
karena tumbukan antara kertas dan udara belum menghasilkan energi tumbukan yang
melebihi energi aktivasi untuk reaksi pembakaran tersebut.
2. Katalis homogen diketahui mampu menyediakan mekanisme reaksi alternatif. Sementara itu,
bagaimanakah cara kerja katalis heterogen yang mungkin?
Jawaban
Katalis heterogen dapat mempercepat reaksi dengan cara menyediakan permukaan yang
panas sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Selain itu dapat pula melalui adsorpsi,
dimana molekul pereaksi teradsorpsi pada permukaan katalis, sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan lebih besar.

46
ORDE REAKSI

 PENENTUAN ORDE REAKSI


 WAKTU PARUH

47
Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen dari
konsentrasi dalam persamaan laju reaksi. Jika laju suatu
reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka :
Laju = K [A].[B]
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Tetapi
jika laju reaksi berbanding lurus dengan pangkat dua suatu
pereasi, maka:
Laju = K [A]
Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari
dua pereaksi.
Laju = K [A].[B] 48
maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap
masing-masing pereaksi. Misalnya, dalam persamaan (k.[A].[B]), laju
reaksi itu adalah orde pertama terhadap A dan orde pertama terhadap B,
atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau
mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam
reaksi yang rumit, laju reaksi mungkin berorde pecahan.

Suatu reaksi dapat tak bergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. Contoh
suatu reaksi : A + B→ AB, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika
kenaikan konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut
orde nol terhadap B. Ini bisa dituliskan sebagai:

laju = k [A].[B]0 = k.[A]

49
Contoh orde reaksi suatu reaksi yang
diperoleh dari percobaan
1. Reaksi penguraian 2N2O5(g) → 4NO2(g) + O2(g)
Hukum laju secara percobaan diperoleh: r = k[N2O5]. Dalam hal ini
penguraian N2O5 merupakan reaksi berorde satu.
2. Contoh reaksi : NO(g) + O3(g) → NO2(g) + O2(g)
Hukum laju secara percobaan diperoleh: r = k[NO][O3]. Dalam hal ini reaksi
berorde pertama terhadap konsentrasi NO maupun O3.
3. Reaksi: 2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2H2O(g)
Memiliki hukum laju: r = k[NO]2[H2], yaitu berorde dua terhadap konsentrasi
NO dan berorde pertama terhadap H2. Orde reaksi total = 2+ 1 = 3.
4. Reaksi: CHCl3 (g) + Cl2(g) → CCl4(g) + HCl(g)
memiliki orde reaksi pecahan dengan hukum laju:
r = k[CHCl3][Cl2]1/2, sehingga orde reaksi total = 3/2.
50
Penentuan Orde Reaksi
 Perhatikan contoh berikut, reaksi: O3(g) + 2NO(g) 2NO2(g)
diperoleh serangkaian data berikut:

Exp Konsentrasi pada laju Laju awal


awal (mol/L) (mol/L.s)
O3 NO

1 1,10x10-2 1,30x10-2 3,21x10-3

2 2,20x10-2 1,30x10-2 6,40x10-3

3 1,10x10-2 2,6x10-2 12,8x10-3

4 3,30x10-2 1,30x10-2 9,60x10-3

5 1,10x10-2 3,90x10-2 28,8x10-3

51
Penentuan Orde Reaksi
 Bandingkan percobaan 1 dan 2, akan diperoleh penggandaan laju reaksi
seiring dengan penggandaan konsentrasinya, sedangkan konsentrasi NO
tidak berubah: m
laju 2 k[O3 ]m2 [NO]2
n
k[O3 ]m
2
 [O3 ]2 
    
laju 1 k[O3 ]1m[NO]1n k[O3 ]1m  [O3 ]1 
m
6,40x10-3mol/L.s  2,20x102mol/L 
=  
3,21x103mol/L.s  1,10x102mol/L 
sehingga diperoleh 1,99 = (2,00)m, maka m = 1

 Bandingkan percobaan 1 dan 3, dimana penggandaan konsentrasi NO


menaikkan laju, sedangkan konsentrai O3 tetap.
n
laju 3 k[O3 ]3m[NO]3n k[NO]3n  [NO]3 
    Maka hukum laju: r = k[O3][NO]2
laju 1 k[O3 ]1m[NO]1n k[NO]1n  [NO]1 
n
12,80x10-3mol/L.s  2,60x102mol/L 
=  
3,21x103mol/L.s  1,30x10 mol/L 
2

sehingga diperoleh 3,99 = (2,00)n, maka n = 2


52
Penentuan Tetapan laju
 Untuk contoh di atas, tetapan laju dapat ditentukan dari salah satu
percobaan di atas:
laju 3,21x103mol/L.s
k 
[O3 ]1[NO]21 ((1,10x102 )x(1,30x102 )mol/L.s)2
= 1,73x103L2mol2s1

 Satuan tetapan laju dan hubungannya dengan orde reaksi total:

Orde Reaksi Satuan k (t


Total dalam s)
0 molL-1s-1
1 s-1
2 Lmol-1s-1
3 L2mol-2s-1
53
1. Orde Nol
Reaksi orde nol adalah reaksi kimia di mana laju reaksi tidak tergantung pada
konsentrasi reaktan. Laju reaksi ini selalu sama dengan konstanta laju reaksi
spesifik karena laju reaksi ini sebanding dengan pangkat nol konsentrasi reaktan.
Reaksi orde nol berlangsung dengan laju konstan, dan selalu merupakan artefak
dari kondisi di mana reaksi dilakukan.
Ada dua kondisi umum yang dapat menimbulkan laju orde nol:
(1)Hanya sebagian kecil dari molekul reaktan yang berada di lokasi atau keadaan
di mana mereka dapat bereaksi, dan fraksi ini terus diisi ulang dari kumpulan yang
lebih besar.
(2)(2) Ketika dua atau lebih reaktan terlibat, konsentrasi sebagian jauh lebih besar
daripada yang lain.

54
2. Orde Pertama
Reaksi orde pertama adalah reaksi kimia dimana laju reaksi bergantung
secara linier pada konsentrasi reaktan. Dengan kata lain, jika konsentrasinya
digandakan, laju reaksinya juga belipat ganda. Reaksi orde pertama dapat
memiliki satu reaktan atau dua reaktan. Untuk menentukan apakah
reaksinya orde pertama, plot logaritma natural dari konsentrasi terhadap
waktu dan lihat apakah grafiknya linier. Reaksi akan menjadi orde pertama
jika grafiknya linier dengan kemiringan negatif. atuan konsentrasi adalah
mol, satuan laju reaksi adalah mol/detik, dan konstanta laju adalah 1/detik.
Oleh karena itu, nilai numerik k untuk reaksi orde pertama tidak bergantung
pada satuan yang menyatakan konsentrasi.

55
Cara menentunkan Orde pertama yaitu:
1.Harga-harga konsentrasi awal [A]0
dan konsentrasi pada waktu tertentu
[A]t
2.Bila reaksi berorde pertama, maka
grafik [A]t terhadap waktu (t) harus
Dari grafik nilai k dapat diperoleh dari berupa garis lurus dan kemiringan
grafik (slope = -k).
kemiringannya (slope = -k).
3.Dengan menyeldiki waktu yang
Menunjukkan bahwa dalam reaksi orde diperlukan untuk bereaksinya sejumlah
tertentu pereaksi,biasanya waktu
pertama, konsentrasi reaktan berkurang
setangah umur(waktu pauh) yaitu
secara eksponensial terhadap waktu. waktu yang dipergunakan untuk
bereaksinya1/2separuh pereksi adalah t
Makin besar konstanta laju, makin cepat
= 0.693/k.
pengurangan reaktannya.
56
3. Orde Kedua
Reaksi orde kedua adalah reaksi kimia di mana orde keseluruhannya
adalah dua. Jenis reaksi orde kedua yang paling sederhana adalah reaksi
yang lajunya berbanding lurus dengan kuadrat konsentrasi salah satu
reaktan. Waktu paruh reaksi orde kedua tergantung pada konsentrasi
awal, berbeda dengan reaksi orde pertama. Menggandakan konsentrasi
salah satu reaktan dalam reaksi orde dua akan melipatgandakan laju
reaksi. rutan reaksi mengacu pada ketergantungan daya laju pada
konsentrasi masing-masing reaktan, dan reaksi dapat berorde 0, 1, atau 2
sehubungan dengan reaktan. Urutan reaksi biasanya tidak dapat diperoleh
dari koefisien stoikiometri dan harus ditentukan secara eksperimental.

57
4. Orde Ketiga
Reaksi orde ketiga adalah reaksi kimia di mana laju reaksi
sebanding dengan konsentrasi masing-masing molekul yang
bereaksi, dan jumlah minimum molekul yang diperlukan untuk
berlangsungnya reaksi kimia adalah tiga. Urutan reaksi dapat
didefinisikan sebagai jumlah eksponen dari semua reaktan yang
ada dalam reaksi kimia itu. Jika orde reaksi tersebut adalah 3,
maka reaksi tersebut dikatakan sebagai reaksi orde ketiga.
Kekuatan semua reaktan yang terlibat dalam reaksi kimia
ditambahkan untuk menentukan urutan reaksi .
58
Salah satu contoh reaksi yang merupakan orde reaksi ketiga (orde ketiga
secara keseluruhan) yang diperoleh melalui suatu percobaan adalah reaksi
oksidasi nitrogen (II) oksida

2NO(g) + O2(g) →2NO2(g)

Dari reaksi di atas dapat ditulis persamaan hukum laju reaksinya :


d [ NO2 ]
 k .[ NO ] 2 .[O2 ]
dt

Reaksi tersebut merupakan reaksi satu tahap sederhana antarmolekul.


Berarti reaksi tersebut memerlukan tumbukan antara tiga molekul secara
bersamaan. Hal ini sangat jarang terjadi.
Sementara untuk menentukan hukum laju reaksi untuk orde reaksi ketiga
secara integrasi dapat ditentukan secara mudah jika keadaan pereaksi
berada dalam perbandingan yang stoikhiometri.

59
60
61
Waktu Paruh (t 1/2)

Indikasi yang berguna tentang laju reaksi kimia, adalah waktu


paruh, t½ suatu zat, yaitu waktu yang diperlukan oleh zat itu
agar konsentrasinya menjadi separuh nilai awalnya. Waktu
paruh bergantung pada konsentrasi awal zat, secara khas
untuk reaksi dengan orde yang berlainan. Dengan demikian,
pengukuran waktu paruh merupakan petunjuk bagi orde
reaksi.

62
Waktu Paruh

 Waktu paruh adalah eaktu yang dibutuhkan bagi reaktan sehingga


konsentrasinya menjadi berkurang setengahnya dari semula.
 Waktu paruh untuk reaksi orde pertama adalah tetap, tidak bergantung
pada konsentrasi pereaksi. Hal ini diperoleh dari hukum laju
terintegrasi:

[A]0 1
ln  kt, setelah t = t 1 , dan [A]t = [A]0, maka
[A]t 2 2
[A]0
ln  kt 1 atau ln2 = kt 1
1 [A]0 2 2
2
ln2 0,683
sehingga, t 1  
2 k k

63
Dengan cara yang sama bisa diperoleh waktu paruh untuk reaksi orde
kedua dan orde kenol:

Re aksi orde kedua:


1 1 1
  kt 1  t 1 
1 [A]0 [A]0 2 2 k[A]0
2
Re aksi orde kenol:
1 [A]0  [A]0  kt 1  t 1  [A]0
2 2 2 2k

64
Hukum Laju Terintegrasi
 Hukum laju terintegrasi merupakan salah satu

menentukan perubahan konsentrasi


 Hukum laju terintegrasi menyatakan konsentrasi

suatu unsur langsung sebagai fungsi unsur waktu.


 Untuk hukum laju tertentu yang sederhana, hukum

laju terintegrasinya dapat diperoleh


 Contoh orde reaksi pertama dan kedua
65
A.Waktu Paruh untuk Reaksi Orde Nol

Waktu paruh reaksi orde nol adalah waktu yang diperlukan untuk
konsentrasi reaktan berkurang menjadi setengah dari nilai awalnya. Satuan
persamaan waktu paruh untuk reaksi orde nol adalah detik. Waktu paruh
reaksi orde nol tidak bergantung pada konsentrasi awal reaktan.
Untuk reaksi orde nol integrasi laju reaksi adalah :
[A]t – [A]0 = - kt

Untuk mecari waktu paruhnya dengan menggantikan

t  t 12 , dan [ A]t  12 [ A]0 ,

[A]0
Maka t1/2 =
2k
66
B. Waktu Paruh untuk Reaksi Orde Pertama

Waktu paruh reaksi orde pertama adalah waktu yang diperlukan untuk konsentrasi reaktan
berkurang menjadi setengah nilai awalnya. Untuk reaksi orde pertama, waktu paruh tidak
bergantung pada konsentrasi dan konstan terhadap waktu. Waktu paruh (t½) adalah skala
waktu di mana populasi awal berkurang setengah dari nilai awalnya.

Waktu untuk pengurangan [A]t dari [A]0 menjadi ½[A]0 dalam reaksi orde pertama
[ A] t
 ln  k .t , setelah t  t 1
2 , dan [ A] t  1
2 [ A] 0 , maka
[ A] 0
1
[ A] 0
k .t 1
2   ln 2

[ A] 0
1
k.t 1
2   ln  ln 2
2
jadi
ln 2 0,693
t 1
2  
k k

Hal utama yang harus diperhatikan mengenai hasil ini adalah reaksi orde pertama, waktu paruh
reaktan tidak bergantung pada konsentrasi awal.
67
C. Waktu Paruh untuk Reaksi Orde Kedua
Waktu paruh reaksi orde kedua adalah waktu yang diperlukan untuk konsentrasi
reaktan turun menjadi setengah dari nilai awalnya. Waktu paruh reaksi orde
kedua tergantung pada konsentrasi awal reaktan. Untuk reaksi orde kedua
1 1
dengan persamaan : laju , r    k .t
[ A]t [ A]o

Untuk mencari waktu paruhnya dengan menggantikan t t 1


2 , dan [ A]t  12 [ A] 0 ,
1
maka akan menghasilkan persamaan: t 12 
k .[ A]0

Persamaan tersebut menggambarkan bahwa waktu paruh bergantung konsentrasi


awal, makin besar konsentrasi awal, makin sedikit waktu yang diperlukan agar
konsentrasinya turun menjadi separuh nilai awalnya. Selanjutnya, dengan
pengurangan konsentrasi A, waktu paruh menjadi makin panjang.
68
D. Waktu Paruh untuk Reaksi Orde Ketiga

Waktu paruh reaksi orde ketiga adalah waktu yang diperlukan agar konsentrasi
reaktan berkurang menjadi setengah dari nilai awalnya. Tidak ada rumus umum
untuk waktu paruh reaksi orde ketiga. Waktu paruh suatu reaksi bergantung pada
orde reaksi dan dapat ditentukan dari hukum laju terpadu yang sesuai. Waktu
paruh reaksi orde pertama adalah konstanta yang berhubungan dengan tetapan laju
reaksi: t1/2 = 0,693/k. Waktu paruh reaksi orde nol dinyatakan dengan persamaan:
t1/2 = [A]0/2k. Konsep kunci dari reaksi orde nol adalah bahwa laju reaksi tidak
tergantung pada konsentrasi spesies yang bereaksi. Waktu paruh reaksi orde nol
adalah waktu yang diperlukan untuk menghabiskan setengah dari konsentrasi awal
spesi yang bereaksi dan dapat ditentukan dengan mengambil konsentrasi akhir
spesi yang bereaksi sebagai setengah dari nilai awalnya.

69
Penentuan Hukum Laju melalui Grafik
Linier konsentrasi vs waktu
ln [At] ln [A0] 1/[At]
Gradien = - k

Gradien = k
1/[A0]
[At]
Waktu (s) [A0]
Gradien = - k Waktu (s)
Reaksi Orde Pertama
Reaksi Orde Kedua

Waktu (s)
Reaksi Orde Kenol

70
PENGARUH TEMPERATUR
TERHADAP LAJU REAKSI

71
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu, pada umumnya
kenaikan suku sebesar 10°C menyebabkan kenaikan laju reaksi 2-3 kali.
Kenaikan laju reaksi tersebut dapat dilihat dengan gerak molekulnya,
dimana molekul molekul dari suatu zat kimia akan selalu bergerak. Oleh
karena itu, kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul akan selalu
ada. Tabrakan yang efektof akan menghasilkan suatu reaksi. Diperlukan
pula suatu energi untuk menghasilkan tabrakan yang efektif tersebut,
yaitu berupa energi pengaktifan.
Pada suhu tertentu, terdapat molekul yang bertabrakan secara efektif
terdapat pula molekul yang bertabrakan secara tidak efektif. Benturan
antar molekul yang memiliki energoi kinetik yang cukup tinggi akan
menyebabkan reaksi kimia yang makin banyak pula. Artinya laju reaksinya
akan semakin tinggi dengan naiknya temperatur.

72
73
74
75
CONTOH SOAL

76
MEKANISME REAKSI

 PERSAMAAN LAJU REAKSI UNTUK REAKSI REVERSIBEL


 PERSAMAAN LAJU REAKSI UNTUK REAKSI SAMPING
 PERSAMAAN LAJU REAKSI UNTUK REAKSI BERURUTAN

77
Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi adalah tahap demi tahap sekuensial reaksi elementer yang menjelaskan
perubahan kimia menyeluruh. Mekanisme reaksi harus menjelaskan laju relatif masing-
masing tahapan dan persamaan laju reaksi secara keseluruhan. Zat antara reaksi (intermediat)
adalah spesies kimia, sering kali tidak stabil dan berumur singkat, yang bukan pereaksi
maupun produk dalam keseluruhan reaksi kimia, tetapi produk dan pereaksi sementara dalam
tahap-tahap mekanisme reaksi. Zat antara reaksi sering kali berupa radikal bebas atau ion.
Metode dorongan panah atau elektMekanisme reaksi harus memperhitungkan urutan reaksi
molekul. Seringkali yang muncul di permukaan merupakan konversi satu tahap, namun pada
kenyataannya merupakan reaksi banyak tahap. Informasi tentang mekanisme reaksi sering
kali disajikan menggunakan kinetika kimia untuk menentukan persamaan laju reaksi dan
orde reaksi masing-masing reaktan.

ron sering digunakan dalam menggambarkan mekanisme reaksi.


78
Klasifikasi suatu mekanisme reaksi dapat
dibagi atas:

1. Mekanisme reaksi tidak dapat balik (irreversible)


A B
2. Mekanisme reaksi dapat balik (revesibel)
A B
3. Mekanisme reaksi samping
4. Mekanisme reaksi berturut (seri)

79
Kinetika dan Kesetimbangan Kimia

Hubungan Laju dan kesetimbangan kimia berupa


hasil kali tetapan laju ke kanan untuk reaksi
elementer dibagi dengan hasil kali tetapan laju untuk
reaksi kebalikan selalu sama dengan tetapan
kesetimbangan reaksi keseluruhan
K1
NO + NO K-1 N2O2
K2
N2O2+ H2 K-2 N 2O + H2O
N2O + H2 K-3 K3
N 2+ H 2O

80
Contoh mekanisme suatu reaksi:
 Untuk reaksi total : 2O3(g) → 3O2(g) memiliki dua tahap reaksi elementer:

- Tahap elementer pertama adalah reaksi unimolekul, yaitu yang melibatkan


dekomposisi atau penataan ulang suatu partikel tunggal, yaitu:

O3(g) → O2(g) + O(g).

- Tahap elementer kedua adalah reaksi bimolekul, yaitu ketika dua partikel
bereaksi: O3(g) + O(g) → 2O2(g)

Dari mekanisme reaksi dengan tahapan elementer, maka dapat dituliskan hukum
laju reaksinya: -r [O3] = k . [O3]2 . [O2]-1

81
Contoh
NO2(g) + CO(g) → NO(g) + CO2(g), memiliki hukum laju secara percobaan:

r = k[NO2]2.

Hal ini karena reaksi di atas memiliki mekanisme dua-tahap:

1. NO2(g) + NO2(g) → NO3(g) + NO(g) (lambat, penentu laju)

2. NO3(g) + CO(g) →NO2(g) + CO2(g) (cepat)

Sesuai tahap lambat sebagai penentu laju, maka hukum laju reaksi adalah

r = k[NO2] [NO2] = k[NO2]2.

Hal ini sesuai hasil percobaan. Senyawa NO 3 disebut senyawa intermediet yang dalam reaksi keseluruhan tidak
muncul, karena segera setelah terbentuk akan bereaksi kembali membentuk spesi lain.

Hukum laju untuk reaksi elementer dapat langsung diperoleh dari persamaan stoikiometrinya, sehingga orde
reaksi merupakan koefisien dari reaktannya.

82
Reaksi Rantai
Reaksi rantai merupakan reaksi yang berlangsung
lewat serangkaian langkah elementer, beberapa di
antaranya terjadi berulang-ulang.Terdiri atas 3 tahapan:
1.inisiasi, yang menghasilkan dua atau lebih zat antara
reaktif
2.Perambatan, yang membentuk produk tetapi zat
antara reaktif terus terbentuk
3.Terminasi, yang menggabungkan dua zat antara
menghasilkanproduk stabil

83
Hukum laju untuk Tahap Erlementer Umum:

Semua tahap elementer dalam mekanisme reaksi tidak memiliki laju yang sama.
Biasanya terdapat satu tahap yang memiliki laju lebih lambat daripada yang lain,
sehingga membatasi kecepatan berlangsungnya reaksi keseluruhan. Tahap reaksi
elementer yang memiliki laju paling lambat disebut tahap penentu laju. Hukum
laju dari tahap penentu laju adalah merupakan hukum laju dari reaksi
keseluruhan. 84
A.Persamaan laju reaksi untuk reaksi Reversibel

Untuk menentukan persamaan laju reaksi pada reaksi reversibel, kita


perlu memperhatikan laju reaksi ke arah kanan dan ke arah kiri. Pada
reaksi reversibel yang terjadi pada sistem tertutup (tidak ada perpindahan
materi), kesetimbangan akan tercapai jika laju reaksi ke arah kanan sama
dengan laju reaksi ke arah kiri.

Tinjauan contoh yang paling sederhana dari reaksi yang reversibel :


A B

Hukum laju untuk reaksi sederhana yang reversibel adalah :


d [ A]
  k1 .[ A]  k 2 .[ B ]
dt

85
B. Persamaan laju reaksi untuk reaksi samping

Persamaan laju reaksi untuk reaksi samping dapat ditentukan dengan


memperhatikan tahap-tahap mekanisme reaksi dan orde reaksi masing-
masing reaktan. Contoh reaksi samping yang umum terjadi adalah reaksi
eliminasi dan penataan ulang karbokation. Dalam reaksi SN1, tahap
penentu laju reaksi ada pada tahap pertama, oleh karena itu laju reaksi dari
keseluruhan reaksi secara umum sama dengan laju pembentukan
karbokation dan tidak melibatkan konsentrasi nukleofil. Oleh karena itu,
kenukleofilikan tidak menjadi faktor kelajuan reaksi dan laju keseluruhan
reaksi hanya bergantung pada konsentarsi pereaksi. Persamaan laju reaksi
untuk reaksi SN1 adalah Laju reaksi = k [pereaksi].

86
K1 B

A
K2 C

Hukum laju untuk reaksi sederhana yang reversibel adalah :


d [ A]
  k1 .[ A]  k 2 .[ A]
dt

= [A] x (k1 + k2)

d [ A]
 ( k1  k 2) dt
[ A]

ln [A] = (k1 + k2) . t + C

87
C. Persamaan Laju Reaksi untuk Reaksi Berurutan

Persamaan laju reaksi untuk reaksi berurutan dapat ditentukan dengan


memperhatikan tahap-tahap mekanisme reaksi dan orde reaksi masing-masing
reaktan. Reaksi berurutan adalah reaksi yang terdiri dari beberapa tahap reaksi
yang berurutan dan terjadi secara berturut-turut.

Reaksi yang berurutan terjadi bila hasil reaksi mengalami reaksi lebih lanjut. Dua
reaksi berorde pertama yang berurutan digambarkan sebagai : A → B → C

Untuk menentukan bagaimana ketergantungan konsentrasi senyawa tersebut


terhadap waktu, mula-mula persmaan laju dituliskan untuk tiap zat yang
selanjutnya harus diselesaikan. Untuk reaksi di atas, persamaan lajunya adalah
sebagai berikut :
88
d [ A]
  k1 .[ A]
dt
d [ B]
 k1 .[ A]  k 2 .[ B ]
dt
d [C ]
  k 2 .[ B ]
dt

Contoh-contoh reaksi berorde pertama yang berurutan banyak


dijumpai pada reaksi pembelahan inti radioaktif.
89
KESIMPULAN
kinetika reaksi kimia merupakan bidang studi yang penting untuk memahami
kecepatan reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengetahuan tentang
kinetika reaksi kimia dapat digunakan untuk mengoptimalkan proses reaksi kimia
di berbagai bidang, seperti industri farmasi, petrokimia, dan produksi bahan
kimia. Laju reaksi kimia adalah perubahan konsentrasi pereaksi dalam satuan
waktu. Laju reaksi diukur pada saat awal reaksi untuk berbagai reaksi kimia.
Dalam kinetika reaksi kimia, kita dapat menentukan persamaan laju reaksi dengan
memperhatikan tahap-tahap mekanisme reaksi dan orde reaksi masing-masing
reaktan. Kita juga dapat mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
kimia seperti suhu, konsentrasi, dan katalisator

90
SESI TANYA JAWAB

91
YOMAR TIRANDA

92
PRICYLIA STEFINA PALIMBONG
Apa peran katalis dalam kinetika reaksi kimia?

Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut berubah secara permanen dalam reaksi tersebut. Katalis berperan
penting dalam kinetika reaksi kimia dengan beberapa cara sebagai berikut:
1.Meningkatkan Laju Reaksi:
Katalis bekerja dengan cara mengurangi energi aktivasi yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia. Dengan mengurangi energi aktivasi,
katalis memungkinkan reaksi terjadi pada level yang lebih cepat, sehingga meningkatkan laju reaksi. Dengan adanya katalis, molekul
reaktan dapat lebih mudah berinteraksi dan membentuk produk.
2. Mempercepat Pembentukan Perantara Reaksi:
Dalam beberapa reaksi kimia, terdapat tahapan reaksi antara yang melibatkan reaksi pembentukan perantara. Katalis dapat mempercepat
pembentukan perantara tersebut sehingga mengurangi langkah-langkah reaksi yang lambat. Hal ini berdampak pada peningkatan laju
reaksi secara keseluruhan.
3. Penyediaan Jalur Reaksi Alternatif:
Katalis dapat menyediakan jalur reaksi alternatif dengan energi aktivasi yang lebih rendah untuk mencapai produk. Karena itu, reaksi
yang sebelumnya sulit atau lambat dapat terjadi dengan lebih efisien melalui jalur reaksi yang disediakan oleh katalis.
4. Meningkatkan Selektivitas Produk:
Katalis juga dapat memengaruhi selektivitas produk dalam suatu reaksi kimia. Katalis dapat mengarahkan jalannya kembali

93
ANDI MUHAMMAD RAFLY ANANTA
Apa yang dimaksud dengan energy aktivasi dalam konteks reaksi kinetika kimia?

Energi aktivasi dalam konteks reaksi kinetika mengacu pada energi minimum yang diperlukan agar reaksi kimia
dapat terjadi. Secara lebih spesifik, energi aktivasi adalah energi yang harus diberikan kepada reaktan agar ikatan-
ikatan dalam molekul reaktan dapat terpecah dan membentuk ikatan-ikatan baru dalam produk.
Dalam suatu reaksi kimia, reaktan awalnya memiliki energi kinetik dan potensial tertentu. Namun, agar terjadi
reaksi kimia, reaktan harus melewati suatu ambang energi tertentu yang disebut energi aktivasi. Energi aktivasi
merupakan energi ekstra yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya-gaya tarik dan tolakan antarmolekul yang mencegah
reaksi terjadi.
Konsep energi aktivasi dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram energi reaksi (energy profile) yang
menggambarkan perubahan energi dalam suatu reaksi kimia. Pada diagram ini, energi aktivasi ditunjukkan sebagai
perbedaan tinggi antara reaktan dan titik tertinggi pada kurva energi. Setelah melewati energi aktivasi, reaktan akan
mengalami perubahan struktur dan membentuk produk dengan pelepasan energi.
Kehadiran katalis dalam reaksi kimia berperan penting dalam konteks energi aktivasi. Katalis dapat mengurangi
energi aktivasi yang diperlukan untuk memulai reaksi, sehingga mempercepat laju reaksi. Dengan menurunkan energi
aktivasi, reaksi menjadi lebih mudah terjadi dan membutuhkan energi lebih sedikit.

94
GEORGE T H SITOHANG

Jika konstentrasi nya dikali 2

Jadi, konsentrasi awal zat tersebut jika dikali 2 adalah 4M

95
MUH RAFLI YUDDING
Apakah katalis bersifat kekal?

Katalis tidak mengalami perubahan yang kekal dalam reaksi, tetapi mungkin
terlibat dalam mekanisme reaksi.

ASMAWATI
Apakah katalis mengubah mekanisme reaksi menjadi lebih cepat?

Katalis dapat mempercepat laju reaksi karena katalis mampu menurunkan energi
aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi sehingga reaksi
berjalan lebih cepat.

96
ALYA MULIYADI
Perhatikan reaksi dibawah ini :

Buatlah rumus persamaan laju reaksi dari masing-masing senyawa diatas!

97
CINDY PUSPITASI LALLO
Tiap kenaikan 10˚ C laju reaksi suatu zat akan naik dua kali semula jika pada suhu 30˚ C reaksi
tersebut berlangsung selama 4 menit, maka pada suhu 70˚ C reaksi tersebut berlansung selama?

Pembahasan :

98
DWI SYABILA

Penyelesaian :

99
FHANY

100
GITA DWI ZAKIAH HASAN

101
NABILA SYADNI
Bagaimana konstanta laju reaksi berkaitan dengan orde reaksi?

Konstanta laju reaksi (k) merupakan suatu nilai konstanta yang berkaitan dengan laju reaksi kimia dalam persamaan laju reaksi. Hubungan antara
konstanta laju reaksi (k) dengan orde reaksi (n) tergantung pada jenis orde reaksi yang sedang diamati. Berikut adalah hubungan konstanta laju reaksi
dengan orde reaksi yang umum:
1. Reaksi Orde-Nol:
Pada reaksi orde-nol, konstanta laju reaksi (k) memiliki dimensi konsentrasi per satuan waktu. Konstanta laju reaksi (k) pada reaksi orde-nol sama
dengan laju reaksi pada waktu nol, sehingga tidak tergantung pada konsentrasi zat pembentuk reaksi. Dalam persamaan laju reaksi orde-nol (laju reaksi
= k), nilai konstanta laju reaksi (k) adalah nilai tetap yang dapat ditentukan melalui percobaan.
2. Reaksi Orde-Pertama:
Pada reaksi orde-pertama, konstanta laju reaksi (k) memiliki dimensi waktu^-1. Konstanta laju reaksi (k) pada reaksi orde-pertama menunjukkan
seberapa cepat zat pembentuk reaksi terurai atau bereaksi dalam konsentrasi tersebut. Nilai konstanta laju reaksi (k) dapat ditentukan melalui percobaan
dengan mengukur laju reaksi pada berbagai konsentrasi zat pembentuk reaksi.
3. Reaksi Orde-Kedua:
Pada reaksi orde-kedua, konstanta laju reaksi (k) memiliki dimensi konsentrasi^-1 waktu^-1. Konstanta laju reaksi (k) pada reaksi orde-kedua
menunjukkan seberapa cepat zat pembentuk reaksi bereaksi atau berinteraksi satu sama lain dalam konsentrasi tersebut. Nilai konstanta laju reaksi (k)
juga dapat ditentukan melalui percobaan dengan mengukur laju reaksi pada berbagai konsentrasi zat pembentuk reaksi.

102
NURAFIAH
Apa perbedaan antara reaksi orde-nol, orde-pertama, dan orde-kedua?

Reaksi orde-nol, orde-pertama, dan orde-kedua adalah istilah yang digunakan dalam kinetika reaksi kimia untuk menggambarkan hubungan antara laju
reaksi dengan konsentrasi zat-zat pembentuk reaksi. Berikut adalah perbedaan mendasar antara ketiga jenis reaksi tersebut:
1. Reaksi Orde-Nol:
- Laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi zat pembentuk reaksi.
- Laju reaksi konstan sepanjang waktu.
- Persamaan laju reaksi orde-nol dinyatakan sebagai laju reaksi = k, di mana k adalah konstanta laju reaksi.
- Contoh: Reaksi peluruhan radioaktif yang mengikuti hukum peluruhan radioaktif.
2. Reaksi Orde-Pertama:
- Laju reaksi sebanding secara langsung dengan konsentrasi satu zat pembentuk reaksi.
- Laju reaksi mengalami penurunan eksponensial seiring waktu.
- Persamaan laju reaksi orde-pertama dinyatakan sebagai laju reaksi = k[A]
- Contoh: Reaksi dekomposisi hidrogen peroksida yang dikatalisis oleh ion besi(III).
3. Reaksi Orde-Kedua:
- Laju reaksi sebanding secara kuadratik dengan konsentrasi satu zat pembentuk reaksi atau merupakan hasil dari penggandaan konsentrasi dua zat
pembentuk reaksi.
- Laju reaksi juga mengalami penurunan eksponensial seiring waktu.
- Persamaan laju reaksi orde-kedua dinyatakan sebagai laju reaksi = k[A]^2 atau laju reaksi = k[A][B]
- Contoh: Reaksi pembentukan asam sulfat dari oksidasi belerang di hadapan katalisator vanadium(V) oksida.

103
SANTIKA

104
SYNTIA TUMBA LILING

105
YOSITA AGATA

Mengapa laju reaksi banyak ditentukan Jika reaksi A → B merupakan reaksi orde

dengan menggunakan konsentrasi awal ke-0, tuliskan persamaan laju reaksinya dan

pereaksi? tentukan satuan tetapan laju reaksinya.

1.Tidak bisa menentukan konsentrasi


Persamaan la reaksinya v = k[A]° atau v
pereaksi saat reaksi sedang berjalan
= k satuan tetapan laju reaksinya yaitu
2.Kemungkinan reaksi berbalik arah,
mol/L detik atau M/s
yaitu zat hasil reaksi kembali menjadi
pereaksi

106
APRILDA DWINARTI ASTIKA

107
NUR FADILAH RAHMA

108
NURUL AZIZAH
Bagaimana cara mengidentifikasi zat antara reaksi dalam mekanisme reaksi?
Untuk mengidentifikasi zat antara dalam mekanisme reaksi, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan.
Berikut adalah beberapa cara umum untuk mengidentifikasi zat antara dalam mekanisme reaksi:
1. Analisis Spektroskopi: Metode ini melibatkan penggunaan teknik spektroskopi seperti spektroskopi
inframerah (IR), resonansi magnetik inti (NMR), atau spektroskopi massa (MS) untuk menganalisis zat antara
yang terbentuk selama reaksi. Metode ini dapat membantu mengidentifikasi ikatan dan gugus fungsional yang
ada dalam zat antara, sehingga dapat memberikan petunjuk tentang jalur reaksi yang terlibat.
2. Penyelidikan Kinetika: Dengan mempelajari laju reaksi dan perubahan konsentrasi zat-zat pembentuk reaksi
selama reaksi berlangsung, informasi tentang adanya zat antara dapat diperoleh. Jika perubahan konsentrasi
zat-zat pembentuk reaksi tidak konsisten dengan langkah reaksi tunggal, hal ini dapat mengindikasikan adanya
zat antara yang terbentuk dalam tahap-tahap reaksi.
3. Percobaan dan Analisis Produk Samping: Dalam beberapa kasus, analisis produk samping yang terbentuk
selama reaksi dapat memberikan petunjuk tentang adanya zat antara. Produk samping yang tidak diharapkan
atau tidak sesuai dengan jalur reaksi yang diantisipasi dapat mengindikasikan keberadaan zat antara yang
terbentuk dalam mekanisme reaksi.
4. Studi Teoretis: Metode komputasi seperti pemodelan molekul dan dinamika molekul dapat digunakan untuk
memprediksi dan memvisualisasikan struktur zat antara dalam mekanisme reaksi. Dengan menggunakan
prinsip-prinsip fisika dan perhitungan kimia, informasi tentang keberadaan dan sifat zat antara dapat diperoleh.

109

Anda mungkin juga menyukai