Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

“APLIKASI POLIMERISASI DALAM INDUSTRI”

Mata Kuliah : Proses Industri Kimia II


Dosen Pengampu : Dr.Suryati,ST.,MT

Disusun Oleh :
Kelompok III (A3)

Amanda Syahriani Lubis 190140026


Mizwa Widiarman 190140073
Azzahra 190140084
Muhammad Mahendra 190140086
Sinta Morina 190140101
Ayu Lidya Panjaitan 190140102

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan kritik dan
masukan yang membangun terhadap materi dan penyajian makalah ini. Kami
menyadari dengan adanya masukan dari pihak Ibu, makalah ini menjadi lebih
lengkap dan lebih layak sebagai materi.
Dalam proses penulisan makalah ini, kami menemui banyak kesulitan.
Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Suryati, ST., MT. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah
proses industri kimia.
2. Teman-teman dari kelompok 3 yang selalu kompak walaupun
dihadapkan oleh situasi pandemi COVID-19.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami berharap kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Lhokseumawe, 12 Maret 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3

1.1 Latar Belakang....................................................................3

1.2 Tujuan..................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4

2.1 Polimer.................................................................................4

2.2 Teknik Polimerisasi............................................................7

BAB III JENIS-JENIS INDUSTRI..............................................................10

3.1 Industri Petrokimia...........................................................10

3.2 Industri Pengilangan Minyak Bumi................................12

3.3 Industri Pencairan Gas Alam..........................................14

3.4 Industri Plastik..................................................................16

BAB IV TUGAS KHUSUS.........................................................................20

4.1. Plastik (PE)........................................................................20

4.2. Jenis-Jenis Plastik...........................................................20

4.3 Alat-alat yang Digunakan.................................................26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................20

5.1 Kesimpulan........................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengunakan berbagai bahan
kimia. Sebagian besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari
bahan-bahan kimia tersebut, bahan kimia yang banyak digunakan di dalam
kehidupan sehari – hari memang tidak memberikan akibat secara langsung dan
cepat namun membutuhkan waktu lama. Kita mungkin tau polimer yang
merupakan suatu golongan bahan kimia yang banyak digunakan dalam
kehidupan kita sehari-hari maupun dalam industri. Polimer meliputi plastik,
karet, serat dan nilon. beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup,
yaitu karbohidrat (polisakarida), protein dan asam nuclear juga merupakan
polimer.
Kita hidup dalam era polimer. Bahan-bahan polimer alam yang sejak
dahulu telah dikenal dan dimanfaatkan seperti kapas, wol dan damar. Polimer
sintesis dikenal mulai tahun 1925 dan setelah hipotesis makromolekul yang
dikemukakan oleh Staudinger mendapat hadian Nobel pada tahun 1955,
teknologi polimer mulai berkembang pesat. Beberapa contoh polimer sintesis
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, antara lain serat-serat tekstil polyester
dan nilon, plastic polietilena unutk botol susu, karet untuk ban mobil dan plastic
poliuretana untuk jantung buatan.
Polimer, merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari, dan
merupakan ilmu yang sangat dinamis yang berkembang secara aplikatif. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep
dasar polimer, guna dapat memahami dan mengembangkan ilmu polimer.
Selanjutnya, konsep dasar tersebut dapat dikembangkan untuk mengukur dan
menganalisis bobot molekul polimer. Dalam bab ini, sasaran tersebut dapat
dicapai oleh pembaca, dengan memahami dan mencermati secara teliti materi
dan soal-soal yang ditawarkan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi polimer dan teknik polimerisasi?
2. Apa sajakah jenis-jenis industri polimer dan teknik polimerisasi?
3. Bagaimana cara industry pabrik terbentuk?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini diantaranya adalah :
1. Menjelaskan mengenai teori dasar polimer dan teknik polimerisasi.
2. Mengidentifikasikan jenis jenis industri yang berhubungan dengan
polimer.
3. Menjelaskan detail mengenai industri plastik.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang ratusan bahkan ribuan molekul sederhana yang disebut
monomer. Oleh karena itu polimer mempunyai massa molekul relatif sangat
besar. Polimer banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari
bahan - bahan yang kita gunakan seperti pakaian, botol minum, map, kantong
plastik, kertas, ban, dan lain-lain merupakan produk yang terbuat dari polimer.
Dengan kata lain suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer.
Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang kecil
(monomer), saling berikatan dalam suatu rantai. Jenis-jenis monomer yang
saling berikatan membentuk suatu polimer terkadang sama atau berbeda. Sifat-
sifat polimer berbeda dari monomer-monomer yang menyusunnya.
Adapun 2 jenis polimer, yaitu polimer sintesis dan polimer organik
sintetik. Polimer sintetis dari molekul-molekul sederhana yang disebut monomer
(bagian tunggal). Polimer organik sintetik, banyak polimer organik telah
disintetis melalui beragam proses kimia. Polimer-polimer ini terkadang memiliki
sifat-sifat yang lebih baik daripada polimer-polimer alami. Polimer adalah
molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul molekul kecil yang
saling berikatan. Polimer mempunyai massa molekul relatif sangat besar, yaitu
sekitar 500 - 10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Istilah polimer berasal dari
bahasa yunani, polys = banyak dan meros = bagian, yang berarti banyak
bagian atau banyak monomer. Polimer merupakan molekul besar
(makromolekul) yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat
melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer, biasanya ekivalen dengan
monomer, yaitu bahan dasar polimer tersebut (Billmeyer,1971).
Polimer, merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari, dan
merupakan ilmu yang sangat dinamis yang berkembang secara aplikatif. Oleh

5
karena itu, sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep
dasar polimer, guna dapat memahami dan mengembangkan ilmu polimer.
Selanjutnya, konsep dasar tersebut dapat dikembangkan untuk mengukur dan
menganalisis bobot molekul polimer. Dalam bab ini, sasaran tersebut dapat
dicapai oleh pembaca, dengan memahami dan mencermati secara teliti materi
dan soal-soal yang ditawarkan. Pada umumnya, polimer merupakan senyawa
kimia organik yang didasarkan pada karbon, hidrogen, dan unsur bukan logam
(O, N, dan Si). Polimer alam memiliki rantai karbon utama berupa rantai karbon
(C). Umumnya, polimer memiliki struktur molekul yang sangat besar.
Penggunaan polimer sebagai material, terus menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat, plastik merupakan salah satu contohnya.
Material plastik banyak digunakan karena memiliki sifat unggul seperti ringan,
transparan, tahan air, serta harganya yang relatif murah. Plastik yang
digunakan saat ini merupakan polimer sintetik, terbuat dari bahan kimia yang
tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan. Ketidakmampuan
mikroorganisme untuk menguraikan material ini, menimbulkan masalah
sampah. Sampah yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
masalah yang sangat serius. Polistiren merupakan salah satu jenis polimer
sintetik yang banyak digunakan sebagai bahan insulator listrik, pembungkus
makanan, styrofoam, dan mainan anak. Polistiren mengandung monomer stiren
yang murah dan mudah didapat akan tetapi polistiren sulit terdegradasi oleh
mikroorganisme di alam. Oleh karena itu, perl dilakukan modifikasi terhadap
polimer sintetik agar diperoleh polimer yang dapat terdegradasi.
Istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer
sebenarnya terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat
dan kegunaan yang beragam. Bahan polimer alami seperti shellac dan amber
telah digunakan selama beberapa abad. Begitu juga kertas yang dibuat dari
selulosa, yaitu sebuah polisakarida yang terbentuk secara alami yang
ditemukan dalam tumbuhan. Biopolimer seperti protein dan asam nukleat juga
memainkan peranan penting dalam proses biokimia. Polimer dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu polimer alam (seperti pati, selulosa, dan sutra) dan

6
polimer sintetik (seperti polietilena (PE), nilon, poli vinil klorida (PVC),
polikarbonat (PC), polistirena (PS), dan karet silicon). Bahan-bahan ini biasanya
memiliki kepadatan rendah, sedangkan karakteristik mekanik mereka umumnya
berbeda dengan logam dan bahan keramik).
Berdasarkan sifatnya ketika dipanaskan, polimer dapat dibagi menjadi
polimer termoplastik dan termoset. Polimer termoplastik adalah polimer yang
ketika dipanaskan akan mengalami pelelehan dan dapat dibentuk sesuai pola
yang diinginkan. Sedangkan, polimer termoset adalah polimer yang tidak
mengalami pelelehan ketika dipanaskan. Polimer termoset tidak dapat didaur
ulang sedangkan polimer termoplastik dapat didaur ulang.
a. Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak
dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali,
sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang
berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer yang termasuk
polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki
ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear
atau bercabang.
Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :
a. Berat molekul kecil
b. Tidak tahan terhadap panas.
c. Jika dipanaskan akan melunak.
d. Jika didinginkan akan mengeras.
e. Mudah untuk diregangkan.
f. Fleksibel.
g. Titik leleh rendah.
h. Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
i. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
j. Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

7
Adapun beberapa contoh plastik termoplastik sebagai berikut :
1. Polietilena (PE) = Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember,
drum, pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan
jas hujan.
2. Polivinilklorida (PVC) = pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit
sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol
sepatu, sarung tangan dan botol detergen.
3. Polipropena (PP) = karung, tali, botol minuman, serat, bak air,
insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin
cuci, pembungkus tekstil, dan permadani.
4. Polistirena = Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
b. Plastik Termosetting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali.Susunan polimer ini bersifat
permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer
ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi. Polimer
termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu
dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila
polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak
atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.
Sifat polimer termoseting adalah sebagai berikut :
a. Keras dan kaku (tidak fleksibel)
b. Jika dipanaskan akan mengeras.
c. Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
d. Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
e. Jika dipanaskan akan meleleh.
f. Tahan terhadap asam basa.
g. Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul

8
2.2 Teknik Polimerisasi
Pada dasarnya, ada dua teknik polimerisasi yang dapat digunakan untuk
memproduksi polimer, yaitu teknik homogen dan teknik heterogen. Teknik
homogen dapat dilakukan secara polimerisasi massa dan larutan, sedangkan
teknik heterogen dilaksanakan secara emulsi dan suspensi.
2.2.1 Teknik Polimerisasi Homogen
Dalam teknik polimerisasi homogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu
polimerisasi massa dan polimerisasi larutan.
1. Polimerisasi Massa (Bulk Polymerisation)
Teknik polimerisasi ini bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi,
reaksinya sedikit eksotermis, viskositas campuran rendah sehingga dapat
diaduk, panas dapat berpindah melalui pengeluaran gelembung. Khusus untuk
polimerisasi massa pada monomer vinil sulis dilakukan karena reaksi sangat
eksotermis, masalah pada perpindahan panas dan viskositas bertambah pada
awal reaksi dan sistem ini jarang digunakan secara komersil untuk pembuatan
polimer vinil, kecuali untuk membuat polimetil metakrilat tuang (cast PMMA).
2. Polimerisasi Larutan (Solution Polymerisation)
Polimerisasi monomer vinil berlangsung di dalam larutan untuk
memudahkan perpindahan panas (misalnya dengan merefluks pelarut) dan
kontrol. Diperlukan memilih pelarut yang benar sehingga tidak terjadi chain
transfer dan polimer yang dihasilkan digunakan dalam larutan. Contoh
polimerisasi larutan adalah : konversi polivinil asetat menjadi polivinil alkohol,
ester akrilik.
Karakteristik Polimerisasi Larutan (Solution Polymerisation):
- Dapat dilakukan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang sesuai
- Keuntungan : panas dapat dipindahkan kepelarut.
- Kesukaran : dapat terjadi pemindahan rantai kepelarut
- Sukar menghilangkan pelarut

9
2.2.2 Sistem Heterogen
Dalam teknik polimerisasi hoterogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu
polimerisasi emulsi dan polimerisasi suspensi. Contoh : The high pressure free
radical process for the manufacture of Low Density Polyethylene. Polyethylene
membentuk cabang karena proses self-branching. Cabang yang lebih panjang
dari metil tidak dapat masuk ke kisi kristal polyethylene, sehingga polimer padat
yang dihasilkan kurang bersifat kristal (tidak transparan) dan lebih kaku
daripada HDPE (0.935-0.96 g cm-3) yang dibuat dengan reaksi coordination
polymerization.
1. Polimerisasi Emulsi (Emulsion Polymerization)
Polimerisasi jenis ini, dapat menghasilkan polimer dengan laju dan berat
molekul yang tinggi. Sistem pada polimerisasi emulsi merupakan dua fase
cairan yang tidak larut, Fase pertama ialah fase kontinu aqueous, yang
merupakan inisiator, sedangkan fase kedua ialah fase diskontinu nonaqueous
yang merupakan bentuk monomer dan polimer. Contoh teknik polimerisasi ini
adalah pada pembuatan karet SBR.
Teknik Polimerisasi emulsi (Emulsion Polymerization) :
- Sistem merupakan dua fase cairan yang tidak saling melarut (aqueous
dan nonaqueous).
- Fase kontinu aqueous adalah inisiator, sedangkan fase diskontinu
nonaqueous adalah monomer dan polimer.
- Contoh polimerisasi emulsi adalah pembuatan karet SBR.
2. Polimerisasi Suspensi (Suspension Polymerization)
Teknik pada polimerisasi suspensi berlangsung dalam system aqueous
dengan monomer sebagai fase terdispersi sehingga menghasilkan polimer
yang berada fase solid terdispersi. Metode polimerisasi ini digunakan secara
komersil untuk menghasilkan polimer vinil yang keras, contohnya polistirena,
polimetil metaklirat, polivinil klorida serta poliakrilonitril. Contoh teknik
polimerisasi suspense adalah pada proses pembuatan PMMA.

10
Teknik Polimerisasi suspensi (Suspension Polymerization) :
- Polimerisasi berlangsung dalam sistem aqueous dengan monomer
sebagai fase terdispersi, menghasilkan polimer yang berada pada fase
solud terdispersi.
- Inisiator terlarut dalam fase monomer.
- Dispersi monomer menjadi tetesan dipertahankan dengan kombinasi
pengadukan dan penggunaan stabilisator yang larut dalam air (misalnya
metil selulosa, gelation, sodium poliakrilat).
- Polimer dibebaskan dari stabilisator dengan pencucian dan dilanjutkan
dengan pengeringan.
- Metode polimerisasi ini digunakan secara komersil untuk menghasilkan
polimer vinil yang keras dan glazzy, seperti polistirena, polimetil
metakrilat, polivinil klorida dan poliakrilonitril.
- Contoh polimerisasi suspensi adalah pembuatan PMMA [ CITATION
Sis06 \l 14345 ].

11
BAB III
JENIS-JENIS INDUSTRI

3.1 Industri Petrokimia


Apa ya yang dimaksud petrokimia itu? Petrokimia adalah suatu industri
yang bergerak pada pengolahan bahan kimia dengan mengunakan bahan baku
dari hasil dari proses pengolahan minyak bumi dan gas bumi, dari pengertian
tersebut jelas kita telah mengerti mengapa kedua industri tersebut memiliki
hubungan yaang erat. Pola perkembangan industri petrokimia bergantung pada
produk-produk hasil pengolahan minyak dan gas bumi yang tersedia.
Industri petrokimia adalah industri yang menghasilkan produk-produk
industri kimia organik yang merupakan bahan baku industri polymer, dengan
bahan baku dasar bersumber dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi (gas
alam), produk pencairan batubara, bahkan sekarang sedang dikembangkan
oleokimia berbasis biomassa.
Basis bahan baku dari industri petrokimia adalah kandungan senyawa
hidrokarbon yang didapat dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi, maupun
pencairan batu bara, dengan kandungan utama unsur kimia atom C dan H
beserta turunannya, termasuk senyawa hidrokarbon dengan ikatan gugus
fungsional senyawa tersebut.

12
Tabel 3.1 Gugus Fungsional Senyawa Hidrokarbon
Gugus Fungsi Awalan Akhiran
-COOH karboksil- asam –aot
-SO3H sulfo- asam –esulfonat
-COOR alkoksikarbonil- -oat
-SO3R alkoksisulfonil- -esulfonat
-COC1 kloroformil- -oil klorida
-CONH2 karbamoil- -amida
-CN siano- -enitril
-CHO okso- (atau formil-) -al
-C=O okso- -on
-OH hidroksi- -ol
-SH merkapto- -etiol
-NH2 amino- -amina
-OR alkoksi- -
-SR alkiltio -
-C1 kloro- -
-NO2 nitro- -

Berbagai produk bahan yang dihasilkan dari produk petrokimia ini


banyak ditemukan. Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk yang
dihasilkan dari minyak dan gas bumi. Bahan-bahan petrokimia tersebut dapat
digolongkan ke dalam plastik, serat sintetis, karet sintetis, pestisida, detergen,
pelarut, pupuk, berbagai jenis obat maupun vitamin.
Terdapat tiga bahan dasar/bahan baku yang digunakan dalam industri
petrokimia, yaitu : olefin, aromatika, dan gas sintetis (syn-gas).
1. Olefin 
Senyawa ini merupakan bahan baku utama dalam industri petrokimia
sehingga diproduksi dalam jumlah besar, jenis olefin yang paling banyak
digunakan ialah :
Etilena, jenis ini dapat menghasilkan berbagai macam jenis produk seperi
polietilena (plastik), PVC (untuk membuat pipa paralon), etilena glikol (untuk

13
bahan anti beku pada radiator mobil). Propilena, jenis ini dapat menghasilkan
beberapa produk petrokimia seperti  butadina (menghasilkan karet sintetis),
gliserol (dapat digunakan pada pembuatan bahan pelembab dan peledak),
polipropilena (digunakan untuk pembuatan tali dan karung plastik) dan
isopropyl ( dapat digunakan untuk pembuatan bahan lain seperti aseton).
2. Aromatik
Senyawa ini memiliki ikatan rantai rangkap dalam betuk selang-seling.
Berikut bahan aromatik yang digunakan pada industri petrokimia :
Benzena yang dapat menghasilkan sikloheksana (untuk membuat nilon),
kumena (untuk membuat fenol) dan stirena (untuk pembuatan karet sintetis).
Toulena dapat digunakan sebagai bahan pembuatan produk farmasi. Xilena
dapat menghasilkan asam tereftalat untuk bahan dasar pada pembuatan serat.
‌3. Syn-Gas (gas sintesis)
Bahan ini merupakan campuran dari karbon monoksida (CO) dan
hydrogen (H2), dalam industri petrokimia bahan ini duganakan untuk
menghasilkan berbagai macam produk seperti :
Amonia (pestisida) Urea, selain sebagai pupuk dapat juga diolah pada industi
perekat dan plastik. Methanol (alkohol dan spiritus) Formaldehida (dapat
dioalah menjadi formalin atau pengawet)
Salah satu contoh produk petrokimia yang sering kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu detergen, produk ini merupakan hasil pengolahan
bahan-bahan turunan minyak bumi yang memiliki daya cuci yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa minyak bumi dan gas bumi
memiliki manfaat yang sangat signifikan bagi kehidupan manusia baik itu
sebagai bahan bakar maupun produk lain hasil dari industri petrokimia.
Untuk memperoleh produk petrokimia dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:
1. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia.
2. Mengubah bahan dasar menjadi produk antara.
3. Mengubah produk antara menjadi produk akhir.
Seperti pada industry lainnya, industri petrokimia dapat dibagi atas tiga (3)
bagian besar yaitu :

14
1. Industri petrokimia hulu ( upstream petrochemical industry )
yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa
produk dasar atau produk primer dan produk antara atau produk
setengah jadi (masih merupakan bahan baku untuk produk jadi). Bagian
hulu bertindak sebagai proses pengolahan produk dasar (premier) dan
akan menghasilkan produk setengah jadi (produk antara) maupun
langsung dapat diolah enjadi produk jadi pada bagaian industri hilir.
Contoh produk hulu yang diolah menjadi produk setengah jadi antara lain
: propilena, benzena, toluena, etilena, methanol dan sebagainya.
2. Produk antara
Produk antara merupakan hasil dari proses pengolahan petrokimia hulu
dan selanjutnya akan diolaha menjadi produk siap pakai (jadi) maupun
produk yang masih bisa diolah pada proses selanjutnya, contoh dari
produk anatara ialah polietilena, ammonia, butena, dikloroetilen-vinil
klorida dan sebagainya.
3. Industri petrokimia hilir ( downstream petrochemical industry )
yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang sudah berupa
produk akhir dan/atau produk jadi. Bagian ini bergerak sebagai pengolah
produk antara menjadi produk jadi sehingga dapat digunakan oleh
masyarakat. Berbagai macam jenis produk jadi dengan fungsinya
masing-masing seperti pupuk, serat pakaian, alat kosmetik, bahan
pelarut, cat, lilin, karet nilon, bahan peledak dan berbagai jenis produk
lain.
Oleh karena itu, maka produk petrokimia berdasarkan proses
pembentukannya dan pemanfaatannya dapat dibagi atas empat jenis yaitu :
Produk dasar. Yang termasuk produk dasar petrokimia antara lain gas
CO dan H2 sintetik, etilena, propilena, butadiene, BTX, dan n-parafin.
1. Produk Antara. Yang termasuk produk antara antara lain amonia,
metanol, carbon black, urea, etil alcohol, etilklorida, kumen (cumene),
propilen-oksida, butil alcohol, isobutilena, nitrobenzen, nitrotoluena, PTA

15
(purified terephthalic acid), TPA (Terephthalic acid), DMT (dimethyl
terephthalate), kaprolaktam (capiolactam), LAB (liner alkyl benzene), dll.
2. Produk akhir, antara lain urea, carbon black, formaldehida, asetilena,
poli etilena, poli propilena, poli vinil klorida, poli stirena, TNT (trinitro
toluena), poli ester, nilon, poli uretan, LAB-sulfonate” (surfactant), dll.
3. Produk jadi. Pada umumnya berupa barang-barang atau bahanbahan
yang dalam kehidupan kita sehari-hari banyak dipakai dirumah tangga
seperti: plastik-plastik untuk produk-produk elektronik dan
telekomunikasi, plastik-plastik untuk rumah tangga (ember plastik,
kantong/karung plastik, botol-botol/kemasan plastik), peralatan plastik
untuk industri mobil dan pesawat terbang, Baju dan kaus kaki yang
dibuat dari benang poliester dan nilon, ban mobil dari bahan campuran
karet dan carbon black, sabun bubuk deterjen dibuat dari “LAB-
sulfonate” dll.
Kemenperin RI menjelaskan bahwa Perusahaan di industri petrokimia di
Indonesia adalah PT.Chandra Asri Petrochemical (industri petrokimia hulu
dengan basis olefin), PT.Trans Pacific Petrochemical Indotama (industri
petrokimia hulu dengan basis aromatik), serta PT. Kaltim Methanol Industri dan
PT. Kaltim Pacific Amoniak (industri petrokimia hulu dengan basis C1 (Metana).
Tabel 3.2 Kapasitas Produksi Perusahaan Petrokimia

16
3.2 Industri Pengilangan Minyak Bumi
Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah
minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan
maupun produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia.
Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak antara lain: minyak
nafta, bensin (gasoline), bahan bakar diesel, minyak tanah (kerosene), dan
elpiji.
Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang sangat kompleks
dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu,
pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Kilang minyak
merupakan salah satu bagian downstream paling penting pada industri minyak
bumi. Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks dan tersusun
dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak tersebut, minyak
mentahakan mengalami sejumlah proses yang akan memurnikan dan
mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang
bermanfaat.
Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak
dapat digolongkan menjadi 5 bagian.
1. Proses Distilasi
Yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini
berlangsung dikolom distilasi atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.

Gambar 3.3 Pemisahan Fraksi Minyak Bumi.

17
2. Proses Konversi
Yaitu proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon.
Berikut beberapa tahapan yang termasuk dalam proses konversi.
a. Dekomposisi dengan cara perengkahan termal dan katalis
(thermal and catalytic cracking).
b. Unifikasi melalui proses alkilasi dan polimerisasi.
c. Alterasi melalui proses isomerisasi dan catalytic reforming.
3. Proses Pengolahan (treatment)
Proses ini dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon
untuk diolah lebih lanjut dan juga untuk diolah menjadi produk akhir.
4. Formulasi dan Pencampuran (blending)
Yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan
bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.
5. Proses lainnya
Antara lain meliputi : pengolahan limbah, proses penghilangan air asin
(sour-waterstripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur
recovery), proses pemanasan, proses pendinginan ,proses pembuatan
hydrogen serta proses-proses pendukung lainnya.

Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak yang dioperasikan oleh


Pertamina, antara lain:
- Pertamina Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan, Sumatra Utara
(Kapasitas 5 ribu barel/hari). Kilang minyak pangkalan brandan sudah
ditutup sejak awal tahun 2007
- Pertamina Unit Pengolahan II Dumai/Sei Pakning, Riau (Kapasitas
Kilang Dumai 127 ribu barel/hari, Kilang Sungai Pakning 50 ribu
barel/hari)
- Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, Sumatra Selatan (Kapasitas 145
ribu barel/hari)
- Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap (Kapasitas 548 ribu barel/hari)

18
- Pertamina Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas
266 ribu barel/hari)
- Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat (Kapasitas 125 ribu
barel/hari)
- Pusdiklat Migas Cepu, Jawa Tengah (Kapasitas 45 ribu barel/hari)
- Pertamina Unit Pengolahan VII Sorong, Irian Jaya Barat (Kapasitas 10
ribu barel/hari)
Gambar 3.4 Flowsheet Penyulingan Minyak Bumi.

19
3.2.1 Peralatan Pengolahan Minyak Bumi
Kilang minyak (refinery unit) merupakan suatu area yang di dalamnya
berisi alat-alat produksi yang memiliki fungsi masing-masing dalam hal
pengolahan minyak bumi menjadi produk jadi. Setiap alat telah tersusun
sebagaimana mestinya sesuai dengan flow diagram proses seperti pada
gambar di atas. Berikut ini meruapakan beberapa jenis peralatan utama pada
proses pengolahan minyak mentah beserta fungsinya masing-masing, yaitu :
Tabel 3.5 Peralatan Proses Pengolahan Minyak Bumi.

1. Pompa
Alat ini merupakan bagian penting dalam suatu instalasi pada kilang
minyak, digunakan untuk memindahkan liquid dari suatu tempat ke tempat lain.
pada proses destilasi, pompa digunakan untuk mentransferkan fluida dari
dalam tanki penampungan bahan baku menuju kolom destilasi, umunya pompa
yang digunakan ialah pompa jenis cenrifugal.
2. Heat Exchanger
Heat Exchanger merupakan alat penukar kalor (panas) antar liquid, pada
proses destilasi alat ini digunakan untuk memanaskan minyak mentah yang
akan dimasukkan ke dalam kolom destilasi serta untuk mendinginkan fraksi
yang keluar dari dalam kolom. Kedua zat yang memiliki temperatur yang
berbeda dibatasi oleh dinding sehingga kedua zat tersebut tidak akan
bercampur pada zaat terjadinya proses pertukaran panas.

20
3. Desalter
Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk menghilangkan garam
yang terdapat di dalam kandungan minyak bumi. Cara kerja dari alat ini yaitu
dengan mencampurkan minyak mentah dengan air agar mineral yang
terkandung di dalam minyak bumi akan terlarut dengan air, selanjutnya akan
dikontakkan dengan plat yang dialiri dengan tegangan listrik AC, maka secara
otomatis ion-ion yang terdapat di dalam minyak akan ditarik ke katup-katup plat,
air yang telah berisi mineral akan membesar dan jatuh ke bawah dasar tanki
desalter.
4. Furnace
Furnace adalah proses dimana terjadinya pemanasan minyak mentah
yang mengalir di dalam pipa sebelum dimasukkan kedalam kolom destilasi.
Panas yang digunkan berasal dari hasil pembakaran fuel oil maupun gas
dengan suhu sekitar 350°C, di dalam furnace terdapat susunan pipa yang
merupakan media yang dipanaskan kemudian panas tersebut akan diserap
oleh liquid yang mengalir di dalam pipa, proses perpindahan panas terjadi
dengan tiga cara yaitu konduksi, radiasi dan konveksi.
5. Kolom Destilasi
Crude oil yang telah dipanaskan, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam
kolom destilasi, kolom ini berbentuk bejana dengan material baja dan memiliki
tekanan 1 atm. Fungsi dari kolom ini ialah sebagai tempat terjadinya
penguapan molekul-molekul minyak bumi dan kemudian dipisahkan kedalam
fraksi-fraksi tertentu sesuai dengan titik didihnya. Pemisahan terjadi dengan
menggunakan tray-tray khusus, dimana suatu fraksi dengan titik tertentu akan
tertampung pada tray tertentu pula. Molekul yang memiliki titik didih paling
rendah yaitu gas akan berada pada bagian puncak kolom dan fraksi berat (long
residu) akan tetap berada pada bagian bawah kolom. Hasil dari kolom destilasi
ini terdiri dari gas (20°C), Naphta (40°C), Kerosen (120°C), Diesel (170°C),
Lubricating oil atau pelumas (300°C) dan residu (350°C).

21
6. Kolom Stripper
Peralatan proses pengolahan minyak bumi selanjutnya yaitu kolom
stripper, kolom ini memiliki bentuk yang mirip dengan kolom destilasi hanya
saja ukurannya lebih kecil, alat ini berfungsi untuk mengeluarkan fraksi yang
lebih ringan dari dalam fraksi yang lebih berat, contohnya fraksi naphta yang
terikut masuk kedalam penampungan fraksi kerosen. Cara kerja dari alat ini
yaitu penguapan biasa dengan menggunakan injeksi steam dari dasar kolom
sebagai sumber panas.
7. Condensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mencairkan fraksi gas
yang merupakan hasil dari kolom destilasi. Gas tersebut didapatkan dari bagian
atas kolom yang merupakan fraksi yang memiliki titik didih terendah. Cara kerja
dari kondensor ini yaitu pertukaran panas, dengan cara gas akan dimasukkan
kedalam ruangan pada alat tersebut, diamana di dalamnya terdapat pipa-pipa
yang berisi air ( sebagai pendingin), gas tersebut akan mengalami kontak
dengan permukaan luar pipa sehingga panasnya (panas latent) akan diserap
oleh air pendingin yang membuat temperatur dari gas tersebut akan menurun
dan akan terkondensasi.
8. Cooler
Coler adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan suatu produk
yang memiliki panas yang tinggi sehingga tidak dapat ditampung di dalam tanki.
Media pendingin pada alat ini sama halnya dengan kondensor yaitu media air.
Cara kerjanya yaitu pipa-pipa yang berisi produk panas akan melewati media
pendingin air sehingga panas dari produk tersebut akan terserap dan
menurunkan temperaturnya hingga mencapai temperatur normal.
9. Seperator
Separator digunakan untuk memisahkan dua zat yang tidak dapat
melarut, misalnya air dan minyak atau minyak dan gas. Cara kerjanya yaitu
dengan cara pengendapan, sehingga zat yang memiliki densitas yang tinggi
(misalnya air) akan berada pada bagian bawah sedangkan zat yang memiliki

22
densitas yang rendah akan berada pada bagian atas (minyak), selanjutnya
salah satu zat tersebut akan dikeluarkan baik itu minyak maupun air.
10. Perpipaan
Sistem perpipaan dalam indutri migas sangatlah diperlukan, tanpa
adanya pipa maka proses di dalam kilang tidak akan terjadi. Pipa berfungsi
sebagai tempat mengalirnya suatu fluida dari suatu tempat ke tempat lain. Pipa
terbuat dari berbagai jenis bahan tergantung dari karakteristik liquid yang akan
dialirkan didalamnya. Khusus untuk mengalirkan minyak, jenis pipa yang
digunakan biasanya terbuat dari baja dengan paduan serat carbon.
11. Instrument
Instrument ialah sistem control yang terdiri dari data-data suatu proses
yang sedang terjadi di lapangan. Fungsi dari instrument yaitu menjaga
kestabilan dan memantau suatu proses produksi sehingga proses tersebut
dapat berjalan sesuai dengan jalur yang ditetapkan. Contoh sederhana dari
peralatan instrumen yaitu control valve (katup) yang digunakan untuk mengatur
jumlah aliranan fluida dalam pipa baik itu secara manual maupun dengan
kendali jarak jauh.
3.3 Industri Pencairan Gas Alam
Gas biasanya dicairkan terlebih dahulu dengan tujuan agar
mempermudah saat pengangkutannya dengan volume yang relatif lebih kecil.
Proses pencairan ini dilaksanakan di dalam suatu pabrik pencairan gas alam
atau sering disebut dengan NGL Plant (Natural Gas Liqufaction Plant),
sehingga menghasilkan gas alam cair LNG (Liquified Natural Gases).
Gas alam (LNG) yang sudah dicairkan pada suhu -160°C akan
mengalami penyusutan volume sebesar kurang lebih 1/600 kali dari volume gas
mula-mula serta untuk LPG akan mengalami penyusutan antara 230-260 kali
dari volume semula. Proses pencairan ini merupakan ketentuan khusus agar
mempermudah proses handling, terutama saat gas alam tersebut akan
disimpan maupun di distribusikan agar tidak memakan tempat, misalnya saja
saat akan diexport dengan tanker dan disimpan dalam tangki. Setelah gas

23
tersebut akan digunakan oleh konsumen, maka bentuknya akan diubah kembali
di ruang bakar mesin atau dapur industri.
Pencairan gas alam terdiri dari berbagai macam proses, mulai dari
pemurnian/pembersihan hingga proses pencairan Proses dasar pencairan gas
alam menjadi LNG adalah sebagai berikut :
1. Proses Treating (pembersihan)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan fraksi berat serta impuritis
lainnya, seperti O2 dan gas-gas berat (mercury dan sulfur) serta metal-
metal berbahaya seperti air raksa dengan memakai solvent sebagai
pelarut atau penyerap.
2. Dehydration (Penghilangan Air)
Proses ini sering juga disebut sebagai pengeringan, yaitu proses
penghilangan uap air dengan menggunakan molecular sieve adsorbtion.
Seperti yang kita ketahui, air akan mudah membeku pada suhu 0°C
sedangkan temperatur yang digunakan untuk mencairkan gas jauh
dibawah suhu tersebut. Oleh karena itu air tersebut perlu dihilangkan
karena dapat menyumbat pipa dan alat lainnya saat mengalami
pembekuan.
3. Fraksinasi
Selanjutnya gas akan dipisahkan sesuai dengan komponen
penyusunnya pada proses fraksinasi. Biasanya komponen penyusun
yang dipisahkan terdiri dari metana, propana, etana, butana serta
pentana. Setelah unsur-unsur senyawa tersebut terpisah, maka
komponen tersebut akan menuju ke tahap prosesnya masing-masing,
yaitu: metana akan didinginkan pada MHE hingga membentuk cair,
butana dan propana juga akan menuju MHE sebagai pendingin gas yang
akan dicairkan, butana dan propana akan diolah sebagai LPG,
sedangkan pentana biasanya akan dijadikan sebagai kondensat dan
dikirim ke upsteam untuk diolah kembali sehingga dapat menghasilkan
bahan bakar hidrokarbon berat.

24
4. Proses Pencairan
Pada tahap ini gas akan didinginkan hingga mencapai suhu dimana gas
tersebut akan mengalami pengembunan serta menaikkan tekanan gas
untuk mempermudah proses pengembunannya/pencairan. Untuk
mendinginkan gas alam menjadi LNG diperlukan suhu sekitar -160°C
atau sering disebut dengan Cryogenic Temperature.

Menurut CNBC Indonesia, sumber pasokan LNG di Indonesia berasal


dari lapangan-lapangan wilayah kerja blok-blok migas dalam negeri, yakni :
1. Wilayah Aceh dan Sumatra Bagian Utara (Region I)
2. Sumatra Bagian Tengah, Sumatra Bagian Selatan, Kepulauan Riau dan
Jawa Bagian Barat (Region II)
3. Wilayah Kalimantan Pasokan Gas Bumi (Region V)
4. Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Region VI)

Tabel 3.5 Flowsheet Pembuatan Gas Alam.

25
3.4 Industri Plastik
Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau monomer. Plastik
yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen,
chlorine atau belerang di tulang belakang. Tulang-belakang adalah bagian dari
rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan.
Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan bergantung dari
tulang-belakang (biasanya digantung sebagai bagian dari monomer sebelum
menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer).
Pengesetan ini oleh grup pendant telah membuat plastik menjadi bagian tak
terpisahkan di kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer
tersebut.
Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer
dan bisa juga terdiri dari zat Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik.
Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari
fakta bahwa banyak dari mereka malleable, memiliki properti keplastikan.
Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam property yang dapat
menoleransi panas, keras, reliency dan lain-lain. Digabungkan dengan
kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan
memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Plastik
merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak
abad ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya
beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun
1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan material
plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60 kg/orang/tahun, di Amerika
Serikat mencapai 80 kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2
kg/orang/tahun. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami
(seperti: permen karet, shellac) sampai ke material alami yang dimodifikasi
secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul
buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

26
3.4.1 Jenis Plastik
Plastik dibagi menjadi dua klasifikasi utama berdasarkan
pertimbanganpertimbangan ekonomis dan kegunaannya : plastik komoditi dan
plastik teknik. Plastik- plastik komoditi dicirikan oleh volumenya yang tinggi dan
harga yang murah. Plastik ini bisa diperbandingkan dengan baja dan aluminium
dalam industri logam. Mereka sering dipakai dalam bentuk barang yang bersifat
pakaibuang (disposable) seperti lapisan pengemas, namun ditemukan juga
pemakaiannya dalam barang-barang yang tahan lama. Plastik teknik lebih
mahal harganya dan volumenya lebih rendah, tetapi memiliki sifat mekanik
yang unggul dan daya tahan yang lebih baik. Mereka bersaing dengan logam,
keramik dan gelas dalam berbagai aplikasi.
Plastik komoditi pada prinsipnya terdiri dari empat jenis polimer utama:
polietilena, polipropilena, polivinil klorida dan polistirena. Polietilena dibagi
menjadi produk massa jenis rendah (0,94 g/cm3 ). Polietilena massa jenis tinggi
secara essensial merupakan polimer linier dan polietilena massa jenis rendah
bercabang). Plastik-plastik komoditi mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi
termoplastik, dan sisanya terbagi diantara kopolimer stirena-butadiena,
kopolimer akrilonitril-butadiena-stirena (ABS), poliamida dan polyester. Plastik-
plastik teknik yang utama diperlihatkan pada tabel plastik-plastik teknik yang
utama, secara alfabetis bersama-sama dengan bab-bab yang membahasnya.
Konsumsi plastik teknik dunia hingga akhir 80-an mencapai kira-kira 1,5 x 109
kg/tahun, diantaranya poliamida, polikarbonat, asetal, poli(fenilena oksida), dan
polyester mewakili 99% dari pemasaran. Yang tidak diperlihatkan adalah
bahan-bahan berkualitas teknik dari kopolimer akrilonitril-butadiena-stirena,
berbagai polimer terflourinasi, dan sejumlah kopolimer dan paduan polimer
yang meningkat jumlahnya.
Ada banyak kesamaan dalam pasaran plastik-plastik teknik, tetapi
plastic-plastik ini dipakai, terutama dalam bidang transportasi (mobil, truk,
pesawat udara), konstruksi (perumahan, instalasi pipa ledeng, perangkat
keras), barangbarang konsumsi. Selain polimer-polimer yang telah
diperlihatkan, kopolimer dan paduan polimer teristimewa yang disesuaikan

27
untuk memperbaiki sifat (mutu) pun bertambah jumlahnya. Pemasaran plastik-
palstik teknik tumbuh dengan cepat dengan proyeksi pemakaian yang menarik
hingga 10% pertahun pada masa-masa mendatang.
Tabel 4.1 Plastik-plastik komoditi
Tipe Singkatan Kegiatan Utama

Polietilena massa jenis LDPE Lapisan pengemas, isolasi


Rendah kawat dan kabel, barang
mainan, botol fleksibel,
perabotan, bahan pelapis
Polietilena massa jenis HDPE Botol,Drum, Pipa, Saluran,
tinggi lembaran,film,isolasi kawat
dan kabel.
Polipropilena PP Bagian-bagian mobil
perkaskas, tali, anyaman,
karpet, film.
Polivinil klorida PVC Bahan bangunan, pipa
tegar, bahan
untuk lantai, isolasi kawat
dan kabel, film dan
lembaran

Polistirena PS Bahan pengemas (busa


dan film), isolasi busa,
perkakas, perabotan
rumah, barang mainan.
Sumber : Kimia Polimer, 2001

Plastik dapat digolongkan berdasarkan pada beberapa faktor


diantaranya :
1. Sifat Fisiknya
a. Termoplastik
Termoplastik merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi
dengan proses pemanasan ulang. Contoh dari termoplastik itu sendiri adalah :
polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, dan juga polikarbonat (PC).

b. Termoset.

28
Termoset merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak
lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya.
Contoh dari thermoset itu sendiri adalah : resin epoksi, bakelit, resin melamin,
dan jufga urea-formaldehida.
2. Kinerja dan Pengunaannya
a. Plastik Komoditas
- sifat mekanik tidak terlalu bagus
- tidak tahan panas
- Contohnya : PE, PS, ABS, PMMA, SAN
- Aplikasi : barang elektronik, pembungkus makanan, botol minuman.
b. Plastik Teknik
- Tahan panas, temperatur operasi di atas 100 °C
- Sifat mekanik bagus
- Contohnya : PA, POM, PC, PBT
- Aplikasi : komponen otomotif dan elektronik
c. Plastik Teknik Khusus
- Temperatur operasi di atas 150 °C
- Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500 Kgf/cm²)
- Contohnya : PSF, PES, PAI, PAR
- Aplikasi : komponen pesawat
3. Berdasarkan Jumlah Karbonnya
a. C1 ~ C4 Gas (LPG, LNG)
b. C5 ~ C11 Cair (bensin)
c. C9 ~ C16 Cairan dengan viskositasrendah
d. C16 ~ C25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
e. C25 ~ C30 Padat (parafin, lilin)
f. C1000 ~ C3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)

4. Berdasarkan Sumbernya

29
a. Polimer Alami
Seperti kulit binatang, kayu, kapas, karet alam dan rambut.
b. Polimer Sintetis
- Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen, dan polistiren
- Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
- Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan dasarnya
dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga
kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya).

30
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Plastik (PE)
Plastik adalah bahan yang elastik, tahan panas, mudah dibentuk, lebih
ringan dari kayu, dan tidak berkarat oleh adanya kelembapan. Plastik selain
harganya murah, juga dapat digunakan sebagai isolator dan mudah diwarnai.
Sedangkan kelemahan plastik adalah tidak dapat dihancurkan (degredasi).
Contoh plastik adalah polietilena, polistirena, (Styron, Lustrex, Loalin), poliester
(Mylar, Celanex, Ekonol), polipropilena (Poly- Pro, Pro-fax), polivinil asetat.
Polietilena atau PE (Poly – Eth, Tygothene, Pentothene) adalah polimer
dari etilena (CH2 = CH2) dan merupakan plastik putih mirip lilin, dapat dibuat
dari resin sintetik dan digolongkan dalam termoplastik (plastik tahan panas).
Polietilena mempunyai sifat daya tekan baik, tahan bahan kimia, kekuatan
mekanik rendah, tahan kelembapan, kelenturan tinggi, hantaran elektrik rendah.
Berdasar kerapatannya PE dibagi dua yaitu PE dengan kerapatan rendah
(digunakan sebagai pembungkus, alat rumah tangga dan isolator) dan yang
berkerapatan tinggi (dimanfaatkan sebagai drum, pipa air, atau botol).
Plastik disamping mempunyai kelebihan dalam berbagai hal, ternyata
limbahnya dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Penyebabnya yaitu
sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah. Untuk mengatasi masalah
ini para pakar lingkungan dan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu telah
melakukan berbagai penelitian dan tindakan, diantaranya yaitu dengan cara
mendaur ulang limbah plastik, Namun cara ini tidak terlalu efektif.
4.2 Jenis-Jenis Plastik
4.2.1 Plastik Polietilentereftalat (PET)
Plastik PET merupakan serat sintetik poliester (dakron) yang transparan
dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan
tidak rapuh. Dalam hal penggunaannya, plastik PET menempati urutan
pertama. Penggunannya sekitar 72 % sebagai kemasan minuman dengan
kualitas yang baik. Plastik PET merupakan poliester yang dapat dicampur

31
dengan polimer alam seperti sutera, wol dan katun untuk menghasilkan bahan
pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya. Bahan plastik ini
biasanya digunakan sebagai kemasan minuman, minyak goreng, sambal dan
sebagainya, yang berwarna bening atau tembus pandang. Plastik PET
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai.
Proses dalam Polyethylene Terepthalate (PET) dapat diperoleh dengan
2 cara, yaitu:
1. Reaksi ester exchange antara dimethylterepthalate (DMT) dengan
ethylene glycol (EG)
- Persiapan monomer Bis-Hydroxyethyl Terephthalate
- Reaksi Prepolimerisasi
- Reaksi Polikondensasi
Dalam tahap prepolimerisasi DP meningkat dari 1,5 – 30. Pada akhir
tahap polikondensasi, dimana DP mencapai 100, viskositas polimer
meningkat sampai beberapa ribu poise dan pembatasan transfer massa
menjadi penting. Kecepatan polikondensasi ditentukan oleh laju
pengambilan EG.
2. Reaksi esterifikasi langsung antara terepthalate acid (TPA) dengan
ethylene glycol (EG).
- Reaksi Samping
Dari reaksi yang telah dijelaskan maka akan dibahas lebih lanjut Industri
Pembuatan Polietilen Tereptalat dengan proses/ reaksi esterifikasi
langsung, dengan pertimbanagan sebagai berikut:

32
Proses
Parameter
Ester exchange Esterifikasi langsung

Bahan baku DMT dan EG TPA dan EG

Konversi 90 - 95 % 95 - 99 %

Waktu reaksi 4 - 6 Jam 4 - 8 Jam


Gambar 4.1 Deskripsi Pembuatan PET cara Batch dengan Sistem Slurry

1. Tranportasi TPA

TPA yang berasal dari kontainer bulk dengan bantuan N 2 bertekanan


dikirim ke storage tank, kemudian menuju scale tank untuk
ditimbang,kemudian masuk ke Cyclone untuk dipisahkan TPA dan N2
pembawa. TPA turun ke bawah masuk ke dalam TPA
Hoper,sedangkan N2 masuk ke Bag Filter dan sebagian TPA yang
terbawa disaring dengan Filter Clothes.

2. Distribusi EG

EG ditransfer dengan menggunakan pompa menuju EG measuring,


setelah ditimbang EG turun dan masuk ke dalam mixing vessel agar
bercampur dengan TPA dan membentu slurry.

3. Persiapan Katalis Sb2O3

Sb2O3 mempunyai bentuk berupa serbuk kristal yang mudah larut dalam
EG panas, berfungsi untuk mempertahankan stabilitas thermal dari
reaksi pada proses polykondensasi.

4. Persiapan Zat Pemburam (Dulling Agent)

Persiapan TiO2 dibuat mencapai konsentari tertentu sesuai yang


diinginkan.

5. Proses Mixing

33
Semua bahan baku dari TPA hoper dan EG measuring dicampur sedikit
demi sedikit dalam Tangki Pencampuran dengan Anchor Agitator
dilengkapi Pemecah aliran secara konstan dengan kecepatan 50-60
rpm. Kemudian slurry dimasukan kedalam slurry tank yang dilengkapi
jacket pendingin.

6. Reaksi Esterifikasi

Semua bahan baku yang sudah berbentuk slurry dimasukan ke dalam


reaktor esterifikasi (reaktor jenis CSTR yang dilengkapi dengan
pengaduk, jacket, dan isolasi. Dengan kondisi Tempratur 250
o
C,Tekanan 1 Kg/cm2G , Waktu tinggal 4 jam, Fase Cair, Konversi 97,5
%. Reaksi yang terjadi antara TPA dan EG membentuk BHET dan Air.
Reaksi dikatakan selesai apabila H 2O pada splitter box mencapai
97,5%. Hasil reaksi berupa uap air dan EG berlebih naik menuju kolom
distilasi yang tersambung di bagian atas reaktor. Uap air keluar dari
bagian atas kolom dan menuju kondenser, sedangkan EG yang
terkondensasi dalam kolom dikembalikan kedalam reaktor. BHET dari
bangian bawah reaktor esterifikasi dikeluarkan secara grafitasi dengan
bantuan gas N2 sebagai pendorong.

7. Reaksi Polymerisasi

Merupakan tahap penggabungan molekul-molekul BHET menjadi PET


dengan bantuan katalis. Proses polymerisasi berlangsung pada
tekanan vakum dan perbedaan tempatur dengan menggunakan reaktor
CSTR yang dilengkapi jacket, pengaduk, isolasi. Tempratur awal reaktor
260 oC, dengan adanya panas dari dowtherm dan pengadukan 44 rpm
sehingga tempratur menjadi 300 oC. BHET dalam reaktor sedikit demi
sedikit berpolimerisasi membentuk PET sedangkan uap EG yang
dihasilkan akan terhisap oleh steam ejector dengan tekanan MPS
(Medium Pressure Steam) dan LPS (Low Pressure Steam), sedangkan
air yang terbentuk di tampung di hot well. Steam ejector menghisap uap
EG juga berfungsi memvakumkan reaktor polykondensasi. EG yang

34
sudah divakumkan dipisahkan dengan condensor (pendingin air) dan
eliminator sehingga EG yang tealh dipisahkan turun kembali dengan
gaya grafitasi menuju primary EG receiver dan secondary EG receiver
lalu masuk ke dalam tangki R-EG untuk di recovery dan dipakai kembali
sebagai bahan baku bersama EG murni pada R- Esterifikasi.
Pengambilan EG dengan memvakumkan, mengakibatkan
pembentukan rantai molekul, semakin panjang rantai molekul maka
berat molekul semakin tinggi, sehingga nilai viskositas intrisik akan naik
sesuai dengan angka yang diinginkan.

8. Hasil samping

Diethylene Glycol (DEG) merupakan hasil reaksi samping dari EG


berlebih dalam suasana asam. Pembentukan DEG sangat sulit
dihilangkan , namun jumlahnya dapat diperkecil dengan mongontrol
tempratur atau menambahkan katalis Tetra Ethylene Amonium
Hidroksida (TEAH).

Proses polimerisasi berlangsung 2-3 jam diakhiri dengan kondisi suhu


300 oC. PET yang dihasilkan selanjutnya dialiri ke tahap extrusi.

- Tahap Ektrusi

PET dalam bentuk lelehan yang dihasilkan dari reaktor polimerisasi


dimasukan ke dalam die head. Disini terjadi proses perubahan fisik dari lelehan
menjadi strand (serat dengan ukuran cukup besar). Dengan batuan N 2
bertekanan tinggi lelehan PET ditekan melalui celah spineret yang ada dalam
die head pada tempratur 291 oC. Strand keluar dari die head (lubang spineret)
setelah mengalami pendinginan secara tiba- tiba dengan air pada suhu 17 oC.
Selanjutnya strand masuk USG (Under Strand Granulator) Cutter untuk
dipotong kecil-kecil dengan ukuran 3 x 3 x 5 mm. untuk mengurangi kadar air
chips PET diseprotkan dengan udara bertekanan 3 kg/cm 2G.

35
Gambar 4.2. Plastik Polietilentereftalat (PET).

- Perhitungan

Rumus :

berat sampah(kg)
Berat Jenis =
volume sampah(m3)

Rumus :

w−d
Kadar Air : M = x 100 %
w

4.2.2 High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE (High-density polyethylene) adalah polimer termoplastik yang


terbuat dari proses pemanasan minyak bumi. Sifatnya keras, tahan terhadap
suhu tinggi, dan dapat dibentuk menjadi beragam benda tanpa kehilangan
kekuatannya. Lapisan HDPE cenderung terlihat buram setelah diproses, dan
dapat didaur ulang.

Plastik HDPE dibuat dengan cara memanaskan minyak bumi


menggunakan suhu sangat tinggi. Proses ini disebut “cracking”, dirancang
untuk menciptakan gas etilena. Molekul-molekul gas tersebut kemudian
berkumpul dan diolah menjadi polimer, bahan utama polyethylene. Hasil
akhirnya adalah gumpalan mentah (HDPE resin) yang siap dibentuk.

36
Gambar 4.3 Reaksi pembentukan High Density Polyethylene (HDPE)

Gambar 4.4 Flowsheet High Density Polyethylene (HDPE)

Gambar 4.5 Contoh Plastik High Density Polyethylene (HDPE)

37
HDPE adalah salah satu plastik terpopuler untuk pembuatan benda
kebutuhan sehari-hari. Kegunaan plastik HDPE sangat beragam, mulai dari
produk rumah tangga, kemasan produk, hingga material konstruksi. Paduan
kepadatan struktur serta kemudahan produksi membuatnya tak tergantikan
sebagai bahan penting untuk pembuatan barang-barang kita. Inilah beberapa
Berikut ini Contoh penggunaan Plastik HDPE untuk penggunaan harian :

1. Botol Plastik

Botol plastik HDPE biasanya hadir sebagai botol minum isi ulang. Produk
ini terkenal dengan permukaan yang sedikit buram, tebal, dan kaku—cocok
untuk menyimpan minuman bersuhu dingin atau hangat.

2. Mainan

Mainan anak yang ideal harus kuat, tidak mudah pecah atau
menimbulkan serpihan, dan tidak melepaskan senyawa berbahaya. HDPE yang
kuat serta antikorosi populer sebagai bahan pembuatan mainan seperti balok
susun, figur mini, atau mainan aktivitas seperti masak-masakan. HDPE juga
tidak mudah pudar dan bisa mempertahankan warna mainan lebih lama.

3. Wadah untuk Bahan Kimia

Kemampuan HDPE resin menahan efek kontak dengan bahan kimia


membuatnya populer sebagai wadah berbagai senyawa. Bahan ini mampu
menahan efek cairan asam, basa, alkohol, minyak sayur, dan keton. Akan
tetapi, beberapa senyawa seperti minyak mineral, hidrokarbon aromatik, dan

38
agen oksidasi karena senyawa kimia tersebut juga mudah mengoksidasi
bahan-bahan lain seperti logam dan plastik.

4. Sistem Pipa

Sistem pipa ideal harus kuat, tahan karat, tidak mudah bocor, mampu
menahan suhu ekstrem, mudah disesuaikan dengan beragam konstruksi, serta
tidak terlalu mahal. Karakteristik HDPE membuatnya cocok sebagai bahan
sistem pipa. Kemampuannya menahan efek kontak dengan bahan kimia juga
membuatnya cocok untuk pembuatan sistem pipa industri.

4.2.3 Cara Membuat Plastik HDPE Dan Proses Pembuatan Plastik Kresek

1. Bahan Baku Utama


Kantong Plastik HD / Plastik Kresek menggunakan bahan baku utama HDPE
(High Density Polyethylene). HDPE adalah hasil polimerisasi dari etilena yang
mempunyai densitas 0.940 atau lebih besar, termasuk homo dan ko-polimer
dengan α olefin yang lebih besar. Bahan produksi bisa menggunakan murni
100%, atau campuran recycle aval tergantung kualitas dan kebutuhan.

2. Bahan Pewarna
Bahan kedua yang tidak kalah pentingnya adalah pewarna plastik.
Warna untuk bahan plastik bermacam-macam, mulai dari merah, biru, hijau,
kuning, putih, dan sebagainya.

39
3. Mesin Aduk
Langkah selanjutnya adalah mencampur bahan-bahan tersebut
menggunakan mesin aduk. Jika ingin menghasilkan bahan murni, maka
memakai 100% bahan murni. Jika menginginkan kualitas sedang, maka
komposisinya adalah 49% bahan murni, 49% bahan recycle, dan 2% warna.
Pada saat menggunakan bahan recycle, maka harus dipertimbangkan
pengurangan warna karena bahan recycle telah mengandung warna.

4. Mesin Blowing
Setelah bahan tercampur dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah
melumerkan bahan dan meniup bahan menjadi kantong plastik menggunakan

40
mesin blower. Suhu ideal untuk pelumeran adalah 200 derajat celcius, namun
juga tergantung kualitas bahan yang diaduk. Ukuran plastik bisa diatur
ukurannya mulai dari tebal, lebar, dsb. Contohnya lebar 15 cm, 24 cm, 30 cm.
Kemudian plastik akan digulung secara otomatis dan menjadi roll plastik.

5. Mesin Potong
Roll Plastik yang sudah jadi siap dipotong menggunakan mesin potong plastik.
Panjangnya bisa diatur, mulai dari 32 cm, 40 cm, 44 cm, dsb. Ada mesin potong
lebih canggih, yaitu setiap kelipatan jumlah tertentu akan langsung dilipat dan
siap dimasukkan ke dalam bungkus.

6. Mesin Plong
Hasil plastik yang telah dipotong akan membentuk persegi panjang.
Supaya plastik memiliki pegangan yang bisa dibawa, dibutuhkan proses
pemotongan plastik menggunakan mesin plong. Mesin ini ada yang bertipe
manual dan juga otomatis. Bentuk dan ukuran bisa diatur sesuai ukuran plastik.
Variasi bisa ditambahkan, misalnya ada lubang kecil untuk gantungan di
tembok.

41
7. Hasil Akhir

4.2.4 Polivinil klorida (PVC)

Dalam proses yang ketiga, yaitu Proses PVC, vinil klorida (VCM)
dipolimerisasi menjadi resin polivinil klorida (PVC) dalam reactor batch. Setelah
proses polimerisasi, sisa VCM yang tidak bereaksi dalam proses polimerisasi
kemudian dipisahkan dari resin PVC melalui proses stripping. Resin PVC
kemudian dikeringkan hingga didapat resin PVC berkualitas tinggi dengan
tingkat kemurnian tinggi yang memenuhi standard kesehatan dan higienis
internasional disamping memenuhi standard teknis untuk tuntutan aplikasi yang
tinggi.

Gambar 4.6 Reaksi polimerisasi PVC

Gambar 4.7 Flowsheet polivinil klorida (PVC)

42
Gambar 4.8 Contoh Plastik PVC

4.3 Alat-alat yang Digunakan


a. Plastik Polietena/Polietilena (PET)

Terdapat dua jenis plastik PET, yaitu Low Density Polyethylene (LDPE)
dan High Density Polyethylene (HDPE). Plastik LDPE banyak digunakan
sebagai kantung plastik serta pembungkus makanan dan barang. Plastik
HDPE banyak digunakan sebagai bahan dasar membuat mainan anak-
anak, pipa yang kuat, tangki korek api gas, badan radio dan televisi,
serta piringan hitam.

43
b. Polivinil Klorida (PVC)
Plastik PVC bersifat termo plastik dengan daya tahan kuat. Plastik
ini juga bersifat tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan organik.
Ada dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel. Plastik
bentuk kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, mainan
anak-anak, pipa PVC (paralon), meja, lemari, piringan hitam, dan
beberapa komponen mobil. Adapun plastic bentuk fleksibel, jenis ini
digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik. Dalam hal
penggunaannya, plastic PVC menempati urutan ketiga dan sekitar 68%
digunakan untuk konstruksi bangunan (pipa saluran air) karena hanya
sekitar 4% yang dapat didaur ulang. sisanya menggunung di tempat
penampungan sampah. Sebagian besar plastik yang digunakan
masyarakat merupakan jenis plastik polietilena. Ada dua jenis polietilena,
yaitu high density polyethylene (HDPE) dan low density polyethylene
(LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik minuman,
sedangkan LDPE untuk kantong plastic.
4.4 Proses Pembuatan Plastik
Agar plastik bisa menjadi seperti yang Anda lihat saat ini,
maka membutuhkan Proses pembuatan plastik yang lumayan panjang. Karena
ada beberapa jenis plastik dengan ketahanan berbeda, maka
sebenarnya Proses pembuatan plastik itu berbeda-beda. Namun secara garis
besarnya Proses pembuatan plastik bisa dijelaskan dalam beberapa tahap
berikut ini :
1. Injection Molding
Pada tahapan pertama dalam Proses pembuatan plastik ini maka
plastik pada awalnya masih berupa pellet atau biji plastik. Nantinya biji plastik
itu akan dimasukkan ke dalam sebuah tabung yang memiliki pemanas, di
dalamnya akan terjadi proses pelelehan biji plastik dengan menggunakan
sekrup yang ada di dalam tabung tersebut. Nantinya setelah dilelehkan maka
lelehan plastik itu akan dibawa masuk ke dalam cetakannya.
2. Ekstrusi

44
Proses kedua dalam Proses pembuatan plastik yang disebut dengan
ekstrusi ini adalah proses dimana lelehan biji plastik itu kemudian ditekan
secara terus menerus sehingga dengan demikian bisa lebih lebur dan halus.
Dalam pemanasan plastik itu tentunya membutuhkan suhu yang amat panas
dalam Proses pembuatan plastik ini.
3. Thermoforming
Pada tahapan ini maka lelehan biji plastik tadi telah berubah menjadi
lempengan atau lembaran yang kemudian nantinya akan dipanaskan kembali
dan dimasukkan ke dalam sebuah cetakan lainnya. Pada tahap ini waktunya
tidak begitu lama untuk melanjutkan ke tahapan selanjutnya.
4. Blow Molding
Pada tahap yang terakhir ini, lelehan biji plastik yang telah membentuk
bentuk lain yaitu pipa ini akan ditiup secara terus menerus ke cetakan
selanjutnya yang kemudian terbentuklah plastik yang siap dibentuk dan
dilakukan proses selanjutnya menjadi sebuah benda yang berguna untuk
kehidupan manusia.
4.5 Penggunaan Plastik Untuk Makanan Dan Minuman
Plastik yang biasa digunakan untuk membungkus makanan dan
minuman atau yang dibentuk menjadi tempat makanan atau botol minuman
perlu diperhatikan dengan benar.
Jika Anda mengggunakan bungkus plastik atau kantong plastik sebagai
pembawa makanan dan minuman Anda maka Anda tidak boleh
membiarkannya dalam waktu yang lama dalam plastik itu. Terutama jika plastik
yang anda gunakan itu membawa makanan dan minuman dalam suhu yang
panas. Biasanya plastik yang digunakan menjadi pembungkus makanan dan
minuman merupakan plastik yang tidak tahan terhadap suhu panas sehingga
dengan demikian bahan kimia yang ada pada plastik tersebut bisa meleleh dan
kemudian berpindah ke makanan dan minuman yang ada di dalamnya. Proses
ini tentunya akan membuat makanan dan minuman yang dibawa menggunakan
plastik itu menjadi tidak sehat lagi.
Adanya perpindahan bahan kimia dalam plastik ke dalam makanan dan

45
minuman ini adalah hal yang sangat diperhatikan. Sehingga dengan demikian
jika Anda menggunakan plastik untuk membungkus makanan dan minuman
maka sebaiknya jangan terlalu lama, segera pindahkan makanan dan minuman
ke tempat lain sehingga perpindahan bahan kimia tidak terjadi. Kemudian
semakin panas makanan dan minuman yang ada di dalamnya juga bisa
mempercepat proses pemindahan bahan kimia itu menjadi semakin cepat lagi.
Oleh karena itu sebaiknya agar Anda tetap sehat hindari penggunaan plastik
untuk membungkus makanan dan minuman. Meski Proses pembuatan
plastik sudah dibuat dengan sedemikian rupa namun tentunya plastik yang
memiliki banyak kelebihan ini juga memiliki kekurangan seperti yang sudah
dikatakan sebelumnya. Anda sendiri tahu bahwa dalam Proses pembuatan
plastik itu juga membutuhkan proses yang lama, Dan terdapat campuran
berbagai material buatan yang didalamnya terdapat bahan kimia dalam jumlah
banyak yang tentunya membuat plastik yang dibuat dalam Proses pembuatan
plastik itu menjadi tercampur dengan banyak bahan kimia. Karena plastik ini
sangat banyak digunakan dalam keseharian maka Anda hanya perlu
mensiasatinya atau mengurangi penggunaannya sebisa mungkin, karena kini
pun Anda sudah tahu dampak dan Proses pembuatan plastik.

46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari permasalahan dan pembahasan, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Polimer merupakan suatu molekul raksasa (makromolekul) yang
terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui
ikatan kimia.
2. Teknik Polumerisasi terbagi menjadi dua sistem, yaitu sistem
homogen dan sistem heterogen.
3. Terdapat banyak jenis industry yang berhubungan dengan polimer
seperti industry petrokimia, industry pengilangan minyak bumi,
industry pencairan gas alam, industry plastik dan lainnya.
4. Plastik PET merupakan serat sintetik poliester (dakron) yang
transparan dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap
udara, fleksibel, dan tidak rapuh.
5. Plastik HDPE banyak digunakan sebagai bahan dasar membuat
mainan anak-anak, pipa yang kuat, tangki korek api gas, badan
radio dan televisi, serta piringan hitam.
6. Plastik PVC bersifat termo plastik dengan daya tahan kuat. Plastik
ini juga bersifat tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan
organik.
5.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

47
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi. (2002). Kelapa Sawit Edisi Revisi Cetakan XIV. Jakarta: Penebar
Swadaya.
https://docplayer.info/72389946-Makalah-industri-plastik.html
https://kemenperin.go.id/direktori-perusahaan?
what=plastik&prov=0&hal=33
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Naibaho, P. (1998). Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan.
Novia, S. C. (2016). Jurnal Teknik ITS Vol. 5 No. 2. Studi Analisa Ekonomi
Pabrik CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) Dari Buah
Kelapa Sawit.
Risdiyanto, S.T, M.T. Forum Teknologi Vol. 05 No.4 Mengenal Kilang
Pengolahan Minyak Bumi (Refinery) Di Indonesia. 46-54
Siahaan, J. d. (1997). Sifat Nutrisional Karotenoid Minyak Sawit Merah.
Warta PPKS Medan, 21-27.
Sulaiman, Fatah. (2016). Mengenal Industri Petrokimia. Jakarta: Untirta
Press.
Suwono. (2003). Indonesia's Potential Contribution of Biomass in
Sustainable Energy Development. Bandung: Bandung Institute of
Technology.
Zainal, F. (2009). Jurnal Penelitian SAINS Vol.12 No.1. Kinetika Reaksi
Oksidasi Asam Miristat, Stearat dan Oleat dalam Medium Minyak
Kelapa, Minyak Kelapa Sawit serta Tanpa Medium.

48

Anda mungkin juga menyukai