Disusun Oleh:
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “polimerisasi
dalam industri” ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Di dalam penulisan laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Dan tidak lupa kami mohon maaf bila terjadi kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupaun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat
menjadi lebih baik.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
4.1 Pendahuluan............................................................................................27
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................35
5.1 Kesimpulan..............................................................................................35
3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
4
BAB I
PENDAHULUANA
5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan polimer?
2. Apa saja contoh produk dari polimerisasi?
3. Alat-alat dalam Industri Petrokimia?
4. Bahan-bahan dalam Industri Petrokimia?
5. Produk-Produk Petrokimia?
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
polimer ini sebagai plastik yang digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk
rumah tangga, industri, atau mainan anak-anak.
Polimer sintetis yang pertama kali yang dikenal adalah bakelit yaitu hasil
kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan kelahiran
Belgia Leo Baekeland pada tahun 1907. Bakelit merupakan salah satu jenis dari
produk-produk konsumsi yang dipakai secara luas. Beberapa contoh polimer yang
dibuat oleh pabrik adalah nylon dan poliester, kantong plastik dan botol, pita
karet, dan masih banyak produk lain dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
polimer-polimer sintesis dikembangkan sebagai pengganti sutra. Gagasan untuk
proses tersebut adalah benang-benang sintesis yang dibentuk di pabrik diambil
dari laba-laba.
2. Polimer Alam
Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, Polimer alam
adalah senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme makhluk hidup.
jumlahnya yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil, mudah
menyerap air, tidak stabil karena pemanasan dan sukar dibentuk menyebabkan
penggunaanya amat terbatas. Contoh sederhana polimer alam seperti; Amilum
dalam beras, jagung dan kentang, pati, selulosa dalam kayu, protein terdapat
dalam daging dan karet alam diperoleh dari getah atau lateks pohon karet.
Protein, DNA, kitin pada kerangka luar serangga, wol, jaring laba-laba,
sutera dan kepompong ngengat, adalah polimer-polimer yang disintesis secara
alami. Serat-serat selulosa yang kuat menyebabkan batang pohon menjadi kuat
dan tegar untuk tumbuh dengan tinggi seratus kaki dibentuk dari monomer-
monomer glukosa, yang berupa padatan kristalin yang berasa manis. Polimer alam
lain adalah polisakarida, selulosa dan lignin yang merupakan bahan dari kayu.
8
nukleat (sel)
5. Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon karet
9
(-P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P-)n
10
2.2.4 Penggolongan Polimer Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya polimer dibedakan atas:
1. Polimer Linear
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom skeletal yang dapat
mengikat gugus substituen. Polimer ini biasanya dapat larut dalam beberapa
pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal. Polimer ini terdapat
sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas).
Contoh : Polietilena, poli(vinil klorida) atau PVC, poli (metil metakrilat)
(juga dikenal sebagai PMMA, Lucite, Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril
(orlon atau creslan) dan nylon 66.
2. Polimer Bercabang
Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear dengan
percabangan pada struktur dasar yang sama sebagai rantai utama.
3. Polimer Jaringan Tiga Dimensi (Three-Dimension Network)
Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan kimianya
terdapat antara rantai. Bahan ini biasanya di “swell” (digembungkan) oleh pelarut
tetapi tidak sampai larut. Ketaklarutan ini dapat digunakan sebagai kriteria dari
struktur jaringan. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin kecil
jumlah penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang cukup tinggi,
polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang tak dapat
digembungkan, misalnya intan (diamond). Polimer linear dan bercabang memiliki
sifat:
1. Lentur
2. Berat molekul relatif kecil
3. Termoplastik
11
(PP), polistirena (PS), polivinilklorida (PVC), melamin formaldehidKegunaan
sehari-hari dari polimer ini ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel Contoh dan Kegunaan Polimer Komersial
Polimer Komersial Kegunaan atau Manfaat
Polietilena massa jenis rendah(LDPE) Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan
kabel, barang mainan, botol yang
lentur, bahan pelapis
Polietilena massa jenis rendah(HDPE) Botol, drum, pipa, saluran, lembaran,
film, isolasi kawat dan kabel
Polipropilena (PP) Tali, anyaman, karpet, film
Poli(vinil klorida) (PVC) Bahan bangunan, pipa tegar, bahan
untuk lantai, isolasi kawat
Polistirena (PS) Bahan pengemas (busa), perabotan
rumah, barang mainan
2. Polimer Teknik (Engineering Polymers)
Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan sebagian lagi di
negara maju. Polimer ini cukup mahal dan canggih dengan sifat mekanik yang
unggul dan daya tahan yang lebih baik. Polimer ini banyak dipakai dalam bidang
transportasi (mobil, truk, kapal udara), bahan bangunan (pipa ledeng), barang-
barang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan
barang-barang konsumsi. Contoh: Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester
3. Polimer Fungsional (Functional Polymers)
Polimer ini dihasilkan dan dikembangkan di negara maju dan dibuat untuk
tujuan khusus dengan produksinya dalam skala kecil. Contoh: kevlar, nomex,
textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya, membran,
biopolimer.
12
a). Polimer alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Contoh: karet alam,
karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
b) Polimer semi sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi
polimer alam dan bahan kimia. Contoh : selulosa nitrat (yang dikenal lewat
misnomer nitro selulosa) yang dipasarkan dibawah nama-nama
(“Celluloid” dan “guncotton”
c). Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari
monomer – monomer polimer.
2. Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya
Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
a). Polimer linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan
satu sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.
b). Polimer bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
c). Polimer berikatan silang (Cross – linking), yaitu polimer yang terbentuk
karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai
utamanya. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer
jaringan.
3. Berdasarkan Reaksi Polimerisasi
Dibagi menjadi 2 kelompok :
a). Poliadisi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi adisi. Reaksi adisi atau
reaksi rantai adalah reaksi penambahan (satu sama lain) molekul-molekul
monomer berikatan rangkap atau siklis biasanya dengan adanya suatu
pemicu berupa radikal bebas atas.
b). Polikondensasi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi
kondensasi/reaksi bertahap. Mekanisme reaksi polimer kondensasi
identik dengan reaksi kondensasi senyawa bobot molekul rendah
yaitu: reaksi dua gugus aktif dari 2 molekul monomer yang berbeda
berinteraksi dengan melepaskan molekul kecil. Contohnya H2O. Bila
13
hasil polimer dan pereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus
berlangsung sampai salah satu pereaksi habis.
4. Berdasarkan Jenis Monomer
Dibagi atas dua kelompok:
a). Homopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari penggabungan monomer
sejenis dengan unit berulang yang sama.
b). Kopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari beberapa jenis monomer
yang berbeda.
5. Berdasarkan Sifat Termal
Dibagi 2 yaitu:
a). Termoplastik, yaitu polimer yang bisa mencair dan melunak. Hal ini
disebabkan karena polimer – polimer tersebut tidak berikatan silang
(linier atau bercabang) biasanya bisa larut dalam beberapa pelarut.
b). Termoset, yaitu polimer yang tidak mau mencair atau meleleh jika
dipanaskan. Polimer – polimer termoset tidak bisa dibentuk, dan tidak
dapat larut karena pengikatan silang, menyebabkan kenaikan berat
molekul yang besar (Suryani,2012).
2. Sifat Kelenturan
Polimer akan mempunyai kelenturan yang berbeda dengan polimer
sintetis. Umumnya polimer alam agak sukar untuk dicetak sesuai keinginan,
sedangkan polimer sintetis lebih mudah dibuat cetakan untuk menghasilkan
bentuk tertentu. Karet akan lebih mudah mengembang dan kehilangan
kekenyalannya setelah terlalu lama kena bensin atau minyak.
14
3. Ketahanan terhadap Mikroorganisme
Polimer alam seperti wool, sutra, atau selulosa tidak tahan terhadap
mikroorganisme atau ulat (rayap). Sedangkan polimer sintetis lebih tahan terhadap
mikroorganisme atau ulat.
4. Sifat Lainnya
Sifat polimer yang lainnya bergantung pemakainnnya untuk kemasan atau
alat-alat industri. Untuk tujuan pengemasan harus diperhatikan :
Toksisitasnya
Daya tahan terhadap air, minyak atau panas
Daya tembus udara (oksigen)
Kelenturan
Transparan
15
2.6 Kegunaan dan Dampak Polimerisasi
Dalam kehidupan sehari-hari banyak barang-barang yang digunakan
merupakan polimer sintetis mulai dari kantong plastik untuk belanja, plastik
pembungkus makanan dan minuman, kemasan plastik, alat-alat listrik, alat-alat
rumah tangga, dan alat-alat elektronik. Setiap kita belanja dalam jumlah kecil,
misalnya diwarung, selalu kita akan mendapatkan pembungkus plastik dan
kantong plastik (keresek).
Barang-barang tersebut merupakan polimer sintetis yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme. Akibatnya, barang-barang tersebut akan
menumpuk dalam bentuk sampah yang tidak dapat membusuk. Atau menyumbat
saluran air yang menyebabkan banjir. Sampah polimer sintetis jangan dibakar,
karena akan menghasilkan senyawa dioksin. Dioksin adalah suatu senyawa gas
yang sangat beracun dan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker).
Plastik vinyl chloride tidak berbahaya, tetapi monomer vinyl chloride
sangat beracun dan karsinogenik yang mengakibatkan cacat lahir. Plastik yang
digunakan sebagai pembungkus makanan, jika terkena panas dikhawatirkan
monomernya akan terurai dan akan mengontamiasi makanan.
Untuk mengurangi pencemaran plastik:
1. Kurangi penggunaan plastik
2. Sampah plastik harus dipisahkan dengan sampah organik, sehingga dapat
didaur ulang.
3. Jangan membuang sampah plastik sembarangan.
4. Sampah plastik jangan dibakar.
Untuk menghindari bahaya keracunan akibat penggunaan plastik :
1. Gunakan kemasan makanan yang lebih aman, seperti gelas.
2. Gunakan penciuman, jika makanan/minumam bau plastik jangan
digunakan.
16
2.7 Teknik Polimerisasi
2.7.1 Sistem Homogen
Sistem homogen dilakukan secara:
1. Polimerisasi Massa (Bulk Polymerisation)
Teknik Polimerisasi:
a. Teknik polimerisasi ini bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi,
reaksinya sedikit eksotermis, viskositas campuran rendah sehingga dapat
diaduk, panas dapat berpindah melalui pengeluaran gelembung.
b. Khusus untuk polimerisasi massa pada monomer vinil sulit dilakukan
karena reaksi sangat eksotermis, masalah pada perpindahan panas, dan
viskositas bertambah pada awal reaksi
c. Sistem ini jarang digunakan secara komersial untuk pembuatan polimer
vinil, kecuali untuk membuat polimetil metakrilat tuang (cast PMMA).
17
Bagaimanapun, perlu dipilih pelarut yang benar sehingga tidak terjadi
chain transfer dan polimer yang dihasilkan digunakan dalam larutan.
b. Contoh polimerisasi larutan: konversi polivinil asetat menjadi polivinil
alkohol, ester akrilik.
Kondisi pemprosesan
1. Emulsifier adalah sabun asam lemak
2. Agen chain transfer adalah merkaptan
3. Inisiator adalah persulfat yang larut dalam air
4. Peran sabun adalah membentuk micelles (kumpulan dari 50-100 molekul
sabun)
5. Bagian monomer masuk ke dalam micelles, tetapi lebih banyak dijumpai
dalam bentuk tetesan dengan ukuran diameter 1 mikrometer atau lebih
18
6. Polimer terbentuk dalam micelles sabun
7. Micelles tumbuh dengan adanya adisi monomer dari fase aqueous dan dari
tetesan monomer
8. Laju polimerisasi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi sabun.
2. Polimerisasi Suspensi (Suspension Polymerization)
Teknik polimerisasi:
a. Polimerisasi berlangsung dalam sistem aqueous dengan monomer sebagai
fase terdispersi, menghasilkan polimer yang berada pada fase solid
terdispersi
b. Inisiator terlarut dalam fase monomer
c. Dispersi monomer terjadi tetesan dipertahankan dengan kombinasi
pengadukan dan dan penggunaan stabilisator yang larut dalam air
(misalnya metil selulosa, gellatin, sodium poliakrilat)
d. Polimer dibebaskan dari stabilisator dengan pencucian dan dilanjutkan
dengan pengeringan
e. Metode polimerisasi ini digunakan secara komersil.untuk menghasilkan
polimer vinil yang keras dan glassy, seperti polistirena, polimetil
metakrilat, polivinil klorida, dan poliakrilonitril
f. Contoh polimerisasi suspensi adalah pembuatan PMMA, dengan
formulasi:
Tabel 1: Komposisi Bahan-Bahan untuk Pembuatan PMMA
Komposisi Bagian per Berat
Metil metakrilat 100
Inisiator peroksida 0,5
Air 350
Stabilisator 0,01-1
19
Polipropilen Larutan
Polisopren Larutan
Polivinil asetat Emulsi
Kopolimer Stirena-butadiena Emulsi
Polivinil klorida Emulsi, Suspensi
Polisulfida Suspensi
Polimetil metakrilat Suspensi, Bulk
Polistirena Suspensi, Bulk
BAB III
JENIS – JENIS INDUSTRI
20
sandang, karet, sintetis, plastik, dll. Contoh produk-produk industri petrokimia
hulu antara lain Methanol, Ethylene, Propylene, Butadine, Benzene, Toluene,
Xylenes, Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel Oil, Raffinate dan
Mixed C4.
21
2. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang
mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik
dengan proses polimerisasi dari migas, misalnya:
a. Plastik-plastik sintetik
b. Serat-serat sintetik
c. Karet-karet sintetik, dll.
22
Gambar 3.2 Flowsheet Pencairan Gas
Gas alam (LNG) yang sudah dicairkan pada suhu -160°C akan mengalami
penyusutan volume sebesar kurang lebih 1/600 kali dari volume gas mula-mula
serta untuk LPG akan mengalami penyusutan antara 230-260 kali dari volume
semula. Proses pencairan ini merupakan ketentuan khusus agar mempermudah
proses handling, terutama saat gas alam tersebut akan disimpan maupun di
distribusikan agar tidak memakan tempat, misalnya saja saat akan diexport dengan
tanker dan disimpan dalam tangki. Setelah gas tersebut akan digunakan oleh
konsumen, maka bentuknya akan diubah kembali di ruang bakar mesin atau dapur
industri.
23
berbahaya seperti air raksa dengan memakai solvent sebagai pelarut atau
penyerap.
24
proses dasar pencairan gas alam, semoga artikel ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.
25
Polietilena massa jenis Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan kabel, barang
rendah(LDPE) mainan, botol yang lentur, bahan pelapis
26
Ekstruksi Cetak ahli/transfer
Cetak embus Cetak injeksi
Termoforming Cetak injeksi reaktif
Cetak plastik
Cetak putar Diperkuat
Dalam tabel diatas, dikenal begitu banyak teknik pemrosesan plastik.
Dalam menentukan teknik yang tepat perlu diperhatikan hal-hal berikut: (Hartono,
1993).
Apakah komponennya termoplastik ataukah thermoset.
Bentuk komponenya.
Jumlah produk yang diperlukan dan laju pembuatannya.
27
Olefin terdiri dari gugus alkena (CnH2n) dan siklo parapin, kelompok
senyawa olefin atau juga disebut etilen terdiri dari senyawa rantai lurus yang tak
jenuh yang mempunyai ikatan rangkap menghubungkan dua atom karbon.
kelompok senyawa olefin antara lain etena, propena, butena, pentena dan lain-
lain. Olefin tidak terdapat dalam minyak mentah, tetapi terbentuk dalam distilasi
minyak mentah atau dalam proses perengkahan, oleh karena itu dalam bensin
rengkahan banyak mengandung senyawa olefin. Olefin merupakan bahan dasar
utama dalam industri petrokimia, misalnya etilena (C2H4) dan propilena (C3H6).
c. Napthena
Nafthena yang terdiri dari hidrokarbon cincin jenuh, mempunyai rumus
umum (CnH2n) karena senyawa hidrokarbon ini mempunyai sifat kimia seperti
senyawa hidrokarbon parafin dan mempunyai struktur molekul siklis, maka
senyawa ini juga disebut sikloparafin. Senyawa hidrokarbon nafthena yang
terdapat dalam minyak bumi ialah siklopentan dan sikloheksan yang terdapat
dalam fraksi naphtha dan fraksi minyak bumi dengan titik didih yang lebih tinggi.
28
a. Fraksi Pertama
Pada fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan
kembali dan dikenal dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas).
LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih
lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
b. Fraksi Kedua disebut Nafta (gas bumi).
Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah lebih lanjut pada tahap
kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.
c. Fraksi Ketiga atau Fraksi Tengah
Pada fraksi ini dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur (bahan
bakar pesawat jet).
d. Fraksi keempat
Fraksi keempat ini sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
e. Fraksi Kelima
Fraksi kelima disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang
dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon
lainnya, dan sisanya sebagai aspal dan lilin.
2. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil
unit pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Non Bahan Bakar Minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih
baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar. Proses pengolahan
lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini :
a. Cracking (Pemecahan)
Proses cracking yaitu proses pemecahan hidrokarbon molekul-molekul
besar dalam fraksi minyak bumi menjadi molekul yang lebih kecil. Contohnya
pengubahan solar menjadi minyak tanah.
b. Polimerisasi
29
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil dalam
minyak bumi menjadi molekul yang besar. Contohnya penggabungan isobutena
dengan isobutana menjadi isooktana yang merupakan bensin bermutu tinggi.
c. Reforming
Reforming adalah pengubahan molekul bensin yang bermutu rendah
menjadi bermutu baik. Contohnya mengubah hidrokarbon rantai lurus menjadi
hidrokarbon rantai bercabang.
d. Isomering
Isomering adalah susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa
menambah atau mengurangi bagian asal. Contohnya mengubah n-butana menjadi
isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.
e. Kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair
(melting point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin,
melalui proses pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin
dan minyak filter.
f. Treating
Treating adalah proses pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan
zat-zat pengotornya, yaitu pengotor yang menimbulkan bau tak sedap, lumpur,
belerang dsb.
g. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin
yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak
bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambahkan pada proses pengolahannya.
30
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Pendahuluan
Kolom distilasi pada suatu pabrik sangat dibutuhkan untuk dapat
memisahkan komponen-kompenen yang ada di dalam suatu campuran. Umumnya
kolom distilasi yang digunakan adalah kolom distilasi yang sederhana karena
komponen-komponen yang berada di dalam campuran umumnya dapat dipisahkan
berdasarkan titik didih sehingga lebih efisien dan murah. Pemisahan komponen-
komponen dari campuran liquid melalui proses distilasi bergantung pada
perbedaan titik didih masing-masing komponen. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi adalah konsentrasi komponen yang ada. Campuran liquid akan
memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Nilai titik didih berkaitan dengan
nilai tekanan uap campuran liquid. Oleh karena itu, proses distilasi bergantung
pada tekanan uap campuran liquid. Tekanan uap adalah tekanan keseimbangan
yang dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan liquid.
Semua proses distilasi yang ada dalam kilang minyak bumi mempunyai
prinsip yang sama. Distilasi memerlukan beberapa peralatan penting mulai dari
vessel kolom distilasi, kondenser, dan reboiler. Proses pemisahan secara distilasi
dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran dimana antara komponen satu
dengan komponen lainnya mempunyai derajat volatilitas yang cukup besar dan
dalam keadaan standar berupa cairan saling melarutkan menjadi campuran
homogen.
Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya dalam waktu tertentu pada suhu dan tekanan tertentu, agar terjadi
kesetimbangan antara uap dan sisa cairan. Fase uap yang mengandung lebih
banyak komponen yang lebih menguap menunjukkan proses pemisahan memang
31
terjadi. Sehingga jika uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan
secara berulang-ulang, maka pada akhirnya akan diperoleh komponen-komponen
dalam keadaan yang relatif murni.
Distilasi terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1. Vessel yang berbentuk silinder vertikal, berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kontak antara cairan dan uap
2. Peralatan internal, berupa tray atau packing yang digunakan untuk
menaikkan efisiensi pemisahan
3. Kondenser, berfungsi mengkondensasikan uap yang meninggalkan kolom
dari bagian puncak kolom
4. Reboiler, berfungsi untuk menguapkan kembali liquid di bagian dasar
kolom
5. Reflux drum, sebagai tempat untuk menampung liquid hasil kondensasi
uap oleh kondensor yang akan digunakan sebagai refluks (liquid
dikembalikan ke dalam kolom)
32
Keadaan campuran dan komposisi feed akan mempengaruhi pengoperasian
dari kolom distilasi dan jumlah stage dalam pemisahan. Selain itu, penting
juga untuk menentukan lokasi tray feed.
2. Refluks
Pemisahan semakin baik jika uap dan cairan dikontakkan secara intens dan
terus-menerus. Oleh karena itu, ada aliran keluaran atas yang setelah
dikondensasikan akan dialirkan kembali ke kolom distilasi yang
dinamakan aliran refluks. Selain itu, dengan adanya refluks kita dapat
mengurangi jumlah tray untuk menghasilkan kualitas pemisahan yang
sama.
3. Kondisi aliran uap dan cairan
Kualitas dari aliran uap dan cairan sangat mempengaruhi kualitas
pemisahan yang dihasilkan. Berbagai properties yang dimiliki uap dan
cairan tersebut akan mempengaruhi kontak uap-cairan seperti lamanya
waktu kontak dan luas area kontak.
a. Klasifikasi Distilasi
1. Distilasi berdasarkan prosesnya, yaitu :
a. Distilasi Kontinyu
b. Distilasi Batch
2. Berdasarkan basis tekanan operasinya, yaitu :
a. Distilasi atmosferik (0,4-5,5 atm mutlak)
b. Distilasi vakum (≤ 300 mmHg pada bagian atas kolom)
c. Distilasi tekanan (≥ 80 psia pada bagian atas kolom)
3. Berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu :
a. Distilasi sistem biner
b. Distilasi sitem multi komponen
4. Berdasarkan sistem operasinya terbagi dua, yaitu :
a. Single-stage Distillation
b. Multi stage Distillation
33
b. Metode Distilasi
Beberapa metode distilasi yang lazim digunakan pada skala laboratorium
adalah:
a. Distilasi ASTM/Distilasi Engler (ASTMD-86)
Merupakan distilasi diferensial sederhana, dimana sampel minyak bumi
dididihkan sampai habis menguap. Uap yang terjadi diembunkan dalam
kondensor dan tetes cairan hasil pengembunan (distilat) ditampung dalam
gelas ukur. Temperatur uap yang bergerak ke kondensor dan volume
cairan diukur bersamaan
Hasil distilasi dapat digunakan untuk menganalisa minyak mentah
Analisa cepat
Banyak digunakan untuk mengontrol operasi
Diaplikasikan untuk minyak mentah dan produk-produknya
Tekanan yang digunakan adalah tekanan atmosferik
Pemanasan diatur sedemikian rupa 5 – 10 menit untuk memperoleh tetesan
pertama, hasil dikumpulkan dengan kecepatan 4 – 5 cc per menit
Temperatur uap tetesan pertama disebut dengan Initial Boiling Point (IBP)
Temperatur uap maksimum pada tetesan terakhir disebut End Point
b. Distilasi Hempel (ASTM D-285)
Prosedur pengujian sama dengan distilasi Engler, namun dengan kuantitas
sampel lebih banyak. Selain itu peralatan distilasi Hempel dilengkapi
dengan coloumn packing yang dipasang antara labu didih dengan saluran
uap ke kondensor. Distilasi ini dilakukan berdasarkan metode ASTM D-
285 yang meliputi pemotongan fraksi-fraksi pada tekanan atmosferik,
dilanjutkan pada tekanan hampa 40 mmHg, dan analisis terhadap fraksi.
c. Distilasi True Boiling Point / TBP (ASTMD-2892)
Distilasi TBP dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
menghasilkan derajat fraksionasi minimal. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan :
34
1. Kolom yang menghasilkan kontak sangat baik antara uap dan cairan
refluks
2. Sarana pembangkit cairan refluks yang memungkinkan pengaturan laju alir
refluks
Derajat kemurnian relatif tinggi,setiap komponen terpisahkan dengan baik
(dari komponen ringan sampai dengan komponen berat)
Kondisi operasi, tekanan atmosferik, dan temperatur sampai dengan
316oC, kemudian dilanjutkan dengan tekanan vakum dengan tujuan
mencegah perengkahan fraksi minyak yang lebih berat
Volume minyak mentah 1000 –5000 sehingga volume distilat setiap fraksi
banyak dan cukup untuk analisa kualitatif.
35
1. Pengolahan Tahap Pertama
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat,
yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih
masing-masing fraksi. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap
berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut
menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu makin
rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah
naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya, sehingga komponen
yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa
gas. Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi :
a. Fraksi Pertama
Pada fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan
kembali dan dikenal dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas).
LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih
lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
b. Fraksi Kedua disebut nafta (gas bumi).
Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah lebih lanjut pada tahap
kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.
c. Fraksi Ketiga atau Fraksi Tengah
Pada fraksi ini dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur (bahan
bakar pesawat jet).
d. Fraksi keempat
Fraksi keempat ini sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
e. Fraksi Kelima
Fraksi kelima disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang
dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon
lainnya, dan sisanya sebagai aspal dan lilin.
36
2. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil
unit pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Non Bahan Bakar Minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih
baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar. Proses pengolahan
lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini :
a. Cracking (Pemecahan)
Proses cracking yaitu proses pemecahan hidrokarbon molekul-molekul
besar dalam fraksi minyak bumi menjadi molekul yang lebih kecil. Contohnya
pengubahan solar menjadi minyak tanah.
b. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil dalam
minyak bumi menjadi molekul yang besar. Contohnya penggabungan isobutena
dengan isobutana menjadi isooktana yang merupakan bensin bermutu tinggi.
c. Reforming
Reforming adalah pengubahan molekul bensin yang bermutu rendah
menjadi bermutu baik. Contohnya mengubah hidrokarbon rantai lurus menjadi
hidrokarbon rantai bercabang.
d. Isomering
Isomering adalah susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa
menambah atau mengurangi bagian asal. Contohnya mengubah n-butana menjadi
isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.
e. Kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair
(melting point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin,
melalui proses pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin
dan minyak filter.
f. Treating
37
Treating adalah proses pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan
zat-zat pengotornya, yaitu pengotor yang menimbulkan bau tak sedap, lumpur,
belerang dsb.
g. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin
yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak
bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambahkan pada proses pengolahannya.
38
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini sebagai berikut :
1. Polimer adalah suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut
polimer (poly = banyak; mer = bagian).
2. Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya Yaitu yang berasal dari alam
(polimer alam) dan di polimer yang sengaja dibuat oleh manusia (polimer
sintetis):
3. Petrokimia adalah suatu industri yang bergerak pada pengolahan bahan
kimia dengan menggunakan bahan baku dari hasil proses pengolahan
minyak bumi dan gas bumi. Jadi industri petrokimia adalah industri yang
berkembang berdasarkan suatu pola yang mengkaitkan produk-produk
suatu minyak bumi yang tersedia, dengan kebutuhan masyarakat akan
bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Minyak bumi adalah salah satu hasil dari petrokimia yang memanfaatkan
hasil fosil dari hewan. Dalam proses pengkilangannya melalui beberapa
tahap yaitu pengolahan tahap pertama dan pengolahan tahap kedua. Pada
pengolahan tahap pertama dilakukan pemisahan minyak bumi kedalam
fraksi-fraksinya. Sedangkan pada pengolahan tahap kedua dilalui oleh
beberapa proses diantaranya konversi struktur kimia, ekstraksi, kristalisasi,
dan treating.
5. Dalam proses pengkilangan minyak bumi digunakan alat distilasi yang
berfungsi untuk memisahkan komponen-kompenen yang ada di dalam
suatu campuran.
39
6. Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya dalam waktu tertentu pada suhu dan tekanan tertentu, agar
terjadi kesetimbangan antara uap dan sisa cairan.
DAFTAR PUSTAKA
40