Anda di halaman 1dari 40

POLIMERISASI DALAM INDUSTRI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah proses industry kimia II

Disusun Oleh:

Eki Supratiwi 180140044


Mhd Azrin 180140045
Vini Nurmazaya 180140053
Devia Ayu Setyowati 180140064
M. Safrizal 180140086
Dicky Ajay Syahputra 180140183
Sella Anjani 180140188
M Hekal Safaur 180140200

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “polimerisasi
dalam industri” ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Di dalam penulisan laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Dan tidak lupa kami mohon maaf bila terjadi kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupaun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat
menjadi lebih baik.

lhokseumawe, 3 februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Pengertian Polimer....................................................................................3

2.2 Penggolongan Polimer..............................................................................3

2.3 Klasifikasi Polimer....................................................................................9

2.4 Sifat-Sifat Polimer...................................................................................10

2.5 Reaksi Polimerisasi dan Polimerisasi Adisi............................................11

2.6 Kegunaan dan Dampak Polimerisasi.......................................................12

2.7 Teknik Polimerisasi.................................................................................13

BAB III JENIS – JENIS INDUSTRI.....................................................................17

3.1 Industri Petrokimia..................................................................................17

3.2 Pencairan Gas Alam................................................................................18

3.3 Industri Plastik.........................................................................................21

3.4 Pengilangan Minyak Bumi......................................................................23

BAB IV TUGAS KHUSUS...................................................................................27

4.1 Pendahuluan............................................................................................27

4.2 Proses Pengilangan Minyak Bumi..........................................................31

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................35

5.1 Kesimpulan..............................................................................................35

3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

4
BAB I
PENDAHULUANA

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia era globalisasi ini, sering kita jumpai bahan-bahan kimia
yang secara tidak langsung kita gunakan dalam sehari-hari. Pada saat ini kami
akan menjelaskan beberapa pengetahuan tentang bahan kimia polimer, yang
diterapkan dalam keseharian kita. Sebagai contoh yang sering kita jumpai sehari-
hari diantaranya kertas, plastik, serat dan sebagainya. Lalu apa sebenarnya
Polimer itu? Polimer adalah molekul raksasa atau makromolekul. Polimer
terbentuk dari gabungan rantai molekul-molekul sederhana (monomer) yang
sangat panjang sekali. Reaksi pembentukan polimer dikenal dengan sebutan
polimerisasi. Polimer alamiah mencakup protein (seperti sutra, serat otot, dan
enzim), polisakarida (pati dan selulosa), karet, dan asam-asam nukleat. Polimer
buatan manusia hampir sama aneka ragamnya dengan polimer alam.
Apakah kalian pernah melihat ibu kalian menggoreng telur dengan
menggunakan penggorengan teflon? Bila struktur teflon ditentukan, maka
molekul teflon ditemukan mengandung rantai karbon dengan mengikat atom-atom
fluorin. Tetra fluoroetena (tetra fluoroetilena) merupakan molekul yang sangat
non polar dan relatif kecil ukurannya serta cenderung berupa gas pada suhu
kamar.
Manusia sudah berabad-abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak,
aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer modern baru mulai
berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear
berhasil memproduksi bentuk karet alami yang berguna melalui proses yang
dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik
keras dari nitrocellulose) berhasil dikomersialisasikan. Diperkenalkannya vinyl,
neoprene, polystyrene, dan nilon pada tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’
dalam penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang.

5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan polimer?
2. Apa saja contoh produk dari polimerisasi?
3. Alat-alat dalam Industri Petrokimia?
4. Bahan-bahan dalam Industri Petrokimia?
5. Produk-Produk Petrokimia?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan pembahasan kami disini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
bagi kami tentang polimer, selain itu makalah ini dibuat dengan tujuan agar
mahasiswa dapat memahami tentang Industri Petrokimia, alat yang digunakan
dalam Industri Petrokima, bahan-bahan dalam Industri Petrokimia, serta produk-
produk yang di hasilkan dari Industri Petrokimia, serta untuk menyelesaikan tugas
kuliah yang diberikan oleh dosen.
Adapun pembahasan dari artikel ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari polimer
2. Penggolongan polimer
3. Klasifikasi polimer
4. Sifat-sifat polimer
5. Reaksi polrimerisasi dan polimerisasi adisi
6. Kegunaan dan dampak polimer

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Polimer


Polimer adalah suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia (poly = banyak;
mer = bagian). Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul
yang kecil (monomer), saling berikatan dalam suatu rantai. Jenis-jenis monomer
yang saling berikatan membentuk suatu polimer terkadang sama atau berbeda.
Sifat-sifat polimer berbeda dari monomer-monomer yang menyusunnya.
Polimer merupakan senyawa-senyawa yang tersusun dari molekul sangat
besar yang terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil.
Molekul yang kecil disebut monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun
beberapa jenis. Polimer adalah sebuah molekul panjang yang mengandung rantai-
rantai atom yang dipadukan melalui ikatan kovalen yang terbentuk melalui proses
polimerisasi dimana molekul monomer bereaksi bersama-sama secara kimiawi
untuk membentuk suatu rantai linier atau jaringan tiga dimensi dari rantai polimer.
Polimer didefinisikan sebagai makromolekul yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil dan sederhana yang setara dengan monomer, yaitu
bahan pembuat polimer.

2.2 Penggolongan Polimer


2.2.1 Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya
1. Polimer Sintetis
Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis.
Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya rayon,
yaitu serat sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah
polimer yang dibuat dari molekul sederhana (monomer) dalam pabrik atau
polimer yang dibuat dari bahan baku kimia disebut polimer sintetis seperti
polyetena, polipropilena, poly vynil chlorida (PVC), dan nylon. Kebanyakan

7
polimer ini sebagai plastik yang digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk
rumah tangga, industri, atau mainan anak-anak.
Polimer sintetis yang pertama kali yang dikenal adalah bakelit yaitu hasil
kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan kelahiran
Belgia Leo Baekeland pada tahun 1907. Bakelit merupakan salah satu jenis dari
produk-produk konsumsi yang dipakai secara luas. Beberapa contoh polimer yang
dibuat oleh pabrik adalah nylon dan poliester, kantong plastik dan botol, pita
karet, dan masih banyak produk lain dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
polimer-polimer sintesis dikembangkan sebagai pengganti sutra. Gagasan untuk
proses tersebut adalah benang-benang sintesis yang dibentuk di pabrik diambil
dari laba-laba.
2. Polimer Alam
Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, Polimer alam
adalah senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme makhluk hidup.
jumlahnya yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil, mudah
menyerap air, tidak stabil karena pemanasan dan sukar dibentuk menyebabkan
penggunaanya amat terbatas. Contoh sederhana polimer alam seperti; Amilum
dalam beras, jagung dan kentang, pati, selulosa dalam kayu, protein terdapat
dalam daging dan karet alam diperoleh dari getah atau lateks pohon karet.
Protein, DNA, kitin pada kerangka luar serangga, wol, jaring laba-laba,
sutera dan kepompong ngengat, adalah polimer-polimer yang disintesis secara
alami. Serat-serat selulosa yang kuat menyebabkan batang pohon menjadi kuat
dan tegar untuk tumbuh dengan tinggi seratus kaki dibentuk dari monomer-
monomer glukosa, yang berupa padatan kristalin yang berasa manis. Polimer alam
lain adalah polisakarida, selulosa dan lignin yang merupakan bahan dari kayu.

Contoh polimer alam dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


No Polimer Monomer Polimerisasi Contoh
1. Pati/amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian, akar umbi
2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, Kayu, Kapas
3. Protein Asam Kondensasi Susu, daging, telur, wol,
amino sutera
4. Asam Nukleotida Kondensasi Molekul DNA dan RNA

8
nukleat (sel)
5. Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon karet

Sifat-sifat polimer alam kurang menguntungkan. Contohnya, karet alam


kadang-kadang cepat rusak, tidak elastis, dan berombak. Hal tersebut dapat terjadi
karena karet alam tidak tahan terhadap minyak bensin atau minyak tanah serta
lama terbuka di udara. Contoh lain, sutera dan wol merupakan senyawa protein
bahan makanan bakteri, sehingga wol dan sutera cepat rusak. Umumnya polimer
alam mempunyai sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar dicetak,
sehingga sangat sukar mengembangkan fungsi polimer alam untuk tujuan-tujuan
yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

2.2.2 Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya


Berdasarkan jenis monomernya, polimer dapat terdiri atas homopolimer
dan kopolimer.
1. Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yang monomernya sejenis. Contohnya,
selulosa dan protein.
(-P-P-P-P-P-P-P-P-)n
Pada polimer adisi homopolimer, ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan
membentuk polimer yang berikatan tunggal.
2. Kopolimer
Kopolimer atau disebut juga heteropolimer adalah polimer yang
monomernya tidak sejenis. Contoh dakron, nilon-66, melamin (fenol
formaldehida). Proses pembentukan polimer berlangsung dengan suhu dan
tekanan tinggi atau dibantu dengan katalis, namun tanpa katalis struktur molekul
yang terbentuk tidak beraturan. Jadi, fungsi katalis adalah untuk mengendalikan
proses pembentukan struktur molekul polimer agar lebih teratur sehingga sifat-
sifat polimer yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Contoh struktur
rantai molekul polimer tidak beraturan (produk polimerisasi tanpa katalis) adalah
sebagai berikut:

9
(-P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P-)n

 Kopolimer Tidak Beraturan


Pada proses pembentukan polimer yang digunakan katalis, struktur
molekul yang terbentuk akan beraturan. Contoh struktur rantai molekul polimer
teratur (produk polimerisasi dengan katalis) adalah sebagai berikut:
 Sistem blok: (-P-P-P-S-S-S-P-P-P-S-S-S-)n
 Kopolimer blok
 Sistem berseling: (-P-S-P-S-P-S-P-S-P-S-P-S-P
 Kopolimer berseling
 
2.2.3 Penggolongan Polimer Berdasarkan Sifatnya Terhadap Panas
Berdasarkan sifatnya terhadap panas, polimer dapat dibedakan atas
polimer termoplas (tidak tahan panas, seperti plastik) dan polimer
termosting (tahan panas, seperti melamin).
1. Polimer Termoplas
Polimer termoplas adalah polimer yang tidak tahan panas. Polimer tersebut
apabila dipanaskan akan meleleh (melunak), dan dapat dilebur untuk dicetak
kembali (didaur ulang). Contohnya polietilene, polipropilena, dan PVC.
2. Polimer Termosting
Polimer termosting adalah polimer yang tahan panas. Polimer tersebut
apabila dipanaskan tidak akan meleleh (sukar melunak), dan sukar didaur ulang.
Contohnya melamin dan bakelit. Perbedaan sifat-sifat plastik termoplas dan
termoset disimpulkan pada tabel berikut :
Tabel Perbedaan Plastik Termoplast dan Termoset
Plastik Termoplas Plastik Termoset
Mudah diregangkan Keras dan Rigid
Fleksibel Tidak Fleksibel  
Tidak leleh rendah Tidak meleleh jika dipanaskan
Dapat dibentuk ulang Tidak dapat dibentuk ulang

10
2.2.4 Penggolongan Polimer Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya polimer dibedakan atas:
1. Polimer Linear
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom skeletal yang dapat
mengikat gugus substituen. Polimer ini biasanya dapat larut dalam beberapa
pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal. Polimer ini terdapat
sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas).
Contoh : Polietilena, poli(vinil klorida) atau PVC, poli (metil metakrilat)
(juga dikenal sebagai PMMA, Lucite, Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril
(orlon atau creslan) dan nylon 66.
2. Polimer Bercabang
Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear dengan
percabangan pada struktur dasar yang sama sebagai rantai utama.
3. Polimer Jaringan Tiga Dimensi (Three-Dimension Network)
Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan kimianya
terdapat antara rantai. Bahan ini biasanya di “swell” (digembungkan) oleh pelarut
tetapi tidak sampai larut. Ketaklarutan ini dapat digunakan sebagai kriteria dari
struktur jaringan. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin kecil
jumlah penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang cukup tinggi,
polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang tak dapat
digembungkan, misalnya intan (diamond). Polimer linear dan bercabang memiliki
sifat:
1. Lentur
2. Berat molekul relatif kecil
3. Termoplastik

2.2.5 Penggolongan Polimer Berdasarkan Kegunaannya


1. Polimer Komersial (Commodity Polymers)
Polimer ini dihasilkan di negara berkembang, harganya murah dan banyak
dipakai dalam kehidupan sehari hari. Contohnya Polietilen (PE), polipropilen

11
(PP), polistirena (PS), polivinilklorida (PVC), melamin formaldehidKegunaan
sehari-hari dari polimer ini ditunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel Contoh dan Kegunaan Polimer Komersial
Polimer Komersial Kegunaan atau Manfaat
Polietilena massa jenis rendah(LDPE) Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan
kabel, barang mainan, botol yang
lentur, bahan pelapis
Polietilena massa jenis rendah(HDPE) Botol, drum, pipa, saluran, lembaran,
film, isolasi kawat dan kabel
Polipropilena (PP) Tali, anyaman, karpet, film
Poli(vinil klorida) (PVC) Bahan bangunan, pipa tegar, bahan
untuk lantai, isolasi kawat
Polistirena (PS) Bahan pengemas (busa), perabotan
rumah, barang mainan
 
2. Polimer Teknik (Engineering Polymers)
Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan sebagian lagi di
negara maju. Polimer ini cukup mahal dan canggih dengan sifat mekanik yang
unggul dan daya tahan yang lebih baik. Polimer ini banyak dipakai dalam bidang
transportasi (mobil, truk, kapal udara), bahan bangunan (pipa ledeng), barang-
barang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan
barang-barang konsumsi. Contoh: Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester
3. Polimer Fungsional (Functional Polymers)
Polimer ini dihasilkan dan dikembangkan di negara maju dan dibuat untuk
tujuan khusus dengan produksinya dalam skala kecil. Contoh: kevlar, nomex,
textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya, membran,
biopolimer.

2.3 Klasifikasi Polimer        


Polimer dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 
1. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan  sumbernya  polimer  dapat  dikelompokkan  dalam  3
kelompok, yaitu:

12
a). Polimer alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Contoh: karet alam,
karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
b) Polimer semi sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi
polimer alam dan bahan kimia. Contoh : selulosa nitrat (yang dikenal lewat
misnomer nitro selulosa) yang dipasarkan dibawah nama-nama
(“Celluloid” dan “guncotton”
c). Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari
monomer – monomer polimer.
2. Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya
Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
a). Polimer linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan 
satu  sama  lainnya  membentuk  rantai  polimer  yang panjang.
b). Polimer bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
c). Polimer berikatan silang (Cross – linking), yaitu polimer yang terbentuk
karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai
utamanya. Jika  sambungan  silang  terjadi  ke  berbagai  arah  maka  akan
terbentuk  sambung  silang  tiga  dimensi  yang  sering  disebut polimer
jaringan.
3. Berdasarkan Reaksi Polimerisasi
Dibagi menjadi 2 kelompok :
a). Poliadisi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi adisi. Reaksi adisi atau
reaksi rantai adalah reaksi penambahan (satu sama lain) molekul-molekul
monomer berikatan rangkap atau siklis biasanya dengan adanya suatu
pemicu berupa radikal bebas atas.
b). Polikondensasi,   yaitu   polimer   yang   terjadi   karena   reaksi
kondensasi/reaksi bertahap. Mekanisme  reaksi  polimer  kondensasi 
identik  dengan  reaksi kondensasi  senyawa  bobot  molekul  rendah 
yaitu:  reaksi  dua gugus  aktif dari 2 molekul monomer yang berbeda
berinteraksi dengan  melepaskan molekul kecil. Contohnya H2O. Bila

13
hasil polimer dan pereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus
berlangsung sampai salah satu pereaksi habis.
4. Berdasarkan Jenis Monomer
Dibagi atas dua kelompok:
a). Homopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari penggabungan monomer
sejenis dengan unit berulang yang sama.
b). Kopolimer,  yakni  polimer  yang  terbentuk  dari  beberapa jenis monomer
yang berbeda.
5. Berdasarkan Sifat Termal
Dibagi 2 yaitu:
a). Termoplastik, yaitu polimer yang bisa mencair dan melunak. Hal  ini 
disebabkan  karena  polimer  –  polimer  tersebut  tidak berikatan silang
(linier atau bercabang) biasanya bisa larut dalam beberapa pelarut.
b). Termoset, yaitu polimer yang tidak mau mencair atau meleleh jika
dipanaskan. Polimer – polimer termoset tidak bisa dibentuk, dan tidak 
dapat  larut  karena pengikatan silang,  menyebabkan kenaikan berat
molekul yang besar (Suryani,2012).

2.4 Sifat-Sifat Polimer


1. Sifat Thermal
Sifat polimer terhadap panas ada yang menjadi lunak jika dipanaskan dan
keras jika didinginkan, polimer seperti ini disebut termoplas. Contohnya : plastik
yang digunakan untuk kantong dan botol plastik. Sedangkan polimer yang
menjadi keras jika dipanaskan disebut termoset, contohnya melamin.

2. Sifat Kelenturan
Polimer akan mempunyai kelenturan yang berbeda dengan polimer
sintetis. Umumnya polimer alam agak sukar untuk dicetak sesuai keinginan,
sedangkan polimer sintetis lebih mudah dibuat cetakan untuk menghasilkan
bentuk tertentu. Karet akan lebih mudah mengembang dan kehilangan
kekenyalannya setelah terlalu lama kena bensin atau minyak.

14
3. Ketahanan terhadap Mikroorganisme
Polimer alam seperti wool, sutra, atau selulosa tidak tahan terhadap
mikroorganisme atau ulat (rayap). Sedangkan polimer sintetis lebih tahan terhadap
mikroorganisme atau ulat.
4. Sifat Lainnya
Sifat polimer yang lainnya bergantung pemakainnnya untuk kemasan atau
alat-alat industri. Untuk tujuan pengemasan harus diperhatikan :
 Toksisitasnya
 Daya tahan terhadap air, minyak atau panas
 Daya tembus udara (oksigen)
 Kelenturan
 Transparan

2.5 Reaksi Polimerisasi dan Polimerisasi Adisi


Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul kecil
(monomer) yang membentuk molekul yang besar. Ada dua jenis reaksi
polimerisasi, yaitu :polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Polimerisasi
ini terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan tak jenuh (ikatan rangkap
dengan melakukan reaksi dengan cara membuka ikatan rangkap (reaksi adisi) dan
menghasilkan senyawa polimer dengan ikatan jenuh. Polimer kondensasi terjadi
dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau monomer yang
berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan
terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.
Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer
bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan
baru yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya suatu molekul kecil
biasanya air dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap monomer
harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap
ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut
reaksi kondensasi.

15
2.6 Kegunaan dan Dampak Polimerisasi
Dalam kehidupan sehari-hari banyak barang-barang yang digunakan
merupakan polimer sintetis mulai dari kantong plastik untuk belanja, plastik
pembungkus makanan dan minuman, kemasan plastik, alat-alat listrik, alat-alat
rumah tangga, dan alat-alat elektronik. Setiap kita belanja dalam jumlah kecil,
misalnya diwarung, selalu kita akan mendapatkan pembungkus plastik dan
kantong plastik (keresek).
Barang-barang tersebut merupakan polimer sintetis yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme. Akibatnya, barang-barang tersebut akan
menumpuk dalam bentuk sampah yang tidak dapat membusuk. Atau menyumbat
saluran air yang menyebabkan banjir. Sampah polimer sintetis jangan dibakar,
karena akan menghasilkan senyawa dioksin. Dioksin adalah suatu senyawa gas
yang sangat beracun dan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker).
Plastik vinyl chloride tidak berbahaya, tetapi monomer vinyl chloride
sangat beracun dan karsinogenik yang mengakibatkan cacat lahir. Plastik yang
digunakan sebagai pembungkus makanan, jika terkena panas dikhawatirkan
monomernya akan terurai dan akan mengontamiasi makanan.
Untuk mengurangi pencemaran plastik:
1. Kurangi penggunaan plastik
2. Sampah plastik harus dipisahkan dengan sampah organik,  sehingga dapat
didaur ulang.
3. Jangan membuang sampah plastik sembarangan.
4. Sampah plastik jangan dibakar.
Untuk menghindari bahaya keracunan akibat penggunaan plastik :
1. Gunakan kemasan makanan yang lebih aman, seperti gelas.
2. Gunakan penciuman, jika makanan/minumam  bau plastik jangan
digunakan.

Contoh polimer dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

16
2.7 Teknik Polimerisasi
2.7.1 Sistem Homogen
Sistem homogen dilakukan secara:
1. Polimerisasi Massa (Bulk Polymerisation)
Teknik Polimerisasi:
a. Teknik polimerisasi ini bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi,
reaksinya sedikit eksotermis, viskositas campuran rendah sehingga dapat
diaduk, panas dapat berpindah melalui pengeluaran gelembung.
b. Khusus untuk polimerisasi massa pada monomer vinil sulit dilakukan
karena reaksi sangat eksotermis, masalah pada perpindahan panas, dan
viskositas bertambah pada awal reaksi
c. Sistem ini jarang digunakan secara komersial untuk pembuatan polimer
vinil, kecuali untuk membuat polimetil metakrilat tuang (cast PMMA).

2. Polimerisasi Larutan (Solution Polymerisation)


Teknik Polimerisasi:
a. Polimerisasi vinil berlangsung di dalam larutan untuk memudahkan
perpindahan panas (misalnya dengan merefluks pelarut) dan kontrol.

17
Bagaimanapun, perlu dipilih pelarut yang benar sehingga tidak terjadi
chain transfer dan polimer yang dihasilkan digunakan dalam larutan.
b. Contoh polimerisasi larutan: konversi polivinil asetat menjadi polivinil
alkohol, ester akrilik.

2.7.2 Sistem Heterogen


Sistem heterogen dilakukan secara :
1. Polimerisasi Emulsi (Emulsion Polymerization)
Jenis polimerisasi ini dapat menghasilkan polimer dengan berat molekul
tinggi dalam laju yang tinggi.
Teknik polimerisasi:
a. Sistem merupakan dua fase cairan yang tidak saling melarut (aqueous dan
nonaqueous)
b. Fase kontinu aqueous adalah iniisiator, sedangkan fase diskontinu
nonaqueous adalah monomer dan polimer
c. Contoh polimerisasi emulsi adalah pembuatan karet SBR, dengan
formulasi sbb.
Komponen Bagian per Berat
Butadiena 75,0
Stirena 25,0
Air 180,0
Sabun 5,0
Dodesil merkaptan 0,5
Potasium persulfat 0,3

Kondisi pemprosesan
1. Emulsifier adalah sabun asam lemak
2. Agen chain transfer adalah merkaptan
3. Inisiator adalah persulfat yang larut dalam air
4. Peran sabun adalah membentuk micelles (kumpulan dari 50-100 molekul
sabun)
5. Bagian monomer masuk ke dalam micelles, tetapi lebih banyak dijumpai
dalam bentuk tetesan dengan ukuran diameter 1 mikrometer atau lebih

18
6. Polimer terbentuk dalam micelles sabun
7. Micelles tumbuh dengan adanya adisi monomer dari fase aqueous dan dari
tetesan monomer
8. Laju polimerisasi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi sabun.
2. Polimerisasi Suspensi (Suspension Polymerization)
Teknik polimerisasi:
a. Polimerisasi berlangsung dalam sistem aqueous dengan monomer sebagai
fase terdispersi, menghasilkan polimer yang berada pada fase solid
terdispersi
b. Inisiator terlarut dalam fase monomer
c. Dispersi monomer terjadi tetesan dipertahankan dengan kombinasi
pengadukan dan dan penggunaan stabilisator yang larut dalam air
(misalnya metil selulosa, gellatin, sodium poliakrilat)
d. Polimer dibebaskan dari stabilisator dengan pencucian dan dilanjutkan
dengan pengeringan
e. Metode polimerisasi ini digunakan secara komersil.untuk menghasilkan
polimer vinil yang keras dan glassy, seperti polistirena, polimetil
metakrilat, polivinil klorida, dan poliakrilonitril
f. Contoh polimerisasi suspensi adalah pembuatan PMMA, dengan
formulasi:
Tabel 1: Komposisi Bahan-Bahan untuk Pembuatan PMMA
Komposisi Bagian per Berat
Metil metakrilat 100
Inisiator peroksida 0,5
Air 350
Stabilisator 0,01-1

Tabel 2: Daftar Polimer Umum yang Dihasilkan dengan Teknik


Polimerisasi
Polimer Teknik Polimerisasi
Polikaporamida (nylon 6) Bulk
Polietilen terephtalat Bulk
Polietilen (low density) Bulk
Polietilen (high density) Larutan

19
Polipropilen Larutan
Polisopren Larutan
Polivinil asetat Emulsi
Kopolimer Stirena-butadiena Emulsi
Polivinil klorida Emulsi, Suspensi
Polisulfida Suspensi
Polimetil metakrilat Suspensi, Bulk
Polistirena Suspensi, Bulk

BAB III
JENIS – JENIS INDUSTRI

3.1 Industri Petrokimia


3.1.1 Pengertian Industri Petrokimia
Produk petrokimia merupakan produk lanjut dari hasil pengolahan minyak
dan gas bumi guna memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Produk petrokimia
yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi berupa naptha, dan kondensat
adalah produk aromatik (benzene, toluene dan xylene) dan produk olefin
(ethylene, propylene dan butadiene) yang merupakan bahan baku untuk industri

20
sandang, karet, sintetis, plastik, dll. Contoh produk-produk industri petrokimia
hulu antara lain Methanol, Ethylene, Propylene, Butadine, Benzene, Toluene,
Xylenes, Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel Oil, Raffinate dan
Mixed C4.

3.1.2 Bahan Produk Petrokimia dan Polimer


1. Bahan-Produk petrokimia adalah segala bahan atau produk kimia yang
dibuat/dihasilkan secara sistetik dari bahan baku migas atau
komponenkomponennya/fraksi-fraksi, seperti: pakaian, produk kosmetik
dan parfum yang kita kenakan sehari-hari.
2. Kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan barang-barang plastik
lainnya yang sering kita gunakan seharihari.
3. Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding, lapisan
teflon pada penggorengan, Sikat rambut, Sikat gigi, katup jantung untuk
operasi, “container”, “fiber glass”, clan loin-lain yang sering kita pakai
sehari-hari.
4. Bahan-Produk Polimer adalah segala bahan atau produk kimia baik yang
terbentuk secara proses alamiah di alam (yaitu yang disebut polimer
alamiah atau polimer buatan alam) maupun yang terbentuk secara sintetik.
Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang disebut polimer sintetik
atau polimer buatan manusia). Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu
molekul raksasa (dengan berat molekul berkisar antara 104-107 yang terbentuk
melalui proses polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga makromolekul.
Maka berdasarkan proses pembentukannya, bahan/produk polimer dapat dibagi
alas 2 bagian, yaitu:
1. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:
a. Polisakarida (pati dan bahan selulosa)
b. Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)
c. Karel alam dan asam-asam nukleat

21
2. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang
mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik
dengan proses polimerisasi dari migas, misalnya:
a. Plastik-plastik sintetik
b. Serat-serat sintetik
c. Karet-karet sintetik, dll.

3.1.3 Manfaat Produk-Produk Petrokimia


1. Dalam industri kendaraan bermotor atau transportasi dimana bumper
mobil yang terbuat dari logam diganti dengan plastik poliuretan, propeller
pesawat terbang diganti dengan fiber glass.
2. Dalam industri kemasan, bahan logam tinplate dan alumunium diganti
dengan plastik-plastik produk petrokimia.

3.2 Pencairan Gas Alam


3.2.1 Liquified Natural Gas (LNG)
Liquified Natural Gas (LNG) adalah gas bumi yang dicairkan dengan
proses pendinginan hingga mencapai suhu - 160 o C pada tekanan 1 atm. LNG
memiliki densitas sekitar 45% dari densitas air, dengan reduksi volume mencapai
1/600 dibanding kondisi gasnya. Tujuan utama dari pencairan gas bumi adalah
untuk memudahkan transportasinya dari daerah produksi ke konsumen.

22
Gambar 3.2 Flowsheet Pencairan Gas

3.2.2 Tujuan Dari Pencairan Gas

Gas alam (LNG) yang sudah dicairkan pada suhu -160°C akan mengalami
penyusutan volume sebesar kurang lebih 1/600 kali dari volume gas mula-mula
serta untuk LPG akan mengalami penyusutan antara 230-260 kali dari volume
semula. Proses pencairan ini merupakan ketentuan khusus agar mempermudah
proses handling, terutama saat gas alam tersebut akan disimpan maupun di
distribusikan agar tidak memakan tempat, misalnya saja saat akan diexport dengan
tanker dan disimpan dalam tangki. Setelah gas tersebut akan digunakan oleh
konsumen, maka bentuknya akan diubah kembali di ruang bakar mesin atau dapur
industri.

3.2.3 Proses Dasar Pencairan Gas Alam


Pencairan gas alam terdiri dari berbagai macam proses, mulai dari
pemurnian/pembersihan hingga proses pencairan. Proses dasar pencairan gas alam
menjadi LNG adalah sebagai berikut:
1. Proses Treating (pembersihan)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan fraksi berat serta impuritis
lainnya, seperti O2 dan gas-gas berat (mercury dan sulfur) serta metal-metal

23
berbahaya seperti air raksa dengan memakai solvent sebagai pelarut atau
penyerap.

2. Dehydration (Penghilangan Air)


Proses ini sering juga disebut sebagai pengeringan, yaitu proses
penghilangan uap air dengan menggunakan molecular sieve adsorbtion. Seperti
yang kita ketahui, air akan mudah membeku pada suhu 0°C sedangkan temperatur
yang digunakan untuk mencairkan gas jauh dibawah suhu tersebut. Oleh karena
itu air tersebut perlu dihilangkan karena dapat menyumbat pipa dan alat lainnya
saat mengalami pembekuan.
3. Fraksinasi
Selanjutnya gas akan dipisahkan sesuai dengan komponen penyusunnya
pada proses fraksinasi. Biasanya komponen penyusun yang dipisahkan terdiri dari
metana, propana, etana, butana serta pentana. Setelah unsur-unsur senyawa
tersebut terpisah, maka komponen tersebut akan menuju ke tahap prosesnya
masing-masing, yaitu: metana akan didinginkan pada MHE hingga membentuk
cair, butana dan propana juga akan menuju MHE sebagai pendingin gas yang akan
dicairkan, butana dan propana akan diolah sebagai LPG, sedangkan pentana
biasanya akan dijadikan sebagai kondensat dan dikirim ke upsteam untuk diolah
kembali sehingga dapat menghasilkan bahan bakar hidrokarbon berat.
4. Proses Pencairan
Pada tahap ini gas akan didinginkan hingga mencapai suhu dimana gas
tersebut akan mengalami pengembunan serta menaikkan tekanan gas untuk
mempermudah proses pengembunannya/pencairan. Untuk mendinginkan gas alam
menjadi LNG diperlukan suhu sekitar -160°C atau sering disebut dengan
Cryogenic Temperature.
Proses treating dan dehidrasi perlu dilakukan sebelum gas alam  tersebut
memasuki proses pencairan supaya zat-zat yang tidak diinginkan tidak ikut
terbawa ke dalam proses pencairan, karena apabila zat tersebut terikut maka dapat
mengganggu proses pencairan gas alam, Demikianlah artikel kali ini mengenai

24
proses dasar pencairan gas alam, semoga artikel ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.

3.3 Industri Plastik


3.3.1 Plastik Konvensional
Plastik merupakan salah satu jenis polimer. Polimer lain yang umum
diproduksi selain plastik adalah serat dan karet (elastomer). Polimer sendiri
merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit
ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan
ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari
polimer.
Berdasarkan survei, dari tahun 1970 sampai 2000, konsumsi plastik dunia
makin meningkat jauh melebihi logam besi dan baja. Ada alasan-alasan ekonomis
yang dapat diterima dalam kecenderungan tersebut. Plastik lebih ringan dan
umumnya lebih tahan terhadap korosi. Seperti logam, plastik juga dapat dipadu
untuk memperbaiki sifat-sifat fisiknya. Dan jika dihubungkan dengan kenaikan
harga energi , plastik bisa diproduksi dan diproses dengan input energi yang lebih
rendah daripada logam. Jika diklasifikasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
ekonomis dan kegunaanya maka plastik dibagi menjadi  plastik
komoditi dan plastik Teknik. Plastik komoditi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Volume yang tinggi
 Harga yang murah
 Plastik ini bisa dibandingkan dengan baja dan aluminium dalam industri
logam
 Sering dipakai dalam bentuk barang pakai-buang (disposable) seperti
lapisan pengemas (Stevens, 2001)
Polimer komersial Kegunaan atau manfaat

25
Polietilena massa jenis Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan kabel, barang
rendah(LDPE) mainan, botol yang lentur, bahan pelapis

Botol, drum, pipa, saluran, lembaran, film, isolasi kawat


Polipropilena (PP)
dan kabel
Poli(vinil klorida) (PVC) Tali, anyaman, karpet, film, bahan bangunan, pipa tegar,
bahan untuk lantaui, isolasi kawat dan kabel
Polistirena (PS) Bahan pengemas (busa), perabotan  rumah, barang mainan

Sedangkan plastik teknik memiliki ciri:


 Harga yang lebih mahal.
 Volume lebih rendah.
 Memiliki sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik.
 Dalam berbagai aplikasi sering bersaing dengan logam, keramik, dan
gelas.
Contoh : Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester

3.3.2 Proses Produksi Plastik


Secara umum proses produksi plastik di industri meliputi tiga tahap yaitu:
(Hartono, 1993)
a.        Pelunakan : menggunakan panas, sehingga mudah mengalir, dan siap
dibentuk oleh cetakan.
b.       Pembentukan : memanfaatkan tekanan, agar plastik dialirkan dan dibentuk
lewat die atau cetakan.
c.       Pemadatan : bentuk akhir produk dibiarkan memadat.
Berikut adalah teknik pemrosesan plastik berdasarkan sifat plastik yang
akan dibuat:
Tabel Teknik Pemrosesan Plastik
Termoplastik Termostet
Cetak injeksi Cetak kempa

26
Ekstruksi Cetak ahli/transfer
Cetak embus Cetak injeksi
Termoforming Cetak injeksi reaktif
Cetak plastik
Cetak putar Diperkuat
Dalam tabel diatas, dikenal begitu banyak teknik pemrosesan plastik.
Dalam menentukan teknik yang tepat perlu diperhatikan hal-hal berikut: (Hartono,
1993).
 Apakah komponennya termoplastik ataukah thermoset.
 Bentuk komponenya.
 Jumlah produk yang diperlukan dan laju pembuatannya.

3.4 Pengilangan Minyak Bumi


3.4.1 Minyak Bumi
Minyak bumi adalah minyak mentah yang terbentuk secara alami dalam
batuan endapan dan sebagian besar terdiri dari hidrokarbon. Istilah minyak
bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan /
karang) dan oleum (minyak). Minyak bumi juga dijuluki sebagai emas hitam,
yaitu cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi mempunyai
komposisi terbesar senyawa hidrokarbon dan senyawa lain dalam jumlah relatif
kecil seperti sulfur, logam-logam nikel, vanadium, arsenit, serta impuritis lainnya.
Baik senyawa hidrokarbon maupun bukan senyawa hidrokarbon keduanya akan
berpengaruh dalam menentukan cara-cara pengolahan yang dilakukan dalam
kilang minyak. Kelompok senyawa hidrokarbon yang ada didalam minyak dan
gas bumi, dibagi dalam 3 kelompok:
a. Paraffin
Paraffin yang merupakan senyawa alkana (CnH2n+2), kelompok senyawa
paraffin dikaarkteristik sebagai senyawa yang sangat stabil dan mempunyai rantai
lurus seperti: methane, ethane, propane, butane, pentane dan lain-lain.
b. Olefin

27
Olefin terdiri dari gugus alkena (CnH2n) dan siklo parapin, kelompok
senyawa olefin atau juga disebut etilen terdiri dari senyawa rantai lurus yang tak
jenuh yang mempunyai ikatan rangkap menghubungkan dua atom karbon.
kelompok senyawa olefin antara lain etena, propena, butena, pentena dan lain-
lain. Olefin tidak terdapat dalam minyak mentah, tetapi terbentuk dalam distilasi
minyak mentah atau dalam proses perengkahan, oleh karena itu dalam bensin
rengkahan banyak mengandung senyawa olefin. Olefin merupakan bahan dasar
utama dalam industri petrokimia, misalnya etilena (C2H4) dan propilena (C3H6).
c. Napthena
Nafthena yang terdiri dari hidrokarbon cincin jenuh, mempunyai rumus
umum (CnH2n) karena senyawa hidrokarbon ini mempunyai sifat kimia seperti
senyawa hidrokarbon parafin dan mempunyai struktur molekul siklis, maka
senyawa ini juga disebut sikloparafin. Senyawa hidrokarbon nafthena yang
terdapat dalam minyak bumi ialah siklopentan dan sikloheksan yang terdapat
dalam fraksi naphtha dan fraksi minyak bumi dengan titik didih yang lebih tinggi.

3.4.2 Proses Pengilangan Minyak Bumi


Pengolahan minyak bumi dilakukan dengan kilang minyak yang melalui
dua tahap sebagai berikut :
1. Pengolahan Tahap Pertama
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi
bertingkat, yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan
titik didih masing-masing fraksi. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan
tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang
disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu
makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi
akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih
rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya, sehingga
komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu
kamar berupa gas. Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi :

28
a. Fraksi Pertama
Pada fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan
kembali dan dikenal dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas).
LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih
lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
b. Fraksi Kedua disebut Nafta (gas bumi).
Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah lebih lanjut pada tahap
kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.
c. Fraksi Ketiga atau Fraksi Tengah
Pada fraksi ini dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur (bahan
bakar pesawat jet).
d. Fraksi keempat 
Fraksi keempat ini sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
e. Fraksi Kelima
Fraksi kelima disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang
dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon
lainnya, dan sisanya sebagai aspal dan lilin.
2. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil
unit pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Non Bahan Bakar Minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih
baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar. Proses pengolahan
lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini :
a. Cracking (Pemecahan)
Proses cracking yaitu proses pemecahan hidrokarbon molekul-molekul
besar dalam fraksi minyak bumi menjadi molekul yang lebih kecil. Contohnya
pengubahan solar menjadi minyak tanah.
b. Polimerisasi

29
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil dalam
minyak bumi menjadi molekul yang besar. Contohnya penggabungan isobutena
dengan isobutana menjadi isooktana yang merupakan bensin bermutu tinggi.
c. Reforming
Reforming adalah pengubahan molekul bensin yang bermutu rendah
menjadi bermutu baik. Contohnya mengubah hidrokarbon rantai lurus menjadi
hidrokarbon rantai bercabang.
d. Isomering
Isomering adalah susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa
menambah atau mengurangi bagian asal. Contohnya mengubah n-butana menjadi
isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.
e. Kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair
(melting point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin,
melalui proses pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin
dan minyak filter.
f. Treating
Treating adalah proses pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan
zat-zat pengotornya, yaitu pengotor yang menimbulkan bau tak sedap, lumpur,
belerang dsb.
g. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin
yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak
bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambahkan pada proses pengolahannya.

30
BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1 Pendahuluan
Kolom distilasi pada suatu pabrik sangat dibutuhkan untuk dapat
memisahkan komponen-kompenen yang ada di dalam suatu campuran. Umumnya
kolom distilasi yang digunakan adalah kolom distilasi yang sederhana karena
komponen-komponen yang berada di dalam campuran umumnya dapat dipisahkan
berdasarkan titik didih sehingga lebih efisien dan murah. Pemisahan komponen-
komponen dari campuran liquid melalui proses distilasi bergantung pada
perbedaan titik didih masing-masing komponen. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi adalah konsentrasi komponen yang ada. Campuran liquid akan
memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Nilai titik didih berkaitan dengan
nilai tekanan uap campuran liquid. Oleh karena itu, proses distilasi bergantung
pada tekanan uap campuran liquid. Tekanan uap adalah tekanan keseimbangan
yang dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan liquid.
Semua proses distilasi yang ada dalam kilang minyak bumi mempunyai
prinsip yang sama. Distilasi memerlukan beberapa peralatan penting mulai dari
vessel kolom distilasi, kondenser, dan reboiler. Proses pemisahan secara distilasi
dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran dimana antara komponen satu
dengan komponen lainnya mempunyai derajat volatilitas yang cukup besar dan
dalam keadaan standar berupa cairan saling melarutkan menjadi campuran
homogen.
Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya dalam waktu tertentu pada suhu dan tekanan tertentu, agar terjadi
kesetimbangan antara uap dan sisa cairan. Fase uap yang mengandung lebih
banyak komponen yang lebih menguap menunjukkan proses pemisahan memang

31
terjadi. Sehingga jika uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan
secara berulang-ulang, maka pada akhirnya akan diperoleh komponen-komponen
dalam keadaan yang relatif murni.
Distilasi terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1. Vessel yang berbentuk silinder vertikal, berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kontak antara cairan dan uap
2. Peralatan internal, berupa tray atau packing yang digunakan untuk
menaikkan efisiensi pemisahan
3. Kondenser, berfungsi mengkondensasikan uap yang meninggalkan kolom
dari bagian puncak kolom
4. Reboiler, berfungsi untuk menguapkan kembali liquid di bagian dasar
kolom
5. Reflux drum, sebagai tempat untuk menampung liquid hasil kondensasi
uap oleh kondensor yang akan digunakan sebagai refluks (liquid
dikembalikan ke dalam kolom)

Gambar 4.1 Skema Komponen Utama Proses Distilasi

Performa kolom distilasi untuk memisahkan komponen menjadi murni


ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Kondisi Feed

32
Keadaan campuran dan komposisi feed akan mempengaruhi pengoperasian
dari kolom distilasi dan jumlah stage dalam pemisahan. Selain itu, penting
juga untuk menentukan lokasi tray feed.
2. Refluks
Pemisahan semakin baik jika uap dan cairan dikontakkan secara intens dan
terus-menerus. Oleh karena itu, ada aliran keluaran atas yang setelah
dikondensasikan akan dialirkan kembali ke kolom distilasi yang
dinamakan aliran refluks. Selain itu, dengan adanya refluks kita dapat
mengurangi jumlah tray untuk menghasilkan kualitas pemisahan yang
sama.
3. Kondisi aliran uap dan cairan
Kualitas dari aliran uap dan cairan sangat mempengaruhi kualitas
pemisahan yang dihasilkan. Berbagai properties yang dimiliki uap dan
cairan tersebut akan mempengaruhi kontak uap-cairan seperti lamanya
waktu kontak dan luas area kontak.

a. Klasifikasi Distilasi
1. Distilasi berdasarkan prosesnya, yaitu :
a. Distilasi Kontinyu
b. Distilasi Batch
2. Berdasarkan basis tekanan operasinya, yaitu :
a. Distilasi atmosferik (0,4-5,5 atm mutlak)
b. Distilasi vakum (≤ 300 mmHg pada bagian atas kolom)
c. Distilasi tekanan (≥ 80 psia pada bagian atas kolom)
3. Berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu :
a. Distilasi sistem biner
b. Distilasi sitem multi komponen
4. Berdasarkan sistem operasinya terbagi dua, yaitu :
a. Single-stage Distillation
b. Multi stage Distillation

33
b. Metode Distilasi
Beberapa metode distilasi yang lazim digunakan pada skala laboratorium
adalah:
a. Distilasi ASTM/Distilasi Engler (ASTMD-86)
 Merupakan distilasi diferensial sederhana, dimana sampel minyak bumi
dididihkan sampai habis menguap. Uap yang terjadi diembunkan dalam
kondensor dan tetes cairan hasil pengembunan (distilat) ditampung dalam
gelas ukur. Temperatur uap yang bergerak ke kondensor dan volume
cairan diukur bersamaan
 Hasil distilasi dapat digunakan untuk menganalisa minyak mentah
 Analisa cepat
 Banyak digunakan untuk mengontrol operasi
 Diaplikasikan untuk minyak mentah dan produk-produknya
 Tekanan yang digunakan adalah tekanan atmosferik
 Pemanasan diatur sedemikian rupa 5 – 10 menit untuk memperoleh tetesan
pertama, hasil dikumpulkan dengan kecepatan 4 – 5 cc per menit
 Temperatur uap tetesan pertama disebut dengan Initial Boiling Point (IBP)
 Temperatur uap maksimum pada tetesan terakhir disebut End Point
b. Distilasi Hempel (ASTM D-285)
Prosedur pengujian sama dengan distilasi Engler, namun dengan kuantitas
sampel lebih banyak. Selain itu peralatan distilasi Hempel dilengkapi
dengan coloumn packing yang dipasang antara labu didih dengan saluran
uap ke kondensor. Distilasi ini dilakukan berdasarkan metode ASTM D-
285 yang meliputi pemotongan fraksi-fraksi pada tekanan atmosferik,
dilanjutkan pada tekanan hampa 40 mmHg, dan analisis terhadap fraksi.
c. Distilasi True Boiling Point / TBP (ASTMD-2892)
 Distilasi TBP dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
menghasilkan derajat fraksionasi minimal. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan :

34
1. Kolom yang menghasilkan kontak sangat baik antara uap dan cairan
refluks
2. Sarana pembangkit cairan refluks yang memungkinkan pengaturan laju alir
refluks
 Derajat kemurnian relatif tinggi,setiap komponen terpisahkan dengan baik
(dari komponen ringan sampai dengan komponen berat)
 Kondisi operasi, tekanan atmosferik, dan temperatur sampai dengan
316oC, kemudian dilanjutkan dengan tekanan vakum dengan tujuan
mencegah perengkahan fraksi minyak yang lebih berat
 Volume minyak mentah 1000 –5000 sehingga volume distilat setiap fraksi
banyak dan cukup untuk analisa kualitatif.

4.2 Proses Pengilangan Minyak Bumi

Gambar 4.2 Flowsheet Pengilangan Minyak Bumi

Pengolahan minyak bumi dilakukan dengan kilang minyak yang melalui


dua tahap sebagai berikut :

35
1. Pengolahan Tahap Pertama
Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat,
yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih
masing-masing fraksi. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap
berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut
menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu makin
rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah
naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian seterusnya, sehingga komponen
yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu kamar berupa
gas. Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi :
a. Fraksi Pertama
Pada fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan
kembali dan dikenal dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas).
LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih
lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
b. Fraksi Kedua disebut nafta (gas bumi).
Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah lebih lanjut pada tahap
kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.
c. Fraksi Ketiga atau Fraksi Tengah
Pada fraksi ini dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur (bahan
bakar pesawat jet).
d. Fraksi keempat 
Fraksi keempat ini sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel.
e. Fraksi Kelima
Fraksi kelima disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang
dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon
lainnya, dan sisanya sebagai aspal dan lilin.

36
2. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil
unit pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk
mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Non Bahan Bakar Minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih
baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar. Proses pengolahan
lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini :
a. Cracking (Pemecahan)
Proses cracking yaitu proses pemecahan hidrokarbon molekul-molekul
besar dalam fraksi minyak bumi menjadi molekul yang lebih kecil. Contohnya
pengubahan solar menjadi minyak tanah.
b. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil dalam
minyak bumi menjadi molekul yang besar. Contohnya penggabungan isobutena
dengan isobutana menjadi isooktana yang merupakan bensin bermutu tinggi.
c. Reforming
Reforming adalah pengubahan molekul bensin yang bermutu rendah
menjadi bermutu baik. Contohnya mengubah hidrokarbon rantai lurus menjadi
hidrokarbon rantai bercabang.
d. Isomering
Isomering adalah susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa
menambah atau mengurangi bagian asal. Contohnya mengubah n-butana menjadi
isobutana yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.
e. Kristalisasi
Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair
(melting point) masing-masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin,
melalui proses pendinginan, penekanan dan penyaringan, dapat dihasilkan lilin
dan minyak filter.
f. Treating

37
Treating adalah proses pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan
zat-zat pengotornya, yaitu pengotor yang menimbulkan bau tak sedap, lumpur,
belerang dsb.
g. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin
yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak
bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambahkan pada proses pengolahannya.

38
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini sebagai berikut :
1. Polimer adalah suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut
polimer (poly = banyak; mer = bagian).
2. Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya Yaitu yang berasal dari alam
(polimer alam) dan di polimer yang sengaja dibuat oleh manusia (polimer
sintetis):
3. Petrokimia adalah suatu industri yang bergerak pada pengolahan bahan
kimia dengan menggunakan bahan baku dari hasil proses pengolahan
minyak bumi dan gas bumi. Jadi industri petrokimia adalah industri yang
berkembang berdasarkan suatu pola yang mengkaitkan produk-produk
suatu minyak bumi yang tersedia, dengan kebutuhan masyarakat akan
bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Minyak bumi adalah salah satu hasil dari petrokimia yang memanfaatkan
hasil fosil dari hewan. Dalam proses pengkilangannya melalui beberapa
tahap yaitu pengolahan tahap pertama dan pengolahan tahap kedua. Pada
pengolahan tahap pertama dilakukan pemisahan minyak bumi kedalam
fraksi-fraksinya. Sedangkan pada pengolahan tahap kedua dilalui oleh
beberapa proses diantaranya konversi struktur kimia, ekstraksi, kristalisasi,
dan treating.
5. Dalam proses pengkilangan minyak bumi digunakan alat distilasi yang
berfungsi untuk memisahkan komponen-kompenen yang ada di dalam
suatu campuran.

39
6. Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya dalam waktu tertentu pada suhu dan tekanan tertentu, agar
terjadi kesetimbangan antara uap dan sisa cairan.

DAFTAR PUSTAKA

Austin, T George. 1996. Industri Proses Kimia. Jakarta : Erlangga.


Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-Press.
Kister, H.Z. 1992. Distillation Design. New York : McGraw-Hill. KogakusaLtd.
Tokyo.
Van Winkle, Matyhew. 1967. Distillation. London: McGraw Hill Book Company.

40

Anda mungkin juga menyukai