Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak sekali mahasiswa yang harus berhadapan dengan
keseimbangan kimia yang merupakan subjudul dari mata kuliah Proses
Industri Kimia II, banyak aspek yang akan kita pelajari dalam
keseimbangan kimia ini, sehingga sangat dimungkinkannya untuk
mendalami ilmu kesimbangan kimia ini untuk melanjutkan dari mata kuliah
yang sebelumnya, hal yang perlu kita sadari adalah dengan mempelajari
keseimbangan kimia berarti kita turut andil dalam menjaga keseimbangan
alam ini, karena kimia adalah ilmu yang sangat erat hubungannya dengan
pengetahuan dan alam, oleh itu sebabnya ilmu kimia juga disebut sebagai
sentral sains atau pusat dari segala ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan alam maupun tidak secara langsung.
Konsep yang perlu di pahami dalam mempelajari kesetimbangan
kimia ini adalah bahwa kesetimbangan kimia ini adalah reaksi bolak balik
yang mana memiliki laju yang sama, oleh sebab itu kesetimbangan kimia
ini adalah bagian dari keseimbangan kimia dinamis karena yang memiliki
laju hanyalah sesuatu yang bergerak bukan statis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah Yang dimaksud dengan Kesetimbangan Kimia?
b. Faktor apa saja yang memengaruhi Kesetimbangan Kimia?
c. Apakah yang dimaksud dengan Kesetimbangan homogen
dan heterogen ?
d. Aplikasi dalam Industri apa yang menggunakan Kesetimbangan
Kimia ?

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Reaksi Kesetimbangan


Kesetimbangan kimia adalah reaksi kimia yang berlangsung dua
arah ( ⥨ ), yaitu hasil reaksi dapat berubah kembali menjadi pereaksinya
hingga konsentrasi reaktan dan produk konstan. Pada suatu reaksi
kesetimbangan, ikatan-ikatan akan terputus atau terbentuk di antara
molekul reaktan dan produk. Jika konsentrasi awal reaktan besar, maka
tumbukan antara molekul-molekulnya akan membentuk molekul-molekul
produk. Sesudah konsentrasi produk tersebut cukup banyak, reaksi
kebalikannya (pembentukan “reaktan” dari “produk”) mulai berlangsung.
Perlu diketahui, reaksi kimia ada yang berlansung satu arah (⤍)
dan ada yang berlangsung dua arah ( ⥨ ). Reaksi satu arah disebut juga
reaksi irreversible, misalnya CO 2 tidak dapat berubah kembali menjadi
karbon dan gas oksigen. Sementara reaksi yang berlansung dua arah
disebut reaksi reversible, misalnya terumbu karang yang terbentuk dari
reaksi antara ion kalsium dan gas CO 2 dapat larut kembali menjadi ion
kalsium dan gas CO 2.

2.2 Konstanta Kesetimbangan Kimia


Kesetimbangan kimia dapat dinyatakan dengan konstanta
kesetimbangan atau ketetapan kesetimbangan, yaitu perbandingan antara
konsentrasi pereaksi dengan hasil reaksi. Konstanta kesetimbangan untuk
setiap reaksi berbeda-beda dan diperoleh melalui percobaan. Salah satu
percobaan yang sering dilakukan adalah reaksi kesetimbangan antara
peraksi H 2 dan I 2 menjadi HI. Tabel berikut menginformasikan hasil
percobaan.

2
Data kesetimbangan dari Hasil Percobaan Reaksi H 2 dan I 2
Kesetimbangan Konsentrasi
Percobaa
(mol/L) [ HI ]2
n
[ H¿ ¿2]¿  [I ¿¿ 2] ¿  [ HI ]  ¿¿¿

( 0,156 )2 / ( 0,0222 ) ( 0,0222 )=¿


I 0,0222 0,0222  0,156 49,4
 
( 0,280 )2 / ( 0,0350 ) ( 0,0450 )=¿
II 0,0350 0,0450 0,280 49,8
2
( 0,100 ) / ( 0,0150 ) ( 0,0135 )=¿
III 0,0150 0,0135 0,100  49,4

Dari percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara


konsentrasi pereaksi dengan konsentrasi hasil reaksi adalah
perbandingan perkalian konsentrasi hasil reaksi yang dipangkatkan
koefisiennya dengan perkalian konsentrasi pereaksi yang dipangkatkan
koefisiennya. Hal tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
berikut.
[ HI ]2
K=
[ H ¿¿ 2][I ¿¿ 2]¿¿
Selanjutnya, persamaan tersebut disebut sebagai tetapan kesetimbangan
konsentrasi yang dilambangkan dengan Kc. Hubungan itu pertama kali
diungkapkan oleh Cato Guldberg dan Peter Waage pada tahun 1864 dan
dikenal sebagai hukum aksi-massa.
mA + nB ⥨ pC+qD
[C ]p [ D]q
Kc= m n
[ A ] [B]
Hasil kali konsentrasi setimbang zat-zat di ruas kanan dibagi hasil kali
konsentrasi zat-zat di ruas kiri, masing-masing dipangkatkan koefisien
reaksinya, mempunya harta tetap pada suhu tetap. 2)

3
Konstranta kesetimangan bersumber dari ilmu termodinamika. Namun
demikian, kita dapat memperoleh sedikit gambaran tentang K dengan
mempelajari kinetika reaksi kimia. Kita asumsikan reaksi reversible ini
berlangsung lewat mekanika satu tahap elementer baik pada arah maju
maupun balik :
A+2 B ⥨ AB 2
Laju reaksi majunya adalah
2
lajuf =k f [ A ] [B]
dan laju reaksi baliknya adalah
lajur =k r [ A B2 ]
di mana k f dan k r masing-masing adalah konstanta laju untuk arah mau
dan balik. Pada kesetimbangan, apabila tidak ada perubahan bersih yang
terjadi, kedua laju tadi menjadi sama besar :
lajuf =lajur
atau
2
k f [ A ] [B] =k r [ A B2 ]
k f [ A B2 ]
=
k r [ A ] [B ]2

Karena k f dan k r adalah konstanta pada suhu tertentu, maka


perbandingannya juga ada suatu konstanta, yang sama dengan konstanta
kesetimbangan K c .
kf [ A B2 ]
=K c =
kr [ A ] [B]2
Jadi, Kc adalah suatu konstanta, berapa pun konsentrasi kesetimbangan
dari spesi-spesi yang beraksi, karena konstanta ini selalu sama dengan
k f / k c, hasilbaginya yang masing-masing menang konstan pada suhu
tertentu. Karena konstanta laju bergantung pada suhu, maka konstanta
kesetimbangan juga harus berubah dengan berubahnya suhu.

4
Akhirnya, kita lihat bahwa jika konstanta kesetimbangan jauh lebih
besar daripada satu (artinya, K > 1), kesetimbangan akan terletak di
sebelah kanan tanda panah reaksi dan lebih ke arah produk.

Grafik konsentrasi hasil reaksi (C dan D) lebih besar


dibandingkan konsentrasi pereaksi (A dan B) jika Kc > 1.
Sebaliknya, jika konstanta kesetimbangan jauh lebih kecil daripada
satu (artinya K < 1), kesetimbangan akan terletak di kiri dan lebih ke arah
reaktan.1)

Grafik konsentrasi hasil reaksi (C dan D) lebih kecil


dibandingkan konsentrasi pereaksi (A dan B) jika Kc < 1.

2.3 Jenis-Jenis Reaksi Kesetimbangan


1. Kesetimbangan Homogen
Istilah kesetimbangan homogen (homogeneous equilibrium)
berlaku untuk reaksi yang semua spesi bereaksinya berada pada fasa
yang sama. Contoh dari kesetimbangan fasa-gas komogen adalah
penguraian N 2 O 4.
Reaksinya Sebagai berikut :

5
N 2 O 4 ( g ) ↔ 2 NO 2 ( g )

2. Kesetimbangan Heterogen
Reaksi reversible yang melibatkan reaktan dan produk yang
fasanya berbeda menghasilkan kesetimbangan heterogen (heterogeneous
equilibrium). Sebagai contoh, ketika kalsium karbonat dipanaskan dalam
wadah tertutup, Dua padatan dan satu gas ini membentuk tiga fasa yang
terpisah. Reaksinya sebagai berikut :
CaCO3 ( s ) ⥨ CaO ( s ) +CO 2 (g)

2.4 Memprediksi Arah Reaksi


Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah
memprediksi arah reaksi. Untuk mempelajari kecenderungan arah reaksi,
digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian konsentrasi awal produk
dibagi hasil perkalian konsentrasi awal reaktan yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc dibandingkan
dengan nilai Kc, terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi, antara
lain :
1. Qc < Kc
Sistem reaksi reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan
produk. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah
menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah produk (ke
kanan).
2. Qc = Kc
Sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik
ke arah reaktan maupun produk sama.
3. Qc > Kc

6
Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan
reaktan. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah produk diubah
menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah reaktan (ke
kiri).

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia


Asas Le Chatelier
Ada satu aturan umum yang membantu kita memprediksi ke arah
mana reaksi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan
konsentrasi, tekanan, volume, dan suhu. Aturan ini, dikenal dengan asa
Le Chatelier (Le Chatelier principle) (diambil dari nama kimiawan Prancis
Henri Le Chatelier), menyatakan bahwa jika suatu tekanan eksternal
diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan
ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali. Kata “tekanan” (stress)
disini berarti perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu yang
mengeser sistem dari keadaan setimbangnya. Kita akan menggunakan
asa Le Chatelier untuk menilai pengaruh dari perubahan tersebut.
Kesetimbangan kimia merepresentasikan suatu kesetaraan antara
reaksi maju dan reaksi balik. Dalam kebanyakan kasus, kesetaraan ini
sangat rentan. Perubahan kondisi percobaan dapat menggangu
kesetaraan dan menggeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang
diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau kurang. Bila kita katakan
bahwa posisi kesetimbangan bergeser ke kanan karena dapat diatur
dengan variabel : konsentrasi, tekanan, volume, dan suhu. Disini kita akan
melihat bagaimana variabel-variabel ini mempengaruhi sistem reaksi pada
kesetimbangan. Selain itu, kita akan menguji pengaruh katalis pada
kesetimbangan.

7
a) Perubahan Konsentrasi
Contoh :
−¿( aq) ¿
3+ ¿ ( aq )+ SCN ¿

FeSCN 2+¿ ( aq) ↔ Fe ¿

Reaksi ini menunjukkan bahwa pada kesetimbangan, semua reaktan


dan produk berada dalam sistem reaksi. Kedua, peningkatan
konsentrasi produk ( Fe3 +¿¿ atau SCN −¿¿) akan menggeser
kesetimbangan ke kiri, dan penurunan konsentrasi produk Fe3 +¿¿ akan
menggeser kesetimbangan ke kanan. Hasil-hasil ini sama persis
sebagaimana yang telah diprediksi oleh asas Le chatelier.
b) Perubahan Tekanan dan Volume
Perubahan tekanan biasanya tidak dipengaruhi konsentrasi yang
beraksi dalam fasa terkondensasi (katakanlah, dalam larutan berair
atau gas) sebab cairan dan padatan pada dasarnya tidak dapat
dimampatkan. Sebaliknya, konsentrasi gas sangat dipengaruhi oleh
perubahan tekanan.
Misalkan sistem kesetimbangan
N 2 O 4 ( g ) ↔ 2 NO 2 ( g )
berada dalam sebuah silinder yang bisa dimasuki dengan pas oleh
sebuah piston yang dapat bergerak, apa yang terjadi jika kita naikkan
tekanan pada gas dengan menekan piston pada suhu tetap? Karena
volume turun, konsentrasi (n/V) NO 2 dan N 2 O naik. Karena
konsentrasi NO 2 dikuadratkan, naiknya tekanan membuat
pembilangnya lebih besar daripada penyebutnya. Sistem tidak lagi
pada kesetimbangan, maka kita tuliskan
Qc=¿ ¿
Jika Qc > Kc, dan reaksi bersihnya akan bergeser ke kiri sampai Qc =
Kc. Sebaliknya, penurunan tekanan (peningkatan volume) akan
menghasilkan Qc < Kc, reaksi bersihnya akan bergeser ke kanan
sampai Qc = Kc.

8
Pada umumnya, peningkatan tekanan (penurunan volume)
menghasilkan reaksi bersama yang menurunkan jumlah total mol gas
(reaksi balik, pada kasus yang baru dibahas), dan penurunan tekanan
(peningkatan volume) menghasilkan reaksi bersih yang meningkatkan
jumlah total mol gas. Untuk reaksi yang tidak menghasilkan
perubahan jumlah mol gas, perubahan tekanan atau volume tidak
mempengaruhi posisi kesetimbangan.
c) Perubahan Suhu
Perubahan konsentrasi, tekanan, atau volume dapat mengubah
posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah
konstanta kesetimbangan.
Contoh, perhatikan kesetimbangan antara ion-ion berikut :
CoCl2−¿+6 H 2 O ↔ Co¿¿ ¿
4

biru merah muda


pembentukan CoCl2−¿¿
4 adalah proses endotermik. Jika dipanaskan,
kesetimbangan bergeser ke kiri dan larutan menjadi biru. Pendinginan
menghasilkan reaksi eksotermik (pembentukan Co ¿ ¿) dan larutan
menjadi merah muda.
Ringkasnya, peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik
dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik.

2.6 Penerapan Kesetimbangan Kimia


Mungkin tanpa kita sadari, reaksi kesetimbangan terjadi dalam
tubuh kita. Selain itu, prinsip kesetimbangan kimia dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi dalam berbagai industri yang melibatkan reaksi
kimia.
1. Kesetimbangan Kimia dalam Tubuh Manusia
Berikut ini beberapa contoh proses dalam tubuh yang melibatkan
kesetimbangan kimia
a. pH Darah dan Jaringan Tubuh

9
Darah dan jaringan tubuh kita mempunyai pH sekitar 7,4. Dalam
darah dan jaringan tubuh terjadi reaksi kesetimbangan antara asam
karbonat dalam darah dengan ion hidrogen karbonat dan ion hidrogen.
+ ¿(aq) ¿
)+ H
H 2 O ( l ) +CO2 ( g ) ⥨ H 2 CO 3 ( aq ) ↔ HCO−¿(aq ¿
3

Jika kita mengonsumsi makanan yang bersifat asam, konsentrasi ion


hidrogen bertambah (darah bersifat asam) sehingga reaksi
kesetimbangan bergeser ke kiri. Sebaliknya, jika kita mengonsumsi
makanan yang bersifat basa, konsentrasi ion hidrogen berkurang (darah
bersifat basa), sehingga reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan.

b. Metabolisme Karbon Dioksida dalam Tubuh


Ketika oksigen diangkut dari paru-pari ke jaringan tubuh, pada saat
yang sama karbon dioksida yang dihasilkan oleh respirasi sel diangkut
dari jaringan tubuh ke paru-paru. Dalam jaringan tubuh, karbon dioksida
yang konsentrasinya relatif tinggi melarut dalam darah bereaksi dengan
air membentuk asam karbonat. Dengan demikian, reaksi bergeser ke arah
kanan.
CO 2 ( g ) ↔CO 2 ( aq ) + H 2 O ( l ) ↔ H 2 CO 3 (aq)
Sebaliknya, dalam paru-paru konsentrasi karbon dioksida relatif rendah
sehingga karbon dioksida dikeluarkan dari darah ke udara. Oleh karena
itu, reaksi bergeser ke kiri.
c. Pengikat Oksigen oleh Darah
Salah satu fungsi darah dalam tubuh adalah mengedarkan oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bagaimana proses peredaran oksigen
dalam darah? Amati gambar berikut !

10
Gambar : Proses peredaran oksigen dalam darah.
Mula-mula, hemoglobin (Hb) mengikat oksigen membentuk
oksihemoglobin, kemudian dibawa ke seluruh tubuh melalui sistem
peredaran darah. Mekanisme pengikatan oksigen oleh hemoglobin
merupakan reaksi kesetimbangan.
Hb+O2 ⥨ HbO2
Reaksi pengikatan oksigen oleh Hb terjadi dalam paru-paru. Reaksi
tersebut berjalan ke arah kanan karena konsentrasi oksigen bertambah.
Ketika oksigen mulai beredar ke dalam jaringan tubuh, konsentrasi
oksigen akan berkurang karena digunakan untuk proses pembakaran.
Dengan demikian, reaksi di dalam jaringan berjalan ke arah kiri.
Reaksi kesetimbangan dalam peredaran darah ini dapat
menjelaskan alasan mengapa mengisap gas karbon monoksida (CO)
yang beracun dapat mengganggu kesehatan. Ketika gas CO terisap dan
larut dalam peredaran darah, gas CO berikatan dengan Hb. CO dan O2
akan bersaing ketat agar dapat berikatan dengan Hb. Manakah yang akan
menjadi pemenangnya? Tetapan kesetimbangan kimia Hb-CO lebih besar
daripada tetaan kesetimbangan Hb-O2 sehingga Hb lebih mudah
mengikat CO. HbO2 +CO ⥨ HbCO+O 2
Jika melihat reaksi tersebut, kamu pasti telah tahu jawaban
mengapa gas CO dapat mengganggu kesehatan. Adanya CO dalam

11
tubuh menyebabkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen
berkurang. Gas CO akan menggantikan oksigen sehingga yang beredar
dalam tubuh adalah gas CO yang beracun.
d. Kesetimbangan dalam Mulut
Reaksi kesetimbangan terjadi juga dalam mulut. Email gigi
mengandung senyawa kalsium hidroksiapatit, Ca5(PO4)3OH. Di dalam
mulut zat itu akan mengalami reaksi kesetimbangan sebagai berikut
Ca5 ¿ ¿
Reaksi kesetimbangan yang terjadi akan mengalami pergeseran jika kita
mengonsumsi makanan yang mengandung asam. Makanan asam
mengandung ion H+ sehingga ion tersebut akan mengikat ion PO43- dan
OH-. Akibatnya reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
(konsentrasi Ca5(PO4)3OH) berkurang. Pergeseran tersebut
menyebabkan lapisan email menjadi keropos sehingga timbul sakit gigi.

BAB III
JENIS-JENIS INDUSTRI

Prinsip utama dalam bidang industri adalah bagaimana caranya


menghasilkan produk (hasil reaksi) seoptimal mungkin. Hal tersebut dapat
dicapai dengan memodifikasi reaksi kimia yang terjadi. Pada saat
kesetimbangan tercapai, produk reaksi yang dihasilkan tidak akan
bertambah lagi. Produk reaksi akan kembali dihasilkan jika dilakukan
perubahan konsentrasi (produk reaksinya diambil atau pereaksi
ditambah), perubahan suhu, atau perubahan tekanan dan volume. Berikut
ini beberapa contohnya.
3.1 Industri Asam Sulfat/Proses Kontak
Asam Sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang banyak
digunakan, baik di laboratorium maupun industri. Penggunaan utama

12
asam sulfat di industri adalah sebagai bahan baku pembuatan pupuk, di
antaranya pupuk superfosfat dan amonium sulfat. Dalam industri asam
sulfat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam klorida, asam
nitrat, garam sulfat, deterjen, zat pewarna, bom dan obat-obatan.
Pembuatan Asam Sulfat Menurut Proses Kontak Industri lainnya
yang berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu pembuatan asam sulfat
yang dikenal dengan proses kontak. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Pertama, belerang dibakar menjadi belerang dioksida.
S(s) + O2(g) ----> SO2(g)
2. Belerang dioksida kemudian dioksidasi lbh lanjut jd belerang
trioksida.
2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g)....... H= -98 kJ

Reaksi ini berlangsung pd suhu sekitar 500 derajat C, tekanan 1 atm


dgn katalisator V2O5. Kemudian gas SO2 dilarutkan dlm asam sulfat pekat
hingga jd asam sulfat pekat berasap (dsb oleum, H2SO4.SO3 atau
H2S2O7).
SO3(g) + H2SO4(l) -------> H2S2O7(l)
H2S2O7(l) + H2O(l) ------> 2H2SO4(l)

Dari proses kontak ini lalu akan terbentuk asam sulfat pekat dgn kadar
98%

13
Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini
merupakan reaksi kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada
sintesis amonia, reaksi ini hanya berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan
tetapi pada suhu tinggi justru kesetimbangan bergeser ke kiri.
Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500oC dengan
katalisator V2O5. sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan
produksi SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi
penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak
tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal, 1 atm.
Menurut prinsip Le Chatelier, suhu yang lebih rendah harus
digunakan untuk menggeser kesetimbangan kimia ke kanan, sehingga
meningkatkan persentase hasil. Namun suhu yang terlalu rendah akan
menurunkan laju pembentukan ke tingkat yang tidak ekonomis.
Karenanya untuk meningkatkan laju reaksi, suhu tinggi (450 ° C), tekanan
sedang (1-2 atm), dan vanadium (V) oksida (V 2O5) digunakan untuk
memastikan konversi yang memadai (> 95%). Katalis hanya berfungsi
untuk meningkatkan laju reaksi karena tidak mengubah posisi
kesetimbangan termodinamika.

14
Beberapa manfaat asam sulfat adalah untuk pembuatan pupuk, di
antaranya pupuk superfosfat, detergen, cat kuku, cat warna, fiber, plastik,
industri logam, dan pengisi aki. Asam sulfat kuat 93% sampai dengan
99% digunakan untuk pembuatan berbagai bahan kimia nitrogen, sintesis
fenol, pemulihan asam lemak dalam pembuatan sabun, pembuatan asam
fosfat dan tripel superfosfat. Oleum (H 2S2O7) digunakan dalam pengolahan
minyak bumi, TNT (trinitrotoluena), dan zat warna serta untuk memperkuat
asam lemah.
3.2 Industri Asam Nitrat/Proses Ostward
Proses Ostwald ialah proses kimia untuk pembuatan asam nitrat
(HNO3). Wilhelm Ostwald mengembangkan proses ini, dan dia
mematenkan proses ini pada tahun 1902. Proses Ostwald merupakan
andalan industri kimia modern, dan proses ini menghasilkan bahan baku
utama untuk kebanyakan tipe umum produksi pupuk. Secara historis dan
secara praktis, proses  Ostwald berkaitan erat dengan proses Haber, yang
menghasilkan bahan baku yang diperlukan, ammonia (NH 3).

Gambaran
Ammonia diubah menjadi asam nitrat dalam dua tahapan. Ammonia
dioksidasi (dalam arti “dibakar”) melalui pemanasan dengan oksigen
dengan adanya katalis seperti platinum dengan 10% rhodium, untuk
membentuk oksida nitrat dan air. Langkah ini sangat eksotermis, sehingga
sumber panas berguna sekali untuk dimulai:

15
4 NH3 (g) + 5 O2 (g) → 4 NO (g) + 6 H2O (g) (ΔH = −905.2 kJ)
Tahap dua melibatkan dua reaksi dan dilakukan dalam peralatan absorpsi
yang mengandung air. Oksida nitrat awalnya dioksidasi lagi untuk
menghasilkan nitrogen dioksida: Gas ini kemudian mudah diserap oleh air,
menghasilkan produk yang diinginkan (asam nitrat, meskipun dalam
bentuk encer), sekaligus mengurangi sebagian kembali ke oksida nitrat:
2 NO (g) + O2 (g) → 2 NO2 (g) (ΔH = −114 kJ/mol)
3 NO2 (g) + H2O (l) → 2 HNO3 (aq) + NO (g) (ΔH = −117 kJ/mol)
NO didaur-ulang, dan asam dipekatkan sampai kekuatan yang diperlukan
melalui penyulingan.
Alternatifnya, bila tahap akhir dilakukan dalam udara:
4 NO2 (g) + O2 (g) + 2 H2O (l) → 4 HNO3 (aq)
Kondisi khas untuk tahap pertama, yang berkontribusi pada hasil
keseluruhan sekitar 98%, adalah:
 Tekanan antara 4 dan 10 atmosfer (sekitar 400-1010 kPa atau 60-
145 psig) dan;
 Suhu sekitar 500 K (kira-kira 217 oC atau 422,6 oF).
Sebuah komplikasi yang perlu dipertimbangkan melibatkan reaksi-
samping pada langkah pertama yang mengalihkan oksida nitrat kembali
ke N2:
4 NH3 + 6 NO → 5 N2 + 6 H2O
Ini adalah sebuah reaksi sekunder yang diminimalisir oleh pengurangan
waktu campuran gas yang berada dalam kontak dengan katalis
Metode utama pembuatan asam nitrat adalah oksidasi katalitik
amonia. Dalam metode yang dikembangkan oleh kimiawan Jerman
Wilhelm Ostwald pada tahun 1901, gas amonia berturut-turut dioksidasi
menjadi oksida nitrat dan nitrogen dioksida melalui udara atau oksigen
dengan adanya katalis platinum kasa. Nitrogen dioksida diserap dalam air
untuk membentuk asam nitrat. Hasil larutan asam dalam air dan dari
autokatalis. Kontribusi yang paling terkenal untuk kimia diterapkan pada

16
oksidasi katalitik amonia menjadi asam nitrat, proses dipatenkan yang
masih digunakan dalam produksi industri pupuk.
Proses Oswald dalam Produksi Asam Nitrat
Asam nitrat dibuat dengan melalui tiga tahap, dikenal dengan
proses Oswald, sebagai berikut. Mula-mula amonia dan udara berlebih
dialirkan melalui katalis Pt – Rh pada suhu 950 °C, kemudian didinginkan
sampai suhu mencapai 150 °C di mana gas dicampur dengan udara yang
akan menghasilkan NO2. Gas NO2 dan udara sisa dialirkan ke dasar
menara, kemudian disemprotkan dengan air pada temperatur sekitar 80
°C, maka akan diperoleh larutan yang mengandung 70% HNO 3.

Reaksi: 4 NH3(g) + 5 O2(g) → 4 NO(g) + 6 H2O(g)


2 NO(g) + O2(g) → 2 NO2(g)
4 NO2(g) + O2(g) + 2 H2O(l) → 4 HNO3(aq)
Asam nitrat banyak digunakan untuk pupuk (amonium nitrat),
obatobatan, dan bahan-bahan peledak, seperti TNT, nitrogliserin, dan
nitroselulosa. Asam nitrat juga digunakan pada sistem pendorong roket
dengan bahan bakar cair.

3.3 Industri Amoniak/Proses Haber


Proses Haber Bosch adalah proses pembuatan amonia yang
dicetuskan oleh Fritz Haber dan dipopulerkan / diproduksi besar – besaran
oleh Carl Bosch. Berikut penjelasannya.

17
Pada proses industri umumnya akan mengikuti hukum ekonomi,
yaitu dengan biaya sekecil – kecilnya untuk memperoleh keuntungan
sebanyak – banyaknya. Prinsip ini, di dalam industri yang menghasilkan
barang tentunya dapat diubah menjadi; dengan biaya dan usaha
seminimal mungkin untuk menghasilkan barang industri yang sebanyak –
banyaknya. Oleh karena itu, faktor – faktor yang menghambat atau
memperlambat suatu proses di industri diusahakn seminimal mungkin. Hal
ini berlaku juga pada pembuatan amonia.
Amonia (NH3) merupakan senyawa penting dalam industri kimia,
karena sangat luas penggunaannya. Sebagai contoh untuk pembuatan
pupuk, asam nitrat, dan senyawa nitrat untuk berbagai keperluan.
Produksi amonia di Indonesia dilakukan pada pabrik petrokimia di Gresik
dan Kujang. Proses pembuatan amonia dilakukan melalui reaksi:
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)    ∆H = -92 kJ
Proses ini diperkenalkan oleh Fritz Haber dari Jerman pada tahun
1913. Saat itu pada perang dunia I, Jerman terkena blokade tentara
Sekutu sehingga pasokan senyawa nitrat (Sendawa Chili, KNO 3) dari
Amerika yang merupakan bahan pembuat amunisi tidak dapat masuk ke
Jerman. Proses ini juga sering disebut proses Haber Bosch untuk
menghormati Karl Bosch , seorang insinyur yang mengembangkan
peralatan pembuatan amonia untuk skala industri.
Reaksi pembuatan amonia (melalui proses Haber Bosch)  ini
merupakan reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
amonia sebanyak – banyaknya, digunakan asas Le Chaterlier pada
prosesnya. Untuk menggeser kesetimbangan ke arah pembentukan NH 3,
maka konsentrasi N2 dan H2 diperbesar (dengan menaikan tekanan kedua
gas tersebut). Faktor lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah
suhu dan tekanan.
Dilihat dari reaksinya yang eksoterm, seharusnya proses tersebut
dilakukan pada suhu rendah. Akan tetapi, jika dilakukan pada suhu rendah
reaksi antara N2 dan H2 menjadi lambat. Hal ini dapat diatasi dengan

18
menambahkan katalis Fe yang diberi promotor (bahan yang lebih
mengaktifkan kerja katalis) Al2O3  dan K2O.
Selain itu, faktor tekanan juga perlu diperhatikan. Jika diperhatikan
dari persamaan reaksinya, NH3 akan benyak terbentuk pada tekanan
tinggi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan faktor biaya yang
diperlukan dan keamanan kostruksi bangunan pabrik untuk melakukan
proses dengan tekanan tinggi.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, maka didapatkan kondisi
optimum, dimana pada kondisi tersebut akan diperoleh amonia secara
ekonomis paling menguntungkan. Pada tabel berikut akan dipaparkan
berbagai kondisi suhu dan tekanan, serta amonia yang dapat dihasilkan.
Tabel persentase amonia pada tekanan setimbang untuk berbagai
suhu dan tekanan.
Tekanan
Suhu (oC)
200 atm 300 atm 400 atm 500 atm
400 38,74 47,85 58,86 60,61
450 27,44 35,93 42,91 48,84
500 18,86 26,00 32,25 37,79
550 12,82 18,40 23,55 28,31
600 8,77 12,97 16,94 20,76
 
Dengan pertimbangan keamanan konstruksi pabrik, biaya produksi
dan berbagai pertimbangan lainnya , kondisi optimum untuk operasional
pabrik amonia umumnya dilakukan pada tekanan antara 140 atm – 340
atm dan suhu antara 400oC – 600oC.

19
3.4 Industri Minyak/Proses Hidrogenasi

Fermentasi-Hidrogenasi

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa pada prinsipnya metode ini
memproduksi butanol melalui dua tahap proses. Proses pertama adalah
fermentasi pada fibrous bed bioreactor untuk pembentukan asam butirat

20
dari glukosa atau umumnya proses ini disebut acidogenesis. Asam butirat
sendiri sebenarnya juga dihasilkan pada tahapan awal fermentasi ABE
oleh Clostridium acetobutylicum, namun selanjutnya mengalami
pergantian proses metabolik menghasilkan solven berupa butanol, aseton,
dan etanol saat konsentrasi asam butirat mencapai >2g/L dan pH <5.
Pada proses tahap pertama untuk menghasilkan asam butirat ini
digunakan jenis strain yang berbeda dari fermentasi ABE. Dengan umpan
berupa gula sederhana, Clostridium tyrobutiricum mampu menghasilkan
asam butirat dalam jumlah yang relative besar (48% w/w) hingga
konsentrasi 80g/L, dan produktivitas >2 g/L.h pada suhu proses 37oC di
dalam fermentor berisikan medium glukosa dan xylose yang diberi asupan
gas nitrogen. Agitasi pada fermentor sebesar 150 rpm dengan pH 6.0
(dijaga menggunakan NH4OH atau 6 N HCL). Pada proses yang
berlangsung 36-48 jam ini dihasilkan produk samping berupa gas
hidrogen yang pada proses tahap berikutnya akan dimanfaatkan sebagai
umpan reaktor setelah melalui proses kompresi.
Produk samping lainya yang dihasilkan adalah gas karbon dioksisa
dan asam asetat dalam jumlah kecil. Namun proses acidogenesis ini
dapat terinhibisi oleh banyaknya produk asam yang dihasilkan sehingga
menurunkan yield dan konsentrasi produk sehingga diperlukan
penanganan lanjut. Asam butirat yang telah dihasilkan dari proses
sebelumnya akan diproses dengan hidrogenasi katalitik. Hidrogen yang
dihasilkan dalam fermentasi dipisahkan dari karbon dioksida untuk
menghidrogenasi asam butirat. Gas hydrogen make up diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan umpan yang tidak mampu disuplai dari proses
sebelumnya. Sementara itu asam butirat hasil fermentasi dipisahkan dan
dimurnikan dari medium fermentasi menggunakan proses ekstraksi amine.
Proses fermentasi dan ekstraksi yang berjalan secara simultan
akan dapat dihasilkan asam butirat dengan konsentrasi dan produktivitas
yang lebih tinggi disebabkan dengan adanya proses ini akumulasi asam
yang dihasilkan dalam fermentor dapat segera dikontrol untuk sementara

21
asam yang telah terbentuk langsung menuju ekstraksi. Asam butirat
kemudian di-stripping dengan menggunakan air panas atau steam pada
ekstraktor kedua untuk mengkonsentrasikan asam butirat dan menjadi
umpan kolom hidrogenasi. Asam karboksilat akan dapat terkonversi
secara katalitik menjadi alkohol dengan bantuan katalis oksida logam
(Cu/ZnO dan Cu/Cr) di bawah tekanan (200-300 atm) dan suhu tertentu
(150-250oC) selama ± 20 jam. Proses hidrogenasi katalitik mampu
mencapai selektivitas tinggi (>95%) dan konversi >70% apada waktu
reaksi yang relatif singkat (beberapa jam). Proses ini akan menghasilkan
produk samping berupa ester dan air.
Produk butanol yang dihasilkan dapat dipisahkan dari asam butirat
yang tidak bereaksi, dan produk samping dengan menggunakan proses
distilasi. Yield teoretis butanol dari asam butirat dalam proses ini mampu
mencapai 83% (w/w). Butanol dengan tekanan uap yang rendah dan
kelarutan yang rendah dalam air akan keluar dari bottom sedangkan ester
butirat dan air akan keluar dari bagian puncak dan kembali di-recycle
seperti yang ditunjukan dalam gambar. Neraca massa berbasis
stoikiometri reaksi:
1. Fermentasi asam butirat tanpa pembentukan asam asetat
(jumlahnya sedikit)

2. Hidrogenasi asam butirat menjadi butanol

3.5 Industri Minyak Bumi/Proses Fischer-Tropsch


Sejak perang dunia ke-II, Jerman mengalami krisis bahan bakar. Di
tengah krisis tersebut, ilmuwan jerman, Franz Fischer dan Hans Tropsch,
menemukan sebuah metode baru untuk mengubah batu bara menjadi
minyak bumi buatan pada tahun 1920. Dikarenakan keberhasilan metode
tersebut, maka proses untuk membuat minyak bumi buatan disebut
proses Fischer-Tropsch (FT).

22
Proses Fischer-Tropsch (FT) memproduksi senyawa hidrokarbon
sintetis melalui reaksi gas hidrogen (H 2) (biasa digunakan oleh industri
pupuk untuk membuat pupuk urea) dan karbon monoksida (CO)
(merupakan gas hasil pembakaran bensin atau solar di kendaraan). Gas
H2 dan CO akan bereaksi pada permukaan logam transisi (unsur-unsur
logam yang berada pada golongan 3 – 12 dan blok d pada tabel periodik
seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan lain-lain) (Reni, 2011). Bahan baku
yang biasa digunakan dalam proses ini yaitu batu bara, gas alam atau
biomassa. Biomassa merupakan bahan organik yang berasal dari
tumbuhan, hewan, limbah pertanian, limbah industri, sisa metabolisme
makhluk hidup seperti kotoran ternak atau manusia, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan gas H2 dan CO dapat melalui proses gasifikasi.
Gasifikasi merupakan proses mengubah biomassa menjadi gas sintetis
(syngas) dengan pemanasan suhu tinggi. Syngas terdiri dari Gas metana
(CH4), CO dan H2 yang merupakan produk utama gasifikasi. Terdapat pula
produk samping yaitu tar (senyawa hidrokarbon kompleks seperti
benzena, toluena, dan lain-lain), HCN, H 2S, NH3, debu dan arang. Oleh
karena itu, syngas hasil gasifikasi dapat menjadi bahan baku pada proses
FT.
Kombinasi antara gasifikasi biomassa dan sintesis Fischer-tropsch
atau Biomass Gasification Fischer-Tropsch (BGFT) merupakan cara
alternatif untuk memproduksi bahan bakar terbarukan. Katalis adalah
suatu bahan kimia yang dapat mempercepat reaksi, tanpa ikut
terkonsumsi dalam suatu reaksi dan mengarahkan bahan baku ke produk
yang diinginkan sehingga hasil samping dapat dikurangi. Katalis yang
digunakan dalam sintesis Fischer-Tropsch adalah logam transisi berupa
Fe (besi), Co (kobalt), Ni (nikel) atau Ru (rutenium). Katalis besi lebih
banyak digunakan karena harganya murah dan memiliki keaktifan yang
relatif lebih tinggi. Untuk meningkatkan jumlah produk, katalis Fe
membutuhkan bantuan Mangan (Mn) sebagai promotor (pendukung
katalis). Katalis Fe-Mn telah digunakan di industri sintesis FT selama

23
bertahun-tahun (Rao, 1992 dalam Ika, 2011). Industri FT tersebut
memproduksi berbagai senyawa hidrokarbon seperti diesel dan bensin,
tetapi karena aktivitas industri dan transportasi yang semakin meningkat
maka senyawa hidrokarbon yang sangat dibutuhkan adalah diesel (solar)
atau biasa disebut green diesel (FT-Diesel) (Fitria, 2009). Skema untuk
proses produksi FT-Diesel dari syngas yang dihasilkan dari gasifikasi
biomassa dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema proses produksi green diesel (FT-Diesel) dari biomassa


Sumber : H. Boerrigter, 2002
Syngas dari proses gasifikasi biomassa akan melalui proses
pembersihan gas terlebih dahulu karena masih mengandung pengotor
seperti gas H2S, NH3, HCN yang dapat meracuni katalis di reaktor Fischer-
Tropsch (FT). Unit-unit proses dalam pembersihan gas terdiri dari Tar
Cracking (untuk mengkonversi tar menjadi H 2 dan CO pada suhu
1300oC), Hot-gas Filter (untuk menghilangkan debu, arang, dan abu pada
suhu 400oC), Water Scrubber (untuk menghilangkan NH3 dan HCN pada
suhu ruangan), Condenser (untuk mengembunkan air), dan filter ZnO
serta karbon aktif untuk menghilangkan gas CO 2 dan H2S. Setelah proses
pembersihan gas, syngas akan masuk ke proses pengkondisian gas
terlebih dahulu untuk meningkatkan perbandingan antara kadar
H2 terhadap kadar CO melalui Shift Reaction (mereaksikan gas CO dan

24
H2O untuk menghasilkan H2), lalu H2 yang dihasilkan digunakan
untuk hydrocracking (proses mengubah fraksi berat ke fraksi ringan
minyak bumi menggunakan gas H 2 pada suhu 400 – 1000oC dan tekanan
20-70 bar, contohnya mengubah C48H98 menjadi C20H42). Skema proses
pembersihan gas dijelaskan pada gambar 2.

Gambar 2. Proses pembersihan gas


Sumber : H. Boerrigter, 2002
Saat ini reaktor FT secara komersial memiliki dua rentang suhu
yang berbeda. Untuk memproduksi bensin dan olefin (seperti propilena
dan etilena yang digunakan di industri petrokimia) digunakan reaktor High
Temperature Fischer-Tropsch (HTFT) dengan suhu 340 oC menggunakan
katalis besi. Diesel dan lilin diproduksi menggunakan reaktor Low
Temperature Fischer-Tropsch (LTFT) pada suhu 230oC dengan bantuan
katalis besi atau kobalt. Maka untuk memproduksi diesel digunakan
reaktor LTFT dan reaksi kimia yang terjadi pada sintesis Fischer-Tropsch
adalah sebagai berikut :
Katalis Fe-Mn : CO + 2H2 > -(CH2)-+ H2O
Water-Gas Shift Conversion : CO + H2O  >   CO2  +  H2
(Sumber : H. Boerrigter, 2002)
Produk kemudian dimurnikan untuk menghasilkan green
diesel (FT-Diesel). Green diesel atau FT-Diesel yang dihasilkan memiliki
energi yang lebih tinggi dari biodiesel dan setara dengan minyak diesel
dari minyak bumi tetapi emisi CO dan SO 2 yang dihasilkan lebih rendah

25
dari minyak diesel. Hambatan terbesar teknologi FT adalah tingginya
investasi, biaya operasi dan pemeliharaan. Meski begitu, beberapa negara
telah menerapkan teknologi FT untuk memproduksi bahan bakar
terbarukan. Di Sasol, Afrika Selatan menggunakan batu bara dan gas
alam untuk memproduksi minyak bumi sintetis dan Sasol telah memasok
FT-Diesel ke berbagai negara (Ika, 2011). Pengembangan teknologi FT
mulai dipertimbangkan untuk mengantisipasi krisis bahan bakar di masa
depan. Oleh karena itu, Indonesia sebagai produsen biomassa terbesar di
ASEAN harus mampu menerapkan teknologi Fischer-Tropsch untuk
memenuhi kebutuhan energi nasional yang kian hari kian meningkat.

26
BAB IV
APLIKASI DALAM INDUSTRI/TUGAS KHUSUS

Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78%


dari volumenya, tetapi karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa
nitrogen tidak banyak terdapat di alam. Metode untuk menyintesis
senyawa-senyawa nitrogen yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen
buatan, merupakan proses industri yang sangat penting. Metode utama
adalah mereaksikan nitrogen dan hidrogen membentuk amonia. Amonia
selanjutnya diubah menjadi senyawa nitrogen lainnya, seperti asam
nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH2)2) merupakan bahan kimia
yang terbentuk melalui reaksi NH3 dengan CO2.

Amonia dan struktur


kimianya
Amonia juga digunakan dalam pembuatan bermacam-macam

27
monomer yang mengandung nitrogen untuk industri nilon, polimer-
polimer akrilat, dan busa poliutretan. Amonia juga digunakan dalam
industri farmasi, macam-macam bahan organik, anorganik, detergen dan
larutan pembersih, pupuk, dan bahan peledak (TNT atau trinitrotoluena).

Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen


ditemukan oleh Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman.
Sedangkan proses industri pembuatan amonia untuk produksi secara
besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga
dari Jerman.
Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah :
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92,4Kj Pada 25oC : Kp =6,2×105

Dasar teori dari reaksi sintesis amonia dan uji laboratorisnya


merupakan penelitian Fritz Haber (1908). Usaha pengembangan proses
Haber menjadi proses besar-besaran. Usaha tersebut merupakan
tantangan bagi insinyurinsinyur kimia pada saat itu. Hal ini karena metode
tersebut mensyaratkan reaksi kimia dalam fasa gas pada suhu dan
tekanan tinggi dengan katalis yang sesuai. Pekerjaan ini dipimpin oleh
Carl Bosch di Badishe Anilin and Soda Fabrik (BASF). Pada tahun 1913,
pabrik beroperasi dengan produksi 30.000 kg NH3 per hari. Pabrik amonia
modern saat ini mempunyai kapasitas 50 kali lebih besar.

28
Dalam proses industri pembuatan amonia secara garis besar proses
dibagi menjadi 4 unit. Seperti yang diterapkan di industri pupuk yaitu PT.
Pupuk Kaltim dan Pupuk Sriwijaya berikut:

29
1) Feed Treating Unit
Gas Alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama
senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan
dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada katalisator di
Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung
dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana
yang disebut Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya
dikirim ke Reforming Unit.

2) Reforming Unit
Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan
uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil
reaksi yang berupa gas-gas hydrogen dan carbon dioxide dikirim ke
Secondary Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan
gas-gas sebagai berikut :
a. Hidrogen
b. Nitrogen
c. Karbon Dioksida

Gas gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit purifikasi dan Methanasi untuk
dipisahkan gas karbon dioksidanya.

3) Purifikasi & Metanasi


Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit
dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon Dioksida yang telah
dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa karbon dioksida
yang terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada
katalisator ammonia converter, oleh karena itu sebelum gas proses ini
dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration terlebih dahulu masuk ke
Methanator.

4) Compression Synloop & Refrigeration Unit

30
Gas Proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan
gas hidrogen : nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai
tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi
pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga
didapatkan amonia dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai
bahan baku pembuatan Urea.
Hasil / produk pada proses di atas adalah amonia cair yang
beserta karbon dioksida digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea.
Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk
menghasilkan amonia dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus
dilakukan pada suhu yang rendah. Akan tetapi, pada suhu rendah reaksi
akan berlangsung lambat. Oleh karena itu, untuk mengimbanginya, maka
reaksi dalam pembuatan amonia dilakukan pada suhu tinggi (sekitar
500°C) dan tekanan yang tinggi (200 – 400 atm). Suhu dan tekanan
tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat berlangsung
cepat dan amonia yang dihasilkannya dalam jumlah besar (reaksi
bergeser ke kanan).
Jadi, berdasarkan uraian di atas, maka pada reaksi kesetimbangan
dalam pembuatan amonia, suhu yang tinggi dan katalis berfungsi untuk
mempercepat reaksi, sedangkan tekanan yang tinggi berfungsi untuk
menggeser reaksi ke arah hasil reaksi (dalam hal ini amonia). Berikut ini
adalah kondisi optimum dalam proses pembuatan amonia.

No Faktor Reaksi : N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H= Kondisi


-924 Kj Optimum
1. Suhu 1.Reaksi bersifat eksoterm 400-600Oc
2.Suhu rendah akan menggeser
kesetimbangan kekanan.
3.Kendala:Reaksi berjalan lambat
2. Tekanan 1.Jumlah mol pereaksi lebih besar 150-300 atm
dibanding dengan jumlah mol

31
produk.
2.Memperbesar tekanan akan
menggeser kesetimbangan
kekanan.
3.Kendala Tekanan sistem dibatasi oleh

kemampuan alat dan faktor keselamatan.


3. Konsentra Pengambilan NH3 secara terus _
si menerus akan menggeser
kesetimbangan kearah kanan
4. Katalis Katalis tidak menggeser kesetimbangan Fe dengan
kekanan, tetapi mempercepat laju reaksi campuran
secara keseluruhan Al2O3 KOH dan

garam lainnya

BAB V
KESIMPULAN

1. Kesetimbangan kimia adalah reaksi kimia yang berlangsung dua arah


( ⥨ ), yaitu hasil reaksi dapat berubah kembali menjadi pereaksinya
hingga konsentrasi reaktan dan produk konstan.
2. Faktor yang mempengaruhi kesetimbangan diantaranya :
a. Temperatur
b. Tekanan
c. Konsentrasi
d. Volume
3. Jenis-Jenis Kesetimbangan yaitu :
a. Kesetimbangan Homogen yaitu reaksi yang semua spesi
bereaksinya berada pada fasa yang sama.

32
b. Kesetimbangan Heterogen yaitu Reaksi reversible yang
melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda
4. Industri Menggunakan Kesetimbangan Kimia diantaranya :
a. Industri Asam Sulfat dengan Proses Kontak
b. Industri Asam Nitrat dengan Proses Ostwald
c. Industri Amoniak dengan Proses Haber Bosch
d. Industri Minyak Tumbuh Tumbuhan dengan Proses
Hidrogenasi
e. Industri Minyak Bumi dengan Proses fischer Tropsch

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi ke-3.


Jakarta: Erlangga.
Justiana, Sandri dan Muchtaridi.2009. Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta:
Yudhistira.

Bareta, Winda. 2005. Laporan Akhir Tinjauan Tinggi Packing Absorbing


Tower Terhadap Daya Serap Gas SO3 Dalam Pembuatan Asam Sulfat
PT. Dunia Kimia Utama Inderalaya Kab. Ogan Ilir. Palembang.

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima.


Jakarta: Erlangga. Perry, R .H., Perry’s Chemical Engineering’s Hand
Book, 6th edition, McGraw Hill Book Company.

Budhijanto, Bahan Kuliah 1 Proses Industri Kimia.-Kobe, K.A., 1957,

Inorganic Process Industries, The MacMillan Company, New York.

33

Anda mungkin juga menyukai