Anda di halaman 1dari 26

RANGKUMAN MATERI KIMIA DASAR 1

MATERI:
1. TERMOKIMIA
2. IKATAN LOGAM, IONIK, DAN HIDROGEN
3. IKATAN KOVALEN
4. STOIKIOMETRI
PEMBAHASAN MATERI:
1. TERMOKIMIA
Ilmu kimia yang membahas energi panas yang menyertai reaksi kimia.
1.1. Sistem dan Lingkungan
1.1.1. Sistem adalah bagian dari alam semesta di mana kita ingin memusatkan
perhatian. Sistem dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
 Sistem terbuka (dapat melakukan pertukaran materi dan pertukaran
energi).
 Sistem tertutup (tidak dapat melakukan pertukaran materi, tetapi dapat
melakukan pertukaran energi).
 Sistem tersekat (tidak dapat melakukan pertukaran materi maupun
pertukaran energi).

1.1.2. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar system.

1.2. Entalpi
Reaksi kimia melepaskan energi apabila reaktan memiliki energi lebih tinggi
dibandingkan produk. Reaksi kimia menyerap energi ketika produk memiliki
energi yang lebih tinggi dibandingkan reaktan. Pada tekanan tetap, energi kimia
yang tersimpan di dalam suatu zat disebut entalpi dan dilambangkan dengan
simbol H. Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi sama dengan jumlah
energi yang dilepaskan atau diserap pada tekanan tetap. Entalpi merupakan fungsi
keadaan. Fungsi keadaan adalah suatu variable yang harga perubahannya hanya
tergantung pada keadaan awal dan akhir, bukan pada jalan yang ditempuh untuk
melakukan perubahan tersebut.
1.3. Reaksi Eksotermik
Reaksi eksotermik adalah suatu reaksi yang berlangsung
dengan pelepasan energi atau penurunan entalpi. Reaksi
eksotermik melepaskan energi ke lingkungan. Reaktan
memiliki entalpi lebih tinggi dibandingkan produk.

Contoh :
2C2H6(g) + 7O2(g) → 4CO2(g) + 6H2O(g) ∆ H °=−169,4 kJ

Entalpi2C
(H)
2H6(g) + 7O2(g)

reaktan
∆ H °=−169,4 kJ
4CO2(g) + 6H2O(g)
produk
1.4. Reaksi Endotermik

Reaksi endotermik adalah suatu reaksi yang


berlangsung dengan penyerapan energi atau
kenaikan entalpi. Reaksi endotermik menyerap
energi dari lingkungan. Reaktan memiliki entalpi
lebih rendah dibandingkan produk.

Contoh:
N2(g) + O2(g) → 2NO(g) ∆ H =¿+181,8 kJ

Entalpi (H) 2NO(g)


produk
∆ H =¿+181,8 kJ
N2(g) + O2(g)
reaktan
1.5. Entalpi pembentukan Standar
Entalpi pembentukan standar dari suatu zat adalah perubahan entalpi untuk
pembentukan 1 mol zat dalam keadaan standar dari unsur-unsurnya dalam
keadaan standar. Entalpi pembentukan standar dilambangkan dengan simbol ΔHf˚
( f = formation, pembentukan). Entalpi pembentukan standar beberapa zat, ΔH f˚
(kJ/mol).

Zat Rumus ΔHf˚


Amoniak NH3(g) -46,1
Karbondioksida CO2(g) -393,5
Hydrogen bromida HBr(g) -36,4
Hydrogen iodide HI(g) +25,9
Nitrogen monoksida NO(g) +90,4
Belerang dioksida SO2(g) -297
Air (g) H2O(g) -241,8
Air (l) H2O(g) -285,8
1.6. Entalpi Atomisasi Standar
Entalpi atomisasi standar adalah perubahan entalpi untuk peruraian satu mol zat
menjadi atom-atom dalam fase gas pada keadaan standar. Entalpi atomisasi
standar dilambangkan dengan simbol ΔHa˚. Harga ΔHa˚ selalu positif, ΔHa˚ > 0,
karena energi dibutuhkan untuk memutuskan semua ikatan yang terdapat dalam
suatu zat. Entalpi atomisasi standar beberapa zat, ΔHa˚ (kJ/mol).

Zat Reaksi Peruraian ΔHa˚


H2(g) H2(g) → 2H(g) +432,00
O2(g) O2(g) → 2O(g) +493,59
N2(g) N2(g) → 2N(g) +941,69
HF(g) HF(g) → H(g) + F(g) +565
HCl(g) HCl(g) → H(g) + Cl(g) +428,02
1.7. Entalpi Pembakaran Standar
Entalpi pembakaran standar adalah perubahan entalpi untuk pembakaran
sempurna satu mol zat dengan gas oksigen pada keadaan standar. Entalpi
pembakaran standar dilambangkan dengan simbol ΔHc˚(c= combustion). Entalpi
pembakaran standar beberapa zat, ΔHc˚ (kJ/mol).

Zat Rumus ΔHc˚


Hydrogen H2(g) -286
Karbon (intan) C(s, intan) -395,388
Karbon (grafit) C(s, grafit) -393,505
Metana CH4(g) -890
Etana C2H6(g) -1560
Etanol C2H5OH(l) -1367
Glukosa C6H12O6(s) -2803
1.8. Entalpi Netralisasi Standar
Entalpi netralisasi standar adalah perubahan entalpi ketika larutan asam dan
larutan basa bereaksi membentuk satu mol air. Entalpi netralisasi standar
dilambangkan dengan simbol ΔHnet˚(net = netralisasi). Harga ΔHnet˚ selalu negatif,
ΔHnet˚ < 0. Entalpi netralisasi standar beberapa zat, ΔHnet˚ (kJ/mol).

Larutan Larutan Reaksi ΔHnet˚


Asam Basa
HCl(aq) NaOH(aq) HCl(aq)+NaOH(aq)→NaCl(aq)+H2O(l) -57,1
HCl(aq) KOH(aq) HCl(aq)+KOH(aq)→KCl(aq)+H2O(l) -57,1
HNO3(aq) NaOH(aq) HNO3(aq)+NaOH(aq)→NaNO3(aq)+H2O(l) -57,3
HNO3(aq) KOH(aq) HNO3(aq)+KOH(aq)→KNO3(aq)+H2O(l) -57,3
CH3COOH(aq) NaOH(aq) CH3COOH(aq)+NaOH(aq)→CH3COONa(aq)+H2O(l) -55,2
1.9. Entalpi Pelarutan Standar
Entalpi pelarutan standar adalah perubahan entalpi ketika satu mol zat dilarutkan
dalm sejumlah tertentu pelarut pada keadaan standar. Entalpi pelarutan standar
dilambangkan dengan simbol ΔHsol˚(sol = solution, larutan). Entalpi pelarutan
standar beberapa zat, ΔHsol˚ (kJ/mol).

Zat ΔHsol˚
∆ H sol˚=∆ H lat˚+∆ H hyd˚
NaOH -42,7
NaCl +3,9
Na2SO4 -2,3
KOH -55,2
KCl +17,2
K2SO4 +23,4
Mg(OH)2 +2,8
MgCl2 -155
1.10. Entalpi Reaksi Standar
Entalpi reaksi standar adalah perubahan entalpi untuk reaksi yang berlangsung
pada keadaan standar dan melibatkan jumlah mol zat yang ditentukan oleh
koefisien persamaan reaksinya. Entalpi reaksi standar dilambangkan dengan
simbol ΔHr˚(r = reaction). Entalpi reaksi standar dapat diperoleh dari hasil
eksperimen menggunakan kalorimeter ataupun hasil perhitungan.

1.11. Perhitungan ∆ H r˚ berdasarkan Data ∆ H f˚


Persamaan :

∆ H r˚=⅀np . ∆ H f˚(produk) - ⅀nr . ∆ H f˚(reaktan)

1.12. Perhitungan ∆ H r˚ berdasarkan Data Energi Ikatan


Energi ikatan adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan satu mol
ikatan pada senyawa kovalen dalam fase gas untuk membentuk produk dalam fase
gas pada suhu dan tekanan konstan. Energi ikatan juga disebut energi disosiasi
ikatan (D).
Persamaan:
∆ H r˚=⅀nr . D(reaktan) - ⅀np . D(produk)
1.13. Hukum Hess
Hukum Hess : perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan
awal dan akhir reaksi, tidak tergantung pada rute yang ditempuh.

2. IKATAN LOGAM, IONIK, DAN HIDROGEN


2.1. Ikatan Logam
2.1.1. Ikatan Logam : Teori Elektron Bebas

Model Awan Elektron


Model awan elektron dikemukaan oleh Druke pada tahun 1900 dan
disempurnakan oleh Lorentz pada tahun 1923.

 Model awan elektron : logam dianggap terdiri dari ion-ion logam yang
merupakan bola-bola keras yang tersusun teratur dan berulang dimana di
sekitar ion-ion logam tersebut terdapat awan elektron yang terbentuk dari
electron valensi atom-atom logam.
 Ikatan logam : gaya Tarik antara kation-kation logam dengan awan
elektron yang bermuatan negatif yang terbentuk dari elektron valensi dari
atom-atom logam.
 Kekuatan ikatan logam : Jumlah elektron valensi makin banyak, muatan
kation makin besar, akibatnya gaya tarik kation dan elektron valensinya
makin besar, sehingga ikatan logamnya makin kuat.
2.1.2. Sifat Fisik Logam
 Logam dapat ditempa dan direnggangkan

 Logam dapat menghantarkan listrik dan panas


 Logam tampak berkilau jika terkena cahaya

 Titik lebur logam relative tinggi


2.2. Ikatan Ionik
Ikatan ionik adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya elektrostatik antara
kation dan anion.
2.2.1. Ion dan Jari-Jarinya

Ion adalah atom atau


kumpulan atom yang
memiliki muatan positif
atau negatif.

2.2.2. Penggolongan Ion

Kation
Berdasarkan Jenis Muatan
Anion

Berdasarkan Jumlah Atom


Penyusunnya

Ion Monoatomik Ion Poliatomik


Ion yang terdiri atas satu jenis Ion yang terdiri atas dua jenis
atom : atom atau lebih:
 Kation : Na+, K+,Ca2+, Mg2+,  Kation : NH4+, PH4+
Al3+  Anion : NO3-, SO42-,
 Anion : F-, Br-, Cl-, O2-, S2 PO43-
2.2.3. Reaksi antara Kation dan Anion
 Kation sederhana dengan anion sederhana
a. Senyawa kovalen (nonlogam – nonlogam).
b. Senyawa kovalen (logam – nonlogam, perbedaan kelektronegatifan <
1,7).
c. Senyawa ionik (logam – nonlogam, perbedaan keelektronegatifan ≥
1,7)
 Kation sederhana dengan anion poliatomik
a. Senyawa kovalen (kation ion H+).
b. Senyawa ionik ( kation logam)

 Kation poliatomik dengan anion sederhana


 Kation poliatomik dengan anion poliatomik

Kesimpulan :
1. Senyawa biner yang tersusun atas atom logam dan atom non-logam tidak
selalu merupakan senyawa ionik.
2. Senyawa ionik dapat tersusun atas atom-atom non-logam.

Ikatan ionik adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya elektrostatik
antara kation dan anion

2.2.4. Pembentukan Senyawa Ionik


Representasi Simbolik :

Representasi Submikroskopik :

Representasi Makroskopik :
2.2.5. Model Senyawa Ionik (Kisi Kristal)

2.2.6. Energy Pembentukan Ikatan Ionik

800

720 Na+(g) + Cl(g)


640
560
(4) EA= -348,5
480
(3) IE= +495,4
400
Na+(g) + Cl-(g)
320
Entalpi (kJ/mol)
240 Na(g) + Cl(g)
160 (2) 1/2∆ HD(Cl2)= +120,9 (5) Uip = -450,2
Na(g) + 1/2Cl2(g)
80
(1) ∆ HA(Na)= +108,4
0 Na(s) + 1/2Cl2(g)

-80
Na+Cl-(g)
-160
∆ Hf (NaCl)=-410,9
-240 (6) Ukisi = -336,8

-320 NaCl(s)
-400
2.2.7. Sifat-sifat Senyawa Ionik
 Senyawa Ionik dapat menghantarkan listrik dalam keadaan tertentu

 Senyawa Ionik cenderung memiliki titik lebur tinggi


 Senyawa Ionik cenderung larut dalam pelarut dengan kepolaran tinggi
 Senyawa Ionik pada umumnya keras tetapi rapuh
2.3. Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen: ikatan yang terjadi apabila atom hidrogen terikat oleh dua atom
yang memiliki keelektronegatifan tinggi, biasanya atom N, O, dan F.

3. IKATAN KOVALEN
3.1. Elektron Valensi dan Elektron Dalam pada Unsur-unsur Golongan
Utama
Elektron valensi adalah elektron yang menempati kulit terluar dari suatu atom.
Elektron dalam adalah elektron yang terletak antara inti atom dan elektron
valensi.
Contoh :
2 2 3
7N = 1s 2s 2p
Jumlah elektron valensi = 5 elektron
Jumlah elektron dalam = 2 elektron

Na = 1s22s22p63s1
11
Jumlah elektron valensi = 1 elektron
Jumlah elektron dalam = 10 eletron

3.2. Symbol Lewis atau Lambang Lewis


Simbol atau lambang Lewis adalah lambang unsur dengan sejumlah titik yang
menyatakan elektron valensi dari atom tersebut. Aturan penulisan:
1. Jika jumlah elektron valensi ≤ 4, maka elektron valensi digambarkan sebagai
titik tunggal di keempat sisi simbol unsur.
2. Jika jumlah elektron valensi > 4, maka elektron valensi digambarkan sebagai
titik tunggal di keempat sisi simbol terlebih dahulu, kemudian memasangkan
sisa titik yang tersisa.
Contoh : 7N = 1s22s22p3 , jumlah electron valensi = 5 elektron

3.3. Aturan Oktet


Unsur-unsur selain golongan gas mulia mencapai kestabilan seperti konfigurasi
elektron golongan gas mulia.
 Aturan Oktet

“Atom-atom cenderung menerima, melepas,


atau memakai bersama elektron hingga mereka
memiliki delapan elektron pada kulit
terluarnya.”
 Kestabilan konfigurasi electron unsur golongan gas mulia
2He = 1s2
10Ne = 1s22s22p6
18Ar = 1s22s22p63s23p6
36Kr = 1s22s22p63s23p63d104s24p6
54Xe = 1s22s22p63s23p63d104s24p64d105s25p6
86Rn = 1s22s22p63s23p63d104s24p64d105s25p66s26p6
3.4. Pembentukan Anion

Ukuran atom O < ion


O2
Bertambahnya jumlah
elektron menyebabkan
gaya tarik inti terhadap
elektron-elektronnya
semakin lemah.
Akibatnya elektron-
elektron tersebut semakin
menjauhi inti.

3.5. Pembentukan Kation

Ukuran atom Mg > ion


Mg2+
Berkurangnya jumlah
electron menyebabkan
gaya tarik inti terhadap
elektron-elektronnya
semakin kuat. Akibatnya
elektron-elektron tersebut
semakin dekat ke inti.

3.6. Pemakaian Bersama Elektron


3.7. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk ketika terjadi pemakaian bersama
pasangan elektron oleh dua atom yang sama atau berbeda.
3.7.1. Pembentukan Ikatan Kovalen

3.7.2. Aturan Pembentukan Ikatan Kovalen


1. Ikatan kovalen terbentuk apabila terjadi pemakaian bersama pasangan
elektron oleh dua atom yang sama atau berbeda.
2. Kulit terluar atom hidrogen selalu terisi dua elektron.
3. Unsur-unsur pada periode dua yang elektron valensinya < 4 (Li, Be,
dan B) sebagai atom pusat, ketika membentuk ikatan kovalen pada
kulit terluarnya boleh terisi kurang dari delapan elektron. Dengan kata
lain, aturan oktet tidak harus dipenuhi. Contohnya LiCH 3, BeF2, dan
BCl3.
4. Pada pembentukan ikatan kovalen, jumlah maksimum elektron yang
mengisi kulit valensi atom dari unsur-unsur pada periode dua adalah
delapan elektron.
5. Unsur-unsur pada periode tiga atau lebih, sebagai atom pusat, pada
kulit terluarnya boleh terisi lebih dari delapan elektron. Unsur-unsur
tersebut tidak harus memenuhi aturan oktet. Contohnya PF5, SF6 dan
IF7.
3.8. Jenis Ikatan Kovalen Berdasarkan Jumlah Ikatannya
3.8.1. Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian bersama satu pasangan
elektron dalam satu ikatan. Contoh : HCl, F2.
3.8.2. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian bersama dua pasangan
elektron dalam satu ikatan. Contoh : O2, CO2.
3.8.3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian bersama tiga pasangan
elektron dalam satu ikatan. Contoh : HCN, N2.
3.9. Ikatan Kovalen Koordinasi
Suatu ikatan kovalen yang mana pasangan elektron yang dipakai berikatan hanya
berasal dari salah satu atom atau molekul yang berikatan saja. Ikatannya
dilambangkan sebagai tanda →.

3.10. Keelektronegatifan
Kemampuan relatif suatu atom untuk menarik elektron pada dirinya sendiri pada
waktu atom tersebut berikatan dengan atom lain.

Berdasarkan besarnya perbedaan keelektronegatifan antara dua atom yang


berikatan, ikatan dibagi menjadi :
3.10.1. Ikatan Kovalen Non-polar
Terjadi jika dua atom yang berikatan merupakan atom yang sama.
Mempunyai perbedaan nilai keelektronegatifan sebesar nol. Contoh: O2 ,
Cl2 , H2.
3.10.2. Ikatan Kovalen Polar
Terjadi jika dua atom yang berikatan merupakan atom yang berbeda.
Mempunyai perbedaan nilai keelektronegatifan sebesar 0 < x < 1,7.
Contoh: HBr, HCl, H2O.

3.10.3. Ikatan Ionik


Terjadi jika dua atom yang berikatan merupakan atom yang berbeda.
Mempunyai perbedaan nilai keelektronegatifannya ≥ 1,7.
3.11. Molekul Sederhana dan Ion Poliatomik Sederhana
Molekul sederhana dan ion poliatomik sederhana terdiri dari satu atom pusat
dengan satu atau lebih substituen yang terikat pada atom pusat. Kriteria atom
pusat :
1. Umumnya merupakan atom pertama pada rumus kimianya.
2. Bukan atom hidrogen. Atom hidrogen tidak pernah berlaku sebagai atom pusat
suatu molekul.
3. Pada asam oksi atau asam okso, atom pusatnya adalah atom setelah atom
hidrogen pada rumus kimia asam.
Subtituen : atom yang terikat pada atom pusat.
Contoh: Molekul sederhana : CH4, H2O, HNO2
Ion poliatomik : NH4+, BF4

3.12. Bilangan Koordinasi


Jumlah dari PEI, PEB, dan ETB yang terdapat pada kulit valensi atom.

BK atom pusat = ½ (elektron valensi atom + elektron yang didonorkan oleh


subtituen – muatan)

Subtituen Banyaknya Elektron yang Keterangan:


Didonorkan
H 1 Bila dalam molekul
F 1 dan ion poliatomik
terdapat atom oksigen
tetapi tidak terdapat
atom hydrogen maka
atom oksigen tersebut
dianggap sebagai atom
Cl 1
Br 1
I 1
OH 1
O (terminal) 0

Contoh :
Berapa bilangan koordinasi atom pusat pada :
a. CCl4
b. NH4+
Jawab:
a. CCl4
Atom pusat = C
Subtituen = Cl
BK atom C = ½ [ ev atom C + (jumlah Cl x elektron yg didonorkan Cl)-
muatan]
= ½ [ 4 + (4 x 1) – 0] = 4
b. NH4+
Atom pusat = N
Subtituen = H
BK atom C = ½ [ ev atom N + (jumlah H x elektron yg didonorkan H) –
muatan]
= ½ [ 5 + (4 x 1) – 1] = 4

3.13. Muatan Formal (QF)

Muatan hipotetik dari atom-atom yang berikatan kovalen pada molekul atau
ion poliatomik apabila pasangan elektron ikatan dianggap tertarik sama kuat
oleh dua atom yang berikatan
Muatan formal atom-atom dapat dihitung hanya apabila struktur Lewis dari
molekul atau ion poliatomik telah ditulis dengan benar.

QF = EV – NM = EV – NPEB – ½ NPEI
Dimana :
 EV adalah elektron valensi,
 NM adalaha jumlah elektron yang dimiliki oleh atom dalam molekul atau
ion poliatomik,
 NPEB adalah jumlah elektron dari semua PEB pada atom,
 NPEI adalah jumlah elektron dari semua PEI pada atom.
Muatan formal atom-atom dalam struktur Lewis suatu molekul dan ion poliatomik
dapat dijadikan sebagai indikator kestabilan dari molekul dan ion poliatomik
tersebut. Molekul dan ion poliatomik cenderung stabil bila atom-atomnya memiliki
muatan formal nol.
Contoh : Hitung muatan formal atom-atom pada BF3
Jawab :
Muatan formal
QF (B) = EV – NPEB – ½ NPEI
=3–0–½x6
=0
QF (F) = EV – NPEB – ½ NPEI
=7–6–½x2
=0
3.14. Struktur Lewis
Langkah-langkah penulisan struktur Lewis:
1. Menentukan atom pusat molekul atau ion poliatomik sederhana
2. Menghitung BK atom pusat, jumlah PEI dan PEB
3. Menuliskan kerangka struktur Lewis
4. Menambahakan elektron pada subtituen selain atom hidrogen sehingga
subtituen tersebut memenuhi aturan oktet
5. Menghitung muatan formal semua atom dalam molekul dan ion poliatomik
sederhana
6. Menjadikan muatan formal atom-atom harganya nol, bila mungkin, dengan cara
merubah PEB pada subtituen, yang muatan formalnya tidak nol, menjadi ikatan
kovalen. Bila tidak mungkin harga muatan formal atom pusat dijadikan negatif
kecil atau positif kecil.
Contoh : Struktur Lewis CF4
Tahap 1
Atom pusat : C
Tahap 2
BK atom C = ½ [ ev atom C + (jumlah F x elektron yg didonorkan F) – muatan]
= ½ [ 4 + (4 x 1) – 0] = 4
Atom C mengikat 4 atom F, PEI = 4
Sehingga PEB = BK – PEI
=4–4=0
Tahap 3
Atom C mengikat empat atom F, kerangka struktur Lewis CF4 adalah sebagai
berikut
F

F C F

F
Tahap 4
Mengoktetkan semua subtituen sehingga diperoleh gambar berikut
Tahap 5
Menghitung muatan formal semua atom
Muatan formal
QF (C) = EV – NPEB – ½ NPEI
=4–0–½x8
=0 Karena muatan formal tiap atom adalah nol,
QF (F) = EV – NPEB – ½ NPEI maka gambar di atas adalah struktur Lewis CF4
=7–6–½x2
=0
3.15. Resonansi
Suatu fenomena dimana molekul atau ion poliatomik dapat digambarkan dengan
lebih dari satu struktur.

Beberapa aturan dalam menggambarkan struktur-struktur kanonis yang terlibat


dalam resonansi:
1) Posisi atom-atom tidak berubah .
2) Jumlah ikatan tunggal, ikatan rangkap, dan pasangan elektron bebas pada
semua struktur kanonis adalah tetap.
3) Distribusi muatan formal dalam struktur-struktur kanonis adalah masuk akal.
4) Semakin banyak struktur kanonis yang dapat digambarkan untuk suatu
molekul atau ion poliatomik maka molekul atau ion poliatomik tersebut
semakin stabil.

4. STOIKIOMETRI
4.1. Hukum-Hukum Dasar Kimia
4.1.1. Hukum Kekekalan Massa atau Hukum Lavoisier
Antoine Lavoisier (1743 – 1794) melakukan percobaan dengan gas
hidrogen (H2) yang dibakar dengan gas oksigen (O2) dalam bejana tertutup,
dihasilkan
Hukum airKekekalan
yang massanya
Massasama
: dengan massa gas hidrogen dan gas
oksigen yangreaksi
“Pada diperlukan dalam
kimia, rekasi
massa zat tersebut.
sebelum reaksi sama dengan
massa zat hasil reaksi” 2H2O(g) + O2(g) →2H2O(g)

4.1.2. Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust


Joseph Proust (1754 – 1826) menemukan fakta bahwa setiap senyawa
selalu mengandung unsur-unsur dengan perbandingan massa tetap.
Contoh : senyawa tembaga (II) karbonat (CuCO3) murni dapat dibuat
dengan berbagai cara cara:
Cu(NO3)2 (aq) + Na2CO3(aq) → CuCO3 (s) + 2NaNO (aq)
Cu(NO3)2 (aq) + K2CO3(aq) → CuCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
CuSO4 (aq) + K2CO3(aq) → CuCO3 (s) + K2SO4 (aq)
Massa Cu : massa C : massa O = massa atom Cu : massa atom C : 3 x
massa atom O
= 63,546 sma : 12, 0015 sma : 3 x 15, 9994
sma
= 5,3 : 1,0 : 4,0

Hukum Perbandingan Tetap :


“Perbandingan massa unsur-unsur yang terdapat dalam
suatu senyawa adalah tetap, tidak tergantung pada cara
yang digunakan dalam memperoleh senyawa tersebut”
4.1.3. Hukum Kelipatan Perbandingan
Pada tahun 1808, John Dalton (1766 – 1844) mengajukan teori tentang
materi, salah satunya yaitu : “Ketika suatu atom bergabung dengan atom
yang lain, maka mereka mungkin menghasilkan senyawa-senyawa yang
berbeda dimana perbandingan jumlah atom-atom dalam senyawa-senyawa
tersebut merupakan bilangan bulat sederhana.”. Contoh : Nitrogen dan
oksigen membentuk NO dengan perbandingan massa nitrogen dan oksigen
adalah 7 : 8 dan NO2 dengan perbandingan massa nitrogen dan oksigen 7 :
16. Maka perbandingan jumlah oksigen dalam NO dan NO2 adalah 1 : 2 .

Hukum Kelipatan Perbandingan :


“Apabila dua unsur membentuk sejumlah senyawa, ketika
satu unsur dengan massa yang sama bergabung dengan
unsur lain dengan massa yang berbeda maka perbandingan
massa unsur yang berbeda dalam beberapa senyawa yang
dapat terbentuk merupakan bilangan bulat sederhana.”

4.1.4. Hukum Penggabungan Volume


Joseph Gay-Lussac melakukan sejumlah percobaan berkaitan dengan
volume gas-gas yang bereaksi satu dengan yang lain membentuk gas yang
lain. Ia menemukan bahwa :
1) 2 volume gas hidrogen (H2) bereaksi dengan 1 volume gas oksigen
(O2) membentuk 2 volume uap air, H2O(v).
2) 1 volume gas nitrogen (N2) bereaksi dengan 1 volume gas oksigen
(O2) membentuk 2 volume gas nitrogen oksida (NO).
3) 3 volume gas hidrogen (H2) bereaksi dengan 1 volume gas nitrogen
(N2) membentuk 2 volume gas amoniak (NH3).

Hukum Penggabungan Volume :


“Volume dari dua gas yang bereaksi (diukur pada
temperature dan tekanan yang sama), berbading sebagai
bilangan bulat sederhana.”

4.2. Massa Atom


Satuan untuk massa atom disebut “sma” (satuan massa atom) atau “amu” (atomic
mass unit).
12
Massa satuatom C
1 sma = 6 = 1,660539 x 10-24gram
12
Nomor massa (A) = jumlah proton (Z) + jumlah neutron

4.3. Massa Molekul dan Massa Rumus


Massa molekul dan massa rumus dinyatakan dalam sma (satuan massa atom).
Massa molekul adalah jumlah dari massa semua atom penyusun suatu molekul,
contoh : massa molekul oksigen, massa molekul karbondioksida. Massa rumus
adalah jumlah dari semua massa atom dalam rumus kimia suatu senyawa baik
senyawa molecular maupun senyawa ionik, contoh : massa rumus ammonium
sulfat, massa rumus barium bromat.

4.4. Konsep Mol


Mol (n) adalah ukuran kuantitatif standar yang sangat besar untuk menyatakan
jumlah atom, jumlah ion, dan jumlah molekul. 1 mol senyawa = jumlah partikel
yang terkandung dalam senyawa tersebut, yaitu sebanyak 6,022 x 1023 (Bilangan
Avogadro, NA).

1 mol zat = 6,022 × 1023 satuan zat = NA

Contoh:
1 mol 12C terdiri dari 6,022 × 1023 atom 12C
1 mol H2O terdiri dari 6,022 × 1023 molekul H2O
1 mol NaCl terdiri dari 6,022 × 1023 satuan rumus NaCl

4.4.1. Hubungan “sma” dengan “gram”


Berdasarkan percobaan Avogadro, diketahui:
◦ 12 gram 12C = 6,022 × 1023 atom 12C = NA
◦ 1 atom 12C = 12 sma
Maka
12 sma
(6,022 x 1023 atom) x( atom ) = 12 gram
6,022 x 1023 = 1 gram
Atau 1 sma = 1,661 x 1023

Massa 1 mol senyawa sama dengan massa senyawa tersebut dalam satu gram

Massa (gram) dari 1 mol senyawa = massa molar, ℳ (g/mol)


4.5. Persen Komposisi Senyawa

Jenis dan jumlah atom

Penentuan Komposisi berdasarkan


Senyawa
Persen massa unsur
penyusun

n x massa molar unsur


% massa unsur dalam senyawa = x 100%
massa molar senyawa

“Persen massa setiap unsur dalam 100% massa senyawa


merepresentasikan massa (gram) setiap unsur tersebut dalam 100
gram senyawa”

Contoh Soal :
Penisilin, antibiotika pertama di dunia, ditemukan secara kebetulan oleh
Alexander Fleming, seorang ahli bakteriologi Skotlandia, pada tahun 1928.
Penisilin F memiliki rumus kimia C14H20N2SO4.
Tentukan persentase massa masing-masing unsur yang terdapat dalam penisilin!
4.6. Rumus Empiris dan Rumus Molekul
4.6.1. Rumus Empiris
• Rumus kimia yang paling sederhana untuk suatu senyawa/ molekul.
• Menggunakan bilangan bulat yang paling kecil sebagai bilangan indeks.
• Ditentukan berdasarkan jumlah mol setiap unsur-unsurnya.
4.6.2. Rumus Molekul
• Menyatakan jumlah atom yang terdapat dalam satu molekul.
• Diperoleh dari rumus empiris dengan mengetahui massa molar molekul.
4.6.3. Langkah penentuan rumus empiris dan rumus molekul
1. Menentukan massa (gram) setiap unsur dalam senyawa
2. Menentukan mol unsur setiap senyawa
3. Membagi nilai mol setiap unsur dengan nilai mol paling kecil, sehingga
didapatkan rumus empiris
4. Menentukan massa molar berdasarkan rumus empiris
5. Menentukan rumus molekul
Contoh Soal :
Tentukan rumus empiris dan rumus molekul untuk senyawa yang mempunyai
persentase massa sebagai berikut:
Cl = 71,65% C = 24,27% H = 4,07%
Diketahui massa molar senyawa adalah 98,96 g/mol
Massa (gram) setiap unsur dalam senyawa
Cl = 71,65 gram C = 24,7 gram H = 4,07 gram
Mol setiap unsur dala senyawa
massa Cl 71,65 gram
Mol Cl = = = 2,021 mol Cl
massa molar Cl 35,45 g /mol
massa C 24,27 gram
Mol C = = = 2,021 mol C
massa molar C 12,01 g/mol
massa H 4,07 gra m
Mol H = = = 4,04 mol H
massa molar H 1,008 g /mol
Membagi nilai mol setiap unsur dengan nilai mol paling kecil
 2,021 mol Cl
 2,021 mol C mol Cl : mol C : mol H = 1:1:2 ClCH2
 4,04 mol H
Rumus Empiris : ClCH2
Menentukan massa molar berdasarkan rumus empiris
 1 atom Cl = 1 x 35,45 g/mol = 35,45 g/mol
 1 atom C = 1 x 12,01 g/mol = 12,01 g/mol
 2 atom H = 2 x 1,008 g/mol = 2,032 g/mol
49.48 g/mol
Menentukan rumus molekul
massa molar
Rumus molekul = rumus empiris x
massa molar rumus empiris
98,96 g/mol
= (ClCH2) x
49,48 g/mol
= (ClCH2) x 2
= Cl2C2H4
4.7. Reaksi Kimia
Reaksi kimia adalah suatu proses dimana sejumlah zat yang disebut reaktan atau
pereaksi berubah menjadi sejumlah zat baru yang disebut produk atau hasil reaksi.
Suatu reaksi secara simbolik dinyatakan dengan persamaan reaksi. Contoh : N2(g) +
O2(g) → 2NO(g). Dalam reaksi kimia, kecuali reaksi nuklir, dianggap bahwa atom
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Bukti terjadinya reaksi kimia:
 Berkurang atau menghilangnya suatu zat
 Terjadinya perubahan warna
 Dihasilkannya suatu gas
 Terjadinya endapan dalam larutan yang jernih
 Timbulnya bau
 Terjadinya perubahan temperature
4.7.1. Jenis-jenis Reaksi Kimia
 Reaksi Kombinasi/ Reaksi Adisi
 Reaksi penggabungan zat-zat sederhana menjadi sat yang lebih
rumit.
 Contoh : 2Na(s) + Cl2(g) → 2NaCl(s)

 Reaksi Dekomposisi
 Reaksi dimana suatu zat terurai menjadi zat-zat yang lebih
sederhana.
 Contoh : 2AgBr(s) → 2Ag(s) + Br2(g)

 Reaksi Pembakaran
 Reaksi antara unsur dan senyawa dengan gas oksigen menghasilkan
zat baru disertai pelepasan panas atau cahaya.
 Contoh : 4Na(s) + O2(g) → 2Na2O (s)

 Reaksi Penggantian
 Reaksi dimana suatu unsur menggantikan unsur yang lain yang ada
dalam suatu senyawa.
 Contoh : Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)

 Reaksi Uraian Berganda/ Reaksi Metatesis

 Reaksi dimana dua senyawa saling tukar-menukar penyusunnya.


 Contoh : KOH(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + H2O(l)

4.8. Penyetaraan Persamaan Reaksi


Dalam penyetaraan persamaan reaksi kimia tidak ada cara tertentu, kebanyakan
dengan cara inspeksi yaitu trial and error. Penyetaraan persamaan reaksi
mengikuti 3 langkah berikut:
 Langkah 1:
Menulis dengan tepat rumus kimia reaktan dan produk pada persamaan
reaksi tidak setimbang.
 Langkah 2:
Menyetarakan jumlah atom pada reaktan dan produk dengan menyesuaikan
koefisien zat.
 Langkah 3:
Menggunakan bilangan bulat terkecil untuk semua harga koefisien reaksi
Beberapa saran yang dapat diterapkan dalam penyesuaian koefisien reaksi:.
1) Setarakan terlebih dahulu atom-atom selain atom H dan atom O.
2) Mulailah menyesuaikan koefisien dari zat yang memiliki jenis dan jumlah
atom terbanyak.
3) Menyeimbangkan secara terpisah atom-atom yang muncul di temapt sendiri
dalam persamaan reaksi
4.9. Contoh Interpretasi Persamaan Reaksi
 Persamaan reaksi pembakaran metana

CH2(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)

 Representasi mikroskopis

 Interpretasi persamaan reaksi pembakaran metana


Reaktan Produk
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)
1 molekul + 2 molekul 1 molekul +2 molekul
1 mol + 2 mol 1 mol + 2 mol
6,022 x1023molekul +2(6,022 x1023 6,022 x1023molekul +2(6,022 x1023
molekul) molekul)

1 gram + 2 gram 1 gram + 2 gram

4.10. Stoikiometri Reaksi


Berapa massa oksigen yang akan bereaksi dengan 96,1 gram propana berdasarkan
persamaan reaksi berikut?
C3H8(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g)
 Menyetarakan persamaan reaksi

C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g)

 Menentukan mol propane


massa 91,6 g
Mol C3H8 = = = 2,18 mol C3H8
massa molar 44,1 g / mol
 Menentukan mol oksigen
5 mol O2
Mol O2 = 2,18 mol C3H8 x = 10,9 mol O2
1mol C 3 H 8
 Menentukan massa oksigen

Massa O2 = mol x massa molar = 10,9 mol x 32 g/mol = 349 gram O2

4.11. Pereaksi Pembatas


 Pereaksi Pembatas
 Pereaksi yang pertama kali habis bereaksi
 BUKAN: pereaksi dengan mol terkecil
 BUKAN: pereaksi dengan massa terkecil
 Penentu kuantitas produk

 Pereaksi Berlebih
 Pereaksi yang memiliki kuantitas lebih besar daripada pereaksi
pembatas, dimana jumlahnya lebih banyak daripada kebutuhan
reaksi.

4.12. Hipotesis Avogadro

“Pada temperatur dan tekanan yang sama, gas-gas yang memiliki volum
yang sama mengandung jumlah partikel yang sama”

Artinya : Pada temperatur dan tekanan yang sama, volum yang ditempati oleh
satu mol (volum molar) gas apapun harus SAMA.
Keadaan standar:
STP (standard condition of temperature and pressure)
◦ Temperatur standar : 273 K (0˚C)
◦ Tekanan standar : 1,0 atm
4.12.1. Volum molar beberapa gas (tekanan standar)
Gas Rumus Volum molar standar (L)
Helium He 22,398
Argon Ar 22,402
Hydrogen H 22,410
Nitrogen N 22,413
Oksigen O 22,414
Massa gas
Karbon monoksida CO 22,414

Mol x massa molar


Volum molar = 22,4 L

Volum gas V : 22,4 L/mol Jumlah mol


(STP) gas

Mol x NA

Jumlah molekul gas

Anda mungkin juga menyukai