Anda di halaman 1dari 26

PERKEMBANGAN SAINS

By:Rahmi Faradisya Ekapti

Adapted from:
Wonorahardjo, Surjani. 2011. Dasar-Dasar Sains Menciptakan
Masyarakat Sadar Sains. Jakarta : Indeks
Pendahuluan
 Setiap penemuan baru akan menghasilkan
serangkaian penemuan baru yang merupakan
derivasi dari penemuan baru tersebut menurut
beberapa sudut pandang.

 Misalnya penemuan rumus struktur senyawa stabil


C60 (Fulerena) atau “the bucky ball” oleh beberapa
kimiawan di Universitas of Texas. Perkembangan
macam ini tidak pernah terduga sebelumnya, namun
sekarang telah dapat diprediksi apa saja yang akan
dihasilkan di masa mendatangkan dari hasil
penemuan rumus terkenal ini.
 Selain hasil baru, ditemukan pula metode baru
baik yang berasal dari bidang spesifik maupun
dari bidang studi lain yang melakukan penelitian
lintas bidang.

 Untuk mendapatkan suatu produk baru pasti


diperlukan metode dan pendekatan baru serta
strategi baru baik untuk mendapatkan produk
tersebut maupun mengaplikasikan produk baru
yang telah dipikirkan sebelumnya.
 Setiap langkah kemajuan sains biasanya
dipublikasikan dan dikomunikasikan ke dalam
jurnal ilmiah.

 Jurnal ilmiah adalah kumpulan karya ilmuwan


dalam bidang spesifiknya masing-masing dan
dimuat ke dalam terbitan berkala untuk dijadikan
referensi oleh ilmuwan lain yang berminat di
bidang kajian tersebut di seluruh dunia. Semakin
mendalamnya wilayah kajian suatu ilmu ditandai
pula dengan terbentuknya jurnal baru yang lebih
spesifik kajiannya.
 Jurnal ilmiah membantu ilmuwan untuk
pertukaran informasi yang saling dibutuhkan
karena jurnal ini merupakan sarana komunikasi
ilmiah para ilmuwan.

 Jurnal ilmiah juga mencegah terjadinya


“duplikasi” dalam penelitian, karena topik yang
sudah dibahas oleh para ahli disuatu tempat
tidak perlu diulang oleh para ahli dibidang yang
sama di tempat lain. Duplikasi ini sering terjadi
karena kurangnya informasi sehingga terjadi
pemborosan waktu dan sumber daya.
 Masing-masing ilmuwan berpikir, berpendapat dan
bersikap terhadap sains yang mengalami penciutan
wilayah kajian dan cenderung terpecah menjadi sains-
sains yang berbeda dan siap bekerja diwilayahnya
sendiri.

 Untuk itulah maka lahir falsifikasi atau falibilisme


(Popper), verifikasi yang berkelanjutan (Lingkaran
Wina), perubahan paradigma (Kuhn), sains sebagai
program penelitian (Lakatos), gaya anarkis ilmuwan
dalam bekerja (Feyerabend) dan juga akhirnya
ilmuwan seperti dipaksa untuk menengok ke sejarah
(Bachelard), dan ini berarti ilmuwan harus kembali
melihat pendekatannya dengan wawasan yang lebih
umum dan holistik setelah sekian lama berkutat
diwilayahnya yang spesifik.
A. Lingkaran Wina : verifikasi
terus menerus
 Lingkaran Wina (Wiener Kreis / Vienna Circle) terdiri atas
para sarjana ilmu alam yang berdiskusi dalam kurun waktu
1922-1938 mengenai perkembangan ilmu alam terutama
fisika.
 Tujuan utama Lingkaran Wina adalah kesatuan ilmu alam
serta memperbaiki laju ilmu pengetahuan dijalur positivism
di Inggris yang sangat empiristis, dengan memberi masukan
dari aliran lain. Mereka lebih dikenal dengan logical positivist
 Pokok-pokok pikiran kelompok ini secara garis besar adalah
bahwa pengetahuan bersumber utama pada pengalaman
walaupun dibantu dalil logika dan matematika yang tidak
didapat dari pengalaman yang membantu mendiskripsikan
dan memberi makna pengalaman tadi serta memberi
pernyataan mengenai data tadi.
Beberapa Pandangan dari Lingkaran Wina yaitu :

 L. Wittgenstein : penalaran logis matematis merupakan


gambaran mengenai kenyataan yang ada di alam, makin
rinci penjelasan matematisnya makin dekat kita dengan
kenyataan sesungguhnya
 Bertrand Russel dan A.N. Whitehead : logika adalah inti
dari matematika. Maka disusunlah penjelasan matematis
dari teori-teori ilmiah baik yang berasal dari pengamatan
maupun dari yang logika. Keduanya dihubungkan melalui
hukum kesesuaian (correspondent rules) yang dibuat
kemudian
 Rudolf Carnap (1891 – 1970) : menekankan proporsi
ilmiah dari empirisme dan rasionalisme dan pentingnya
tahap-tahap verivikasi terus-menerus dalam proses
penerimaan suatu teori.
B. Popper : Prinsip Falsifikasi
 Sir Karl Raimund Popper yang kadang disebut
sebagai ahli filsafat ilmu pengetahuan terbesar abad
ini setelah Francis Bacon awalnya adalah
matematikawan yang kemudian sangat
memperhatikan perkembangan sains.

 Karyanya yang paling terkenal dalam bidang filsafat


ilmu adalah The Logic of scientific Discovery yang
berisi pendapat popper mengenai kemajuan ilmu
pengetahuan alam yang mempunyai “logika’
tersendiri, karena tidak ada penemuan besar terjadi
tiba-tiba tanpa melalui tahapan-tahapan (evolusi)
yang panjang. Tahapan-tahapan ini tidak lepas dari
eksperimen empiris dan juga metode induksi.
 Logika Popper berkembang sampai metode
falsifikasi/falibilisme.
 Asal mula teori ini adalah pendapatnya mengenai
cukup tidaknya klaim kebenaran dari para positivist-
logis, dengan kata lain, logika saja tidak cukup untuk
menentukan kebenaran pernyataan ilmiah.
 Falsificationism atau fallibilism adalah prinsip
yang menyalahkan apa yang telah ada sebelumnya
dan menyebabkan keharusan dicarinya alternatif
yang lebih benar daripada yang sudah ada tersebut.
Jika suatu hipotesis terbukti salah, maka hipotesis
tersebut harus digugurkan dan dicarikan
penggantinya dan diteliti lagi kekurangannya.
Sehingga akan didapat hipotesis yang tangguh untuk
menyusun suatu teori atau hukum.
 Derajat falibilitas adalah sejauh mana suatu pernyataan
dapat disalahkan dalam proses verifikasinya. Jika teori ini
dapat disalahkan maka teori ini lebih baik daripada teori
yang kurang dapat disalahka.
Contoh :
(a) Planet Venus bergerak mengelilingi matahari dalam orbit
berbentuk elips.
(b) Semua planet bergerak mengelilingi matahari dalam orbit
berbentuk elips.
 Pernyataan (b) lebih baik (status lebih tinggi) daripada
pernyataan (a) karena jika (a) salah, maka (b) juga salah.
Namun tidak demikian jika pernyataan dibalik. Dalam hal ini,
pernyataan (b) lebih rentan terhadap falsifikasi daripada (a).
Selain itu, pernyataan (a) juga mencakup objek yang lebih
luas dan dibangun dari lebih banyak pengamatan. Maka
dapat disimpulkan bahwa pernyataan dengan klaim kecil
mengandung kebenaran yang mendukung pernyataan
umum.
C. Khun : Revolusi Sains
 Thomas Samuel Khun adalah pemikir sains yang
sebelumnya mendapatkan gelar doktornya dalam bidang
ilmu fisika. Pada saat dia menyeleaikan studi fisikanya dia
menulis buku yang sagat terkenal : The Structure of
Scientific Revolutions. Bidang studi Khun pada saat itu
adalah fisika teoritis, dan Khun banyak mendapatkan
inspirasi dari sana.
 Menurut Khun perubahan mendalam dalam sejarah ilmu
justru lahir dari revolusi ilmiah, bukan berdasarkan upaya
empiris yang membuktikan salah satu teori atau sistem
dan upaya falsifikasi untuk tujuan penyempurnaanya.
Mengomentari Popper, Khun menyatakan bahwa metode
induksi serta upaya falsifikasi dan penyempurnaan dalam
sains yang berkembang tidak memberikan bukti yang
berarti dalam sejarah. Dengan demikian apa yang
sebenarnya ada di benak manusia mengenai alam selama
ini terpecah pecah dan tidak mempunyai struktur.
 Gambaran Khun mengenai kemajuan ilmiah dapat
dilukiskan ke dalam skema terbuka sebagai berikut :
pra-sains - sains normal – revolusi krisis – sains
normal baru – krisis baru.

 Aktivitas yang mengawali lahirnya sains baru akan


menghasilkan perubahan dan pembentukan struktur
baru yang menghasilkan paradigma baru yang
dicetuskan oleh masyarakat ilmiah tertentu.

 Bagi Khun, kunci utama perubahan revolusioner ini


ada pada metodologi. Alam tidak terlalu berubah
namun metode pencarian penjelasan akan gejala
alam kadang – kadang revolutif
Menurut Khun pula, ada fase-fase penjelajahan manusia akan
gejala-gejala alam yang terjadi kedalam tahap-tahap :
 Fase praparadigma, dimana yang ada di benak manusia adalah
alam yang tidak beraturan, kekacauan, yang ada hanya masalah
dan tidak ada konsensus, sehingga manusia perlu melakukan
penelitian. Penelitianpun berjalan tanpa arah karena tidak ada
keteraturan tadi, dan dengan sendirinya tidak akan ada metode.
 Fase pradigma, dimana manusia telah membentuk metodologi
dan bekerja dengan metodologi yang didapat dari penyelidikan
dan konsensus untuk memecahkan masalah bersama.
 Fase ditemukannya anomali, yang penjelasannya tidak dapat
diturunkan dari paradigma yang sudah ada. Di sini akan terjadi
krisis dimana akan lahir paradigma baru yang mempunyai
orientasi yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya.
Perspektif penyelidikan juga berbeda dan dengan sendirinya
metodologi dan karakter serta warna dan kebenarannya
mempunyai nuansa lain.
Inilah yang disebut revolusi sains yang dibahas dalam buku The
Structure of Scientific Revolution (1962).
D. Lakatos : Program Penelitian
 Sebenarnya Lakatos memberikan gagasannya
untuk menyempurnakan teori Popper dan
meringankan pertentangan dalam prinsip
falsifikasi Popper.
 Lakatos berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
dan teori merupakan struktur ilmiah yang
terbentuk dalam sejarah. Dalam struktur ini
pengetahuan mengalami evolusi, namun tidak
sesederhana evolusi dalam pemikiran Popper
ataupun tidak seradikal revolusi sains dalam
bahasa Khun. Lakatos mengemukakan
“program-program penelitian” (research
programmes) ke dalam struktur pengetahuan
dan teori yang tidak dapat lepas dari suasana
dan zaman saat struktur ini ada.
 Dalam buku Criticism and Methodology of
Scientific Research Lakatos mengevaluasi
gagasan falsifikasi Popper dari hasil usahanya
untuk mempertemukan Popper dan Khun.

 Pada akhirnya sebetulnya Lakatos berdiri di pihak


Popper, namun ia menambahkan bahwa bukan
teori tunggal yang harus dinilai sebagai ilmiah
dan tidak ilmiah melainkan rangkaian teori
(memasukkan unsur sejarah) yang saling
berhubungan secara kontinyulah yang
membentuk “program” penyelidikan. Adapun
kontinuitasnya adalah sejarah.
 Dalam program penelitian ada dua aturan
metodologis : cara yang harus dihindari
(heuristik negatif) dan cara yang harus
dijalankan (heuristik positif) yang merupakan inti
pokok program, yang harus dilindungi dari
ancaman falsifikasi. Pelindungnya adalah
hipotesis pendukung, kondisi awal, landasan
teori dan lain lain. Lapisan pelindung inilah yang
langsung berhadapan dengan serangan, yang
harus disempurnakan dan diganti seperlunya
demi mempertahankan pokok program.
 Dalam program penelitian, metodologi
memainkan peranan penting dalam memperluas
“sabuk pengaman” inti teori atau hard core ini.
 Perbandingan antara program penelitan antar
program penelitian yang satu dengan program
penelitian yang lain. Dalam hal ini, program penelitian
yang membangun suatu teori dapat dibandingkan
dengan program lain yang mungkin juga membangun
teori yang berhubungan namun dengan
menggunakan cara lain dan menggunakan
metodologi lain.

 Yang paling sering dijadikan pembanding utama


adalah faktor waktu yang diperlukan oleh program
penelitian itu untuk menetapkan teori yang kuat dan
tidak tergoyahkan oleh pengamatan kecil.
E. Feyerabend : pendekatan
Anarkitis
 Paul Feyerabend (1924-1994). Didalam bukunya
Against Method (1975), ia menentang adanya
keteraturan perkembangan ilmuyang dirumuskan
ke dalam aturan dan hukum.
 Feyerabend menentang dominasi metode dan
menekankan pada kreativitas individual sebagai
kunci penentu suksesnya karya ilmiah.
 Feyerabend berpendapat bahwa sebaiknya
ilmuwan tidak dibatasi ketat oleh aturan dan
hukum walaupun mungkin pada walan dibimbing
oleh metode yang ada.
 Ilmuwan harus bebas dan kegiatan keilmuwan adalah
upaya “anarkistik’’.Anarkis dalam hal ini memerlukan
ide dan mengujinya, serta pada akhirnya
menyampaikan hasilnya kepada masyarakat luas.
Ilmu dapat berkembang dengan bebasnya sehingga
tidak terlacak oleh metodologi yang paling umum
sekalipun.
 Buku lain karya Feyerabend adalah Frewell to Reason
(1897). Dengan buku ini Feyerand menjadi terkenal
karena sikap skeptisnya terhadap rasionalitas dalam
sains. Bahkan menurut dia, sukses yang dicapai oleh
ilmuwan hanyalah konsekuensi dari politik, retorika,
dan propaganda, bukan hasil dari kemajuan
pengetahuan objektif akan alam ini.
 Pandangan Feyerabend yang mengejutkan banyak
orang, ini diperkuat dengan pendapatnya yang radikal
bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh dianggap
sebagai dewa karena keunggulan metodenya.
 Feyerabend juga menantang dominasi ilmu alam yang
sering memproklamasikan diri sebagai pengetahuan
paling objektif namun pada praktiknya mengungkung
kehidupan manusia. Manusia harus dibebaskan dari
kungkungan perbudakan ilmu pengetahuan, dan
sebaliknya ilmu pengetahuanlah yang seharusnya
membebaskan manusia.
 Keadaan ideal menurut Feyerabend adalah keadaan
dimana ilmuwan yang memutuskan sendiri penelitian
ilmiah yang akan dilakukannya dengan tujuan yang
telah diputuskan sendiri, bukan diputuskan oleh
masyarakat atau negara. Dengan demikian mengapa
ilmuwan juga harus bertanggung jawab kepada
masyarakat, dan bukan sekedar tanggung jawab
kepada masyarakat, bukan sekedar tanggung jawab
kepada lingkup ilmunya.
F. Bachelard : pentingnya sejarah
 Gaston Bachelard (1884-1962) adalah ilmuwan Perancis
yang banyak menyumbang pikirannya ke dalam analisis
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan alam.
 Menurut Bachelard, alam tinggal dan berjalan seperti
adanya, sedangkan pengetahuan manusia berkembang
menciptakan sistem yang dapat menjelaskan alam
menurut pemahaman manusia dan kemampuan manusia
untuk memahaminya.
 Semua proses pencarian pengetahuan ditentukan
oleh konteks dalam sejarah. Sejarah berperan dalam
mengembangkan pengetahuan manusia, lebih
berperan dari logika. Karena dalam sejarah
terkandung informasi yang menentukan, bahkan bisa
menjadi kunci jawaban atas permasalahan.
Ada tiga tahapan menurut Bachelard.
 Tahapan pertama adalah fase pra-ilmiah dari zaman dahulu kala
sampai zaman Renaissance yang ditandai oleh bentuk pengenalan
konkret akan alam, terutama informasi diolah setelah pengamatan
panca indera manusia. Misal, manusia mengamati bulan, bintang,
dan lain-lain lalu mencoba menjelaskannya. Dalam fase ini
penjelasan abstrak juga sudah banyak ditemukan namun belum
dikatakan bahwa abstraksi dalam tahap ini sesuai dengan fakta
yang terlihat.

 Tahapan kedua adalah fase ilmiah yang bersifat”konkret-abstrak”


dimana kesadaran abstraksi telah memainkan peranannya dalam
pengamatan indera manusiawi. Teori Newton misalnya, merupakan
abstraks yang dapat menjelaskan dan menjadi dasar pengamatan
konkret, contoh gravitasi bumi, hukum kecepatandan percepatan,
momentum, dan lain-lain yang memang sesuai dengan kenyataan
yang dapat diamati secara konkret.
 Tahapan ketiga adalah tahapan ilmiah yang
mengikutsertakan sejarah. Pada tahapan ini disebut
sebagai “suasana ilmiah baru” ini ilmu pengetahuan
sifatnya sungguh-sungguh sangat abstrak, yang dimulai
dari hasil karya Albert Einstein.
 Dalam tahap ketiga ini sering terjadi “keretakan” antara
teori serta konsep baru dengan teori serta konsep lama.
Karena yang dibutuhkan adalah abstraksi untuk
menjelaskan gejala alam yang tidak tampak secra konkret.
Misalnya gerakan electron dan pertikel dalam atom dengan
inti atom. Yang semuanya dapat dilihat secara empiris
namun memerlukan abstraksi pula. apa yang dapat dilihat
dalam percobaan adalah pemngamatan tidak langsung.
 Dengan demikian bahwa era ketiga dalam uraian
Bachelrad ini merupakan sintesis dari apa yang
dicapai dalam era pra-ilmiah dan era ilmiah
sebelumnya.
 Cara kerja pengetahuan modern adalah “dialektika”,
tidak metode deduksi saja, tidak metode induksi saja,
atau verifikasi saja, namun semua harus dipandang
sebagai satu kesatuan dalam proses. Tidak boleh
terpaku dalam satu metode atau teori saja, namun
semuanya harus berhubungan satu sama lain dalam
dinamika yang terpadu, ada hubungan erat setiap
saat antara teori dan hasil eksperimen sehingga tidak
dimunngkinkan lagi adanya pembagian aliran
menurut metodenya. Dengan demikian peranan
sejarah dalam ilmu pengetahuan alam tidak dapat
diabaikan begitu saja.
Kesimpulan
 Metodologi adalah bagian dari sains yang memuat
kreativitas manusia dan menjadi motor dalam
perkembangan sains sampai saat ini. Perubahan
deskripsi alam tidak akan pernah berhenti dan akan
selalu mengarah ke kesempurnaan lukisan alam
sebagai tujuan pengembaraan pemikiran manusia
dan ujung pencarian manusia. Di masa yang akan
datang metodologi akan terus berubah dan
berkembang sehingga menghasilkan produk yang
selalu baru di zamannya.
 Dasar pencarian ilmiah dari zaman ke zaman
berubah dari fakta yang diamati, ke permasalahan
alam, dan kemudian ke paradigma. Sedangkan
tujuan pencarian ilmiah dari zaman ke zaman
bergeser dari teori dan hukum ke elaborasi
paradigma modern.

Anda mungkin juga menyukai