Anda di halaman 1dari 7

ASAS-ASAS PENDIDKAN

Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Filsafat Pendidikan”

Oleh:

Kelompok 3/ T. IPA D

Nuril Idha Puspitaningtyas


207190105

Dosen Pengampu:
Ahmad Lutfi, S.Ag., M.Fil.I.

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021
1
A. Pengertian Asas Pendidikan
Asas adalah prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir seseorang dalam mengambil
keputusan-keputusan yang penting di dalam hidupnya. Sedangkan menurut KBBI asas
adalah dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan dalam berpikir dan berpendapat.
Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan. Asas pendidikan juga diartikan sebagai sesuatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa
manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Khusus di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia.
Sedangkan dalam Islam, asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan
pertumbuhan dalam perikehidupan yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawiah
dan ukhrawiah, jasmaniah dan rohaniah atau antara kehidupan materiil dan mental
spiritual. Asasasas yang lain dalam pelaksanaan operasional seperti asas adil dan merata,
asas menyeluruh dan asas integralitas, adalah juga dijadikan pegangan dalam pendidikan
praktis sesuai pandangan teoritis yang dipegangi.
Asas pokok pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah bahwa manusia dapat dididik dan mendidik diri sendiri.

B. Macam-Macam Asas Pendidikan


Ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu; Asas Tut Wuri Handayani, Asas
Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar. Ketiga asas itu dianggap
sangat relevan dengan upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional, baik
masa kini maupun masa datang.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri
Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti
dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan
anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik
membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa
penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan
tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia.
Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada
awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan
Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922). Ketujuh asas Perguruan Nasional
Taman Siswa yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah
kolonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa. Umar
Tirtarahardja (2008: 118: 119) menjelaskan bahwa ketujuh asas tersebut yang secara
singkat disebut ”Asas 1922” adalah sebagai berikut:

2
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
b. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh- penuhnya lahir maupun
batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan
apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun ikatan
batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan
anak- anak.

Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922 yang
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
tetap memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Dari asasnya yang pertama ini
dijelaskan bahwa tujuan asas Tut Wuri Handayani yaitu:
a. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan.
b. Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: among, momong
dan ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak
dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur
dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh
menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin
diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.
c. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde envrede).
d. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak).
e. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri, dan
berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik).

Semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut wuri handayani, pada
hakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur
perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi
kebebasan anak untuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri. Filusof dan ahli
bahasa Drs. R.M.P. Sostrokartono menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing
Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut:
a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang
guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran/gagasan/pendapat para

3
muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia
membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa
(dengan bantuan guru dan teman-temannya) mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk
oleh para ahli.
b. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan
dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil
keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.
Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia
menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan,
memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang
telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal,
lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya.
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan
melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu tidak
menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang
dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik
sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik.

Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu


menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
b. Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam
mengaktualisasikan pengalaman belajar.
c. Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator,
motivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
d. Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi
pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berfikir
siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan
siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guru.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (long life education). Istilah pendidikan
seumur hidup erat kaitannya dan kadang- kadang digunakan saling bergantian dengan
makna yang sama dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang
tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Penekanan istilah “belajar”adalah
perubahan perilaku (kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh

4
pengalaman. Sedangkan istilah “pendidikan” menekankan pada usaha sadar dan
sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh
pengalaman tersebut lebih efisien dan efektif, dengan kata lain, lingkungan yang
membelajarkan subjek didik. Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur
hidup, dalam proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-
kurangnya dua hal pokok yaitu membelajarkan peserta didik dengan efisien dan
efektif, dan meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis
dari belajar sepanjang hayat. Ditinjau dari segi kependidikan, perlunya merancang
suatu program atau kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang
hayat dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu; Pertama, Dimensi vertikal dari
kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan
persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Kedua,
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Untuk mencapai integritas
pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan
nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
a. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian
sepanjang hidupnya.
b. Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembagalembaga pendidikan
yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat
formal, informal, non formal.
c. Mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat,
minat, dan kemampuan dalam rangka pengembangan pribadi secara utuh menuju
profil Manusia Indonesia Seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945; dan mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses
pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.

Sesuai dengan uraian di atas, mengindikasikan bahwa pemerintah secara lintas


sektoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan
sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta
sumber daya manusia yang menunjang.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang berlangsung
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada
kesepakatan dari para ahli. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang
diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:
a. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung
jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri mengintegrasikan
self- management (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan

5
tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor, mengevaluasi dan mengatur
strategi belajarnya).
b. Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa.
c. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru
ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa
dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.

Haris Mujiman (2009) mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan


lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang
didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk
melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu
kompetensi tertentu. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi pembelajaran.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motifator.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Rahmat dan Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”.
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Kaitan Uma. (2020). Mengenal Asas-Asas Hukum Tata Negara Indonesia. Diakses pada 23
Februari 2021 dari http://mh.uma.ac.id/2020/11/mengenal-asas-asas-hukum-tata-
negara-
indonesia/#:~:text=Pengertian%20asas%20adalah%20prinsip%20dasar,yang%20pen
ting%20di%20dalam%20hidupnya.

Kbbi.web. (2020). Asas. Diakses pada 23 Februari 2021 dari https://kbbi.web.id/asas.

Mubin, F. (2020). Asas-asas Pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai