Anda di halaman 1dari 3

ASAS-ASAS PENDIDIKAN

1. Asas Semesta, Menyeluruh dan Terpadu


Asas Semesta, Menyeluruh dan Terpadu maksudnya pendidikan diselenggarakan secara terbuka
bagi seluruh rakyat Indonesia. Menyeluruh maksudnya, pendidikan harus mencangkup semua jenis
dan jenjang pendidikan. Terpadu artinya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
pembangunan Bangsa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asas ini menganut pendidikan nasional
terbuka bagi setiap manusia Indonesia, mencakup semua jenis dan jenjang pendidikan, dan
merupakan satu kesatuan usaha sadar yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan usaha
pembangunan bangsa.

2. Asas Pendidikan Seumur Hidup


Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya dengan istilah pendidikan seumur hidup.
UNESCO Institute for Education menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup
adalah pendidikan yang harus :
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal,
non formal dan informal.
Ada 2 misi yang diemban dalam proses belajar mengajar berdasarkan latar pendidikan seumur
hidup yaitu :: membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif dan serentak dengan itu,
meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis belajar sepanjang hayat.

3. Asas Tanggung Jawab Bersama


Asas tanggung jawab bersama ini mengandung arti bahwa pendidikan dilaksanakan merupakan
tanggung jawab bersama baik itu pemerintah, masyarakat dan unit terkecil keluarga. Dengan adanya
tanggung jawab ini maka usaha-usaha yang dicanangkan pemerintah dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang optimal dan terintegritas dapat direalisasikan.

4. Asas Manfaat Adil dan Merata


Asas manfaat, adil, dan merata ini dimaksudkan bahwa pendidikan itu dapat memberikan
manfaat bagi kelangsungan hidup, pelaksanaannya harus adil tanpa mempermasalahkan ras, suku,
bangsa, agama dan merata hingga keseluruh pelosok nusantara

5. Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa
- Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh KiHajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung
arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak
menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan
kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah,1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar
Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan
gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal
Pendidikan, No.2:24).
Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922 yang menegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf-veschikkingsrecht)dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Dari asasnya yang pertama ini jelas
bahwa tujuan asas Tut Wuri Handayani yaitu:
a. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan,
b. Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong (karya
ki hajar dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan
tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan
selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut
kodratnya.Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi
bantuan pada saat anak membutuhkan,
c. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede),
d. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
e. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri, dan berdiri di atas kaki
sendiri (mandiri dalam diri anak didik).

- Ing Ngarsa Sung Tulada


Ing ngarsa sung tuladha (di depan member contoh) adalah hal yang baik mengingat kebutuhan
anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para
muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan
pikiran/gagasan/pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi
ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa (dengan
bantuan guru dan teman-temannya) mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan
yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.

- Ing Madya Mangun Karsa


Ing madya mangu karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam situasi ketika
anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu
diupayakan untuk memperkuat motifasi. Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para
muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya
mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang
telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih jelas, dan
lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin mengajukan pertanyaan, atau mungkin mengajukan
gagasan/argumentasi tandingan.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
1. Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan memberi contoh)
2. Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

6. Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedapat mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar
itu dengan menghindari campur tangan pendidik, namun selalu siap untuk membantu apabila
diperlukan. Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran utama
sebagai fasilitator, informator, dan motivator, disamping peran-peran lain sebagai organisator.
Kemandirian dalam belajar sangat erat kaitannya dengan asas Tut Wuri Handayani maupaun belajar
sepanjang hayat. Asas Tut Wuri Handayani pada prinsipnya bertolak dariasumsi kemampuan peserta
untuk mandiri dalam belajar. Selanjutnya asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan
apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai