Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 4

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

“ASAS-ASAS PENDIDIKAN”

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

1. Asas-Asas Pendidikan
A. Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri
Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti
dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan
anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik
membantunya. (Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar pendidikan). Gagasan tersebut
dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan
kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai
salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24). 
Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang
bersumber dari asas pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara yaitu seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Makna Tut wuri Handayani adalah :
 Tut wuri : mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian yang
berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih.
 Handayani : mempengaruhi dalam arti, merangsang, memupuk, membimbing, dan
menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing – masing
melalui disiplin pribadi (Arga, 2011, dalam jurnal ilmu pendidikan).
Azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono (filusof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi,
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan
tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut;
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) 
adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru.
Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke
dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran / gagasan /
pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. 
Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) 
Adalah diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-
ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk
memperkuat motivasi. Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya.
Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya
mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti
pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang
lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. 
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). 
Asas ini memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan
ada kemungkinan melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal
itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan
yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada
pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik. Maksud tut
wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan
mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah dirancang. (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam pendidikan merupakan satu
kesatuan asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia.
Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak dengan
tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi
subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa diikuti dengan
memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.

B. Kemandirian Dalam Belajar


Azaz kemandirian dalam belajar ini berkaitan dengan azaz tut wuri handayani
maupun azaz belajar sepanjang hayat. Azaz tut wuri handayani memiliki arti
berasumsi dari kemampuan peseta didik untuk mandiri dalam belajar. Disisi lain
pendidik tetap tidak lepas tangan, bisa diperlukan sebagai fasilator. Sedangkan asas
belajar sepanjang hayat juga berasumsi peserta didik untuk mampu belajar mandiri,
jika peserta didik selalu bergantung ke guru, maka tidak akan mendapatkan belajar
sepanjang hayat. (Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar pendidikan)
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang berlangsung
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada
kesepakatan dari para ahli. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang
diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:
1) Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung
jawab dari proses pelajaran mereka sendiri.
2) Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management (manajemen konteks,
menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa
memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya).
3) Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa.
4) Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru
ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa
dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya. Haris Mujiman
dalam Joni Raka, T 43 mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan
lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang
didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk
melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu
kompetensi tertentu. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi pembelajaran.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motifator (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:
123).

C. Pendidikan Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup ( long life education). Istilah pendidikan
seumur hidup erat kaitannya dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan
makna yang sama dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang
tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan (Rangga, 2011, dalam jurnal Ilmu
Pendidikan).
Penekanan istilah “belajar”adalah perubahan perilaku (kognitif /afektif
/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedang istilah
“pendidikan” menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu
lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien efektif,
dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik (Umar Tirtarahardja
dan La Sulo, 1994: 123). 
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses
belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua hal
pokok, yaitu; 
1) Membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif 
2) Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari
belajar sepanjang hayat. Ditinjau dari segi kependidikan, perlunya merancang
suatu program atau kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar
sepanjang hayat dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu; Pertama, Dimensi
vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan. Kedua, Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Untuk
mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan
sepanjang hayat. (La Sulo, 1990: 25-26) Pendidikan sepanjang hayat
memungkinkan tiap warga negara Indonesia. 
a) Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian
sepanjang hidupnya.
b) Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat
bersifat formal, informal, non formal. (Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar
pendidikan)

D. Alam Takambang Jadi Guru


Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari Minangkabau.
Kalau dijadikan bahasa Indonesia, kira-kira menjadi ” alam terkembang (terbentang
luas) dijadikan sebagai guru “. Dewasa ini, pepatah tersebut masuk dalam  moto
pembelajaran untuk guru. Entah  kapan dimulai, yang jelas perangkat pembelajaran
tersebut telah digandakan oleh banyak guru. Secara tidak langsung menyebarluaskan
pepatah alam takambang jadi guru. Nyata  bagi banyak guru pepatah ini sudah
familiar juga. Bahkan di Negeri Belanda juga sangat dikenal oleh pakar pendidikan di
sana.
Guru di daerah Sumatra Barat dan guru-guru penutur bahasa Melayu pada
umumnya akan langsung mengerti makna pepatah tersebut. Di Ranah Minang
ungkapan tersebut sangat  komunikatif.  Sementara itu, mereka yang tidak mengerti
bahasa Melayu dan bahasa Minang, hanya bisa mengira dan mendiskusikan
pengertiannya kepada teman sejawat. Namun mereka tidak akan banyak menemui
kesulitan untuk itu. Lagi pula konsep alam takambang jadi guru sangat praktis dan
universal. Cakupannya meliputi semua dimensi.
Pepatah Alam Takambang jadi guru ini sangat dipahami oleh setiap orang yang
berasal dari Sumatra Barat. Pewarisannya secara oral. Pepatah ini diajarkan turun
temurun. Dewasa ini penyebarannya selain secara lisan juga melalui berbagai karya
tulis, termasuk di dalamnya karya sastra. Pepatah atau ungkapan ini bermakna ‘agar
kita belajar pada  alam yang  menyajikan berbagai fenomena. Alam terbentang luas
senantiasa mengabarkan sebuah kearifan’. Sejatinya pepatah atau ungkapan filosofi
ini mengandung makna, pertama menunjukan sikap seseorang terhadap tanggung
jawab yang seharusnya ia dilaksanakan dalam rangka pengembangan
diri. Kedua ungkapan ini bermakna menunjukan kepada kita apa sesungguhnya
sumber dari pengetahuan dan teknologi atau keterampilan. AlamTakambang  yakni
menujukan sumber belajar yang sesungguhnya, yakni sumber belajar yang sungguh-
sungguh dapat memenuhi “kebutuhan kita semua” yang sifatnya selalu ada sepanjang
zaman.
Alam diciptakan Allah untuk dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Dapat
dirinci, di antaranya  sangat banyak  pelajaran yang bisa diambil darinya. Karena itu
muncul ungkapan  orang Minangkabau yang mengatakan “Alam Takambang jadi
Guru” itu. Banyak sudah teknologi canggih  yang kita gunakan sekarang ini
mengambil prinsip kerjanya dari alam ini. Untuk itu  kita selalu bersahabat dengan
alam (lingkungan dimana kita berada)  agar kita selalu dapat memetik pelajaran
darinya.
Alam Takambang Sebagai Sumber Belajar
Alam Takambang Jadi Guru pengertian yang paling pas untuk itu adalah “alam”
(sama juga dengan bahasa Indonesia) yang  “Takambang” (membentang luas) ini atau
alam raya ini dengan segala isinya. Jadi Guru diartikan di jadikan sebagai
“guru  ” ( sama dengan bahasa Inonesia ).  “ Guru ” maksudnya adalah apa yang ada
yang dapat memberikan pelajaran kepada kita atau apa yang dapat kita pelajari
padanya. Maka guru disini bermakna luas, berlaku untuk semua baik berupa orang
dan alam sekitar  di segala tempat dan keadaan. Dengan kata lain maksud guru itu
adalah sumber belajar, baik untuk disekolah maupun diluar persekolahan. Anak dapat
belajar dirumah dengan buku dan internet, anak dapat belajar dengan binatang piaraan
dan tanaman dikebun atau air yang mengalir disungai. Orang dewasa juga demikian
belajar kapan saja dan dimana saja sumber belajarnya tetap saja apa yang ada di
lingungannya.
AECT (Association for Education and Communication Technology)
menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
siswa dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber
belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses
pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik,
narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat meningkatkan kadar
keaktifan dalam proses pembelajaran.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar  atau di
lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi  aktifitas  belajar.
Optimalisasi aktifitas belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja,
namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan
berbagai sumber belajar. Sumber belajar dapat memberikan rangsangan untuk belajar
dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari. Kegiatan
belajarnya dapat berlansung dimana saja dan kapan saja, dengan kata lain dengan
sumber belajar yang bersifat sangat luas itu anak belajar tidak terikat oleh ruang dan
waktu.
Hal ini berarti bahwa bahwa alam sekitar yang dijadikan sumber belajar
bermakna jauh lebih luas dan lebih bervariasi jika dibandingan  “guru” di sekolah
sebagai sumber belajar. Dengan hal yang seperti itu semua orang akan mendapat
peluang untuk belajar sepanjang hayat, karena didukung dengan ketersediaan sumber
belajar dimana-mana. Hal ini juga mengandung makna bahwa seorang guru yang
mengajar mengambil bahan pelajaran juga berasal dari Alam Takambang ini. Alam
Takambang Jadi Guru tantu saja  merupakan sumber belajar yang maha lengkap, jauh
lebih lengkap jika dibandingkan dengan sumber belajar pendidikan formal yang
berupa pustaka, labortoriun dan work shop. Belajar dengan Alam Takambang akan
selalu serasi dan selaras dengan perkembangan anak, perkembangan anak dan
perkembangan ilmu dan teknologi. Karena belajar dengan Alam Takambang tidak
akan ada dijumpai apa yang disebut dengan keteri        katan,keterbelakangan,
keterbatasan , kadaluarsa dan lain sebagainya. Alam Takambang dijadikan guru
tidak jadi soal jauh atau dekat karena dengan bantuan teknologi banyak hal menjadi
sangat mudah.
Dengan prinsip-prinsip belajar dengan Alam Takambang akan menumbuhkan
jiwa kemerdekaan, seseorang hanya patuh dan ta’at kepada kebenaran dan patuh dan
hormat kepada kebajikan, bukan patuh kepada siapa-siapa.

2. Implementasi Masing-Masing Asas-Asas Dalam Pendidikan


A. Implementasi  Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan
usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada
tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak
menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang
dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik
sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian,
setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu
menyalurkandan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai
tujuan pendidikanyang dirancang.
 Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
b) Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam
mengaktualisasikan pengalaman belajar, upaya melibatkan siswa seperti ini
yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif (CBSA).
c) Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator,
moitivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar . Dalam
proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali, interaksi
pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang
berfikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang
dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guru.
Dalam kaitan penerapan Asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan
beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
a) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan
yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan
oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik
bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
b) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja
bidang tertentu yang diinginkannya
c) peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan keterampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya,
d) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat
yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,
e) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang
memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang
beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal
Pendidikan,1989)

B. Implementasi dari Asas Kemandirian Dalam Belajar


Implementasi dari asas kemandirian dalam belajar merupakan suatu wujud
manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar yang bukan hanya dalam berbentuk
kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk kurikuler dan ekstra kurikuler  sedang
dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam kegiatan tatap muka dan kegiatan
terstruktur dan mandiri.
                              
C. Implementasi dari Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat sebenarnya sudah tertanam dalam kehidupan
bermasyarakat lewat pendidikan keagamaan dan budaya, dimana ilmu akan
mempermudah jalan kita untuk melanjutkan kehidupan.
Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat, maka terjadi
perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang
dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti
atau tidak bermanfaat. Sebab apa yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi
dengan berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya. Implikasi dari kemajuan ilmu
dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah seseorang dituntut untuk mau dan
mampu belajar sepanjang hayat. (Tim, 2008). Pendidikan terdiri dari tiga sumber
utama yaitu:
1) Pendidikan Persekolahan                                                     
Di negara kita dikenal adanya wajib belajar 12 tahun, dimana kita mendapat
pendidikan sampai tingkat sekolah menengah. Wajib belajar ini termasuk peran
dari pemerintah untuk mengimplementasikan assa belajar sepanjang hayat.
2) Pendidikan luar sekolah
Orang bijak mengatakan bahwa pengalaman merupakan pembelajaran yang
paling berharga dalam kehidupan, kita tidak akan bisa mengaplikasikan ilmu yang
kita dapatkan di dalam pendidikan sekolah tanpa adanya pengalaman nyata yang
kita dapatkan di lingkungan sekitar. Setiap saat banyak pelajaran yang kita
dapatkan di lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat maupun tempat
bersosialisasi seperti tempat kerja. Karena kita pasti sepanjang hidup kita akan
bergaul dan berbaur dengan lingkungan masyarakat, tentu juga kita pasti
mendapatkan pendidikan sepanjang hidup kita. Contoh lain tentang pendidikan
luar sekolah yaitu adanya organisasi sosial masyarakat dan sebagainya.
3) Sumber informasi lain seperti media social, internet, dan sebagainya
Zaman modern saat ini tekhnologi tidak akan bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia, kepintaran manusia menyebabkan semakin cepatnya
pembaharuan-pembaharuan dalam bidang tekhnologi yang mengakibatkan kita
juga harus mampu bersaing untuk mempelajari tekhnologi itu sendiri. Apalagi
dengan mendekatnya pasar bebas, juga akan berdampak besar bagi kita. Jika kita
tidak mampu menguasai tekhnologi maka beberapa tahun kedepan kita akan
menjadi tamu di rumah kita sendiri.
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang yaitu :
a) usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami
peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke
tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non
formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang
pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
b) usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga
kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat
melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat
meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru
dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri
c) usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi
pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan,
d) usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja,
sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani,
e) pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan
masyarakat yang bertujuan untuk:
a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan
hidup  bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
b) menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya,
f) usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan
dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan
idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
g) usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk
melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan
dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga,
h) usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga
sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi,
ketrampilan serta ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas
sectoral telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan
sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta
sumber daya manusia yang menunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hanifah. (1950). Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur,  Jilid I.

Jakarta: Balai Pustaka

Anshory, Ichsan. (2018). Pengantar Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

Rangga. (2011). Konsep Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Sulo, La. (1990). Penelah Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang : FIP IKIP Ujung Pandang.
Susarno, Lamijan Hadi, dan Roesminingsih. (2005). Teori dan Praktek Pendidikan. Universitas

Negeri Surabaya: Surabaya.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, (1994). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai