Anda di halaman 1dari 31

PENGANTAR PENDIDIKAN

TEORI & PILAR


PENDIDIKAN
Teori Pilar
Pendidikan Pendidikan

Pengertian Pengertian

Macam-macam Pilar Pendidikan


Teori Pendidikan UNESCO
Pengertian Teori Pendidikan

Teori adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu.


Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan
supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan.
        Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
(Triyanto, Teguh. 2015:37)
Teori pendidikan merupakan landasan dalam
pengembangan praktik-praktik pendidikan,
misalnya pengembangan kurikulum, proses
belajar-mengajar, dan manajemen sekolah.
Kurikulum dan pembelajaran memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan teori
pendidikan. Suatu kurikulum dan rencana
pembelajaran disusun dengan mengacu pada
teori pendidikan. (Triyanto, Teguh. 2015:38)
Pendidikan Klasik
(Classical Education)

Pendidikan Personal
(Personalized Education)
4 Teori
Pendidikan
Teknologi Pendidikan

Pendidikan Interaksional 
Teori Pendidikan Klasik

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada


filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme,
dan eksistensialisme, yang memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara,
mengawetkan dan meneruskan warisan budaya.
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses.
(Prawijaya,Wisnu.,2015: 2 )
Isi pendidikan atau materi diambil dari
khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
dikembangkan para ahli tempo dulu yang
telah disusun secara logis dan sistematis .
(Prawijaya,Wisnu.,2015: 2 )
GURU MATERI SISWA

Materi : Pengetahuan yang berguna bagi siswa, terorganisasi secara


: logis dan jelas
Guru : Ahli dan model
Siswa : Individu yang pasif
Teori Pendidikan Personal

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa


sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi
tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik.
Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama
pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati
posisi kedua, yang lebih berperan sebagai
pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan
peserta didik. (Prawijaya,Wisnu.,2015: 2)
Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi
pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu
model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran
diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari
lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih
menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek
akademis). (Prawijaya,Wisnu.,2015: 2)
GUR SISWA
MATERI
U

Materi : Student’s experiences


Guru : Facilitator
Siswa : Whole Person
Teori Pendidikan Teknologi

Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep


pendidikan yang mempunyai persamaan dengan
pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya
ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, yang
lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis,
bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
(Prawijaya,Wisnu.,2015: 2-3)
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh
tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif
dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah
kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk
desain program atau desain pengajaran dan disampaikan
dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para
peserta didik belajar secara individual.
(Prawijaya,Wisnu.,2015: 3)
GURU MATERI SISWA

Materi :Competencies
Guru : Expert
Siswa : Active Person
Teori Pendidikan Interaksional

      
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep
pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa
berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia
lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk
kehidupan juga berintikan kerja sama dan
interaksi. (Prawijaya,Wisnu.,2015: 2)
Teori ini berangkat dari asumsi dasar manusia adalah
makhluk sosial yang dalam hidupnya senantiasa
bekerjasama dan berinteraksi dengan manusia
lainnya. Begitu pula dalam konteks pendidikan, titik
tekannya adalah interaksi. Interaksi antara guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan materi
pelajaran, dan peserta didik dengan lingkungan
sosial. (Muktiana,Nisa.,2015 :3)
GURU MATERI SISWA

Materi : Particular problems of our contemporary socio cultural world


Guru : Facilitator
Siswa : Student learn in his dialogic relationship with others, learning is an
: independent effort
Pengertian Pilar Pendidikan

Pilar adalah tiang penyangga/ penguat, dari beton


dan sebagainya, juga sekaligus dipakai untuk keindahan/
keserasian, penunjang untuk kegiatan.
M.J. Langelveld mengatakan bahwa : “Pendidikan adalah
setiap usaha,pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan
kepada anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak itu“.
(H. Aebli,dkk.,1967 : 21)
Pilar pendidikan adalah tiang atau
penunjang dari suatu kegiatan
usaha,pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang akan diberikan kepada anak didik yang
bertujuan pada pendewasaan anak dan
direkomendasikan oleh UNESCO.
(H. Aebli,dkk.,1967 : 21)
Belajar untuk mengetahui
(learning to know)

Belajar untuk melakukan


(learning to do)

Pilar
Belajar untuk bekerjasama
Pendidikan (learning to live together)
UNESCO
Belajar menjadi manusia
yang utuh (learning to be)

Learning how to learn


Belajar untuk mengetahui (learning to know)

Pilar ini berpotensi untuk mencetak generasi


muda yang memiliki kemampuan intelektual
dan akademik yang tinggi. Secara implisit,
learning to know bermakna belajar sepanjang
hayat (live long education) (Djamal, 2007).
(Dharma, Surya.,Rosnah Siregar.2014:135)
Pilar learn to know bermakan bahwa
pembelajaran merupakan proses ”menjadi tahu” dari
sebelumnya yang ’tidak mengetahui” sesuatu. Peserta
didik dibekali dengan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk mengembangkan intelektualitasnya
Learning to know bukan sebatas proses belajar di
mana pebelajar mengetahui dan memiliki materi
informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan
mengingat, namun juga kemampuan untuk dapat
memahami makna dibalik materi ajar yang telah
diterimanya. (Dharma, Surya.,Rosnah
Siregar.2014:135)
Belajar untuk melakukan (learning to do)

Menurut Triyanto (2013) bahwa learning to do


secara umum berarti belajar berkarya untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki. Belajar
untuk melakukan (learning to do) adalah hasil
belajar psikomotorik yang harus diperoleh
peserta didik. Proses pembelajaran dalam
konsep learning to do adalah peserta didik
harus mampu mengaktualisasi minat dan
bakatnya. (Hidayatulloh, M.Agung., Ismail SM.
2014 :233-234 )
Pilar learn to do mempunyai makna bahwa setelah
atau bersamaan dengan peserta didik mendapat
pembekalan pengetahuan, ia harus menerima pula
bekal beriktnya yaitu kemampuan yang bersifat
keterampilan dalam mengerjakan sesuatu, yang
tercakup dalam ranah psikomotor.
Learning to do merupakan konsekuensi dari learning
to know. Kelemahan model pendidikan dan
pengajaran yang selama ini berjalan adalah
mengajarkan “omong” (baca: teori), dan kurang
menuntun orang untuk “berbuat” (praktik).
(Hidayatulloh, M.Agung., Ismail SM. 2014 :233-234 )
Belajar untuk bekerjasama (learning to live together)

Menurut Santyasa (2005) belajar bekerjasama


adalah memahami dan menghargai orang lain, sejarah
mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses
belajar untuk menjalani kehidupan bekerjasama
(learning to live together), pada pilar ketiga ini
adalah kebiasaan hidup bekerjasama (kelompok),
saling menghargai, saling terbuka, saling memberi
dan menerima perlu dikembangkan di sekolah.
(Muslim, Supari., Rohman 2014: 46-49 )
Pilar lear to live together merupakan upaya
memadukan ketiga pilar yang terdahulu dan
terimplementasikan dalam kehidupan nyata di
masyarakat.
Learning to live together ini mengajarkan
seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi
manusia berpendidikan yang bermanfaat baik bagi
diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi
seluruh umat manusia. (Muslim, Supari., Rohman
2014: 46-49 )
Belajar menjadi manusia yang utuh (learning to be)

Menurut Atika (2010) konsep learning to be


perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa
untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan
pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian
dari proses menjadi manusia yang utuh (learning to
be).(Triyanto, Eko., Sri Anitah.,Nunuk
Suryani.2013:227)
• Pilar learn to be merupakan pembekalan untuk
menyempurnakan dua pilar sebelumnya, yaitu bahwa
setelah peserta didik memiliki pengetahuan dan
keterampilan, langkah selanjutnya tentunya dengan
berbekal ilmu penegtahuan dan teknologi, maka si
pemilik ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus dapat
mendayagunakannya untuk tercapainya kemanfaatan.
• Learning to be akan menuntun peserta didik
menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan
menentukan nilai kehidupannya dan menentukan nilai
kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat
sebagai hasil belajarnya. (Triyanto, Eko., Sri
Anitah.,Nunuk Suryani.2013:227)
Learning how to learn

Proses belajar tidak boleh berhenti begitu


saja meskipun seorang pebelajar telah
menyelesaikan sekolahnya. Manusia hidup
pada hakekatnya adalah berhadapan dengan
masalah. (Artwiantini Astuti, Ratih., Nonoh
Siti Aminah., Sukarmin. 2016 : 41)
Learning how to learn akan membawa peserta didik pada
kemampuan untuk dapat mengembangkan strategi dan kiat
belajar yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif dan
efisien, dan penuh percaya diri, karena masyarakat adalah
learning society atau knowledge society.
Learning how to learn memerlukan model pembelajaran
baru, yaitu pergeseran dari model belajar menghafal
menjadi model belajar mencari/ meneliti. Asumsi yang
digunakan dalam model belajar “menghafal” adalah
“pendidik tahu”, peserta didik tidak tahu. Oleh karena itu,
pendidik memberi pelajaran, peserta didik menerima.
(Artwiantini Astuti, Ratih., Nonoh Siti Aminah., Sukarmin.
2016 : 41).
DAFTAR PUSTAKA

Artwiantini Astuti, Ratih., Nonoh Siti Aminah., Sukarmin. 2016.” PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU
BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN DENGAN TEMA PANTAI UNTUK MENINGKATKAN
SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII SMP/MTs”. JURNAL INKUIRI. 5(2) : 40-51.
Dharma, Surya.,Rosnah Siregar.2014.” Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) : 132-137
Hidayatulloh, M.Agung., Ismail SM. 2014.” LEARNING TO LIVE TOGETHER :
PENANAMAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI
DI LEMBAGA PAUD ISLAM”. Jurnal Al-Ulum. 14(1) : 229-246
M.J. Langeveld, F. Bacher, H. Aebli Paedagogica Europaea: the European yearbook of educationalresearch ( Council
of Europe: 1967) .
Muktiana, Nisa. “TEORI PENDIDIKAN”. 01 Maret 2015. http://wikipendidikan.blogspot.co.id/2015/03/teori-
pendidikan-klasik-personal-dan.html
Muslim, Supari., Rohman. 2014 . “STUDI IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN REKOMENDASI
UNESCO DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA STANDAR
KOMPETENSI DASAR MEMASANG INSTALASI PENERANGAN LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA
DI SMK NEGERI 7 SURABAYA”. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 3(3) :45-54
Prawijaya, Wisnu. “Pengertian Teori Pendidikan”. 20 Oktober 2015
http://www.psychologymania.com/2013/01/pengertian-teori-pendidikan.html
Triyanto, Eko., Sri Anitah.,Nunuk Suryani.2013.” PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES
PEMBELAJARAN”. Jurnal Teknologi Pendidikan. 1(2) : 266-238.
Triyanto,Teguh.2015.Pengantar Pendidikan.jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai