Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dra. Zuwirna. Ph.D

Oleh :

Kelompok 4

Widyawati 18002107

Hafidz Zaldi 17329126

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga makalah “ASAS-ASAS PENDIDIKAN” ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu, guna memenuhi tugas mata kuliah DADAR-DASAR ILMU
PENDIDIKAN. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Ibuk Dra. Zuwirna. Ph.D
yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Padang, Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Asas
tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia suatu bangsa. Asas pendidikan merupakan suatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Di dalam pembahasan ini secara tersirat akan dijelaskan macam-
macam asas dengan pengkajian dimensi hakikat manusia (keindiidalan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman). Pandangan tentang hakikat
manusia merupakan tumpuan berpikir utama yang sangat penting dalam
pendidikan.
Khusus di Indonesia terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber
dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.
Asas tersebut di antaranya Asas Tut Wuri Handayani, Asas belajar Sepanjang
Hayat, Asas Kemandirian Belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Asas-asas Pendidikan?
2. Apa saja macam-macam asas-asas pendidikan?
3. Apa saja penerapan asas dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Asas-asas Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Macam-macam Asas-asas Pendidikan.
3. Untuk Mempelajari Penerapan Asas dalam Kehidupan Sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Pendidikan


Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang
Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.

B. Macam-Macam Asas Pendidikan


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar
atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan (Hartoto, 2008, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan). Jadi, asas
pendidikan itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan
pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana
layaknya pendidikan itu diselenggarakan.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Asas–asas tersebut bersumber dari kecenderungan umum 
pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang
sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo,
1994: 117).
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang
bersumber dari asas Pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara yaitu seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan
nasional.
Makna Tut Wuri Handayani adalah:
a. Tut Wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh
perhatian berdasarkan cinta kasih dan tanpa pamrih.
b. Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk,
membimbing, dan menggairahkan anak agar sang anak
mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin
pribadi (Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

Asas Tut Wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki


Hajar tersebut mendapat tanggapan positif dari Drs. RMP
Sosrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada
dan Ing Madya Mangun Karsa. Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:

a. Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan menjadi contoh).


b. Ing Madya Mangun Karsa (jika di tengah-tengah
membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi).
c. Tut wuri Handayani (jika di belakang mengikuti dengan awas).

Asas Tut Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang


berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata
tertib kehidupan yang umum. Menurut asas ini, dalam
penyelenggaraan pendidikan, seorang guru merupakan  pemimpin
yang berdiri di belakang dengan bersemboyan “tut wuri
handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak
terus-menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Guru hanya
wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya
anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku
atau perbuatan anak apabila anak didik tidak dapat menghindarkan
diri dari berbagai rintangan. Dapat dikatakan bahwa asas Tut Wuri
Handayani ini merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara
belajar siswa aktif (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:
123).
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak pernah sempurna,
dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di
lingkungan kehidupannya. Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan
teknologi yang amat pesat, terjadi perubahan yang amat pesat dalam
berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang dipelajari oleh seseorang
pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak
bermanfaat lagi. Hal ini disebabkan karena apa yang telah dipelajarinya
sudah tidak relevan lagi dengan berbagai masalah kehidupan yang
dihadapinya. Jadi, implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat
pesat tersebut ialah seseorang dituntut untuk mau dan mampu belajar
sepanjang hayat (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008,
dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup. Ini sesuai dengan hadist Nabi
Muhammad SAW yang sudah tidak asing lagi ditelinga, beliau bersabda
yang artinya: ”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”. Jadi,
Islam telah lama mengenal konsep belajar sepanjang ayat ini jauh
sebelum orang-orang Barat mengangkatnya (Rangga, 2011, dalam
Jurnal Ilmu Pendidikan).
Pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus:
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b. Mengarahkan kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap
individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang
mungkin terjadi, termasik yang formal, non formal dan informal
(La Sulo, 1990: 25-26).
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Asas Tut Wuri Handayani dan asas belajar sepanjang hayat secara
langsung sangat erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar.
Asas Tut Wuri Handayani didasarkan pada asumsi bahwa dalam kegiatan
belajar-mengajar peserta didik mampu untuk mandiri dalam belajar.
Kemandirian dalam belajar itu dapat dikembangkan dengan menghindari
campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk membantu apabila
diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat
diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik mau
dan mampu mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, tidak mungkin
seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari
bantuan guru atau pun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru
dalam peran utama sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai
fasilitator, guru diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar dengan sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta
didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator,
guru harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil dari
sumber-sumber informasi yang ada. Oleh karena itu, guru perlu
memberikan dan bahkan merangsang peserta didik untuk mencari
informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat
memanfaatkan sumber belajar secara maksimal (Umar Tirtarahardja
dan La Sulo, 1994: 123).
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat
mengembangkan kemandirian dalam belajar, yaitu:
a. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
b. Belajar dari modul, paket belajar, dan sebagainya.
c. Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB)
yang memadai. PSB memberi peluang tersedianya berbagai jenis
sumber belajar, di samping bahan di perpustakaan. Dengan
dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih
dimantapkan dan dikembangkan (Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, 1994: 123).

C. Penerapan Asas Pendidikan (di Sekolah dan Luar Sekolah)


Dalam kaitan penerapan asas Tut wuri Handayani, dapat dikemukakan
beberapa keadaan yang ditemui, yakni:
1. Keadaan yang Ditemui
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan
beberapa keadaan yang ditemui, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
keterampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan
profesinya dalam masyarakat.
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan
kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang
diinginkannya.Peserta didik yang memiliki kelainan (cacat fisik
atau mental) memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan
dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat
tumbuh menjadi manusia yang mandiri.
c. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dan keterampilan agar dapat berkembang
menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh diatas normal (Qym, 2009, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan).

2. Permasalahan yang Dihadapi


Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa masalah yang perlu mendapat
perhatian, yakni:
a. Masalah pendekatan komunikasi oleh guru
Dewasa ini, masih terdapat kecenderungan bahwa
peserta didik terikat oleh penggunaan komunikasi satu arah
dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode
ceramah. Dalam komunikasi demikian, pendidik
menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari
peserta didik. Bahkan, tidak jarang peserta didik dijadikan
objek komunikasi oleh seorang guru. Akibatnya, arus
komunikasi cenderung satu arah dan rendahnya umpan balik
dari peserta didik. Komunikasi yang demikian memberikan
implikasi yang negatif terhadap out put pendidikan, yakni
membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri,
mereka lebih bergantung kepada informasi yang diberikan
pendidik (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008,
dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
b. Masalah peranan pendidik
Sejalan dengan pendekatan komunikasi satu arah yang
cenderung digunakan pendidik, pendidik sering menempatkan
dirinya sebagai  orang yang paling dominan. Tidak jarang
seorang pendidik, apakah itu orang tua, guru, atau dosen
menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dan serba
tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar
berlangsung. Padahal dalam era komunikasi canggih ini,
sumber informasi datangnya membanjir dari segala arah, tidak
hanya dari sekolah atau sejenisnya, tetapi juga bisa dari media
massa seperti televisi, radio, koran, dan bahkan dari internet.
Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa orang tua,
guru, atau pun dosen ketinggalan informasi dibandingkan
dengan peserta didik. Sehingga dengan demikian,  seorang
pendidik harus mendorong peserta didik untuk mencari
informasi sendiri yang dikatakan sebagai upaya belajar
mandiri (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008,
dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).
c. Masalah tujuan belajar
Learning to know dan learning to do belum cukup
untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh karena kemajuan
teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi
membuat dunia semakin “sempit”, sehingga intensitas
interaksi antar manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh
perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu,
tujuan belajar perlu diperluas dengan learning to life together
dan learnign to be, sehingga dengan demikian apa yang
dipelajari hari ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk belajar
lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri dengan
perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan (Tim Pembina MK Pengantar
Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar
Pendidikan).
3. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan
Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam
penerapan asas-asas pendidikan, maka perlu diadakannya upaya
pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan
untuk membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
a. Mengembangkan komunikasi dua arah
Seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua
arah untuk meningkatkan umpan balik dari siswa. Siswa tidak
hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam
setiap permasalahan yang diberikan seorang pendidik.
Dengan demikian, peserta didik akan terdorong untuk belajar
mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja (Rangga,
2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
b. Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator,
motivator, dan organisator
Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya
memberikan kasus yang harus dipecahkan atau didiskusikan.
Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Motivator sebagai pemberi
motivasi kepada peserta didik. Sedangkan sebagai
organisator, pendidik membimbing peserta didik
menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah ada
(Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
c. Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know,
learning to do, learning to life together, dan learning to be
Berbagai upaya pengembangan dalam penerapan asas-
asas pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain:
 Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan.
 Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
 Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta
pengembangan nilai-nilai budaya bangsa.
 Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan budaya bangsa (Qym, 2009).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
Asas Pokok Pendidikan, Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat,Asas kemandirian Dalam Belajar.

B. Saran
Penulis mengharapkan pembaca dapat memahami asas-asas poko
pendidikan dan penerapan nya dengan baik, penulis mengetahui makalah ini
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi makalah dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Idris. Zahara. H, Jamal. Lisman. H, 1992, Pengantar Pendidikan, PT.Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Syafril, Zen.Zulhendri, dkk, 2012, Pengantar Pendidikan, Sukabina Press, Padang.

Afidburhanuddin.Wordpress.Com

Anda mungkin juga menyukai