DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS/PRODI
SMESTER
Mengapa kita harus memiliki landasan seperti itu? Karena pendidikan merupakan salah satu
hak dasar manusia dan berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang. Mulai dari kehidupan sosial
hingga taraf ekonomi seseorang.
Tanpa landasan yang jelas, salah-salah pendidikan dapat menjadi sesuatu yang mencengkram
manusia lewat komersialisasi dan kekhususan yang berdampak pada kesenjangan pendidikan. Kita
sebagai bangsa yang telah mengalami kolonialisasi, telah belajar melalui cara yang pedih akan hal
tersebut.
Ketika di masa kolonialisasi Belanda, tidak semua lapisan masyarakat mendapatkan
pendidikan yang layak. Hanya sebagian kecil bahkan golongan status tertinggi saja yang diberikan
pendidikan. Hal tersebut karena pemerintah Hindia Belanda tidak ingin mencerdaskan rakyatnya,
sehingga mereka dapat terus mengeksploitasi negeri ini.
Selain itu, pendidikan adalah modal yang jauh lebih bernilai jika dibandingkan dengan harta
yang melimpah sekalipun. Nilai ekonomi sebesar apa pun tanpa pengetahuan dan manajemen
penggunaannya akan habis dalam seketika. Dari mana pengetahuan dan kemampuan manajemen
tersebut berasal? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah pendidikan.
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa landasan pendidikan memiliki
fungsi khusus yang ingin dicapai. Beberapa fungsi landasan pendidikan adalah sebagai
berikut.
1) Sebagai pijakan utama yang kokoh dan adil untuk memastikan keadilan pendidikan seperti
dalam landasan hukum pendidikan.
2) Barometer utama untuk memastikan kualitas pendidikan yang terarah sesuai dengan
kebutuhan dan tujuannya.
3) Landasan perlindungan hukum untuk menjaga keadilan dan kemerataan pendidikan.
4) Perlindungan fungsi pendidikan pada pakemnya agar tidak disalahgunakan untuk hal yang
buruk.
b. Tujuan Landasan Pendidikan
Tentunya landasan pendidikan juga memiliki hasil yang ingin dicapai melalui kajian
dan pengaplikasiannya. Tujuan dari landasan pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Pendidikan menjadi hak seluruh manusia tanpa syarat apa pun.
2) Pemerataan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas bagi seluruh umat manusia.
3) Terjaganya hak pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa terkecuali.
4) Pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yakni memajukan dan membantu manusia untuk
dan tidak disalahgunakan untuk hal yang negatif.
3. Asas dan Unsur Pendidikan
Pendidikan menyangkut banyak banyak umat dan hal yang menaunginya, bahkan di situlah
landasan pendidikan hadir. Dengan demikian, pendidikan harus dilihat dari sisi intrinsik (dalam) dan
sisi ekstrinsiknya pula agar dapat dikaji secara holistik. Maka dari itu, sebelum menyentuh landasan-
landasan pendidikan, terdapat inti pokok dari dalam pendidikan yang harus dipahami terlebih dahulu,
yakni asas dan unsur pendidikan.
A. Asas Pendidikan
Asas ini merupakan gagasan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang
perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki
mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan
anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya
(Junaid, 2012, hlm. 96).
Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan Kemdikbud, pada awalnya
merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman
Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 (Reka Joni, T. dalam Junaid, 2012, hlm. 95).
Asas 1922
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses belajar
mengajar di sekolah setidaknya mengemban dua hal pokok, yakni: membelajarkan peserta
didik dengan efisien dan efektif, dan kedua; meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar
mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat.
Secara umum, pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap umat manusia atau
warga negara Indonesia khususnya untuk mendapatkan setidaknya beberapa poin di bawah
ini.
1) Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang
hidupnya,
2) Meraih kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non
formal,
3) Mendapatkan kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai minat, bakat, dan
kemampuan dalam rangka pengembangan pribadi secara utuh menuju profil Manusia
Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945; dan
mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003.
Landasan yuridis atau landasan hukum pendidikan adalah seperangkat asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai titik tolak dalam rangka
pengelolaan, penyelenggaraan dan kegiatan pendidikan dalam suatu sistem pendidikan
nasional.
Landasan yuridis tentang pendidikan Indonesia, antara lain:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3) Berbagai Peraturan Pemerintah (PP) yang berkenaan dengan pendidikan yang menyertainya.
Landasan ilmiah atau landasan teori pendidikan merupakan landasan teori yang
digunakan untuk mengkaji dan mempelajari berbagai ilmu yang berhubungan langsung
dengan pendidikan dari segala bidang yang menyelimutinya. Untuk lebih jelasnya akan
langsung disampaikan melalui contohnya di bawah ini.
Contoh Landasan Pendidikan Ilmiah
Landasan ilmiah pendidikan dapat meliputi landasan ilmiah pendidikan, yaitu
landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis
pendidikan, landasan historis pendidikan, dan landasan ekonomi pendidikan. Berikut adalah
masing-masing pemaparannya.
Landasan sosiologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari hasil
studi disiplin sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan
(Yatimah, 2017, hlm. 126). Dalam hal ini, sebagai pendidik kita harus mempelajari
permasalahan sosial semacam Individu dan Masyarakat serta Implikasinya terhadap
pendidikan.
Dalam proses sosialisasi setiap individu sesuai dengan statusnya dituntut untuk
belajar tentang berbagai peranan dalam konteks kehidupan masyarakatnya sehingga
mereka mampu hidup bermasyarakat dan memasyarakat.
Implikasi dari konsep individu dan masyarakat sebagaimana diuraikan di atas, antara
lain bahwa:
Pendidikan perlu dilakukan terhadap individu demi terciptanya konformitas di dalam
masyarakat.
Dalam konteks tersebut, pendidikan sangat identik dengan sosialisasi.
Menurut Pepelasis, dkk dalam (Yatimah, 2017, hlm. 133) faktor-faktor yang sangat
penting dalam ekonomi (pembangunan) adalah sumber daya alam, sumber daya
manusia, akumulasi odal, teknologi dan kewiraswastaan, serta sosio-budaya.
Faktor ekonomi ang sangat berkesesuaian dengan pendidikan adalah sumber daya
manusia (Mudyahardjo dalam Yatimah, 2017, hlm. 133). Oleh karena itu, ditinjau dari
sudut pandang ekonomi, pendidikan adalah human investment atau upaya penanaman
modal pada diri manusia (Muchtar dalam Yatimah, 2017, hlm. 134).
Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif dalam
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Terdapat hubungan antara pendidikan dan ekonomi, antara lain melalui pendidikan
tenaga kerja produktif dapat dihasilkan. Sebaliknya, pelaksanaan pendidikan
memerlukan sejumlah dana yang harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif.