Daftar Isi ⇅
Selain itu, pendidikan adalah modal yang jauh lebih bernilai jika dibandingkan
dengan harta yang melimpah sekalipun. Nilai ekonomi sebesar apa pun tanpa
pengetahuan dan manajemen penggunaannya akan habis dalam seketika.
Dari mana pengetahuan dan kemampuan manajemen tersebut berasal?
Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah pendidikan.
Fungsi Landasan Pendidikan
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa landasan pendidikan
memiliki fungsi khusus yang ingin dicapai. Beberapa fungsi landasan
pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pijakan utama yang kokoh dan adil untuk memastikan keadilan
pendidikan seperti dalam landasan hukum pendidikan.
2. Barometer utama untuk memastikan kualitas pendidikan yang terarah
sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.
3. Landasan perlindungan hukum untuk menjaga keadilan dan kemerataan
pendidikan.
4. Perlindungan fungsi pendidikan pada pakemnya agar tidak
disalahgunakan untuk hal yang buruk.
Asas Pendidikan
Asas 1922
Asas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan lagi oleh Drs. R.M.P.
Sostrokarton (seorang filosof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo yang berarti “jika di depan
memberi contoh”, dan Ing Madyo Mangun Karso yang berarti “di tengah
membangkitkan kehendak” (Reka Joni, T. dalam Junaid, 2012, hlm. 96).
Secara umum, Implikasi dari penerapan asas Tut Wuri Handayani dalam
pendidikan adalah sebagai berikut.
Unsur Pendidikan
1. Tujuan pendidikan
2. Peserta didik
3. Pendidik
4. Interaksi edukatif
5. Materi pendidikan
6. Alat dan metode pendidikan
7. Lingkungan pendidikan
Untuk lebih lengkapnya, baca juga artikel di bawah ini yang membahas
mengenai pendidikan nasional Indonesia.
1. Perenialisme,
merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percaya
bahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama
berbagi satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua
pengetahuan, ajaran dan nilai yang baik telah tumbuh.
2. Essensialisme,
yakni aliran yang ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan warisan
sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan kebaikannya bagi
kehidupan manusia.
3. Progressivisme,
aliran ini percaya bahwa pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah
sebatas sebagaimana dunia ini dialami oleh manusia dan Itulah yang
dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua.
4. Pedagogi Kritis,
salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk
memandang sekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah
didedikasikan untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial.
5. Eksistensialisme,
merupakan salah satu ciri pemikiran filsafat abad 20 yang sangat
mendambakan adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat
besar untuk mengaktualisasikan dirinya.
Dalam konteks religius, pendidikan adalah hal yang sangat bergantung pada
keimanan dan keyakinan peserta didik masing-masing. Pendidikan adalah hal
yang harus berdasarkan keinginan peserta didiknya sendiri, bukan paksaan
atau dorongan dari orang atau bahkan instansi dan lembaga lain.
Atas dasar itulah pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis. Selain itu, psikologi dan pendidikan merupakan kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia,
sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala perilaku dan perkembangan
psikologis dari manusia.
1. zaman purba,
2. zaman kerajaan Hindu-Budha,
3. zaman kerajaan Islam,
4. zaman pengaruh Portugis dan Spanyol,
5. zaman kolonial Belanda,
6. zaman pendudukan Jepang,
7. pendidikan periode 1945-1969,
8. pendidikan pada masa PJP I (1969)-1993).
Menurut Pepelasis, dkk dalam (Yatimah, 2017, hlm. 133) faktor-faktor yang
sangat penting dalam ekonomi (pembangunan) adalah sumber daya alam,
sumber daya manusia, akumulasi odal, teknologi dan kewiraswastaan, serta
sosio-budaya.