Anda di halaman 1dari 12

Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang
hendak di tuju oleh pendidikan (Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 25). Sebetulnya, tujuan
pendidikan juga amatlah bergantung pada kebutuhan dari penyelenggaraan pendidiknya
sendiri. Selain itu, lembaga pendidikan, institusi, bahkan negara sendiri memiliki
tujuannya masing masing.

Setiap negara memiliki sistem pendidikan nasional yang dibangun berdasarkan perjalanan
sejarah berdirinya negara dan cita-cita negara jangka panjang yang ingin dicapai. Begitu
juga dengan negara kita, Indonesia memiliki tujuan pendidikan yang dirangkai dalam
sistem pendidikan nasional dan dirumuskan pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut akan menjadi landasan negara dalam
mengembangkan sistem pendidikan dan mengelola proses pendidikan nasional.

Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada pasal 3 tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (UU No. 20/2003, pasal 3, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 81).Akan
tetapi, tidak berhenti di situ saja, tujuan pendidikan juga telah banyak dirumuskan oleh
berbagai aliran-aliran pendidikan. Para ahli pendidikan juga memiliki pendapatnya
masing-masing mengenai tujuan pendidikan ini. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
sejatinya merupakan pokok permasalahan yang cukup mendalam dan akan dibahas secara
komprehensif melalui berbagai uraian berikut ini.

1].Pengertian Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan (Suardi, dalam Hidayat & Abdillah,
2019, hlm. 25). Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan,
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Sementara itu menurut Syam, dkk
(2021, hlm. 71) tujuan pendidikan adalah faktor yang sangat menentukan jalannya
pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan
pendidikan dilaksanaka
rumusan tujuan pendidikan akan tepat apabila sesuai dengan fungsinya. Fungsi dari
tujuan pendidikan sendiri meliputi:

 Memberikan arah bagi proses pendidikan,


 Memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan,
 Tujuan pendidikan merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan
(Achmadi, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 71).

Sedangkan menurut Maunah (dalam Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 25) tujuan
pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami
proses pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun
kehidupan masyarakat dari alam sekitarnya dimana individu hidup.Dalam konteks ini
tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan yang
menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidik perlu
memahami dengan baik tujuan pendidikanLantas, sebetulnya apa tujuan dari pendidikan
itu sendiri? Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan pendidikan ini dapat kita
telusuri dari tujuan pendidikan suatu negara, ideologi yang menyokongnya, hingga
pendapat para ahli pendidikan yang akan dipaparkan sebagai berikut.

2].Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Hidayat &
Abdillah, 2019, hlm. 26). Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3].Tujuan Pendidikan menurut UNESCO

Menurut UNESCO Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada
cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations,
Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan
baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni sebagai berikut;
 Learning to know (belajar mengetahui).
 Learning to do (belajar melakukan sesuatu).
 Learning to be (belajar menjadi sesuatu).
 Learning to live together (Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 26

4].Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Ideologi Pendidikan

Di dunia ini ada beberapa ideologi pendidikan yang memengaruhi pengembangan


sistem pendidikan di dunia. Masing-masing ideologi pendidikan tersebut memiliki
pandangan tersendiri tentang tujuan pendidikan. Bagaimanakah tujuan pendidikan
menurut aliran ideologi pendidikan? Menurut O’neil (dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 72)
beberapa tujuan pendidikan menurut aliran ideologi pendidikan adalah sebagai berikut.

 Ideologi Fundamentalisme Pendidikan

Menurut pandangan pengikut ideologi ini, tujuan pendidikan adalah membangkitkan


kembali dan meneguhkan kembali cara-cara lama yang dianggap lebih baik dibandingkan
cara-cara sekarang. Menurut pendapat ideologi ini, tujuan sekolah adalah untuk
membangun kembali masyarakat dengan cara mendorongnya agar kembali ke tujuan-
tujuan yang mula-mula.

 Ideologi Intelektualisme

Pendidikan Menurut pandangan ideologi intelektualisme, pendidikan bertujuan untuk


mengenali, melestarikan, dan meneruskan kebenaran. Dalam hal ini, sekolah
diselenggarakan untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana menalar.

 Ideologi Konservatisme

Pendidikan Tujuan pendidikan menurut pendapat ideologi konservatif adalah untuk


melestarikan dan meneruskan pola-pola perilaku sosial yang mapan. Seiring dengan itu,
maka tujuan sekolah adalah untuk mendorong pemahaman peserta didik terhadap dan
penghargaan bagi lembaga-lembaga, tradisi-tradisi, dan proses-proses budaya yang sudah
teruji oleh waktu (sudah tua umumnya), termasuk rasa hormat yang mendalam terhadap
hukum serta tatanan.

 Ideologi Liberalisme Pendidikan

Tujuan pendidikan dalam pandangan ideologi liberalisme pendidikan adalah untuk


mengangkat perilaku personal yang efektif. Sedangkan tujuan penyelenggaraan sekolah
adalah untuk menyediakan informasi dan keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik
agar supaya bisa belajar sendiri secara efektif.

 Ideologi Liberasionisme Pendidikan

Pendukung ideologi liberasionisme pendidikan berpandangan bahwa pendidikan


bertujuan untuk mendorong pembaharuan/perombakan sosial yang perlu dengan cara
memaksimalkan kebebasan personal di sekolah dan dengan mengangkat kondisi-kondisi
yang lebih berperikemanusiaan dan memanusiakan dalam masyarakat secara luas.
Sekolah bertujuan untuk membantu peserta didik untuk mengenal dan menanggapi
kebutuhan akan pembaharuan sosial.

 Ideologi Anarkisme Pendidikan

Menurut ideologi ini, pendidikan bertujuan untuk membawa perombakan-perombakan


yang segera dan berlingkup besar, yang bersifat humanistis, di dalam masyarakat, dengan
cara menghapuskan persekolahan wajib. Sekolah bertujuan untuk menghapuskan sistem
pendidikan formal yang ada sekarang secara keseluruhan, dan menggantikannya dengan
pola belajar yang ditentukan sendiri oleh perorangan secara sukarela, menyediakan akses
yang bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan serta kesempatan-kesempatan
pendidikan, tapi tidak menonjolkan wajib belajar ataupun pelajaran wajib.

 Ideologi Pendidikan Islam

Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-syaebani, tujuan pendidikan Islam memiliki


empat ciri pokok, yaitu: a) Sifat yang bercorak agama dan akhlak; b) Sifat
kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi peserta didik dan semua aspek
perkembangan dalam masyarakat; c) Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya
pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya; d) Sifat realistik dan dapat
dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada
kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan di antara individu,
masyarakat dan kebudayaan di mana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan
berkembang bila diperlukan (Achmadi, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 74).

4].Tujuan Pendidikan Menurut Ahli Pendidikan

Beberapa ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang tujuan pendidikan.
Berikut adalah beberapa pendapat para ahli pendidikan mengenai tujuan pendidikan yang
dirangkum dari Syam, dkk (2021, hlm. 74).
 Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara merumuskan tujuan pendidikan sebagai penguasaan
diri, sebab di sinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Beliau
berpandangan bahwa ketika peserta didik mampu menguasai diri sendiri, maka
mereka akan mampu untuk menentukan sikapnya sendiri sehingga akan
tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Beliau juga menyatakan bahwa tujuan
penyelenggaraan pendidikan adalah untuk membantu peserta didik menjadi
manusia yang merdeka (Fedi, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 74).
 A.R. Tilaar
H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan nasional
tentunya sifatnya abstrak sehingga perlu disesuaikan dengan perkembangan
akal dan budi peserta didik. Bagi peserta didik pada tingkat-tingkat permulaan
tentunya nilai-nilai Pancasila hanya dapat dihayati melalui contoh yang konkret
di dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan perkembangan kemampuan
akal dan budinya, nilai-nilai Pancasila beranjak menjadi nilai-nilai yang abstrak
dan merupakan bagian dari perkembangan anak Indonesia (Tilaar, dalam
Syam, dkk, 2021, hlm. 75).
 .R. Zainuddin Fananie
K.H.R. Zainuddin Fananie berpandangan bahwa pendidikan bertujuan untuk
membantu menunjukkan jalan kebaikan kepada peserta didik atau siapa saja
agar dapat memilih jalan tersebut dengan sendirinya. Tugas pendidik hanyalah
menunjukkan jalan yang sebaik-baiknya agar peserta didik menjadi baik di
setiap perbuatan, perkataan, dan hati (Fananie, dalam Syam, dkk, 2021, hlm.
75).
 Susan Isaacs

Susan Isaacs berpandangan bahwa perkembangan intelektual anak berhubungan erat


dengan perkembangan emosional. Kebebasan di ruang kelas akan menghilangkan
hambatan proses belajar atau distorsi perkembangan watak. Ia membangun budaya
kebebasan dan mendorong permainan sebagai metode mengungkapkan kehidupan
naluriah (instinctual life), upaya memahami dunia, dan mengembangkan keterampilan
yang tersublimasi (Hobson dkk, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 76).

 John A. Laska

John A. Laska menyatakan pendidikan sebagai ”Upaya sengaja yang dilakukan pelajar
atau orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu, mengarahkan, memengaruhi dan
mengelola) situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan (Laska, , dalam
Syam, dkk, 2021, hlm. 75). Berdasarkan definis pendidikan ini, maka tujuan pendidikan
adalah untuk memandu, mengarahkan, memengaruhi, dan mengelola situasi belajar agar
peserta didik mampu meraih hasil belajar yang diinginkan secara maksimal.

 Alexander Sutherland Neil

S. Neil, pendiri sekolah Summerhill di Inggris menyatakan bahwa, ”Kita merancang


sebuah sekolah yang memungkinkan anak-anak menjadi dirinya sendiri. Untuk
mengupayakan hal tersebut, kita harus mengesampingkan semua disiplin, arahan, saran,
ajaran moral, dan perintah agama. Anak-anak jangan pernah dipaksa untuk belajar, dan
memang prinsip utama Summerhill adalah bahwa anak mengikuti pelajaran secara
sukarela berapapun usianya. Hanya belajar yang dilakukan secara sukarelalah yang
bernilai dan anak akan mengenal dirinya sendiri apabila mereka telah siap untuk belajar”
(Hobson dkk, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 75).

 Harold Ordway Rugg

Harold Ordway Rugg adalah pemimpin gerakan pendidikan progresif di Amerika Serikat.
Dalam pendidikan progresif, komitmen terhadap kreativitas individu termanifestasi dalam
pendidikan yang berpusat pada anak. Rugg lebih menekankan aktivitas yang ditujukan
untuk mengembangkan kreativitas dan intuisi anak daripada mengerahkan seluruh kelas
mengikuti kurikulum standar yang sudah disusun sebelumnya (Hobson, dkk, dalam
Syam, dkk, 2021, hlm. 76).

5].Tujuan Pendidikan Tinggi

Pendidikan di perguruan tinggi berbeda dengan pendidikan dasar maupun pendidikan


menengah. Tujuan pendidikan tinggi selain berorientasi pada pengembangan potensi
mahasiswa, juga berkaitan dengan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu,
rumusan tujuan pendidikan tinggi selain berorientasi pada peserta didik (mahasiswa) juga
menekankan peranan institusi pendidikan dalam melaksanakan kewajiban Tri Dharma
Perguruan Tinggi.

terkait dengan tujuan pendidikan tinggi, berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 5 dinyatakan bahwa Pendidikan Tinggi bertujuan
untuk:

 berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang


beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa;
 dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan
peningkatan daya saing bangsa;
 dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian
yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia; dan
 terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan
karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (UU No. 12, pasal 5,
dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 82).

Fungsi
Danim (2010, hlm.45) menjelaskan fungsi pendidikan sesungguhnya
adalah membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan
bermartabat. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi spesifik untuk tujuan dan
kebutuhan yang spesifik pula, yaitu :
 Menyiapkan sebagai manusia yang berbudi.
 Menyiapkan tenaga kerja.
 Menyiapkan warga negara yang baik
Sementara itu, dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, di
kemukakan bahwa fungsi pendidikan adalah: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
 Fungsi Pendidikan Multikultural
Menurut Clive Back (dalam Zaitun, 2016, hlm. 40) beberapa fungsi pendidikan
multikultural di antaranya adalah sebagai berikut;
1.Teaching ethnic student about their own ethnic culture, including perhaps
some heritage language instruction. Artinya, pendidikan multikultural dapat berfungsi
untuk mengajarkan siswa budaya etnis mereka sendiri yang mungkin dapat dibarengi oleh
penggunaan bahasa etnis itu sendiri dalam proses pengajaran.

2.Teaching all student about various traditional cultures, at home and abroud,
While such student can be pursued in a variety of ways, what is usually
missing is systematic treatment of fundamental issues of culture and ethnicity.
Artinya, mengajarkan siswa mengenai bermacam budaya tradisional lokal
maupun internasional sembari siswa juga dapat mencari tahunya sendiri
melalui berbagai cara, yang biasanya merupakan salah satu perbaikan dari
kesalahan sistematis perilaku fundamental untuk mengetahui berbagai isu
budaya dan etnisitas.
3.Promoting acceptance of ethnic diversity in society. Berarti mempromosikan
penerimaan keberagaman etnis di masyarakat.
4.Showing that people of different religious, races, national background and so
on are equal worth. Menunjukkan bahwa orang-orang yang berbeda agama,
ras, dan asal negara yang berbeda sejatinya memiliki nilai yang sejajar/sama.
5.Fostering full acceptance and equitable treatment of the etnic sub-cultures
associated with different religious, races, national background, etc, in one`s
own country and in other parts of the word. Mendorong penerimaan penuh dan
perlakuan yang adil dari sub-budaya etnis yang terkait dengan agama yang
berbeda, ras, latar belakang nasional, dll, di negara sendiri dan di bagian lain
dunia.

6.Helping student to work toward more adequate cultural forms for the & Sulo,

themselves and for society. Membantu siswa menyongsong bentuk budaya beragam
yang lebih memadai untuk diri sendiri dan masyarakat.

Sementara itu, menurut The National Council for Social Studies, fungsi
pendidikan multikultural adalah sebagai berikut.

 Memberi konsep diri yang jelas.


 Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau
dari sejarahnya.
 Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu
memang ada pada setiap masyarakat.
 Membantu mengembangkan pembuatan keputusan, partisipasi sosial,
dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)

Unsur unsur pendidikan

pendidikan juga melibatkan banyak hal yang dapat membuatnya berjalan sebagaimana
mestinya. Hal tersebut adalah unsur-unsur yang ada dan terlibat di dalamnya sehingga
pendidikan dapat menjadi suatu keutuhan yang mampu memiliki fungsi dan manfaat yang
diinginkan;

Unsur-unsur pendidikan tersebut antara lain: tujuan pendidikan, peserta didik,


pendidik, interaksi edukatif, materi pendidikan, alat dan metode pendidikan, dan
lingkungan pendidikan (Elfachmi, 2015, hlm. 15). Unsur-unsur pendidikan tersebut
adalah hal yang saling terkait satu sama lain. Berikut adalah penjelasan dari masing-
masing unsur pendidikan yang diambil dari undang-undang no.20 tahun sisdiknas,
ditambah dengan satu unsur lain yang sering disinggung oleh para ahli.
 Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah fokus utama dari perubahan yang diinginkan
setelah peserta didik mengikuti pendidikan. Berbagai instansi yang berbeda
biasanya akan memiliki tujuan pendidikan yang beda pula. Beberapa
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang kompeten
dalam keahlian tertentu, instansi lain bertujuan secara spesifik untuk
melatih aspek afektif pada peserta didik.
Namun, secara umum dan secara yuridis, tertuang dalam undang-undang
sisdiknas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

 Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam suatu kurikulum terdapat
panduan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan lebih baik.

Peserta didik
Merupakan orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Mudahnya, peserta didik adalah orang yang ingin menempuh
pembelajaran untuk mengembangkan potensinya lewat pendidikan.

Pendidik
Pendidik adalah pengajar yang akan mengajar dan melatih peserta didik
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam sisdiknas: “Pendidik adalah
tenaga pengajar yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajarTujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah fokus utama dari perubahan yang diinginkan
setelah peserta didik mengikuti pendidikan. Berbagai instansi yang berbeda
biasanya akan memiliki tujuan pendidikan yang beda pula. Beberapa
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang kompeten
dalam keahlian tertentu, instansi lain bertujuan secara spesifik untuk
melatih aspek afektif pada peserta didik.
Namun, secara umum dan secara yuridis, tertuang dalam undang-undang
sisdiknas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam suatu kurikulum terdapat
panduan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan lebih baik.

Peserta didik
Merupakan orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Mudahnya, peserta didik adalah orang yang ingin menempuh
pembelajaran untuk mengembangkan potensinya lewat pendidikan.

Pendidik
Pendidik adalah pengajar yang akan mengajar dan melatih peserta didik
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam sisdiknas: “Pendidik adalah
tenaga pengajar yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan”.

Interaksi edukatif
Tanpa adanya proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang
melibatkan materi pembelajaran, maka pembelajaran tidak terlaksana dan
pendidikan tidak dapat terbangun. Dalam sisdiknas definisi interaksi
edukatif adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Isi pendidikan/materi pendidikan


Merupakan materi-materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran yang
bertujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara ke arah yang lebih baik lagi.

Lingkungan pendidikan
Merupakan tempat manusia berinteraksi timbal balik sehingga
kemampuannya dapat terus dikembangkan ke arah yang lebih baik lagi.
Lingkungan pendidikan sering dihubungkan dengan tripusat pendidikannya,
yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Alat dan metode pendidikan


Alat yang dimaksud di sini adalah berbagai alat dan media pembelajaran
yang dapat menyokong hingga mengembangkan lingkungan pembelajaran
menjadi lebih kondusif dan efisien dalam pelaksanaannya. Alat dapat
sesederhana spidol dan papan tulis, proyektor untuk menampilkan media
pembelajaran slide show presentasi, hingga ke media pembelajaran berbasis
TIK.

Sementara itu, metode adalah kerangka kerja atau langkah-langkah yang


disiapkan untuk menyajikan pendidikan agar lebih efektif dan efisien dalam
tujuan tertentu. Misalnya, metode ceramah dapat digunakan untuk
mengajarkan pembelajaran teori. Praktikum dapat diterapkan pada
pendidikan keterampilan atau keahlian.

Anda mungkin juga menyukai