Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang
hendak di tuju oleh pendidikan (Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 25). Sebetulnya, tujuan
pendidikan juga amatlah bergantung pada kebutuhan dari penyelenggaraan pendidiknya
sendiri. Selain itu, lembaga pendidikan, institusi, bahkan negara sendiri memiliki
tujuannya masing masing.
Setiap negara memiliki sistem pendidikan nasional yang dibangun berdasarkan perjalanan
sejarah berdirinya negara dan cita-cita negara jangka panjang yang ingin dicapai. Begitu
juga dengan negara kita, Indonesia memiliki tujuan pendidikan yang dirangkai dalam
sistem pendidikan nasional dan dirumuskan pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut akan menjadi landasan negara dalam
mengembangkan sistem pendidikan dan mengelola proses pendidikan nasional.
Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada pasal 3 tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (UU No. 20/2003, pasal 3, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 81).Akan
tetapi, tidak berhenti di situ saja, tujuan pendidikan juga telah banyak dirumuskan oleh
berbagai aliran-aliran pendidikan. Para ahli pendidikan juga memiliki pendapatnya
masing-masing mengenai tujuan pendidikan ini. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
sejatinya merupakan pokok permasalahan yang cukup mendalam dan akan dibahas secara
komprehensif melalui berbagai uraian berikut ini.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan (Suardi, dalam Hidayat & Abdillah,
2019, hlm. 25). Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan,
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Sementara itu menurut Syam, dkk
(2021, hlm. 71) tujuan pendidikan adalah faktor yang sangat menentukan jalannya
pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan
pendidikan dilaksanaka
rumusan tujuan pendidikan akan tepat apabila sesuai dengan fungsinya. Fungsi dari
tujuan pendidikan sendiri meliputi:
Sedangkan menurut Maunah (dalam Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 25) tujuan
pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami
proses pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun
kehidupan masyarakat dari alam sekitarnya dimana individu hidup.Dalam konteks ini
tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan yang
menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidik perlu
memahami dengan baik tujuan pendidikanLantas, sebetulnya apa tujuan dari pendidikan
itu sendiri? Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan pendidikan ini dapat kita
telusuri dari tujuan pendidikan suatu negara, ideologi yang menyokongnya, hingga
pendapat para ahli pendidikan yang akan dipaparkan sebagai berikut.
Menurut UNESCO Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada
cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations,
Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan
baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni sebagai berikut;
Learning to know (belajar mengetahui).
Learning to do (belajar melakukan sesuatu).
Learning to be (belajar menjadi sesuatu).
Learning to live together (Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 26
Ideologi Intelektualisme
Ideologi Konservatisme
Beberapa ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang tujuan pendidikan.
Berikut adalah beberapa pendapat para ahli pendidikan mengenai tujuan pendidikan yang
dirangkum dari Syam, dkk (2021, hlm. 74).
Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara merumuskan tujuan pendidikan sebagai penguasaan
diri, sebab di sinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Beliau
berpandangan bahwa ketika peserta didik mampu menguasai diri sendiri, maka
mereka akan mampu untuk menentukan sikapnya sendiri sehingga akan
tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Beliau juga menyatakan bahwa tujuan
penyelenggaraan pendidikan adalah untuk membantu peserta didik menjadi
manusia yang merdeka (Fedi, dalam Syam, dkk, 2021, hlm. 74).
A.R. Tilaar
H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan nasional
tentunya sifatnya abstrak sehingga perlu disesuaikan dengan perkembangan
akal dan budi peserta didik. Bagi peserta didik pada tingkat-tingkat permulaan
tentunya nilai-nilai Pancasila hanya dapat dihayati melalui contoh yang konkret
di dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan perkembangan kemampuan
akal dan budinya, nilai-nilai Pancasila beranjak menjadi nilai-nilai yang abstrak
dan merupakan bagian dari perkembangan anak Indonesia (Tilaar, dalam
Syam, dkk, 2021, hlm. 75).
.R. Zainuddin Fananie
K.H.R. Zainuddin Fananie berpandangan bahwa pendidikan bertujuan untuk
membantu menunjukkan jalan kebaikan kepada peserta didik atau siapa saja
agar dapat memilih jalan tersebut dengan sendirinya. Tugas pendidik hanyalah
menunjukkan jalan yang sebaik-baiknya agar peserta didik menjadi baik di
setiap perbuatan, perkataan, dan hati (Fananie, dalam Syam, dkk, 2021, hlm.
75).
Susan Isaacs
John A. Laska
John A. Laska menyatakan pendidikan sebagai ”Upaya sengaja yang dilakukan pelajar
atau orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu, mengarahkan, memengaruhi dan
mengelola) situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan (Laska, , dalam
Syam, dkk, 2021, hlm. 75). Berdasarkan definis pendidikan ini, maka tujuan pendidikan
adalah untuk memandu, mengarahkan, memengaruhi, dan mengelola situasi belajar agar
peserta didik mampu meraih hasil belajar yang diinginkan secara maksimal.
Harold Ordway Rugg adalah pemimpin gerakan pendidikan progresif di Amerika Serikat.
Dalam pendidikan progresif, komitmen terhadap kreativitas individu termanifestasi dalam
pendidikan yang berpusat pada anak. Rugg lebih menekankan aktivitas yang ditujukan
untuk mengembangkan kreativitas dan intuisi anak daripada mengerahkan seluruh kelas
mengikuti kurikulum standar yang sudah disusun sebelumnya (Hobson, dkk, dalam
Syam, dkk, 2021, hlm. 76).
terkait dengan tujuan pendidikan tinggi, berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 5 dinyatakan bahwa Pendidikan Tinggi bertujuan
untuk:
Fungsi
Danim (2010, hlm.45) menjelaskan fungsi pendidikan sesungguhnya
adalah membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan
bermartabat. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi spesifik untuk tujuan dan
kebutuhan yang spesifik pula, yaitu :
Menyiapkan sebagai manusia yang berbudi.
Menyiapkan tenaga kerja.
Menyiapkan warga negara yang baik
Sementara itu, dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, di
kemukakan bahwa fungsi pendidikan adalah: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
Fungsi Pendidikan Multikultural
Menurut Clive Back (dalam Zaitun, 2016, hlm. 40) beberapa fungsi pendidikan
multikultural di antaranya adalah sebagai berikut;
1.Teaching ethnic student about their own ethnic culture, including perhaps
some heritage language instruction. Artinya, pendidikan multikultural dapat berfungsi
untuk mengajarkan siswa budaya etnis mereka sendiri yang mungkin dapat dibarengi oleh
penggunaan bahasa etnis itu sendiri dalam proses pengajaran.
2.Teaching all student about various traditional cultures, at home and abroud,
While such student can be pursued in a variety of ways, what is usually
missing is systematic treatment of fundamental issues of culture and ethnicity.
Artinya, mengajarkan siswa mengenai bermacam budaya tradisional lokal
maupun internasional sembari siswa juga dapat mencari tahunya sendiri
melalui berbagai cara, yang biasanya merupakan salah satu perbaikan dari
kesalahan sistematis perilaku fundamental untuk mengetahui berbagai isu
budaya dan etnisitas.
3.Promoting acceptance of ethnic diversity in society. Berarti mempromosikan
penerimaan keberagaman etnis di masyarakat.
4.Showing that people of different religious, races, national background and so
on are equal worth. Menunjukkan bahwa orang-orang yang berbeda agama,
ras, dan asal negara yang berbeda sejatinya memiliki nilai yang sejajar/sama.
5.Fostering full acceptance and equitable treatment of the etnic sub-cultures
associated with different religious, races, national background, etc, in one`s
own country and in other parts of the word. Mendorong penerimaan penuh dan
perlakuan yang adil dari sub-budaya etnis yang terkait dengan agama yang
berbeda, ras, latar belakang nasional, dll, di negara sendiri dan di bagian lain
dunia.
6.Helping student to work toward more adequate cultural forms for the & Sulo,
themselves and for society. Membantu siswa menyongsong bentuk budaya beragam
yang lebih memadai untuk diri sendiri dan masyarakat.
Sementara itu, menurut The National Council for Social Studies, fungsi
pendidikan multikultural adalah sebagai berikut.
pendidikan juga melibatkan banyak hal yang dapat membuatnya berjalan sebagaimana
mestinya. Hal tersebut adalah unsur-unsur yang ada dan terlibat di dalamnya sehingga
pendidikan dapat menjadi suatu keutuhan yang mampu memiliki fungsi dan manfaat yang
diinginkan;
Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam suatu kurikulum terdapat
panduan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan lebih baik.
Peserta didik
Merupakan orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Mudahnya, peserta didik adalah orang yang ingin menempuh
pembelajaran untuk mengembangkan potensinya lewat pendidikan.
Pendidik
Pendidik adalah pengajar yang akan mengajar dan melatih peserta didik
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam sisdiknas: “Pendidik adalah
tenaga pengajar yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajarTujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah fokus utama dari perubahan yang diinginkan
setelah peserta didik mengikuti pendidikan. Berbagai instansi yang berbeda
biasanya akan memiliki tujuan pendidikan yang beda pula. Beberapa
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang kompeten
dalam keahlian tertentu, instansi lain bertujuan secara spesifik untuk
melatih aspek afektif pada peserta didik.
Namun, secara umum dan secara yuridis, tertuang dalam undang-undang
sisdiknas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam suatu kurikulum terdapat
panduan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan dengan lebih baik.
Peserta didik
Merupakan orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Mudahnya, peserta didik adalah orang yang ingin menempuh
pembelajaran untuk mengembangkan potensinya lewat pendidikan.
Pendidik
Pendidik adalah pengajar yang akan mengajar dan melatih peserta didik
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam sisdiknas: “Pendidik adalah
tenaga pengajar yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan”.
Interaksi edukatif
Tanpa adanya proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang
melibatkan materi pembelajaran, maka pembelajaran tidak terlaksana dan
pendidikan tidak dapat terbangun. Dalam sisdiknas definisi interaksi
edukatif adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Lingkungan pendidikan
Merupakan tempat manusia berinteraksi timbal balik sehingga
kemampuannya dapat terus dikembangkan ke arah yang lebih baik lagi.
Lingkungan pendidikan sering dihubungkan dengan tripusat pendidikannya,
yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.