Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPAS KELAS IV MI MALIHATUL HIKAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam setiap manusia.
Dimana manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dala hidupnya, karena
pada hakekatnya pendidikan ada untuk mengubah hidup dan pola pikir manusia. Yang
dimaksud dengan pola pikir ialah suatu pemikiran yan dapat mengubah kehidupan
manusia ke arah yang lebih baik. Pola pikir baik dapat dilihat dari pandangan seseorang
akan pendidikan (Anwar et al., 2022). Adakalanya manusia beranggapan bahwa saat ini
pendidikan tidaklah begitu penting. Perlu kita ketahui dengan kita memperoleh
pendidikan bukan berarti hidup kita akan berkelimpahan harta, tetapi pendiidkan lebih
membentuk budi pekerti dan mendidik jiwa seseorang yang mampu mengenal yang baik
dan buruk. Oleh karena itu, pendidikan berupaya agar manusia memiliki pola pikir yang
sangat luas akan pendidikan (Asmedy, 2021) Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh seseorang untukmencapai kedewasaan diri. Dalam perkembangannya,
istilah pendidikan atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa Hasbullah
(Cahyani, dkk: 2017: 2).
Pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal dan pendidikan non
formal. Ada pendidikan formal di sekolah, dan pendidikan non formal seperti
konseling, ekstrakulikuler, kelompokbelajar, dan pelatihan(Kusumawardani et al.,
2018). Pendidikan yang berkualitas juga akan meningkatkan jumlah sumber daya
manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan yang berkualitas maka tercapailah
tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam undang-undang dasar 1945, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga Saat ini pendidikan menjadi pusat perhatian
dikalangan pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat umum lainnya. Hal ini
disebabkan banyaknya tanggapan seseorang bahwa dengan pendidikan tinggi
seseorang diyakini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bagus dan berguna
bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri dan berguna bagi orang lain (Marheni et al.,
2020).
Dalam Dedy Mulyasana (2011:5) dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan
menurut Pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan kebutuhan yang wajib diterima bagi setiap individu.
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan dan pengembangan kurikulum
dengan maksud sebagai upaya perbaikan mutu dan peningkatan kualitas pendidikan.
Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia meluncurkan kurikulum baru yang bernama kurikulum merdeka.
Hal ini dibuktikan dengan adanya Surat Keputusan Mendikbudristek Nomor 56/M/2022
tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran
khususnya Implementasi Kurikulum Merdeka yang akan berlaku pada tahun ajaran
2022/2023. Kurikulum tersebut bertujuan agar pendidikan menghasilkan kualitas yang
baik seperti, mampu menganalisis, menalar dan memahami dalam proses pembelajaran
untuk mengembangkan potensi dirinya. Menurut Indarta dkk., (2022: 3013) kurikulum
merdeka ini hadir sebagai jawaban atas ketatnya persaingan sumber daya manusia
secara global di abad ke-21 era society 5.0. Kurikulum merdeka memiliki beberapa
kebijakan baru.
Menurut Berlian (2022: 2110) salah satu kebijakan baru dalam kurikulum merdeka
adalah mata pelajaran IPA dan IPS pada jenjang sekolah dasar kelas IV, V, dan VI yang
selama ini berdiri sendiri, dalam kurikulum merdeka tersebut kedua mata pelajaran ini
akan diajarkan secara bersamaan dengan nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Sosial (IPAS).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah
faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung
dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan
siswa. Guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting
dan diharapkan guru memiliki cara mengajar yang baik dan mampu memilih model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep- konsep mata pelajaran yang akan
disampaikan
Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari
informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu
pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan
mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi
secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada
kesulitan. Namun kenyataannya, pada proses pembelajaran aktivitas yang ditunjukkan
siswa masih rendah. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa yang di
sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab
pertanyaan.
Iskandar (Muthoharoh, 2017: 34) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu
perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan
melainkan juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi
individu yang belajar.Menurut Khodijah (Pratiwi, 2018: 2) proses pembelajaran
dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yakni pendidik, peserta didik, dan model
belajar. Selain ketiga komponen di atas, hasil belajar juga dipengaruhi oleh
beberapafaktor lain misalnya, minat belajar, tingkat intelegensi, fasilitas belajar,
sarana dan prasarana, kurikulum, dan media belajar.
Dalam pembelajaran model yang digunakan guru bersifat konvensional seperti
dalam penyampaian materi menggunakan metode ceramah, diskusi ataupun tanya
jawab terutama pada mata pelajaran IPAS. Pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Pada pola pembelajaran konvensional, kegiatan proses belajar mengajar lebih sering
diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Dalam model pembelajaran
konvensional, guru di sekolah umumnya memfokuskan diri pada upaya penuangan
pengetahuan kepada para siswa tanpa memperhatikan prakonsepsi siswa atau gagasan-
gagasan yang telah ada dalam diri siswa sebelum mereka belajar secara formal di
sekolah. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan
oleh setiap guru. Metode ceramah boleh dikatakan sebagi metode tradisional, karena
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan metode ceramah dalam
proses belajar mengajar membuat siswa sebagai penerima informasi secara pasif dan
siswa belajar secara individual.
Pengaruh penggunaan model pembelajaran dengan hasil belajar siswa akan
berjalan dengan lancar dan tercapai hasil optimal apabila menggunakan metode
pembelajaran yang baik. Metode yang dipakai disini yaitu menggunakan model
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe STAD. Model pembelajaran
kooperatif (Cooperatif Learning) tipe STAD ini dapat membantu siswa untuk
menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar
pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan
mendorong untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran dan materi
pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar yang ditandai hilangnya rasa bosan dari diri siswa maupun guru. Penerapan
model pembelajaran Cooperative tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
ini diharapkan akan menarik perhatian siswa, sehingga siswa mudah menerima dan
mengingat materi pelajaran IPA yang disampaikan oleh guru. Dalam pembelajaran ini
siswa bebas melakukan diskusi kelompok, di mana kelompok-kelompok tersebut
heterogen. Baik dalam tingkat kemampuan belajarnya, atau jenis kelaminnya. Rasa
bosan siswa dalam mendengarkan ceramah guru akan dapat teratasi. Jadi untuk
memberikan penjelasan materi pelajaran siswa tidak hanya mendengarkan penuturan
kata-kata oleh guru. Dengan hilangnya rasa bosan pada diri siswa dalam proses belajar
mengajar berarti siswa secara aktif ikut ambil bagian. Semakin tinggi kadar partisipasi
dalam kegiatan belajar mengajar, semakin berkembang kreatifitas dan inovasi mereka
sehingga kualitas proses belajar mengajar dari aspek proses sekaligus hasil atau prestasi
dapat meningkat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studen Teams Achievement
Division) adalah salah satu tipe dari model model cooperative learning dengan
menggunakan kelompok- kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto,
2009: 68).
.Shoimin (Cahyani, dkk: 2017: 4), menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division(STAD) merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatifyang paling sederhana,dikatakan demikian karena
kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan
pembelajaran konvensional. Keunikan dari model kooperati tipe STAD ini ialah 1)
menekankan pada ativitas siswa 2) pembentukan kelompok heterogen yang
dilakukan untuk saling bertukar informasi serta adanya penghargaan bagi tim dan
individu yang akan meningkatkan semangat siswa 3) meningkatkan keberanian
siswa untuk tampil yang dapat dilihat dengan melakukan persentasi kedepan, siswa
dapat memperoleh informasi terhadap materi yang belum dipahami melalui teman satu
kelomponya. Jika dibandingkan dengan Model diskusi atau model kelompok lainnya
lebih menekankan pada hasil kelompok (Jamilah et al., 2021). Kelebihan model
pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
adalah (1). Kuis, setelah satu sampai dua periode penyajian, guru dan latihan team
siswa mengikuti kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal
ini bertujuan untuk menunjukan apa saja yang telah diperoleh siswa setelah belajar
dalam kelompok. (2). Penghargaan, team dimungkinkan mendapatkan sertifikat atau
penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu. Penghargaan
ini juga berlaku bagi siapa saja yang bisa memenangkan kuis yang biasanya diberikan
oleh guru. Persamaan dan perbedaan model pembelajaran cooperative learning tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) dengan metode diskusi terbimbing yaitu
dalam pembelajarannya sama-sama menerapkan sikap bekerjasama antar anggota
kelompok untuk memecahkan masalah, adapun perbedaannya adalah pada model
pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
terdapat fase kuis dan pemberian penghargaan (hadiah) pada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertentu. Tujuan dari penggunaan model Student Teams
Achieviement Divions (STAD) adalah agar proses pembelajaran semakin bervariasi
dan tidak membosankan, agar belajar peserta didik menjadi semakin aktif, dan
membuat peserta didik semakin semangat dalam belajar karena mereka terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai