Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu “Ruh” Pendidikan yang harus dievaluasi secara
inovatif, dinamis dan berkala sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi,
kompetensi yang diperlukan masyarakat. Perubahan kurikulum menjadi kebutuhan dalam
setiap pendidikan. Bahkan, perkembangan teknologi (IPTEK) yang sangat cepat tidak lagi
memungkinkan dunia Pendidikan berlama-lama dengan zona nyaman. Dapat
dibayangkan terlepas dari konteks politik, dalam kurun wwaktu enam tahun Standar
Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) sudah melakukan perubahan beberapa kali diantaranya
yaitu: Permenristekdikti Nomor 49 Tahun 2014, Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015,
Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020. Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 bersamaan
dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (BMKM). Hal ini mencerminkan
bahwa perubahan menuntut percepatan, bukan semata-mata kecepatan.
Secara filosofi, kurikulum seharusnya mampu menghantarkan mahasiswa menguasai
ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu, serta membentuk budi pekerti luhur,
sehingga dapat berkontribusi untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan, kebhinekaan,
mendorong semangat kepedulian kepada sesame bangsa dan umat manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan serta kejayaan bangsa Indonesia.
Menurut Hunkins dan Ornstein, kurikulum harus menjembatani mahasiswa agar
pengetahuan yang dikaji dan dipelajari mampu menghantarkannya dalam memahami
hakikat hidup dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik
secara individu maupun Masyarakat.
Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, esensi kemerdekaan berpikir. Menurut Nadiem,
hal ini harus lebih dahulu dilaksanakan oleh guru sebelum mengajarkannya kepada siswa.
Nadiem mengatakaan bahwa dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses
penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, makaa tidak akan pernah
ada pembelajaran yang terjadi.
Pada tahun yang akan datang, sistem belajar mengajar akan berubah yang awalnya
bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman,
karena siswa dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengaan outing class dan tidak
hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi lebih membentuk karakter siswa yang lebih
berani, mandiri, beradab, sopan, berkompetensi dan tidak hanya mengandalkan system
ranking. Dari beberapa survei sistem ranking hanya meresahkan bagi siswa dan orang tua
karena setiap siswa memiliki bakat masing-masing. Kurikulum Merdeka Belajar akan
mengubah metode belajar yang tadinya dilaksanakan di dalam kelas menjadi
pembelajaran di luar kelas. Konsep pembelajaran di luar kelas dapat memberikan peluang
kepada siswa untuk berdiskusi berssama dengan guru.
Dengan hal tersebut, siswa dapat membentuk karakternya dengan berani
mengutarakan pendapat, kemampuan sosial dan berkompetensi. Siswa akan diberikan
kebebasan untuk berkolaborasi terkait keterampilan yang dimiliki. Dengan demikian, guru
dan siswa dapat berkolaborasi untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan produktif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Merdeka Belajar
Program inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Makarim
adalah Merdeka Belajar yang ingin menciptakan suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan. Merdeka belajar ini bertujuan agar guru, siswa maupun orang tua
dapat memiliki suasana yang menyenangkan dalam mengikuti proses belajar
mengajar (Saleh, M. (2020, May). Merdeka belajar di tengah pandemi Covid-19. In
Prosiding SeminarNasional Hardiknas (Vol. 1, pp. 51-56)).
Merdeka belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan
esensi dari asesmen yang semakin dilupakan. Konsep merdeka belajar adalah
mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang untuk
memberikan kemerdekaan sekolah menginterpretasi kompetensidasar kurikulum
menjadi penilaian (Sherly, S., Dharma, E., & Sihombing, H. B. (2021, August).
Merdeka belajar: kajian literatur.In UrbanGreen Conference Proceeding Library (pp.
183-190).
Merdeka belajar dapat dipahami sebagai merdeka berpikir, merdekaberkarya, dan
menghormati atau merespons perubahan yang terjadi (memiliki dayasuai). Pada tahun
mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yangawalnya bernuansa di
dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akanlebih nyaman, karena
murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar denganouting class, dan tidak hanya
mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebihmembentuk karakter peserta didik yang
berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak
hanya mengandalkan sistem rankingyang menurut beberapa survei hanya meresahkan
anak dan orang (Savitri, D. I. (2020, March). Peran Guru Sd Di Kawasan Perbatasan
Pada Era Pembelajaran5.0 Dan Merdeka Belajar. In Seminar Nasional Pendidikan
Dasar (Vol. 2).
Makna merdeka belajar juga berarti menjadikan siswa mandiri untuk belajaryang
lebih berarti. Karena kemandirian merupakan salah satu tujuan utama
dalampendidikan. Tetapi, tantangan dalam menumbuhkan kemandirian pada diri
siswamembutuhkan waktu yang cukup panjang. Ada Sembilan praktik
dalammembangun kemandirian belajar antara lain: (1) jangan hanya
menggunakanmetode ceramah ketika menyampaikan materi pembelajaran karena
dapatmembuat anak mengingat materi dalam jangka yang pendek, (2) minta anak
untukmencari informasi dan mengkonstruksi pemahaman sehingga akan
memberikankebermanfaatan sepanjang hayat, (3) memahami kemampuan anak,
(4)menciptakan pengalaman yang bermakna yang dapat membangun kepercayaan
dirianak, (5) melibatkan anak dalam menetapkan tujuan belajar, (6) jangan takut
untukkeliru, karena benar ataupun salah itu sebuah proses dalam pembelajaran,
(7)memberikan instruksi, dukungan dan lain-lain disaat waktu yang tepat, (8)
percayabahwa anak mempunyai kemandirian belajar dari sejak lahir, dan (9)
mengembangkan rutinitas kelas dan interaksi positif antar setiap anak,
karenakemandirian pada anak perlu dukungan dari semua pihak bukan hanya
keluarga.
Kemudian ada tiga aspek kompetensi merdeka belajar yaitu komitmen,kemandirian,
dan refleksi. Ketiga aspek ini sangat penting, saling terkait,menguatkan, dan berjalan
sesuai tahap perkembangan dan kematangan siswa.Aspek komitmen memiliki arti
bahwa siswa atau pelajar berorientasi pada tujuandan pencapaiannya. Siswa antusias
dan terus mengembangkan diri dalam berbagaibidang. Sesulit apapun siswa akan
terus bertahan dan meminta bantuan kepadaguru dalam menyelesaikan tugas.
Selanjutnya yaitu aspek kemandirian yang artinyasiswa atau pelajar mampu mengatur
prioritas pengerjaan. Siswa dapat menentukancara yang sesuai untuk bekerja secara
adaptif. Misalnya tanpa perlu disuruh dantanpa perlu supervisi guru siswa akan
melakukan sesuatu dengan sendiri selagisiswa bisa. Dan yang terakhir yaitu aspek
refleksi yang artinya siswa atau pelajarmengevaluasi dirinya sendiri terhadap
kelebihan dan keterbatasannya.
Menurut (Ayu, 2017) bahwa kemandirian dalam belajarmerupakan kemampuan siswa
untuk menciptakan kondisi belajar yang mandiritanpa bergantung pada orang lain,
karena dengan belajar mandiri siswa akanmampu menyelesaikan masalah belajar
yang dihadapinya. Kemandirian belajarpada siswa selaras dengan apa yang sudah
dijelaskan di atas yaitu pada sembilanpraktik dalam membangun kemandirian belajar
dan ketiga aspek kompetensimerdeka belajar salah satunya yaitu kemandirian. Dalam
pengimplementasian dilapangan, kemandirian belajar ini artinya siswa mencari dan
menemukan sendirimateri pembelajaran, kemudian siswa dapat berkelompok untuk
bisa mengatasipermasalahan dalam materi pembelajaran secara mandiri. Sedangkan
guruberperan dalam memfasilitasi dan ikut membantu mengarahkan siswa
dalamkesulitan yang dihadapi oleh siswa (Kusumawati, D., dan Sutisna, A. (2021).
Merdeka Belajar Dalam Konteks KemandirianBelajar Siswa Respon Terhadap
Regulasi Baru Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan. Jurnal Lensa Pendas,6(1),11–
17).

Anda mungkin juga menyukai