Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia

TOPIK 1
PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

Sub Bagian: Ruang Kolaborasi (Tugas Kelompok)


Anggota kelompok :
1. Dian Rosmalina
2. Deka Gustri Kusumaningsih
3. Siti Nurhayati
4. Laily Nurohmarwati
5. Ilmi Farikhoh

Point 1
PERTANYAAN
Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar
dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaaan?
JAWABAN
Selama ini praktik pendidikan Indonesia terkesan membelengu kemerdekaan peserta
didik, kita bisa merefleksi potret proses KBM yang bisa jadi membelenggu sebagian siswa di
kelas, diantaranya: sebagian guru lebih banyak menggunakan metode ceramah di kelas yang
pastinya membuat siswa jenuh, anak-anak masih menjadi objek dalam belajar sehingga mereka
kurang kreatif karena proses KBM masih didominasi guru, anak-anak sibuk mengerjakan
berbagai tugas yang diberikan guru termasuk PR, sumber belajar yang digunakan di kelas masih
sangat terbatas, umumnya baru memanfaatkan buku paket saja sehingga siswa kurang diberi
peluang untuk mencari bahan dari berbagai sumber selain buku paket. Banyak hal lain lagi
contoh aktivitas guru dan siswa di kelas yang memang masih banyak membebani siswa dan
akhirnya membelenggu kemerdekaan siswa dalam belajar. Pembelajaran yang seperti ini
menyebabkan peserta didik terbebani, tidak bahagia, dan tidak bisa menikmati proses belajar
tersebut. Padahal keberhasilan proses belajar dapat dicapai jika peserta didik dapat menikmati
pembelajaran diberikan ruang kebebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan
mandiri dan kreatif Dalam hal ini yang perlu dikembangkan adalah guru sebagai kunci utama
keberhasilan merdeka belajar baik bagi siswa maupun gurunya sendiri.

Point 2
PERTANYAAN
Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang
belum memerdekakan peserta didik?
JAWABAN
Pada kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka, menggunakan metode pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran atau yang disebut Student
Centered Learning (SCL), dimana peserta didik yang lebih aktif di dalam kelas dalam mencari
informasi sehingga siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuannya untuk berpikir kritis,
aktif dan inovatif. Adapun beberapa contoh pembelajaran yang fokus utamanya adalah peserta
didik sebagai pusat seperti Small group discussion (SGD), Role-Play and Simulation, Discovery
Learning, Kooperative Learning dan Problem Based Learning.
Kurikulum Merdeka menjadi solusi untuk memberikan kemerdekaan belajar bagi peserta
didik dalam hal ini guru diberi kebebasan untuk memilih format, pengalaman, dan materi
esensial yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, mereka
punya ruang seluas mungkin untuk mengeksplor keunikan dirinya masing-masing. menjelaskan
cara mengimplementasikan kurikulum ini. Pertama, guru harus mengenal siswanya terlebih
dahulu. Berikutnya, guru memetakan kompetensi siswa dalam bentuk portofolio. Pada hari
pertama di tahun ajaran baru, sebaiknya guru tidak langsung menyampaikan materi tapi masuk
dulu ke dunia anak untuk mengenal potensi dan pemahaman mereka. Terkait media
pembelajaran, melalui Kurikulum Merdeka, peserta didik diberi kesempatan untuk bereksplorasi
secara bijak dengan berbagai alat termasuk media digital yang menunjang pembelajaran.
Berbagai aplikasi digital yang berkembang sesuai tren, bisa dimanfatkan guru dan siswa untuk
membuat konten pembelajaran yang menarik dan efektif. Penerapan ini akan menciptakan
kolaborasi tak hanya sesama guru atau sesama siswa saja namun juga antara guru dan siswa.

Point 3
PERTANYAAN
Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik?
JAWABAN
Model pembelajaran yang ditawarkan adalah pembelajaran Blended dimana model
pembelajaran ini memadukan antara pembelajaran dengan tatap muka di kelas seperti biasa
dengan pembelajaran online (maya) dengan memanfaatkan media multimoda. Jadi dalam
prosesnya selain siswa belajar di kelas sesuai jadwal yang sudah dibuat tetapi ada
pembelajaran online yang dilakukan diluar jam belajar. Belajar online bisa dimanfaatkan untuk
pemberian materi atau informasi dari guru terkait materi, forum diskusi, pemberian tugas dan
pengumpulan tugas oleh siswa. Adanya pembelajaran blended learning selain siswa belajar di
kelas secara biasa, siswa juga secara online dapat belajar secara mandiri, bebas mencari sumber
bahan dan informasi untuk menyelesaikan tugas kelas, mandiri menggunakan gadget sebagai
media dan sumber belajar sesuai kecenderungan anak-anak milenia yang lebih senang belajar
dengan gadget, dan siswa bisa bebas menentukan jadwal sendiri kapan mengakses kelas
onlinenya serta dimana dia akan mengkasesnya.

Sub Bagian : Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional (Tugas
Individu)

PERTANYAAN
Pada tahap ini, Mahasiswa meninjau ulang keseluruhan materi dari ‘Mulai dari Diri’ hingga
‘Elaborasi Pemahaman’ untuk membuat ‘Koneksi Antar Materi’ sebagai kesimpulan
penguasaan materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’ dengan uraian tugas sebagai berikut:
1. Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai
Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual.
2. Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan untuk menguatkan pemahaman Anda tentang
materi Perjalanan Pendidikan Nasional.
3. Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam
materi ini dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah
dan kelas Anda.
4. Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat
disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel,
ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan lainnya.
5. Unggah hasil kerja Anda sesuai petunjuk pengiriman di bawah.

JAWABAN
Perjalanan Pendidikan Nasional
Transformasi Perjalanan Pendidikan Nasional diprakarsai oleh pemikiran Ki Hajar
Dewantara, pada tahun 1922 ia mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau
perguruan Taman Siswa. Lembaga ini bertujuan memberikan kesempatan dan hak pendidikan
yang sama bagi para pribumi Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi atau orang-orang
Belanda. Dalam perkembangannya pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara menerapkan
empat strategi pendidikan: (1)pendidikan adalah praktik budaya yang memotivasi orang untuk
mempelajari hal-hal baru. peserta didik untuk mempunyai jiwa mandiri; (2)membentuk karakter
anak didik supaya memiliki jiwa kebangsaan dengan tetap terbuka terhadap perkembangan
internasional; (3)mengembangkan kepribadian siswa sehingga menjadi pionir; dan (4)mendidik
seorang pembelajar berarti mengeluarkan potensi atau bakat bawaannya.
Seiring berkembangnya perjalanan pendidikan, Indonesia mengalami beberapa
pergantian kurikulum sebagai langkah strategis dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Setelah kemerdekaan hingga saat ini, tercatat bahwa kurikulum di Indonesia sudah mengalami
pergantian hingga kurang lebih sepuluh kali. Perubahan kurikulum di Indonesia biasanya
dilakukan hampir setiap lima tahun sekali. Namun, terkadang bisa lebih cepat atau pun lebih
lama.
1. Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pasca kemerdekaan adalah kurikulum 1947. Mulanya, pada saat
itu lebih populer digaungkan dengan istilah Belanda leer plan yang artinya rencana pelajaran
dibandingkan dengan istilah kurikulum. Sebab itu, Kurikulum 1947 juga dikenal dengan istilah
Rentjana Pelajaran 1947. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional lebih berfokusnya cenderung pada pembentukan
karakter
2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum 1952 menjadi penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan diberi nama Rentjana
Pelajaran Terurai Tahun 1952. Hal yang paling menonjol sekaligus menjadi ciri khas kurikulum
ini adalah konsep tematik. Artinya, setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Penerapannya silabus mata pelajaran
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar pada satu mata pelajaran di
sekolah.
3. Rentjana Pendidikan 1964
Isu yang berkembang pada kurikulum ini adalah konsep pembelajaran aktif, kreatif, dan
produktif. Melalui konsep ini, pemerintah menetapkan hari Sabtu adalah hari krida. Artinya,
siswa diberi kebebasan untuk berlatih berbagai kegiatan sesuai dengan minat bakatnya.
Pemerintah pada tahun 1964 juga mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Memasuki masa orde baru, kelahiran kurikulum ini juga bersifat politis. Tujuannya lebih
ditekankan untuk mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Ciri
khusus yang menonjol dari kurikulum 1968 adalah correlated subject curriculum. Artinya, materi
pada jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Selain
itu, muatan materi pelajarannya bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan (tematik).
5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Latar belakang
kelahirannya akibat dari sejumlah perubahan oleh pembangunan nasional. Metode, materi, dan
tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Hal inilah yang
membuat kurikulum ini mendapat kritikan. Pasalnya, para guru dibuat terlalu sibuk menulis apa
perincian dari setiap kegiatan pembelajaran. Ada sejumlah perubahan ditemukan dalam
kurikulum ini. Nama pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat diubah menjadi ilmu pengetahuan
alam. Kemudian, pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi mata pelajaran matematika.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini lahir karena kurikulum 1975 disebut tidak bisa mengejar kemajuan pesat
masyarakat. Ciri khususnya, kurikulum 1984 lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam
belajar. Pengembangan proses belajar inilah yang disebut dengan pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA). Pada kurikulum ini pula lahir penambahan bidang studi yaitu Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Bagi siswa SMA, kurikulum 1984 membagi mata pelajaran siswa
menjadi program inti dan program pilihan sesuai minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta
didik..
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Sehingga, banyak perubahan yang
terjadi pada kurikulum ini. Beberapa perubahannya, mulai dari perubahan sistem pembagian
waktu pelajaran dari semester ke caturwulan. Hal ini diharapkan agar siswa dapat menerima
lebih banyak materi pembelajaran dalam tiga kali caturwulan selama setahun dalam
pembelajaran. Nama SMP diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), kemudian
SMA diganti menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum). Penjurusan di SMA juga dibagi
menjadi tiga program yakni IPA, IPS, dan bahasa, kemudian mata pelajaran PSPB dihapus
8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Program ini berbasis kompetensi yang mengandung tiga unsur pokok, yaitu
pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.Implikasinya, sekolah
diberi kewenangan untuk mengembangkan komponen kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah
dan kebutuhan peserta didik. Kemudian dikembangkan pula kurikulum yang semula berbasis
materi diubah menjadi berbasis kompetensi. Ciri kurikulum 2004, nama SLTP diubah kembali
menjadi SMP dan SMU dikembalikan menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA).
9. Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 inilah yang biasa dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan diberlakukan sejak Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 2003.
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaannya terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu desentralisasi sistem pendidikan Indonesia.Pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, Guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
Secara umum, tujuan kurikulum ini adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan. Sekaligus mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara aktif partisipatif bagi guru dan peserta
didik.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter. Implementasinya, pendidikan
karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi. Selain itu,
kurikulum ini menekankan pada pembentukan sikap spiritual pada Kompetensi Inti 1 (KI 1) dan
sikap sosial pada Kompetensi Inti 2 (KI 2). Namun, penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah
dihapuskan di setiap mata pelajaran pada kurikulum 2013 edisi revisi pada tahun 2017. Hanya
tersisa untuk mata pelajaran agama dan PPKN. Cirinya khusus kurikulum ini yakni, penilaian
berbasis pendidikan karakter, pembelajaran berbasis tematik, dan guru sebagai fasilitator.
Artinya, guru dituntut untuk memahami karakter peserta didik agar dapat memberikan
kemudahan belajar bagi mereka.
Berdasarkan pada beberapa uraian penjelasan tersebut Pada kurikulum 2013 maupun
Kurikulum Merdeka, menggunakan metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
pusat dari kegiatan pembelajaran atau yang disebut Student Centered Learning (SCL), dimana
peserta didik yang lebih aktif di dalam kelas dalam mencari informasi sehingga siswa dituntut
untuk mengembangkan kemampuannya untuk berpikir kritis, aktif dan inovatif. Adapun
beberapa contoh pembelajaran yang fokus utamanya adalah peserta didik sebagai pusat seperti
Small Group Discussion (SGD), Role-Play and Simulation, Discovery Learning, Kooperative
Learning dan Problem Based Learnin. Seperti pada penjelasan gambar di bawah ini.
Gambar 1.
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa kurikulum merdeka merupakan kurikulum
sederhana yang fleskibel dan berorientasi pada kompetensi, hal ini menjawab tantangan yang
selama ini dirasakan peserta didik, dan guru, dari banyaknya pergantian kuriulum adalah
banyaknya sistem administrasi dan peraturan yang diterapkan disekolah sehingga yang dirasakan
adalah praktik pendidikan yang membelenggu. Contohnya proses pembelajaran yang bisa jadi
membelenggu sebagian siswa di kelas, diantaranya: sebagian guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah di kelas yang pastinya membuat siswa jenuh, anak-anak masih menjadi objek
dalam belajar sehingga mereka kurang kreatif karena proses pembelajaran masih didominasi
guru, anak-anak sibuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan guru termasuk PR, sumber
belajar yang digunakan di kelas masih sangat terbatas, umumnya baru memanfaatkan buku paket
saja sehingga siswa kurang diberi peluang untuk mencari bahan dari berbagai sumber selain
buku paket. Banyak hal lain lagi contoh aktivitas guru dan siswa di kelas yang memang masih
banyak membebani siswa dan akhirnya membelenggu kemerdekaan siswa dalam belajar.
Pembelajaran yang seperti ini menyebabkan peserta didik terbebani, tidak bahagia, dan tidak bisa
menikmati proses belajar tersebut. Padahal keberhasilan proses belajar dapat dicapai jika peserta
didik dapat menikmati pembelajaran diberikan ruang kebebebasan untuk berinovasi, kebebasan
untuk belajar dengan mandiri dan kreatif Dalam hal ini yang perlu dikembangkan adalah guru
sebagai kunci utama keberhasilan merdeka belajar baik bagi siswa maupun gurunya sendiri.
Kurikulum Merdeka menjadi solusi untuk memberikan kemerdekaan belajar bagi peserta
didik dalam hal ini guru diberi kebebasan untuk memilih format, pengalaman, dan materi
esensial yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, mereka
punya ruang seluas mungkin untuk mengeksplor keunikan dirinya masing-masing. menjelaskan
cara mengimplementasikan kurikulum ini. Pertama, guru harus mengenal siswanya terlebih
dahulu. Berikutnya, guru memetakan kompetensi siswa dalam bentuk portofolio. Pada hari
pertama di tahun ajaran baru, sebaiknya guru tidak langsung menyampaikan materi tapi masuk
dulu ke dunia anak untuk mengenal potensi dan pemahaman mereka. Terkait media
pembelajaran, melalui Kurikulum Merdeka, peserta didik diberi kesempatan untuk bereksplorasi
secara bijak dengan berbagai alat termasuk media digital yang menunjang pembelajaran.
Berbagai aplikasi digital yang berkembang sesuai tren, bisa dimanfatkan guru dan siswa untuk
membuat konten pembelajaran yang menarik dan efektif. Penerapan ini akan menciptakan
kolaborasi tak hanya sesama guru atau sesama siswa saja namun juga antara guru dan siswa.
Sebagai guru merdeka mengajar saya antusias dengan adanya kurikulum merdeka ini,
kurikulum yang berorientasi pada pemikiran Ki Hajar Dewabtara yaitu pembelajaran yang
berpihak pada peserta didik. Saya berkomitmen dan berusaha untuk menjadi guru profesional
dengan kepribadian teladan, yang mengembangkan pembelajaran berpusat pada peserta didik
dalam mewujudkan profil pelajar pancasila dan memfasilitasi peserta didik mengembangkan
pembelajaran yang menyenangkan, serta berkolaborasi untuk mewujudkan merdeka belajar.

Anda mungkin juga menyukai