Anda di halaman 1dari 2

1.

Praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan
sesudah kemerdekaaan

Sebelum Kemerdekaan :

1. Pendidikan hanya diberikan untuk kaum bangsawan, rakyat hanya diberikan pendidikan
menulis, membaca dan menghitung seadanya. Kaum bangsawan yang mendapat
pendidikan nantinya akan mengajarkan ilmunya kembali kepada rakyat Hindia-Belanda
2. Pemerintah Hindia-Belanda menyediakan sekolah profesi untuk memenuhi kebutuhan
yang saat itu memerlukan seperti guru dan dokter.
3. Pendidikan yang didapatkan bangsawan Indonesia terpilih semata-mata untuk mencari
keuntungan untuk menyukseskan orang-orang Hindia-Belanda
4. Pendidikan yang didapat rakyat Indonesia yaitu pelatihan menjahit, membuat
infrastruktur dll.
5. Pendidikan cenderung meniru pembelajaran barat yang lebih mengutamakan intelektual
dan bersifat individualisme.

Setelah Kemerdekaan :

1. Semua rakyat Indonesia telah dan berhak mendapatkan pendidikan namun kualitas
pendidikan belum merata (masih ada ketimpangan pendidikan di pedalaman dan
perkotaan). Sarana prasarana, fasilitas, akses dan kualitas tenaga pendidik menjadi faktor
ketidak meratanya pendidikan.
2. Sekolah profesi sudah banyak di Indonesia, bisa diraih secara bebas oleh rakyat Indonesia
3. Pendidikan yang didapatkan rakyat Indonesia menjadi bekal untuk menggapai cita-cita
atau karir.
4. Pemetaan jurusan disekolah menengah seperti IPA, IPS, dan Bahasa untuk memetakan
minat dan bakat pesrta didik
5. Pendidikan saat ini tak hanya menilai intelektual saja, tetapi membentuk karakter
Pancasila dan berkebudayaan Indonesia.
2. Model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang
belum memerdekakan peserta didik

Menurut kami dengan mengutip dari beberapa literature yang sudah kami pelajari. Model
pendidikan yang dapat melepaskan belenggu yang belum memerdekakan peserta didik adalah
salah satunya kurikulum merdeka. Karena pada Kurikulum Merdeka pembelajaran
intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

3. Yang kami tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik :

Penyebab belum merdekanya peserta didik dalam proses belajar adalah karena mindset seoprang
guru yang hanya terfokus pada penilaian peserta didik saja pada pembelajaran paradigma lama.
Standar acuan kelulusan peserta didik adalah penilaian akhir semester berupa penilaian kognitif.
Permasalahan tersebut didukung pula oleh kebijakan kurikulum pada saat itu yang belum bisa
melepaskan belenggu peserta didik dalam merdeka belajar. Padahal esensi belajar sendiri adalah
bagaimana mengubah pola pikir peserta didik agar bisa memiliki kemapuan menguasai enam
(6C) di abad 21 yakni Character (karakter), Citizenship (Kewarganegaraan), Critical Thinking
(berpikir kritis), Creativity (kreatif), Collaboration (kolaborasi), dan Communication
(Komunikasi).

Pada kurikulum merdeka terdapat beberapa kelebihan yang mampu membebaskan peserta didik
dalam merdeka belajar. Salah satunya guru diberikan kebebasan dalam membuat rancangan
pembelajaran, pemilihan model pembelajaran, dan pelaksanaannya serta instrument assessment
nya. Sedangkan siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplor dan mencari sendiri sumber
belajar yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai