100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
291 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Ki Hajar Dewantara mengkritik sistem pendidikan kolonial yang hanya melatih untuk kepentingan perdagangan dan mengajarkan kepasrahan. Ia mendirikan Taman Siswa dengan konsep pendidikan berbasis budaya bangsa untuk membentuk generasi muda yang merdeka dan mandiri. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan penting untuk mempersi
Deskripsi Asli:
Judul Asli
TUGAS EKSPLORASI KONSEP ARGUMENTASI KRITIS TRANSFORMASI PEMIKIRAN
Dokumen tersebut membahas pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Ki Hajar Dewantara mengkritik sistem pendidikan kolonial yang hanya melatih untuk kepentingan perdagangan dan mengajarkan kepasrahan. Ia mendirikan Taman Siswa dengan konsep pendidikan berbasis budaya bangsa untuk membentuk generasi muda yang merdeka dan mandiri. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan penting untuk mempersi
Dokumen tersebut membahas pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Ki Hajar Dewantara mengkritik sistem pendidikan kolonial yang hanya melatih untuk kepentingan perdagangan dan mengajarkan kepasrahan. Ia mendirikan Taman Siswa dengan konsep pendidikan berbasis budaya bangsa untuk membentuk generasi muda yang merdeka dan mandiri. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan penting untuk mempersi
Argumentasi Kritis Transformasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Sebelum Kemerdekaan dan Sesudah Kemerdekaan
Sejak kemerdekaan Indonesia, masyarakat merasa berkewajiban untuk
memajukan dan meningkatkan berbagai aspek pendidikan. Tapi tidak ada contoh yang baik di sekolah. Kemudian kurangnya motivasi untuk mencari informasi sendiri dan hanya fokus pada hasil yang tinggi pada testimonial. Indonesia hanya dianggap sebagai tujuan perdagangan selama masa kolonial. Lalu ada instruksi untuk mengajari orang membaca, menulis, dan menghitung seperlunya saja untuk menjalankan bisnis. Pelajaran gratis hanya dapat ditawarkan kepada orang Eropa. Pada saat yang sama, "sekolah distrik" juga didirikan untuk melatih calon pekerja. Ki Hadjar Dewantara memutuskan untuk memperluas semangat pendidikan kepada generasi muda. Upaya mendidik generasi muda merupakan prasyarat terpenting untuk pembebasan dari cengkeraman penjajah. Pendidikan berdasarkan budaya bangsa dapat menghindari kebodohan.
Ki Hajar Dewantara seorangpribumi dengan privilese “Raden Mas”
berkesempatan mengenyam pendidikan di era Hindia-Belanda. Sampai mendapat beasiswa kedokteran Belanda di Batavia. Namun demikian, Ki Hajar Dewantara mengkritik Pemerintah Hindia-Belanda. Salah satunya melaluiselebaran Als ik eens Nederlander was “Andaikata Aku Seorang Belanda” sebagai bentuk kritikterhadap pemerintah Hindia-Belanda yang menarik derma dari bumiputera atas perayaan genap 100 tahun kemerdekaan negara itu dari Napoleon Bonaparte. Kritik-kritik yang dilontarkan itupun membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Ki Hajar Dewantara semakin kritis terhadap kolonial melalui aktivitas jurnalistik. Ulahnya tentu membuat geram Pemerintah Hindia-Belanda hingga ia pun diasingkan di Belanda. Kesempatan itulah yang membuat KiHajar Dewantara semakin getol akan ilmu pengetahuan, yang di antaranya mempelajari sistempendidikan yang digagas Mario Montessori dan Rabindranath Tagore.Sepulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa yang mengusung konsep baru sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu hasil pemikirannya adalah tri konkontinu, konvergen, dan konsentris. Dengan demikian, Ki Hajar Dewantara menolak sistempendidikan kolonial, sebab sistem itu hanya membuat anak-anak selalu bergantung kepadabangsa Barat. Hal ini sesuai dengan prinsip konsentris, bahwasanya pendidikan itu disesuaikan dengan identitas dan konteks. Prinsip ini pula yang mengantarkan sistem Pendidikan di Indonesia setelah merdeka dengan tujuan pendidikan yang merdeka pula. Hal ini karena konteksdan kebutuhan bangsa Indonesia untuk merasakan kemerdekaan setelah berabad dibelenggu kolonial
Pendidikan kolonial tidak mendidik, tetapi mengajarkan nasib dan
kepasifan. Keinginan untuk merdeka harus diawali dengan penyiapan putra-putri bumi yang merdeka, mandiri dan pekerja keras. Agar generasi muda siap, agar kelak menjadi bangsa yang mandiri, sadar akan kemerdekaan, sehingga kemerdekaan menjadi milik orang-orang terpelajar dan mandiri. Oleh karena itu, pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mempunyai cita-cita yang sangat mulia, beliau menginginkan perubahan yang radikal di bidang pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru tersebut merupakan perpaduan antara kesadaran budaya dan kebangkitan politik dari gerakan transformatif, dimana Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu bentuk investasi dalam generasi bangsa, dimana beliau menginginkan agar bangsa tersebut memiliki karakter tersendiri, sesuai dengan nilai-nilai positif dan norma-norma yang berlaku di negaranya. nenek moyang, asalkan memang demikian konteks pendidikan saat ini, maka sangat tepat dan pantas pada saat itu. Dengan konsep pembentukan karakter dalam belajar mandiri, kita dapat melihat perkembangan zaman saat ini dimana budaya identitas bangsa anak mulai runtuh. budaya barat, dan tentunya jika diabaikan akan mengakibatkan terhapusnya ciri-ciri atau nilai-nilai asli dari masyarakat tersebut, sehingga sangat tepat digunakan pada era pendidikan karakter saat ini.
Sumber:
Dela Khoirul Ainia. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara
Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karekter. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 3 No 3 Tahun 2020.
Fahmi, Nifa Kurnia. 2022. Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam
Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan. Universitas Negeri Malang.