Anda di halaman 1dari 2

Argumentasi Kritis Transformasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Sebelum Kemerdekaan dan Sesudah Kemerdekaan

Sejak kemerdekaan Indonesia, masyarakat merasa berkewajiban untuk


memajukan dan meningkatkan berbagai aspek pendidikan. Tapi tidak ada contoh
yang baik di sekolah. Kemudian kurangnya motivasi untuk mencari informasi
sendiri dan hanya fokus pada hasil yang tinggi pada testimonial. Indonesia hanya
dianggap sebagai tujuan perdagangan selama masa kolonial. Lalu ada instruksi
untuk mengajari orang membaca, menulis, dan menghitung seperlunya saja untuk
menjalankan bisnis. Pelajaran gratis hanya dapat ditawarkan kepada orang Eropa.
Pada saat yang sama, "sekolah distrik" juga didirikan untuk melatih calon pekerja.
Ki Hadjar Dewantara memutuskan untuk memperluas semangat pendidikan
kepada generasi muda. Upaya mendidik generasi muda merupakan prasyarat
terpenting untuk pembebasan dari cengkeraman penjajah. Pendidikan berdasarkan
budaya bangsa dapat menghindari kebodohan.

Ki Hajar Dewantara seorangpribumi dengan privilese “Raden Mas”


berkesempatan mengenyam pendidikan di era Hindia-Belanda. Sampai mendapat
beasiswa kedokteran Belanda di Batavia. Namun demikian, Ki Hajar Dewantara
mengkritik Pemerintah Hindia-Belanda. Salah satunya melaluiselebaran Als
ik eens Nederlander was “Andaikata Aku Seorang Belanda” sebagai bentuk
kritikterhadap pemerintah Hindia-Belanda yang menarik derma dari bumiputera
atas perayaan genap 100 tahun kemerdekaan negara itu dari Napoleon Bonaparte.
Kritik-kritik yang dilontarkan itupun membuatnya dikeluarkan dari sekolah.
Ki Hajar Dewantara semakin kritis terhadap kolonial melalui aktivitas
jurnalistik. Ulahnya tentu membuat geram Pemerintah Hindia-Belanda
hingga ia pun diasingkan di Belanda. Kesempatan itulah yang membuat
KiHajar Dewantara semakin getol akan ilmu pengetahuan, yang di antaranya
mempelajari sistempendidikan yang digagas Mario Montessori dan Rabindranath
Tagore.Sepulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa
yang mengusung konsep baru sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu
hasil pemikirannya adalah tri konkontinu, konvergen, dan konsentris.
Dengan demikian, Ki Hajar Dewantara menolak sistempendidikan kolonial,
sebab sistem itu hanya membuat anak-anak selalu bergantung
kepadabangsa Barat. Hal ini sesuai dengan prinsip konsentris, bahwasanya
pendidikan itu disesuaikan dengan identitas dan konteks. Prinsip ini pula
yang mengantarkan sistem Pendidikan di Indonesia setelah merdeka dengan
tujuan pendidikan yang merdeka pula. Hal ini karena konteksdan kebutuhan
bangsa Indonesia untuk merasakan kemerdekaan setelah berabad
dibelenggu kolonial

Pendidikan kolonial tidak mendidik, tetapi mengajarkan nasib dan


kepasifan. Keinginan untuk merdeka harus diawali dengan penyiapan putra-putri
bumi yang merdeka, mandiri dan pekerja keras. Agar generasi muda siap, agar
kelak menjadi bangsa yang mandiri, sadar akan kemerdekaan, sehingga
kemerdekaan menjadi milik orang-orang terpelajar dan mandiri. Oleh karena itu,
pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mempunyai cita-cita yang sangat mulia,
beliau menginginkan perubahan yang radikal di bidang pendidikan dan
pengajaran. Cita-cita baru tersebut merupakan perpaduan antara kesadaran budaya
dan kebangkitan politik dari gerakan transformatif, dimana Ki Hajar Dewantara
merupakan salah satu bentuk investasi dalam generasi bangsa, dimana beliau
menginginkan agar bangsa tersebut memiliki karakter tersendiri, sesuai dengan
nilai-nilai positif dan norma-norma yang berlaku di negaranya. nenek moyang,
asalkan memang demikian konteks pendidikan saat ini, maka sangat tepat dan
pantas pada saat itu. Dengan konsep pembentukan karakter dalam belajar mandiri,
kita dapat melihat perkembangan zaman saat ini dimana budaya identitas bangsa
anak mulai runtuh. budaya barat, dan tentunya jika diabaikan akan mengakibatkan
terhapusnya ciri-ciri atau nilai-nilai asli dari masyarakat tersebut, sehingga sangat
tepat digunakan pada era pendidikan karakter saat ini.

Sumber:

Dela Khoirul Ainia. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara


Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karekter. Jurnal Filsafat
Indonesia, Vol 3 No 3 Tahun 2020.

Fahmi, Nifa Kurnia. 2022. Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam


Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan. Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai