manusia indonesia.
Sosok yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara merupakan seseorang
yang memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang mana
berubah menjadi Suwardi Suryailingrat dan kini kita kenal sebagai bapak
pelopor pendidikan nasional (Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002, p. 379).
Konsep dan prinsip dari Bapak Pendidikan Nasional ini dengan tujuan
meluaskan pendidikan dan keluar dari hal kebodohan untuk dapat
memerdekan bangsa, pendidikan dan memerdekakan kebudayannya
tentunya selalu dan akan tetap menjadi acuan perkembangan pendidikan di
Indonesia ini sesuai dengan contoh nyatanya yang Bapak Menteri
Pendidikan cetuskan yakni merdeka belajar. Harapannya semoga dengan
menerapkan prinsip leluhur menjadi bagian integral dalam pendidikan agar
mengingat perjuangan akan Namanya pendidikan di bangsa Indonesia ini.
Implikasi perjalanan pendidikan nasional terhadap kondisi pendidikan indonesia
saat ini.
Manusia merupakan makhluk sosial yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan
untuk mengembangkan diri dalam kehidupannya. Sebagai animal educandum,
maka manusia pada dasarnya dapat dan harus dididik serta dapat mendidik dirinya
sendiri dalam proses pengembangan dirinya. Mengingat potensi yang dimiliki
manusia, maka harus dibekali dengan pendidikan yang cukup dini. Disisi lain
banyak terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat seiring kemajuan
globalisasi.
Hal ini tentu berdampak pada proses pendidikan terkadang tidak berjalan dengan
baik. Perubahan sosial dan kultur masyarakat berpengaruh dalam dunia
pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan seperti mengubah cara
hidup, cara belajar, cara berkomunikasi dan berpikir serta lainnya. Hal ini
menuntut kearifan dan pemahaman pendidik dalam mengembangkan potensi
peserta didik agar proses pendidikan berjalan dengan baik.
Pada dasarnya proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan
interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar
merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu melalui
interaksi dalam suatu konteks sosial. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan dan dimana makna diciptakan,
serta dari komunitas budaya dimana pengetahuan didiseminasikan dan diterapkan.
Sehingga melalui aktivitas, interaksi sosial, tersebut penciptaan makna terjadi.
Faktor yg mempengaruhi teori belajar sosiokultural paling dominan adalah faktor
lingkungan,
Menyimpulkan pemahaman dari topik 3 dengan topik 1 dan topik 2 sehingga
menjadi sebuah pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belaja
Berangkat dari rumusan di atas tampak bahwa ada tiga unsur utama pendidikan dan
pengajaran yang menjadi sasaran pendidikan nasional berdasarkan kurikulum
pendidikan yang berlaku pada masa itu, yakni: Pertama, membentuk manusia susila
yang cakap. Kedua, membentuk warga negara yang demokratis. Ketiga, membentuk
manusia di Indonesia yang bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air. Jadi, pada masa Ki Hadjar Dewantara menjabat sebagai Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional, pendidikan di sekolah bukan hanya menjadikan manusia menjadi
cakap, tetapi manusia susila yang cakap; menghasilkan warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggungjawab kepada kesejahteraan masyarakat dan tanah air
1.
Ki Hadjar Dewantara dengan prinsip yang kita kenal Tut Wuri Handayani yang
menjadi dasar pengajaran dan pendidikan. Merupakan perjuangan yang tidak
mudah dicapai untuk dapat membangun taman pelajar yang menjadi pintu
gerbang kemandirian, baik pendidikan maupun budaya, yang tentunya memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan aspek politik seperti pagar atau landasan
utama untuk mempertahankan.pengembangan pelatihan ini. Gerakan
Transformasi Ki Hadjar Dewantara merupakan gerakan yang berupaya
membebaskan diri dari perbudakan kolonial dengan memperluas pendidikan
kepada generasi muda sekaligus generasi penerus bangsa. Pada masa
penjajahan kemudian dengan berdirinya Taman Siswa di Yogyakarta bertujuan
agar bangsa dan anak-anak Indonesia serta masyarakatnya dapat terbebas dari
kebodohan dan menemukan kemerdekaannya sendiri.Kemudian, pada tahun
1912, gerakan untuk tujuan pendidikan dimulai, yaitu pendirian Bumi putera, di
mana sekolah didirikan di bupati, tetapi hanya untuk calon pegawai yang dilatih
di sana.Kemudian, belakangan, prinsip ingin memperluas pendidikan mulai
meronta-ronta, yaitu pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara memulai
babak baru perjuangan di bidang pendidikan dengan mendirikan taman pelajar
yang awalnya bernama" Nasional "Onderwijs Institut Taman Siswa" yang
pertama di Jogjakarta, sekolah ini kemudian diubah menjadi Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa", sekolah ini awalnya hanya diperuntukkan bagi taman
bermain dan kursus guru (Zuriatin, Nurhasanah & Nurlaila, 2021, p. 52).Selain
itu, Ki Hadjar Dewantara memiliki dua pandangan tentang pendidikan. Pertama,
tri Center for Education yang menyatakan bahwa pendidikan yang diterima
mahasiswa hadir dalam tiga bidang yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan
universitas, dan lingkungan masyarakat. Ketiga, lingkungan memiliki pengaruh
pendidikan terhadap pembentukan kepribadian siswa.Kedua, sistem Between,
yaitu sistem pendidikan berjiwa kekeluargaan yang berlandaskan alam dan
kemandirian (Zuriatin, Nurhasanah & Nurlaila, 2021, p. 50). Prinsip Ki Hadjar
Dewantara yang selalu tersimpan adalah Tut wuri handayani yang dianggap
sebagai semboyan, semboyan, bahkan sebagai jiwa dan jiwa dalam
perkembangan pendidikan modern. Berbeda dengan pendidikan Barat yang
seolah memaksa siswa untuk memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, Taman
Siswa mengajar dengan telinga, memimpin dan mengarahkan dari
belakang,Sambi! membimbing sesuai dengan kemampuannya.Konsep dan
prinsip Bapak Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk memperluas
pendidikan dan mampu melalui ketidaktahuan untuk membebaskan bangsa,
pendidikan dan kemandirian budaya tentunya akan selalu dan terus menjadi
acuan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia setelah adanya contoh nyata
bahwa Kemendikbud memprakarsai kemandirian belajar. Diharapkan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan melalui penerapan prinsip-prinsip
leluhur untuk mengenang perjuangan atas nama pendidikan di bangsa Indonesia
ini.
2.
Pendidikan yang ada pada masa penjajahan bukanlah pendidikan, melainkan pendidikan
yang diberikan Belanda kepada masyarakat Indonesia ditujukan untuk menciptakan
sumber daya manusia dari masyarakat Indonesia yang bersedia menjadi buruh bagi
Belanda dan menerima upah minimum.Namun, pendidikan yang diberikan Belanda
berdampak positif bagi masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia mulai belajar
membaca dan berhitung. Dampak positif dari pendidikan yang diberikan Belanda juga
adalah terbentuknya lembaga pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh lembaga
pendidikan leaders.As seorang pemikir dan pendidik, Ki Hadjar Dewantara digambarkan
di Indonesia sebagai pejuang kemanusiaan. Ia berusaha membangun dan
menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat Indonesia dengan konsep, prinsip,
semboyan dan metode yang menunjukkan keunikan bahasa Indonesia culture.In masa Ki
Hadjar Dewantara yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nasional, pendidikan di sekolah tidak hanya membuat manusia mampu menguasai,
tetapi kesusilaan manusia juga mampu; menghasilkan WNI yang demokratis dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan negara.Status pendidikan di
Indonesia setelah merdeka menyebabkan perubahan proses pembelajaran dan landasan
pendidikan. Untuk pendidikan pada periode ini, bangsa Indonesia perlu menghapus
syarat-syarat pendidikan dari Belanda agar mahasiswa Indonesia memiliki ciri khas
tersendiri dalam dunia pendidikan. Pembelajaran dilakukan dengan menambahkan
perbedaan budaya bangsa Indonesia yang dapat diwariskan setelah
Kegenarasi.Pendidikan di Indonesia pada abad ke-21 dengan demikian merupakan abad
globalization.At kali ini, pembelajaran tidak lagi berpusat pada budaya. Sebaliknya, ini
berfokus pada pemikiran kritis dan pemecahan masalah, keterampilan komunikasi,
kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi. Di era ini, teknologi menjadi media terpenting
dalam dunia pendidikan. Sebagai guru, kita perlu meningkatkan pemahaman kita
tentang kemampuan beradaptasi teknologi dan dapat menggunakan teknologi untuk
meningkatkan pembelajaran.
3.
Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan holistik dimana
siswa atau peserta didik dibentuk menjadi orang-orang yang tumbuh melalui
proses pembelajaran secara keseluruhan. Berpusat dalam suasana terbuka,
bebas, dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan
UNESCO: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together.
Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD), asuhan dan pendidikan memiliki arti yang
berbeda-beda. Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa pendidikan
(opvoeding) harus memberikan bimbingan kepada seluruh kekuatan alam yang
dimiliki anak-anak agar dapat mencapai tingkat keselamatan dan kesejahteraan
tertinggi sebagai manusia dan anggota masyarakat. Mengajar adalah proses
pendidikan, tetapi juga menanamkan pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan hidup anak secara internal dan eksternal. Oleh karena itu,
pendidikan dan pengajaran merupakan upaya untuk mempersiapkan dan
merawat segala aspek kehidupan manusia, baik kehidupan sosial maupun
budaya dalam arti yang seluas-luasnya.
Ki Hadjar Dewantara juga menyatakan bahwa pendidikan merupakan bibit benih
budaya dalam masyarakat dan menurutnya pendidikan merupakan salah satu
kunci terpenting dalam menghasilkan masyarakat Indonesia yang beradab untuk
mencapainya. percayalah. Pendidikan dapat menjadi ruang untuk
mempraktekkan dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diwariskan atau diwariskan kepada generasi penerus. Oleh karena itu, dalam
rangka menghasilkan masyarakat berbudaya, pendidikan tidak boleh lepas dari
akar budaya kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa. Program pendidikan
saat ini yang ditujukan untuk mencerdaskan generasi muda di negeri ini tidak
dibekali dengan kompetensi intelektual, melainkan juga kompetensi sikap atau
karakter yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan budaya yang mengkristalkan
nilai-nilainya. Jika demikian, itu tepat dan penting. Pancasila sebagai basis
negara kita yang telah menjadi gaya hidup seluruh warga negara Indonesia.
Sejalan dengan gagasan Ki Hadjar Dewantara, Pembelajaran yang Berpusat Pada
Siswa (Student Center) sedang dikembangkan dalam paradigma pembelajaran
yang baru. subjek atau pembelajar.
Saat ini, terkait pendidikan di Indonesia, terdapat konsep pembelajaran mandiri
yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makariem, setelah
itu dilaksanakan kurikulum mandiri. Apa itu pembelajaran mandiri? Konsepnya
adalah bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menyalurkan semua kualitas anak
yang sudah ada sebelumnya sehingga mereka, sebagai manusia dan anggota
masyarakat yang dapat dicapai, dapat memiliki tingkat keamanan dan
kesejahteraan tertinggi. Hal ini sejalan dengan gagasan Ki Hadjar Dewantara
yang mengatakan, Oleh karena itu pendidik hanya dapat mengarahkan
pertumbuhan atau kehidupan kekuatan alam yang ada pada anak. Peran
pendidik dalam membimbing perilaku dan perkembangan alami anak
Sejalan dengan gagasan Ki Hadjar Dewantara, Pembelajaran yang Berpusat Pada
Siswa (Student Center) sedang dikembangkan dalam paradigma pembelajaran
yang baru. subjek atau pembelajar.
Saat ini, terkait pendidikan di Indonesia, terdapat konsep pembelajaran mandiri
yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makariem, setelah
itu dilaksanakan kurikulum mandiri. Apa itu pembelajaran mandiri? Konsepnya
adalah bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menyalurkan semua kualitas anak
yang sudah ada sebelumnya sehingga mereka dapat memiliki tingkat keamanan
dan kesejahteraan tertinggi sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
yang dapat dicapai. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Oleh
karena itu, pendidik hanya dapat mengarahkan pertumbuhan atau kehidupan
kekuatan alam yang ada pada anak. Peran pendidik dalam membimbing perilaku
dan perkembangan alami anak
Sejalan dengan gagasan Ki Hadjar Dewantara, Pembelajaran yang Berpusat Pada
Siswa (Student Center) sedang dikembangkan dalam paradigma pembelajaran
yang baru. subjek atau pembelajar. Kegiatan belajar tidak lagi menjadikan guru
sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Selain itu, kegiatan belajar bukan
lagi sekedar kegiatan yang memberikan pengetahuan guru kepada siswa, tetapi
siswa harus dilibatkan secara aktif untuk menjadi peserta didik. Ini membantu
Anda membangun pengetahuan Anda sendiri dari guru dan berbagai sumber
belajar lainnya sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperoleh
sangat berarti.
Hal ini sejalan dengan gagasan yang dirinci oleh Ki Hadjar Dewantara dalam
bukunya Pusara (1940). "Daripada menstandardisasi hal-hal yang tidak perlu dan
hal-hal yang tidak dapat distandarisasi, kita harus mempertimbangkan kualitas
anak, kondisi kehidupan, perbedaan sosial, dll., dan cobalah untuk
menyelaraskannya."Artinya kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan
kemampuan, bakat, minat atau kebutuhan siswa saat melakukan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran yang berbeda diperlukan untuk memastikan
bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan, berpusat pada
siswa. Pembelajaran yang berbeda merupakan upaya untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas dengan kebutuhan belajar individu masing-masing
siswa. Oleh karena itu, untuk menerapkan pembelajaran yang berbeda, seorang
guru harus terlebih dahulu memetakan atau mengidentifikasi tiga dimensi
kebutuhan belajar siswa. Motivasi belajar siswa, minat belajar siswa, dan profil
belajar siswa. Setelah ini selesai, langkah selanjutnya adalah membedakan
kegiatan belajar mengajar dengan menyiapkan pendekatan pembelajaran yang
berbeda dalam keberagaman siswa yang ada. Ini membutuhkan kreativitas atau
inovasi guru. Salah satu indikator keberhasilan dalam mencapai pembelajaran
mandiri adalah proses pendidikan yang ramah siswa. Filosofi Ki Hajar Dewantara
(KHD) banyak digunakan dalam proses pendidikan Indonesia. Pendidikan yang
menguntungkan bagi mahasiswa pasca KHD dapat dilihat dari semboyan Ing.
Ngarso Sung Tulodo, Ing. Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Siswa
berperan sebagai agen dan guru berperan sebagai fasilitator motivasi dalam
proses pembelajaran. Munculnya potensi anak tergantung pada rangsangan
yang diberikan oleh guru dan orang tua. Oleh karena itu, dalam membesarkan
anak, guru dan orang tua harus selalu mengasuh dan membimbing mereka
dengan penuh kasih sayang.
4.
Manusia adalah makhluk sosial dan Tuhan telah memberi mereka banyak
kesempatan untuk bertumbuh dalam hidup. Sebagai pendidik hewan, manusia
dapat dan harus dididik dalam proses pengembangan diri dan mendidik diri
sendiri lebih jauh. Mengingat potensi yang dimiliki manusia, mereka perlu
dididik sejak dini. Di sisi lain, dengan kemajuan globalisasi, banyak perubahan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini tentunya berperan dalam kenyataan bahwa terkadang proses pendidikan
berjalan serba salah. Perubahan sosial dan budaya berdampak pada dunia
pendidikan sebagai akibat dari pergeseran paradigma pendidikan, antara lain
perubahan gaya hidup, cara belajar, cara berkomunikasi dan berpikir. Hal ini
membutuhkan kearifan dan pemahaman dari pihak pendidik untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar proses pendidikan berhasil.
Pada prinsipnya proses pembelajaran tidak lepas dari tindakan (aktivitas) dan
interaksi, karena persepsi dan aktivitas sangat erat kaitannya secara interaktif.
Pembelajaran adalah proses pembuatan makna sebagai hasil pemikiran individu
melalui interaksi dalam konteks sosial. Pengetahuan secara intrinsik terkait
dengan kegiatan di mana ia dibangun dan di mana makna diciptakan, dan
dengan komunitas budaya di mana ia disebarluaskan dan diterapkan. Aktivitas
itu, interaksi sosial itu, menciptakan makna. Faktor-faktor yang mempengaruhi
teori pembelajaran sosiokultural merupakan faktor lingkungan yang paling
dominan.
Hal terpenting yang saya pelajari dalam tema pengenalan perspektif sosial,
budaya, ekonomi dan politik dalam pendidikan Indonesia adalah pentingnya
faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi pendidikan di
Indonesia. adalah untuk dapat memahami Tidak dapat dipungkiri bahwa
Indonesia memiliki keberagaman. Semoga keberagaman Indonesia
memungkinkan kita untuk memadukan perbedaan menjadi indah things.It oleh
karena itu penting bagi pendidik untuk menerapkan pendidikan sosial budaya
pada pendidikan Indonesia. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk
mengembangkan nilai-nilai toleransi, rasa hormat dan gotong royong, terlepas
dari perbedaan etnis, kebangsaan, ekonomi atau agama. Pendidikan
multikultural diperlukan dalam bentuk kehidupan masyarakat yang damai dan
harmonis, meskipun terdiri dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.