Anda di halaman 1dari 4

RUANG KOLABORASI

TOPIK 2
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA
Nama : Fitriah
Kelas : Seni Budaya
Setelah mempelajari konsep belajar, silahkan mendiskusikan teori-teori perkembangan
peserta didik dan melakukan latihan untuk memperkuat pemikiran anda tentang teori
tersebut.
1. Pilihlah usia peserta didik yang anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.
2. Buatlah daftar karakteristik anak tersebut menurut teori :
- Perkembangan kognitif Piaget
- Teori perkembangan sosial-emosional Brofenbrenner dan
- Teori perkembangan sosial-emosional Erikson
3. Kemudian, buatlah daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa kecil anda
sendiri.
4. Jika sudah, bandingkanlah kedua daftar yang telah anda buat.
- Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi kognitifnya serta
sosio-emosionalnya?
- Penyesuaian yang seperti apa yang anda butuhkan agar anak bisa berinteraksi
secara efektif bersama anda?
Jawaban
1. Tahap operasional formal untuk anak usia 15 tahun keatas
2. Karakteristik anak tersebut dibagi menjadi tiga teori, yaitu :
o Menurut teori perkembangan kognitif Piaget :
Piaget memfokuskan kognitif berdasarkan dari perkembangan bahasa
pada individu. Anak SMA termasuk dalam klasifikasi tahap operasional
formal dengan rentang umur 11 tahun keatas, pada tahap ini individu
bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman konkret dan
berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis.
o Menurut teori sosial-emosional Brofenbrenner:
Teori ini berfokus pada konteks sosial yang mempengaruhi kehidupan
individu sehingga turut mempengaruhi perkembangan mereka.
Sistemnya seperti: mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem
dan kronosistem.
o Menurut teori sosial-emosional Erikson :
1) Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas)
adalah tahap psikososial kelima Erikson. Tahap ini dihadapkan
dengan banyak peran baru dan status dewasa. Anak perlu diizinkan
untuk mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai identitas
yang sehat. Jika anak tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda
dan gagal untuk mengukir jalan yang positif di masa depan, mereka
akan tetap bingung mengenai identitas mereka.
2) Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi) adalah tahap psikososial
Erikson keenam. Anak mencoba untuk menjalin hubungan dengan
lawan jenis yang mana membentuk hubungan positif yang erat
dengan orang lain. Bahaya dari tahap ini, jika gagal maka ia akan
menutup diri (mengisolasi diri).
3) Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi) adalah tahap
psikososial Erikson ketujuh. Contohnya anak mentransmisi sesuatu
yang positif kepada adik kelasnya karena disini posisinya ia telah
berada di kelas yang lebih tinggi. Hal itu seperti memberikan
pengalaman dan nasihat positif untuk adik kelasnya mengenai
pelajaran maupun cara bersosial dengan teman. Sementara, stagnasi
diartikan sebagai perasaan telah tidak melakukan apa-apa lagi untuk
membantu adik kelasnya.
4) Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus asa) adalah tahap
psikososial Erikson kedelapan. Anak cenderung melihat kilas balik
kehidupannya dan mengevaluasi apa yang telah ia lakukan. Jika
selama sekolah ia mendapatkan prestasi di bidang akademik dan
kegiatan luar kelas, maka anak tersebut melihat hidupnya sebagai
hidup yang terintegrasi secara positif dan layak. Sebaliknya, anak
menjadi putus asa jika melihat ke belakang mereka, terutama
mengenai hal negatif misalkan tidak berprestasi dalam hal apapun.
3. Karakteristik berdasarkan pengalaman waktu kecil
Kognitif Piaget Berdasarkan dari pengalaman saya pada tahap
operasional formal, saya sudah dapat memahami
materi pembelajaran yang lebih kompleks dan abstrak
berdasarkan dari fakta yang dapat dibuktikan secara
sains. Contoh belajar materi fisika dan matematika.
Segi bahasa juga mulai berkembang, sudah bisa
mengkomunikasikan dan mengutarakan pendapat
mengenai hal yang dipahami dalam pembelajaran di
kelas secara logis berdasarkan masalah.
Sosial-emosional Pada teori ini ada beberapa tahapan diantaranya yang
Brofenbrenner sesuai dengan pengalaman saat SMA: Ekosistem
(disini contohnya pengalaman yang didapat antara
siswa dengan guru misal saya masih ingat ketika
belajar dengan cara karyawisata dengan guru dan
teman-teman ketika di SMA sehingga adanya
hubungan pengalaman yang didapat). Makrosistem
(dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan ekonomi,
pengalaman saya saat SMA yaitu adanya adanya
semacam larangan dari orang tua maupun guru
tentang kalimat “pamali” jika melakukan sesuatu yang
dilarang seperti duduk di depan pintu atau duduk
diatas meja. Selanjutnya faktor ekonomi, misal siswa
A berada pada keluarga dengan ekonomi rendah maka
juga akan mempengaruhi motivasi belajar mereka
tetapi jika dia berada di keluarga yang
menengah/menengah keatas maka segala fasilitasnya
terpenuhi dan motivasi belajarnya relative stagnan).
Kronosistem (tergantung dari sosio-historis siswa,
contoh pengalaman anak yang memiliki latar belakang
keluarga yang kurang baik atau kurang
memperhatikannya maka akan berdampak pada
tumbuh kembangnya dalam hal sosio-emosional tetapi
tergantung dari lingkungan yang siswa tersebut
ciptakan baik di masyarakat maupun sekolah.
Sosial-emosional Erikson Pengalaman saya saat SMA dimana guru guru
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
mengungkapkan pendapat mereka masing-masing
hingga mampu membuat koneksi sosial dengan cara
berteman.

4. Perbandingan pada kedua daftar karakteristik:


a) Cara mengembangkan secara kognitif dan sosio-emosional:
Mengembangkan fungsi kognitif pada anak SMA harus berorientasi pada teori
kontruktivisme karena anak SMA berada pada tahap operasional formal. Tahap
ini anak sudah dapat berfikir lebih abstrak, idealis, dan logis. Salah satu
penerapannya dengan penggunaan model PBL dimana anak dihadapkan dengan
suatu masalah, mereka dapat merumuskan hipotesis, memecahkan masalah
tersebut, hingga mencapai kesimpulan secara sistematis.
Siswa SMA (16-18 tahun) memasuki tahapan perkembangan sosio-emosional
tahap identity vs Role-conclution menurut Erikson, pada tahap ini mereka mulai
mencari tahu siapa mereka, apa yang mereka mau sehingga mereka perlu mulai
mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai identitas yang sehat. Jika
mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda maka mereka akan
bingung mengenai identitas mereka. Untuk mengembangkan sosio-emosional
anak SMA yaitu dengan memasukkan pendidikan karakter profil pelajar
pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bernalar
kritis, kreatif, bergotong royong, berkebinaan global).
b) Penyeseuain yang dibutuhkan agar berinteraksi secara efektif sebagai berikut:
Interaksi 1. Guru harus memiliki pengetahuan atas pengalaman
sesuai dengan karakteristik siswa
Contoh :
Siswa SMA bertanya, apakah dia lebih fokus ke sepak
bola atau belajar sehingga mengikuti eskul hanya sebatas
hobi saja?
Guru harus tau seberapa jauh kemampuan dan
kemumkinan suksses ketika dia mengambil keputusan
untuk hidupnya.
2. Memiliki pengetahuan akan peran bermasyarakat seperti
apa. Kemudian memiliki pengetahuan terkait rambu-
rambu remaja dalam mengetahui identitas mereka.
Contoh :
Siswa SMA bertanya, bagaimana peran sebagai ketua
pelaksana kegiatan 17 agustus?, maka apa yang harus
dilakukan, maka guru harus punya pengetahuan dalam
peran bermasyarakat
3. Maka, guru harus memiliki kemampuan menganalisis
bahwa anak ini dibesarkan dalam lingkungan yang
bagaimana
Contoh:
Misalkan siswa saat dikelas kurang memperhatikan,
sering bermain dengan temannya atau hal lain. Guru
harus menganalisis, ternyata siswa dibesarkan
dilingkungan yang dimanjakan.
komunikasi Guru sebagai penyampai pesan, harus memberikan gesture yang
tidak berlebihan, mengikuti dan belajar komunikasi mereka
sesuai dengan karakteristik siswa.
Contoh :
1. Saat siswa SMA berkomunikasi dengan guru
2. Maka guru memberikan gesture dewasa dan tegas saat
menghadapi siswa SMA
3. Memberikan apresiasi
4. Memberikan teguran bisa ditempat tertutup untuk
menjaga privasi.

Anda mungkin juga menyukai