Anda di halaman 1dari 2

ARGUMENTASI TENTANG GERAKAN TRANSFORMASI KI HADJAR

DEWANTARA DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEBELUM


DANSESUDAH KEMERDEKAAN
Nama :Sri Muliya Hidaynai
NIM :202300030030
MK :Filosofi Pendidikan Indonesia

Awalnya, Indonesia hanya dipandang sebagai objek perdagangan selama masa


penjajahan. Kemudian terdapat intruksi untuk mengajarkan kepada rakyat untuk belajar
membaca, menulis dan berhitung seperlunya saja guna membantu jalannya perusahaan.
Pemberian pengajaran bebas hanya bisa untuk bangsa Eropa. Di saat bersaman didirikan juga
“sekolah-sekolah kabupaten” yang hanya untuk mendidik calon pegawai. Ki Hadjar Dewantara
bertekad untuk meluaskan semangat pendidikan kepada generasi muda. Upaya untuk mendidik
merupakan syarat utama dalam membebaskan diri dari penjajah. Pendidikan yang ada pada
masa kolonial tidak mencerdaskan, melainkan mendidik manusia untuk tergantung pada nasib
dan bersikap pasif. Generasi muda harus dipersiapkan agar kelak menjadi bangsa yang mandiri,
sadar akan kemerdekaan, sehingga kemerdekaan itu dimiliki oleh orang yang terdidik dan
memiliki jiwa-jiwa yang merdeka dan bermartabat.
KHD adalah tokoh nasionalis yang memperjuangkan pendidikan bangsa Indonesia
dengan melakukan perubahan radikal. Taman Siswa didirikan dengan maksud untuk meluaskan
semangat pendidikan kepada generasi muda dengan mengusung konsep Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara yang memerdekakan. Visi pendidikan Ki Hajar Dewantara kembali digaungkan
dalam pendidikan di masa sekarang atau masa sesudah kemerdekaan dengan slogan pendidikan
Ki Hadjar Dewantara yang memerdekakan. Konsep ini tertulis tiga semboyan dalam bahasa
Jawa, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karya, tut wuri handayani. Artinya, di depan
memberikan contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan (Tarigan,
2022).
Guru diharapkan mampu mendidik peserta didik dengan memegang ketiga semboyan,
sebagai bentuk investasi kepada generasi bangsa. Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan
sekarang maka sangat layak dan tepat saat ini menggunakan konsep pendidikan karakter dalam
merdeka belajar dimana hubungan batin antara murid dengan murid, antara guru dengan murid
selalu erat meskipun murid-murid itu sudah lama selesai belajar. Kebijakan merdeka belajar
yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memiliki relevansi terhadap
pengembangan pendidikan karakter, selama ini pendidikan lebih menekankan pada aspek
pengetahuan, sehingga aspek karakter dan ketrampilan kurang tersentuh (Ainia, 2020), hal ini
dapat kita amati arus perkembangan zaman yang dimana budaya jati diri anak bangsa mulai
tergerus oleh budaya barat, dan tentu jika dibiarkan hal tersebut akan berakibat menghilangkan
ciri atau nilai asli dari bangsa ini, maka dari itu sudah sangat tepat digunakan era sekarang ini
pendidikan karakter.
Melalui materi 'Perjalanan Pendidikan Nasional' saya mendapatkan pengalaman baru
dari pemikiran KHD yaitu menumbuhkan nilai kemanusiaan saya untuk menjadi guru
berdasarkan panggilan jiwa, tugas dan pilihan hidup yang bernilai. Belajar dari pemikiran ide-
ide KHD pendidikan dan pengorbanan yang beliau lakukan dalam mengorbarkan semangat
kerelaan dan kemurahan hati untuk mendampingi proses tumbuh kembang secara integral para
generasi penerus bangsa. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara diimplementasikan dalam visi mata
kuliah Folosofi Pendidikan Indonesia yaitu 'Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat'. Karena pendidikan itu menuntun maka
tugas utama sebagai pendidikan adalah menuntun. Dalam proses menuntun perlu pemaknaan
yang mendalam tentang Pancasila sebagai identitas dan entitas manusia Indonesia.

Referensi:
Ainia, D. K. (2020). "Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan
Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter." Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3), 95-
101.
Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia.
Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar , 3(1), 149-159
Sugiarta, dkk. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur)”. Jurnal Filsafat
Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
Tarigan, M., Alvindi, A., Wiranda, A., Hamdany, S., & Pardamean, P. (2022).

Anda mungkin juga menyukai