Anda di halaman 1dari 3

TOPIK 1 - Eksplorasi Konsep

Nama : Ummu Hidayatin Nisa


NIM : 2003220174
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia

Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara


A. Sebelum Kemerdekaan (Zaman Penjajahan Kolonial Belanda)
Ki Hajar Dewantara dengan nama lahirnya, Raden Mas Suwardi Suryaningrat, adalah
bapak pendidikan Indonesia. Kiprahnya dalam memajukan pendidikan Indonesia dimulai dari
adanya diskriminasi yang dirasakan oleh kalangan pribumi dalam memperoleh status sosial dan
pendidikan.
Pada tahun 1854 bupati mulai menginisiasikan pendirian sekolah kabupaten yang mana
awalnya hanya kaum priyai saja yang dapat mengenyam pendidikan. Selanjutnya, didirikanlah
sekolah bumi putera yang mengajarkan membaca, menulis dan berhitung seperlunya yang hanya
mendidik para pribumi yang bekerja sebagai buruh. Berdirinya sekolah bumi putera ini tidak
terlepas dari adanya politik etis yang dilakukan Belanda. Meskipun masyarakat pribumi sudah
memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan, pada kenyataannya pendidikan diarahkan
agar para tamatannya menjadi pencari kerja, terutama demi kepentingan kaum penjajah (Latifa,
2016: 1029).
Selanjutnya dalam rangka menyetarakan derajat kaum pribumi dibentuklah organisasi
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo. Organisasi ini berhasil menghimpun
masyarakat Jawa pada saat itu untuk mengenyam pendidikan berbasis kultural (budaya)
(Wiryopranoto & dkk., 2017: 15).
Perjalanan pendidikan nasional terus berlanjut. Pada tahun 1912 Ki Hajar Dewantara
bersama dengan kedua temannya (Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo) mendirikan
organisasi berbasis polotik. Melalui organisasi ini terjadi kolaborasi para tokoh perjuangan
Indonesia, hingga pada akhirnya organisasi ini dibubarkan oleh Belanda karena dianggap radikal
dan Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Belanda. Salah satu penyebabnya yaitu karena karya
tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was...” (Seandainya aku
seorang Belanda) yang mengritik pemerintahan Belanda (Wiryopranoto & dkk, 2017: 17).
Dari masa pengasingannya itu Ki Hajar Dewantara banyak belajar mengenai pendidikan,
hingga setelah beliau kembali ke Indonesia, jiwa patriotisme semakin memuncak dan beliau
mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Kemudian pada 7 Juli 1924 mendirikan “Mulo
Kweekshool” setingkat SMP dengan pendidikan guru (4 tahun sesudah pendidikan dasar). Pada
tahun 1928 tamatan Mulo Kweekshool dapat masuk AMS (Algemene Middelbare School)
setingkat SMA. Kesuksesan Ki Hajar Dewantara ini menjadikan bangsa Indonesia tergugah
semangat dan makin tebal rasa harga dirinya (Wiryopranoto & dkk., 2017: 161).

B. Sesudah Kemerdekaan
Perjalanan perjuangan pendidikan nasional tidak terhenti sampai kemerdekaan melainkan
terus berlanjut hingga saat ini. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, perjalanan pendidikan
lebih dihadapkan pada tujuan nasional bangsa Indonsia, dalam hal ini Undang-Undang Dasar
1945 dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan (Hernawan, 2012: 4.2).
Pada kenyataanya hingga tahun 1965 pendidikan di Indonesia masih terpengaruh oleh
sistem pendidikan Belanda dimana hanya rakyat kalangan atas yang mendapat keleluasaan dalam
mengakses ilmu. Pada periode tahun 1945-1950 dapat dikatakan belum bisa dirasakan atau
belum terlihat hasilnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Syaharuddin & Susanto (2019: 64)
perkembangan pendidikan Indonesia juga dipengaruhi dengan hal-hal yang berkaitan dengan
kondisi sosial, politik, dan ekonomi, dan itu sangat terasa bagaimana pergantian kementerian
pendidikan diganti secara cepat dan berulang-ulang.

Daftar Referensi
Hernawan, A. H. (2012). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Latifa, U. (2016). Perkembangan Pendidikan Modern di Yogyakarta Masa Kolonial Belanda


pada Tahun 1900-1942. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah , Vol. 4. No. 3., 1028-
1034.

Syaharuddin, & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonialisme
Nusantara sampai Reformasi). Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Lambung Mangkurat.

Wiryopranoto, S., & dkk. (2017). Perjuangan Ki Hajar Dewantara: dari Polotik ke Pendidikan.
Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai