Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 3

Nama Kelompok :
1. Atik Masykurotul Mufarrihah (4120023421)
2. Roby Firmansyah (4120023428)
3. Latifatul Islamiyah (4120023429)
4. Devi Nurva’ida (4120023436)
TOPIK 3 KONEKSI ANTAR MATERI FILOSOFI PENDIDIKAN
Pada Topik 1 kami belajar tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara
dimana pemikiran beliau tenyata adalah awal mula sejarah pendidikan Indonesia
dimulai dan dengan adanya Kurikulum paradigma baru adalah suatu bentuk ingin
merealisasikan pemikiran- pemikiran Ki Hajar Dewantara yang belum
diimplementasikan pada kurikulum sebelumnya. Pada topik 1 kami juga belajar
mengenai pendidikan. Indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang dimana disitu
kami dapat mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia tidak berdiri dengan sendiri
dan instan, didalamnya terdapat perjuangan-perjuangan luar biasa dari beberapa pihak
terutama Ki Hajar Dewantara sehingga kami sebagai manyarakat Indonesia menjadi
lebih menghormati adanya pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga
menyajarkan pentingnya sistem Tri Pusat pendidikan yang satu sama lain saling
berkaitan yaitu pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga hal ini
sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Dalam mendidik
anak harus diberi tuntunan dan dorongan agar tumbuh dan berkembang atas dasar
kodratnya sendiri (Sukri, Handayani & Tinus 2016).
Pada topik 2 kami belajar lebih dalam mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara dengan makna yang lebih dalam daripada apa yang sudah dijealaskan pada
Topik 1. Disini kami belajar mengenai buah dari pemikiran Ki Hajar Dewantara
berupa: budi pekerti, penjelasan sistem among, pendidikan keindonesiaan dan kodrat
alam & zaman.
1. Budi pekerti
Jika kita meninjau kembali pendidikan di Indonesia tidak hanya mengedepankan
aspek kecerdasaan peserta didik namun juga aspek karakter dan social.
Berdasarkan hal tersebut budi pekerti merupakan perpaduan antara cipta
(cognitive), karsa (afeksi) sehingga menciptakan sebuah karya (prsikomotor). Hal
tersebut erat kaitannya dengan konsep Trilogi KHD.
2. System among
Kita lihat dari kata “among” yang berarti menuntun. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa seorang pendidik harus mampu membimbing peserta didik agar mereka
dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia sesuai dengan kodratnya. Dalam
sistem among, anak-anak harus dibiasakan untuk mendisiplin diri untuk
mencari dan belajar sendiri. Ki Hadjar Dewantara di samping ilmu yang umum,
kesenian merupakan bagian yang penting dalam kurikulum pendidikan
(Marisyah, Firman & Rusdinal, 2019).
3. Pendidikan keindonesiaan
Pendidikan di Indonesia tidak hanya berfokus pada daya intelektualitas peserta
didik saja, namun juga nilai budaya. Nilai-nilai pada diri mereka dan menciptakan
sikap profil pelajar Pancasila sesuai dengan filosofi pendidikan dari Ki Hadjar
Dewantara.
4. Kodrat alam dan zaman’
Implementasi pendidikan di Indonesia sering mengalami dinamika perubahan
yang berkelanjutan. Jadi, seoramh pendidik baiknya memberikan pengajaran
kepada peserta didik disesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan
zamannya.
Pada topik 3 kami mempelajari manusia Indonesia berarti identitas manusia yang
menghayati niali-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Kemanusiaan Indonesia meliputi
nilai, jiwa, hasrat, martabat, sosialitas, relasionalitas, genitas, dialogalitas, tradisi. Tiga
hal hakiki nilai kemanusiaan khas Indonesia yaitu kebhinekaan, pancasila, dan
religiositas. Bhineka Tunggal Ika adalah payung untuk hidup berdampingan bersama-
sama memperkokoh nasionalisme Indonesia (Hartoyo, 2010). Dalam kebhinekaan ada
tiga wujud budaya menurut Koentjaraningrat yaitu ide, gagasan, nilai atau norma.
Kedua yaitu aktivitas atau pola tindakan sebagai sistem sosial. Terakhir yaitu benda
bernilai atau artifact. Ini juga memiliki tujuh unsur penting budaya yaitu; bahasa,
kesenian, organisasi sosial, sistem religi, teknologi, mata pencaharian, ilmu
pengetahuan. Hal hakiki yang kedua yaitu pancasila sebagai identitas bangsa dan
manusia Indonesia. Pancasila juga sebagai djiwa bangsa Indonesia atau bisa juga
intisari nilai-nilai jiwa dan semangat menjunjung nilai gotong royong. Hal ketiga yaitu
religiositas. Religiositas diartikan sebagi inti dan daya agama. Karakteristik peserta
didik meliputi etnik, kultural, status social, minat, perkembangan kognitif, kemampuan
awal, gaya belajar, motivasi,
perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, serta
perkembangan motoric. Setelah melihat karakteristik peserta didik materi pembelajaran
juga diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik (Yanuarti, 2019).
Hubungan pada topik 1, 2 dan 3 yaitu pada topik satu membahas tentang
perjalanan pendidikan Indonesia yang mengawali untuk pemikiran Ki Hajar Dewantara
terkait pendidikan. Ki Hajar Dewantara merupakan bapak pendidikan Indonesia yang
mengedepankan sistem among, kodrat alam dan zaman, budi pekerti. Dalam hal ini
mengidentifikasi bahwa kurikulum merdeka mengimplementasi pemikiran Ki Hajar
Dewantara bahwa pembelajaran haruslah student center. Dengan hal itu pendidik
haruslah mengetahui karakteristik peserta didik tiap individu.

Hartoyo, A. (2010). Menggugah Kesadaran Nasional Mempengaruhi Kebhinekaan


Indonesia. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 1(2).
Marisyah, A., Firman, F., & Rusdinal, R. (2019). Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
tentang Pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 3(3), 1514-1519.
Sukri, S., Handayani, T., & Tinus, A. (2016). Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar
Dewantara Dalam Perspektif Pendidikan Karakter. Jurnal Civic Hukum, 1(1), 33-41.
Yanuarti, E. (2017). Pemikiran pendidikan ki. Hajar dewantara dan relevansinya dengan
kurikulum
13. Jurnal Penelitian, 11(2), 237-265.

Anda mungkin juga menyukai