Anda di halaman 1dari 10

Peran TGKH.

Zainuddin Abdul Madjid

Dalam Pembangunan Agama Islam Tanah Air

Dosen Pengampu : H. Samiin Hadi Harianto, Lc., MA

Disusun oleh kelompok 2:

LEEWAA’UL HAMDY (NPM 210303009)

IZZATUNNAFSI ALKARIMA (NPM 210303008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGRTAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HAMZANWADI

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmatNYA sehingga kami
dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia
khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pancor, 3 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................2

1. Dari Segi Masa...............................................................................................2

2. Dalam ranah lokal dan nasional....................................................................5

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................6

A. Kesimpulan....................................................................................................6

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................7

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebaran agama Islam di Indonesia sejak awal melalui proses akulturasi
dan sinkritisme, memunculkan praktek-praktek yang menyimpang dari ajaran
Islam yang murni. Hal itu terjadi pada masyarakat Jawa yang identik dengan
kehidupan mistiknya dan banyak mengamalkan ritual keagamaan yang
bersendikan pada nilai-nilai budaya lokal. Semua ini memberi kesan betapa
uniknya pengalaman keagamaan masyarakat Jawa. Islam Jawa dikatakan unik
karena masih mempertahankan aspek-aspek budaya tradisional dan agama pra
Islam (Hindu-Budha).

Di tengah penomena tersebut Muncullah seorang pemuda di daerah Bermi


Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB) pada waktu kecilnya diberi
nama Syaggaf yang belakangan di kenal dengan panggilan Tuan Guru Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Sepulangnya dari Makkah dalam rangka
menuntut ilmu, Pada tahun 1934 M ia mendirikan sebuah pesantren di kampung
halamannya Bermi Pancor Lombok Timur, pesantren tersebut diberi nama

Pesantren Al-Mujahidin.10 Lewat pesantren inilah ia mulai mengembangkan


dakwahnya, bersama beberapa orang muridnya ia ingin meluruskan pemahaman
agama masyarakat Pancor khususnya dan masyarakat Lombok pada umumnya
yang selama ini identik dengan Tahayyul, Bid‟ah, churafat (TBC) dengan ajaran
Islam sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian Tuan Guru
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid oleh orang-orang Pancor khususnya dan
Lombok pada umumnya dikenal sebagai seorang ulama karismatik yang disegani
oleh banyak orang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana kiprah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam
pembangunan agama islam tanah air?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kiprah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
dalam pembangunan agama islam tanah air.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Dari Segi Masa


a. Periode I : Masa Penjajahan Belanada dan Jepang

Tahun 1934, Zainuddin muda kembali ke Lombok, tanpa kenal lelah


atau beristirahat, tahun yang sama langsung memulai perjuangannya dengan
mendirikan Pesantren “al-Mujahidin”, sebagai aksi nyata atas kondisi
bangsanya yang terjajah dan terbelakang. Pesantren yang dinamakan “al-
Mujahidin” yang berarti “para pejuang” sebagai fondasi dan sikap awal TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menentang penjajahan dan
keterbelakangan.
 
Dua tahun kemudian, yakni tahun 1936, Zainuddin muda mengajukan
izin ke pemerintah kolonial Belanda untuk membuka Madrasah Nahdlatul
Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan mulai beroperasi tahun 1937, dengan
menerapkan sistem klasikal, seperti sekolah modern yang sudah
dipraktekkan di Mekkah. Nama madrasah “Nahdlatul Wathan” yang berarti
“Pergerakan Tanah Air” sebagai bentuk sikap dan visi TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid yang sudah meletakkan perjuangannya ke dalam
konteks negara dan bangsa. Pemilihan kata Nahdlatul Wathan dalam
pengembangan pendidikan pesantren Al Mujahidin, adalah wujud Zainuddin
muda meletakkan konteks perjuangan dalam skala lebih luas. Meletakkan,
perjuangan yang dilakukan di Lombok, sebagai bagian dari apa yang sedang
diperjuangkan seluruh rakyat Nusantara.
Tahun 1942, Belanda terusir dari Hindia Belanda dengan kekalahan
atas Jepang yang kemudian menggantikan posisi Belanda sebagai penguasa
nusantara dan sebagian besar Asia-Pasifik. Pada masa ini, Madrasah
Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah yang didirikan TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid juga tidak lepas dari incaran. Dai Nippon juga
sempat hendak menutup madrasah ini, karena dianggap membahayakan
kekuasaan Jepang. Namun, dengan upaya diplomasi yang dilakukan, salah
satunya dengan alasan adanya kebutuhan imam dan penghulu bagi
masyarakat Islam yang ada di Lombok, akhirnya otoritas pemerintah Jepang
di Lombok tetap membiarkan madrasah ini beroperasi, tetapi dengan syarat
sekolah ini dirubah sebutan menjadi “Sekolah Penghulu dan Imam”.

 
Pada masa penjajahan Jepang ini, TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid juga memulai pendidikan bagi kaum perempuan, yakni dengan
berdirinya Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI), tahun 1943.
Pendirian Madrasah NBDI ini sebagai penyemurnaan dan pengembangan
visi TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam aspek keadilan bagi
setiap orang. Khususnya soal masih belum setaranya kesempatan laki-laki
dan perempuan untuk ikut dalam berbagai hal, termasuk soal akses
pendidikan, dan pendirian madrasah inilah jawabannya. Pengawasan yang

2
semakin longgar dari otoritas Jepang juga menjadi peluang bagi TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid untuk mendirikan madrasah NBDI.

b. Periode II Tahun 1945 – 1949 (Periode Revolusi Kemerdekaan)


Kekalahan Jepang yang kemudian berbuah proklamasi
kemerdekaan RI, tidak berlangsung lama dinikmati di Lombok. Sebab,
pasukan Australia yang merupakan bagian dari pasukan Sekutu, justru
membawa kepentingan Hindia Belanda untuk menancapkan kembali
kekuasaannya, yakni dengan hadirnya pasukan Hindia Belanda dengan
berkedok NICA (Nederlandsch Inde Civil Administratie), yakni
pemerintahan administrasi sipil. NICA memulai kekuasaannya dengan
menangkap para pejuang dan pemimpin daerah, hal ini disambut dengan
pembentukan laskar-laskar perjuangan rakyat, yang bergabung bersama
Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian dirubah menjadi Tentara
Keamanan Rakyat (TKR).
 
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga mendirikan
Laskar “al-Mujahidin” yang kemudian menunjuk adik kandungnya TGH
Muhammad Faisal sebagai pemimpin. Laskar al-Mujahidin terdiri dari
para santri Madrasah NWDI dan jamaah pengajian TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid. Laskar ini bersatu bersama laskar-laskar rakyat
lain seperti Laskar Banteng Hitam, yang kemudian berujung pada
penyerangan Tangsi Militer “Brigade Y” NICA di Selong Lombok Timur.
Penyerangan ini berlangsung tanggal 7 Juni 1946 tengah malam hingga
tanggal 8 Juni 1946 dini hari. Aksi ini berakhir gagal, tujuh pejuang gugur,
termasuk TGH Muhammad Faishal, yang merupakan adik kandung TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Saat ini, makam para pejuang yang
gugur ini berada dalam kompleks Taman Makam Pahlawan Nasional
Rinjani Lombok Timur.
Disisi lain, disaat yang sama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid kian mengokohkan posisi dan barisannya bersama para pejuang
lainnya. Salah satunya dengan tokoh muda nasionalis Saleh Sungkar, salah
satunya dengan mendirikan Persatuan Umat Islam Lombok (PUIL).
Melalui organisasi ini TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
melakukan aktifitas politik kebangsaan, termasuk meneruskan propaganda
para mukimin Indonesia di Mekkah, dalam menentang Hindia Belanda
usai menjalani Misi Kehormatan Haji ke Tanah suci Mekkah penghujung
tahun 1947.
c. Periode III: Tahun 1950 – 1965
Usai KMB (konfrensi Meja bundar), dilakukan pemufakatan semua
pihak dalam RIS untuk tetap membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), mulai dari penerbitan UU Darurat Nomor 11 Tahun 1950
tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS, sejumlah daerah
digabung ke RI, sehingga RIS hanya terdiri dari RI, NIT, dan Negara
Sumatera Timur, melalui proses perundingan, dihasilkan kesepakatan

3
bersama yang dituangkan dalam piagam persetujuan RIS dan RI sepakat
membentuk negara kesatuan berdasarkan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Untuk menyusun konstitusi negara kesatuan, dibentuklah
panitia gabungan RIS-RI. Pada tanggal 14 Agustus 1950, Parlemen RI dan
Senat RIS mengesahkan Rancangan UUD Negara Kesatuan menjadi
Undang Undang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950). Presiden
Soekarno membacakan piagam terbentuknya NKRI dan dinyatakan mulai
berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950, sekaligus pembubaran RIS.
 
Pada fase ini, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terus aktif
dalam perjuangan politik kebangsaan, salah satunya dengan bergabung
dengan Partai Masyumi, menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Syuro
untuk wilayah Provinsi Sunda Kecil, posisi Ketua dijabat rekan
seperjuangannya, yakni Saleh Sungkar. Gabungan kedua tokoh yang dikenal
sebagai dwi-tunggal ini menempatkan Partai Masyumi sebagai kekuatan
politik terkemuka, dan menempatkan Saleh Sungkar sebagai Ketua
Parleman Lombok.

d. Periode IV: Zaman Orde Baru


Setelah pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden
Soeharto, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bergabung bersama
Sekretariat Bersama Golongan Karya. Termasuk ketika Golongan Karya
sebagai lembaga politik peserta Pemilu. Selama bergabung di Golongan
Karya, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tercatat sebagai anggota
MPR RI, selama dua periode, yakni periode 1972-1982, hasil Pemilu II dan
Pemilu III. Ketokohan TGKH M Zainuddin Abdul Madjid di pentas nasional
mengemuka di era tersebut, salah satunya dengan posisi sebagai Penasehat
Majlis Ulama' Indonesia (MUI) Pusat, tahun 1971-1982.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid konsisten hingga akhir


hayat, dengan capaian luar biasa. Karya-karya tulis TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid juga tidak kalah banyak, mulai dari kitab fiqih,
keilmuan, hingga syair dan lagu yang berisi ajaran agama, moralitas,
semangat kebangsaan, sejarah dan bagaimana membangun organisasi
modern. Seperti :

 Risalah al-Tauhid
 Sullam al-Hija Syarah Safinah al-Naja
 Nahdlah al-Zainiah
 At Tuhfah al-Amfenaniyah
 Al Fawakih al-Nahdliyah
 Mi'raj al-Shibyan ila Sama'i Ilm al-Bayan
 Al-Nafahat ‘ala al-Taqrirah al-Saniyah
 Nail al-Anfal
 Hizib Nahdlatul Wathan
 Hizib Nahdlatul Banat
 Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan
 Shalawat Nahdlatain
 Shalawat Nahdlatul Wathan

4
 Shalawat Miftah Bab Rahmah Allah
 Shalawat al-Mab'uts Rahmah li al-‘Alamin

 
Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan
sumbangan luar biasa, dimulai dari Pesantren al-Mujahidin, di sebuah
Musholla yang akhirnya menjadi cikap bakal ribuan madrasah hingga pelosok
nusantara, organisasi massa Islam skala nasional, hingga perjuangan politik
kebangsaan skala nasional, yang secara akumulatif memberikan kontribusi
besar bagi kemajuan negara dan bangsa.

2. Dalam ranah lokal dan nasional

 Pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin


 Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
 Pada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDI
 Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
 Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Haji dari Negara Indonesia
Timur
 Pada tahun 1948/1949 menjadi anggota Delegasi Negara Indonesia
Timur ke Arab Saudi
 Pada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
 Pada tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah Lombok
 Pada tahun 1953 mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
 Pada tahun1953 Ketua Umum PBNW Pertama
 Pada tahun 1953 merestui terbentuknya partai NU dan PSII di Lombok
 Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI cabang Lombok
 Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
 Pada Tahun 1965 mendirikan Ma'had Dar al-Qu'an wa al-Hadits al-
Majidiyah Asy-Syafi'iyah Nahdlatul Wathan
 Pada tahun 1972-1982 sebagai anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
 Pada tahun 1971-1982 sebagai penasihat Majlis Ulama' Indonesia
(MUI) Pusat
 Pada tahun 1974 mendirikan Ma'had li al-Banat
 Pada tahun 1978 mendirikan STKIP Hamzanwadi
 Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah
Hamzanwadi
 Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzanwadi
 Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
 Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Hamzanwadi
 Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi

5
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
merupakan sumbangan luar biasa, dimulai dari Pesantren al-Mujahidin, di
sebuah Musholla yang akhirnya menjadi cikap bakal ribuan madrasah
hingga pelosok nusantara, organisasi massa Islam skala nasional, hingga
perjuangan politik kebangsaan skala nasional, yang secara akumulatif
memberikan kontribusi besar bagi kemajuan negara dan bangsa.

Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid


merupakan sumbangan luar biasa, dimulai dari Pesantren al-Mujahidin, di
sebuah Musholla yang akhirnya menjadi cikap bakal ribuan madrasah
hingga pelosok nusantara, organisasi massa Islam skala nasional, hingga
perjuangan politik kebangsaan skala nasional, yang secara akumulatif
memberikan kontribusi besar bagi kemajuan negara dan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai