Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MASA PELEBURAN DAN MASA BANGKIT KEPANDUAN


HIZBUL WATHAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hizbul Wathan dengan
dosen pengampu Bapak Yoga Prayuda, S.Pd.

                  

Disusun oleh :

Muhammad Alfiyan Sirri Thursina


RPL PJKR
222223167
 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Hizbul Wathan ini. Sholawat beserta salam di

hadiahkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW., berkat beliaulah kita di bimbing dari zaman

kebodohan ke zaman yang serba canggih seperti sekarang ini.

Ucapan terima kasih kami haturkan untuk guru mata kuliah Hizbul Wathan Bapak Yoga

Prayuda, S.Pd. dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan

Makalah  ini, baik  melalui pikiran maupun materi.

Kami juga sangat menyadari atas kekurangan dari isi Penyusunan Makalah ini, maka dari itu

Kami sangat mengharapkan  dan menjadi suatu kehormatan bagi Kami atas kritik dan saran

dari pembaca supaya menjadi pedoman bagi Kami untuk kedepannya, dan bermanfaat bagi

semua yang membacanya.

                                                                                                                     Blitar, 26 Juli 2023


                                                                                                               
                                                                                                                                         
     

Muhammad Alfiyan S T

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan

Da’wah Amar Ma’ruf nahi Munkar, beraqidah Islam, bersumber pada Al

Qur’an dan As Sunnah, bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama

Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bergerak

dalam segala bidang kehidupan, antara lain bidang pendidikan, kesehatan, dan

sosial ekonomi.

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom,

memiliki tugas mengemban visi dan misi Muhammadiyah dalam pendidikan

anak, remaja dan pemuda, sehingga mereka menjadi muslim yang sebenar-

benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

Sebagai suatu gerakan, setiap anggota Hizbul Wathan berarti memiliki tugas

dan tanggungjawab untuk ikut serta secara aktif mengamalkan dan menyebar-

luaskan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.

Hizbul Wathan sendiri memiliki arti Pembela Tanah Air. Hal ini

dimaksudkan agar setiap anggota memiliki jiwa dan semangat nasionalisme

yang tinggi, sehingga sanggup untuk membela dan mempertahankan tanah air

Indonesia dari segala hal yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatannya.

3
B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah yang akan di bahas dalam Makalah ini adalah : 

1. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan?

2. Sejarah  Berdirinya Hizbul Wathan?

3. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan ?

4. Hizbul Wathan di Masa Revolusi Kemerdekaan 1945?

5. Masa Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan?

6. Masa Peleburan Kedua?

7. Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul Wathan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :

1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Hizbul Wathan.

2. Untuk Mengetahui Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan.

3. Untuk Mengetahui Sejarah  Berdirinya Hizbul Wathan.

4. Untuk Mengetahui Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan.

5. Untuk Mengetahui Bagaiman Hizbul Wathan di Masa Revolusi

Kemerdekaan 1945.

6. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa Kebangkitan Kembali Hizbul

Wathan.

7. Untuk Mengetahui Masa Peleburan Kedua.

8. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul

Wathan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan

Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 mei 1908 menjadi tonggak

sejarah kebangkitan indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NPO (Nederland

Padvinders Organitation) mendirikan cabangnya di indonesia dan diresmikan

pada tahun 1914 dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging

(NIPV).

Pada tahun 1916 SP Mangkunegara VII di surakarta mendirikan

kepanduan dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) disusul dengan

lahirnya “Taruna Kembang” untuk daerah kasunanan oleh pangeran

Suryobrata.

Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah,

dengan didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF

(Sidik , amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna

Kembang sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan

Surakarta beliau menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk

mengabdi atau menghamba kepada Allah.

Beberapa waktu kemudian, Bapak Mulyadi Djojomartono

mengumpulkan para pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali

dihalaman Masjid Agung Solo dengan seragam seadannya. Pada

perkembangan selanjutnya, pemuda Donowardoyo ikut bergabung (1924).

Sesampai di Jogja, beliau menunjuk bebrapa guru antara lain: mantri Guru

5
SD Muhammadiyah Suronatan (Standart School) Bapak Somodirjo, Bapak

Siradj Dahlan dan Bapak Syarbini guru SD Muhammadiyah bausasran, untuk

mengarahkan pemuda Muhammadiyah.

Dengan resmi lahirlah Padvinders Muhammadiyah, baik yang ada di

solo maupun Yogyakarta. Pembinanya diserahkan kepada pemuda

Muhammadiyah bagian sekolah. Latihan bermula bagi guru-guru, setiap ahad

sore di standart school, Suronatan Yogyakarta.

Selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewsa dengan seraga kemeja

drile khekhi, celana biru tua, kacu merah tua berbentuk hitam (deler kecer)

atas usaha bapak H. Nawawi.

B. Sejarah  Berdirinya Hizbul Wathan

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada

tahun 1336 H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi

kepanduan lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh

pemerintah penjajahan Jepang.

Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

bangkit kembali dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat

keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961

M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul

Wathan dilebur menjadi Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan

di Indonesia.

Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18

November 1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan

Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan

6
surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat

keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

C. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan

Dalam pertemuan di rumah Bapak H. Hilal di Kauman Yogyakarta,

atas prakarsa bapak H. Hadjid diusulkan mengganti nama Padvinders

Muhammadiyah menjadi HIZBUL WATHAN, yang bermakna cita tanah

(Pembela Tanah Air), Sesuai dengan jiwa perjuangan melawan penjajah

belanda pada saat itu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1920.

D. Masa Revolusi Kemerdekaan 1945

1. Masa Peleburan Pertama

Pada Akhir September 1945, di balai Mataram Yogyakarta diadakan

rembuk pandu-pandu yang menghasilkan keinginan membangkitkan

kembali pandu. Dari HW diwakili Bapak Mawardi Haiban Hadjid.

Tanggal 27-29 Desember 1945 Kesatuan kepanduan Indonesia dalam

konggersnya di Solo sepakat bergabung dengan nama “Pandu Rakyat

Indonesia”

Pengurus Kwarti besarnya: Dr. Mawardi dari kepanduan KBI, Hertog Dari

pandu KBI, Abdulghonie dari Hizbul Wathan, Djoemadi dari Hizbul

Wathan dan lain-lain.

Pada Bulan Desember 1948 saat terjadinya clash II/PK II kegiatan

kepanduan terhenti. Di daerah yang diduduki belanda Pandu Rakyat

Indonesia dilarang mengadakan kegiatan, namun di daerah pendudukan

yang tidak diduduki Belanda masih bertahan.

7
E. Masa Kebangkitan Kembali

Pada tanggal 20-22 Januari 1950, konggres pandu Rakyat ke-2 di

Yogyakarta mengeluarkan beberapa keputusan diantaranya yaitu:

a. Menerima kosep baru, memberikan kesempatan golongan untuk

menghidupkan kembali golongan kepanduannya

b. Melangkah menuju pengakuan internasional

c. Menetapkan susunan pengurus besar Kwartir besar putra dan kwartir

besar putri.

Sebelum Bapak Jendral Sudirman wafat, beliau berpesan kepada

Muhammadiyah, sesuai dengan keputusan konggres Pandu Rakyat, supaya

Pandu HW dibangkitkan kembali.

a. Pada tanggal 29 Januari 1950, diadakan apel kebangkitan di halaman

masjid besar/ Masjid Agung Yogyakarta yang dipimpin oleh bapak

Haiban Hadjid.

b. Dengan bangkitnya kembali Hizbul Wathan, bangkit pula Pandu

Hizbul Islam, Pandu Al-Wathani, Pandu SIAP, Pandu Islam, Pandu

Ansor, Pandu A-Irsyad, agama lain. Barulah pandu-pandu umum/

yang tidak mengkhususkan agama ikut memisahkan diri dari Pandu

Rakyat.

c. Dalam perkembangan pada tahun 1960 Pandu HW mengadakan suatu

kursus Pemimpin d i Kaliurang Yogyakarta dengan nama Jaya Melati

I (semacam kursus kepanduan/unit leaders course/woodbadge

course/kursus mahir dasar).

8
F. Masa Peleburan Kedua

Dengan munculnya Keppres no. 238 tahun 1961 tentang lahirnya

Gerakan Kepanduan Pramuka, semua organisasi kepanduan harus meleburkan

diri kedalam Gerakan Kepanduan Pramuka termasuk HW

Dasar-dasar peleburan:

a. Pidato PJM Presiden kepada para Pemimpin Pandu tanggal 9 maret 1961

di Istana Merdeka.

b.  Surat dari PERKINDO NO. 071/DK/III/61. tentang tindak lanjut amanat

PJB Presiden tanggal 9 Maret 1961.

c. Maklumat keputusan PP Muhammadiyah Majlis HW No. 302/IV-A/61 

hal perintah peleburan organisasi kepanduan.

d. Pengunguman PP Muhammadiyah Majlis HW no.10/HM/61 tanggal 1

April 1961 hal aktifitas HW.

e.  Keputusan Presiden RI no.121 tahun 1961 tanggal 11 April tentang Pantia

Pembentukan Gerakan  Pramuka.

f.  Surat dari penguasa perang tertinggi no. 0605/Peperti/1961 tanggal 11

April1961 hal aktifitas kepanduan.

g.  Kepres RI no. 238 tahun 1961 tertangal 20 mei 1961 tentang Gerakan

Pramuka.

h. Surat dari Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka no. 8/PPGP tanggal 27

Mei 1961 hal pernyataan bersedia meleburkan diri.

i. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961 berisi pernyataan bersedia

meleburkan diri.

9
G. Masa Kebangkitan Kedua

Sejak dilebur menjadi gerakan pramuka beberapa anggota HW tidak

bersedia ikut meleburkan diri mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang

senapas dengan jiwa mereka seperti pencinta alam, drumband atau lebih

mempokouskan sebagai kader persayrikatan dalam pemuda muhammadiyah

dan lain-lain.

Begitu pula dengan pandu nasiatul aisyyah lebih banyak membina

diri dalam pengajian membentuk pendidikan non formal bagi anak-anak, serta

kegiatan sosial lainnya. Dalam muktamar muhammadiyah tahun 1980 di

surabaya bermunculan para mantan pandu HW dengan seragamnya sebagai

visualisasi adanya kegiatan muhammadiya  dari masa kemasa.

Pada muktamar selanjutnya baik disolo, yogyakarta maupun aceh

pandu HW Wreda takmau ketinggalan. Pada tahun 1994 mantan pandu HW

dan pandu NA mengadakan silaturrahim serta ta’ziah kepada istri bpk Sumitro

di komplek Prumahan Dosen UGM. Pada tahun 1996 diadakan reuni nasional

I di yogyakarta yang didahului reuni se DIY, Reuni Malang. dalam reuni

nsional munculan ide untuk membangkitkan kembali kepanduan hizbul

wathan.

Sejak saat itu diadakan pertemuan rutin baik sepekan sekali maupun

sebulan sekali untuk mempersiapkan konsep kepandua yang islami. Dari hasil

pertemuan tersebut, pimpinan HW Wreda menghadap PP Muhammadiyah

untuk membangkitkan kembali pada tanggal 18 november 1998 dan disetujui

oleh PP Muhammadiyah. Keputusan tanwir muhammadiyah di semarang 1998

memutuskan kebangkitan kembali pandu HW dan IRM kembali Menjadi IPM.

10
Berhubungan pada bulan mei 1998 ada peristiwa repormasi yang

dampaknya terjadi huru hara, kerusuhan dan kondisi keamanan tidak

memungkinkan maka kebangkitn HW tertunda pada tanhun berikutnya, 18

November 1999 M/ 10 sya’ban 1420 H. bertepatan dengan 87 tahun kelahiran

Muhammadiyah menurut kalender miladiyah.

Dengan surat keputusan pimpinan Pusat Muhammadiyah no 92/SK-

PP/VI-B/1.b/1999 Kepanduan hizbul Wathan resmi dibangkitkan. Dalam

perjalanannya SK tersebut disempurnakan dengan surat keputusan PP

Muhammadiyah no 10/KEP/1.0/B/2003 sebagai pelaksanaan SK PP No

92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 lahirlah surat edaran PP Muhammadiyah no

VI/B/I.A/58/2000 tanggal 23 Djulqo’dah 1420 H/ 28 Pebruari 2000 M.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah,

dengan didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF

(Sidik , amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna

Kembang sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan

Surakarta beliau menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk

mengabdi atau menghamba kepada Allah.

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada

tahun 1336 H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan

organisasi kepanduan lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang.

Pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18

November 1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan

Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya,

dengan surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas

dengan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor

10/Kep/I.O/B/2003.

12
B. Saran

Dengan adamya Makalalah yang singkat ini Penulis berharap mudah-

mudahan dapat sedikit memberikan pengetahuan bagi Pembaca tentang

Bagaimana Sejarah dari Kepanduan Hizbul Wathan yang ada di Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai