Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH HIZBUL WATHAN


Dosen : Sam Hermansyah , S.pd.I.M.pd

Di

S
U
S
U
N

Oleh:
NIAR
NPM : 433800816

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

STKIP MUHAMMADYAH SIDRAP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Da’wah Amar
Ma’ruf nahi Munkar, beraqidah Islam, bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah,
bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bergerak dalam segala bidang
kehidupan, antara lain bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom, memiliki
tugas mengemban visi dan misi Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja
dan pemuda, sehingga mereka menjadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap
menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
Sebagai suatu gerakan, setiap anggota Hizbul Wathan berarti memiliki tugas
dan tanggungjawab untuk ikut serta secara aktif mengamalkan dan menyebar-
luaskan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Hizbul Wathan sendiri memiliki arti Pembela Tanah Air. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota memiliki jiwa dan semangat nasionalisme yang
tinggi, sehingga sanggup untuk membela dan mempertahankan tanah air Indonesia
dari segala hal yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang akan di bahas dalam Makalah ini adalah :
1. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan?
2. Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan?
3. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan ?
4. Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Hizbul Wathan?
5. Metode Pendidikan Gerakan Hizbul Wathan?
6. Keanggotaan dan Keorgansisasian?
7. Gerakan Hizbul Wathan di Masa Pergerakan Nasional?
8. Hizbul Wathan Pada Masa Penjajahan Jepang?
9. Hizbul Wathan di Masa Revolusi Kemerdekaan 1945?
10. Masa Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan?
11. Masa Peleburan Kedua?
12. Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul Wathan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Hizbul Wathan.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan.
3. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan.
4. Untuk Mengetahui Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan.
5. Untuk Mengetahui Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Hizbul Wathan.
6. Untuk Mengetahui Metode Pendidikan Gerakan Hizbul Wathan.
7. Untuk Mengetahui Keanggotaan dan Keorgansisasian.
8. Untuk Mengetahui Gerakan Hizbul Wathan di Masa Pergerakan Nasional.
9. Untuk Mengetahui Hizbul Wathan Pada Masa Penjajahan Jepang.
10. Untuk Mengetahui Bagaiman Hizbul Wathan di Masa Revolusi Kemerdekaan
1945.
11. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa Kebangkitan Kembali Hizbul Wathan.
12. Untuk Mengetahui Masa Peleburan Kedua.
13. Untuk Mengetahui Bagaimana Masa Kebangkitan Kedua dari Hizbul Wathan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelahiran Hizbul Wathan


Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 mei 1908 menjadi tonggak sejarah
kebangkitan indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NPO (Nederland Padvinders
Organitation) mendirikan cabangnya di indonesia dan diresmikan pada tahun 1914
dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
Pada tahun 1916 SP Mangkunegara VII di surakarta mendirikan kepanduan
dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) disusul dengan lahirnya “Taruna
Kembang” untuk daerah kasunanan oleh pangeran Suryobrata.
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan
didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik ,
amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang
sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau
menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau
menghamba kepada Allah.
Beberapa waktu kemudian, Bapak Mulyadi Djojomartono mengumpulkan
para pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali dihalaman Masjid Agung
Solo dengan seragam seadannya. Pada perkembangan selanjutnya, pemuda
Donowardoyo ikut bergabung (1924).
Sesampai di Jogja, beliau menunjuk bebrapa guru antara lain: mantri Guru
SD Muhammadiyah Suronatan (Standart School) Bapak Somodirjo, Bapak Siradj
Dahlan dan Bapak Syarbini guru SD Muhammadiyah bausasran, untuk
mengarahkan pemuda Muhammadiyah.
Dengan resmi lahirlah Padvinders Muhammadiyah, baik yang ada di solo
maupun Yogyakarta. Pembinanya diserahkan kepada pemuda Muhammadiyah
bagian sekolah. Latihan bermula bagi guru-guru, setiap ahad sore di standart
school, Suronatan Yogyakarta.
Selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewsa dengan seraga kemeja drile
khekhi, celana biru tua, kacu merah tua berbentuk hitam (deler kecer) atas usaha
bapak H. Nawawi.

B. Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan


Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336
H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan
lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah
penjajahan Jepang.
Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit
kembali dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden
Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama dengan
organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi
Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.
Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November
1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor
92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

C. Sejarah Pemberian Nama Hizbul Wathan


Dalam pertemuan di rumah Bapak H. Hilal di Kauman Yogyakarta, atas
prakarsa bapak H. Hadjid diusulkan mengganti nama Padvinders Muhammadiyah
menjadi HIZBUL WATHAN, yang bermakna cita tanah (Pembela Tanah Air),
Sesuai dengan jiwa perjuangan melawan penjajah belanda pada saat itu. Peristiwa
ini terjadi pada tahun 1920.

D. Asas, Maksud dan Tujuan Hizbul Wathan


Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasaskan Islam. Sedangkan maksud
dan tujuannya adalah menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda
menjadi manumur muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader
Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

E. Metode Pendidikan Kepanduan Hizbul Wathan


Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan
sekolah untuk anak, remaja dan pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan
metode yang menarik, menyenangkan dan menantang, dalam rangka membentuk
warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya
dalam upaya menanamkan aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada
peserta didik dilakukan dengan metode kepanduan.
Ciri khas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan
metode pendidikannya , yaitu:
1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam.
3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu.
5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
6. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang.
7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
9. Tidak terkait dan berorientasi pada partai politik atau golongan tertentu.

F. Usaha Hizbul Wathan


Dalam mencapai maksud dan tujuan yang telah diterangkan di atas, Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan berusaha :
1. Mengembangkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di seluruh Indonesia.
2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja, dan
pemuda muslim.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk para pelatih, pimpinan, dan
pemimpin anak didik.
4. Menyelenggarakan pendidikan kepanduan Islami.
5. Mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri.
6. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan.

G. Keanggotaan dan Keorgansisasian Kepanduan Hizbul Wathan


1) Anggota Kepanduan Hizbul Wathan adalah warga negara Republik Indonesia,
beragama Islam, yang terdiri dari :
a. Anggota Biasa adalah peserta didik putera dan puteri yang dikelompokkan
menjadi:
b. Athfal : berumur 6 sampai 10 tahun
c. Pengenal : berumur 11 sampai 16 tahun
d. Penghela : berumur 17 sampai 20 tahun
e. Penuntun : berumur 21 sampai 25 tahun
2) Anggota Pembina adalah mereka yang tugas utamanya memimpin dan atau
melatih peserta didik serta mengelola dan atau memimpin Kwartir atau Qabilah.
Anggota pembina terdiri dari pelatih, Instruktur, Pemimpin Satuan, dan Pimpinan
Kwartir atau Qabilah.
3) Anggota Kehormatan adalah para pecinta Kepanduan Hizbul Wathan, yang
karena usia, kesehatan, atau kesibukan kerja tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan kepanduan.
a. Pandu Wreda Hizbul Wathan dan Pandu Wreda Nasyiatul ‘Aisyiyah.
b. Orang yang berjasa dalam pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
c. Simpatisan Kepanduan Hizbul Wathan.
Jenjang organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan
jenjang organisasi di Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut :
a. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut Kwartir Pusat.
b. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut Kwartir Wilayah.
c. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut Kwartir Daerah.
d. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut Kwartir Cabang.
e. Di tingkat PR Muhammadiyah disebut Qabilah.

H. Masa Pergerakan Nasional


Pada tanggal 3 April 1926 G.J. Ranneft, komisaris besar NIPV
menyelenggarakan dan memimpin konperensi kepaduan di rumah H dahlan (dari
Hizbul Wathan) Yogyakarta, dengan mengundang Kepaduan Nasional Indonesia.
Dalam konperensi tersebut disampaikan konsep NIPV untuk mempersatukan
organisasi kepanduan yang ada di indonesia.
Berdasar alasan prinsip Kepanduan Nasinal Indonesia, kosep tersebut tidak
dapat diterima dan HW tidak bersidia bergabung dengan NIPV yang berorientasi
pada kepentingan kolonial Belanda.
Karena menolak, Belanda melarang menggunakan istilah Padvinder atau
Padvinderij karena larangan tersebut, Bapak H. Agus Salim dalam konggres SIAP
tahun 1928 di Bayumas, mengunakan istilah Pandu dan kepanduan, sebagai
pengganti istilah Padvinder dan Padvinderij

I. Masa Penjajahan Jepang


Pada awalnya HW masih dapat aktif, ikut pawai ulang tahun Tenno Heika
(HW dipimpin Bapak Haiban Hadjid, putera Bapak H. Hadjid). Penjajah Jepang
melarang semua partai, organisasi pemuda, termasuk pandu. Sebagai gantinya
Pemuda Indonesia dimasukan dalam Gerakan Seinendan, Keibondan, PETA.

J. Masa Revolusi Kemerdekaan 1945


1. Masa Peleburan Pertama
Pada Akhir September 1945, di balai Mataram Yogyakarta diadakan rembuk
pandu-pandu yang menghasilkan keinginan membangkitkan kembali pandu. Dari
HW diwakili Bapak Mawardi Haiban Hadjid.
Tanggal 27-29 Desember 1945 Kesatuan kepanduan Indonesia dalam konggersnya
di Solo sepakat bergabung dengan nama “Pandu Rakyat Indonesia”
Pengurus Kwarti besarnya: Dr. Mawardi dari kepanduan KBI, Hertog Dari pandu
KBI, Abdulghonie dari Hizbul Wathan, Djoemadi dari Hizbul Wathan dan lain-
lain.
Pada Bulan Desember 1948 saat terjadinya clash II/PK II kegiatan kepanduan
terhenti. Di daerah yang diduduki belanda Pandu Rakyat Indonesia dilarang
mengadakan kegiatan, namun di daerah pendudukan yang tidak diduduki Belanda
masih bertahan.

K. Masa Kebangkitan Kembali


Pada tanggal 20-22 Januari 1950, konggres pandu Rakyat ke-2 di
Yogyakarta mengeluarkan beberapa keputusan diantaranya yaitu:
a. Menerima kosep baru, memberikan kesempatan golongan untuk menghidupkan
kembali golongan kepanduannya
b. Melangkah menuju pengakuan internasional
c. Menetapkan susunan pengurus besar Kwartir besar putra dan kwartir besar
putri.
Sebelum Bapak Jendral Sudirman wafat, beliau berpesan kepada
Muhammadiyah, sesuai dengan keputusan konggres Pandu Rakyat, supaya Pandu
HW dibangkitkan kembali.
a. Pada tanggal 29 Januari 1950, diadakan apel kebangkitan di halaman masjid
besar/ Masjid Agung Yogyakarta yang dipimpin oleh bapak Haiban Hadjid.
b. Dengan bangkitnya kembali Hizbul Wathan, bangkit pula Pandu Hizbul Islam,
Pandu Al-Wathani, Pandu SIAP, Pandu Islam, Pandu Ansor, Pandu A-Irsyad,
agama lain. Barulah pandu-pandu umum/ yang tidak mengkhususkan agama ikut
memisahkan diri dari Pandu Rakyat.
c. Dalam perkembangan pada tahun 1960 Pandu HW mengadakan suatu kursus
Pemimpin d i Kaliurang Yogyakarta dengan nama Jaya Melati I (semacam kursus
kepanduan/unit leaders course/woodbadge course/kursus mahir dasar).

L. Masa Peleburan Kedua


Dengan munculnya Keppres no. 238 tahun 1961 tentang lahirnya Gerakan
Kepanduan Pramuka, semua organisasi kepanduan harus meleburkan diri kedalam
Gerakan Kepanduan Pramuka termasuk HW
Dasar-dasar peleburan:
a. Pidato PJM Presiden kepada para Pemimpin Pandu tanggal 9 maret 1961 di
Istana Merdeka.
b. Surat dari PERKINDO NO. 071/DK/III/61. tentang tindak lanjut amanat PJB
Presiden tanggal 9 Maret 1961.
c. Maklumat keputusan PP Muhammadiyah Majlis HW No. 302/IV-A/61 hal
perintah peleburan organisasi kepanduan.
d. Pengunguman PP Muhammadiyah Majlis HW no.10/HM/61 tanggal 1 April
1961 hal aktifitas HW.
e. Keputusan Presiden RI no.121 tahun 1961 tanggal 11 April tentang Pantia
Pembentukan Gerakan Pramuka.
f. Surat dari penguasa perang tertinggi no. 0605/Peperti/1961 tanggal 11
April1961 hal aktifitas kepanduan.
g. Kepres RI no. 238 tahun 1961 tertangal 20 mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
h. Surat dari Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka no. 8/PPGP tanggal 27 Mei
1961 hal pernyataan bersedia meleburkan diri.
i. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961 berisi pernyataan bersedia
meleburkan diri.

M. Masa Kebangkitan Kedua


Sejak dilebur menjadi gerakan pramuka beberapa anggota HW tidak
bersedia ikut meleburkan diri mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang
senapas dengan jiwa mereka seperti pencinta alam, drumband atau lebih
mempokouskan sebagai kader persayrikatan dalam pemuda muhammadiyah dan
lain-lain
Begitu pula dengan pandu nasiatul aisyyah lebih banyak membina diri dalam
pengajian membentuk pendidikan non formal bagi anak-anak, serta kegiatan sosial
lainnya. Dalam muktamar muhammadiyah tahun 1980 di surabaya bermunculan
para mantan pandu HW dengan seragamnya sebagai visualisasi adanya kegiatan
muhammadiya dari masa kemasa.
Pada muktamar selanjutnya baik disolo, yogyakarta maupun aceh pandu HW
Wreda takmau ketinggalan. Pada tahun 1994 mantan pandu HW dan pandu NA
mengadakan silaturrahim serta ta’ziah kepada istri bpk Sumitro di komplek
Prumahan Dosen UGM. Pada tahun 1996 diadakan reuni nasional I di yogyakarta
yang didahului reuni se DIY, Reuni Malang. dalam reuni nsional munculan ide
untuk membangkitkan kembali kepanduan hizbul wathan.
Sejak saat itu diadakan pertemuan rutin baik sepekan sekali maupun sebulan
sekali untuk mempersiapkan konsep kepandua yang islami. Dari hasil pertemuan
tersebut, pimpinan HW Wreda menghadap PP Muhammadiyah untuk
membangkitkan kembali pada tanggal 18 november 1998 dan disetujui oleh PP
Muhammadiyah. Keputusan tanwir muhammadiyah di semarang 1998
memutuskan kebangkitan kembali pandu HW dan IRM kembali Menjadi IPM.
Berhubungan pada bulan mei 1998 ada peristiwa repormasi yang dampaknya
terjadi huru hara, kerusuhan dan kondisi keamanan tidak memungkinkan maka
kebangkitn HW tertunda pada tanhun berikutnya, 18 November 1999 M/ 10
sya’ban 1420 H. bertepatan dengan 87 tahun kelahiran Muhammadiyah menurut
kalender miladiyah.
Dengan surat keputusan pimpinan Pusat Muhammadiyah no 92/SK-PP/VI-
B/1.b/1999 Kepanduan hizbul Wathan resmi dibangkitkan. Dalam perjalanannya
SK tersebut disempurnakan dengan surat keputusan PP Muhammadiyah no
10/KEP/1.0/B/2003 sebagai pelaksanaan SK PP No 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999
lahirlah surat edaran PP Muhammadiyah no VI/B/I.A/58/2000 tanggal 23
Djulqo’dah 1420 H/ 28 Pebruari 2000 M.
BAB III
PENUTP
A. Kesimpulan
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan
didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik ,
amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang
sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau
menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau
menghamba kepada Allah.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336
H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan
lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah
penjajahan Jepang.
Pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999
M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor 92/SK-
PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

B. Saran
Dengan adamya Makalalah yang singkat ini Penulis berharap mudah-
mudahan dapat sedikit memberikan pengetahuan bagi Pembaca tentang Bagaimana
Sejarah dari Kepanduan Hizbul Wathan yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai