Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MASA PELEBURAN & MASA KEBANGKITAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

Disusun oleh :

Rahmat Saepuloh

Teguh Bilal Nurhadian Billah

M Iqbal

Kelas :

PJKR 4C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI STKIP


MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "( MASA PELEBURAN & MASA
KEBANGKITAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN )" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah HIZBUL WATHAN . Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Pemurnian Dan Pembaharuan Di Dunia Muslim bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 14 November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepanduan sebagai bentuk gerakan pemuda-pemudi menurut anggapan umum didirikan


tahun 1908 oleh Lord Robert Baden Powell yang dihormati sebagai Bapak Kepanduan
Sedunia. Tujuan : pembangunan mental, moral dan jasmaniah dan latihan-latihan untuk
menjadi warga negara yang baik.

Tetapi sifat gerakan kepanduan putra pribumi di Indonesia (sebagai tanah jajahan)
tidaklah sama. Kepanduan Indonesia menyimpan pengaruh pergerakan (kemerdekaan)
nasional umum. (N.I.P.V.) Nederlandsch Indische Padvinders Vereeniging adalah
perhimpunan kepanduan di Hindia Belanda di bawah pimpinan dan mayoritas golongan
Belanda (didirikan tahun 1917). Kepanduan bangsa Indonesia, dengan sendirinya, mengikuti
arah perkembangan cita-cita nasional.

J.P.O. (Javaansche Padvinders Organisatie), perhimpunan kepanduan Indonesia yang


pertama (1916) bermaksud pula menjadi tempat pembibitan (ketentaraan Mangkunegaran).
Setelah tahun 1920 timbul banyak sekali kepanduan Indonesia sebagai cabang (onderbouw)
perkumpulan-perkumpulan orang dewasa, unsur politik nasional terkandung di dalamnya. PKI
terutama di Semarang, membentuk kepanduan beranggotakan murid-murid dari sekolah-
sekolah rakyat. Banyak timbul kelompok-kelompok kecil kepanduan yang berhubungan
dengan PKI. Perhimpunan-perhimpunan lain pun tak ketinggalan. Algemene Studie Club
dengan N.P.O.-nya (Nationale Padvinders Organisatie); SI dengan SIAP (Sarekat Islam
Afdeling Pandu); MUHAMMADIYAH mempunyai HIZBUL WATHAN; Budi Oetomo
membentuk Nationale Padvinderij; J.J. dengan J.J.P.-nya (Jong Java Padvinderij, kemudian
menjadi Pandu Kebangsaan); Jong Islamieten Bond dengan Napity (Nationale Islamitische
Padvinderij); Pemuda Indonesia dengan INPO (Indonesische Pemuda Sumatera); kaum
teosofi menggerakkan J.I.P.O. (Jong Indonesische Padvinders Organisatie); PBI dengan Surya
Wirawan. Taman Siswa mendirikan Siswa Proyo; ada pula Al-Kasyaf wal Fajri.
B. Rumusan Masalah

1. Kapan Masa Peleburan Kepanduan Hizbul Wathan


2. Dasar dasar Peleburan Kepanduan Hizbul Wathan
3. Masa Kebangkitan Hizbul Wathan
4. Faktor Faktor kebangkitan Hizbul Wathan

C. Tujuan

1. Mengetahui Masa Peleburan Kepanduan Hizbul Wathan


2. Mengetahui Faktor Faktor Peleburan Kepanduan Hizbul Wathan
3. Mengetahui Masa Kebangkitan Hizbul Wathan
4. Mengetahui Faktor Faktor kebangkitan Hizbul Wathan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ketika Jepang masuk, secara organisatoris Hizbul Wathan lebur, sesuai dengan kehendak
Jepang yang membubarkan segenap organisasi yang ada pada waktu itu. Meskipun
demikian, aktivis-aktivis Hizbul Wathan tetap berkiprah dalam organisasi-organisasi
yang didirikan oleh Jepang seperti Keibodan, Seinendan, PETA, Hizbullah, dan
sebagainya.

Dalam organisasi-organisasi tersebut malah para anggota Hizbul Wathan memegang


peranan yang penting.

Setelah Kemerdekaan Indonesia, para pemuda banyak diarahkan untuk memperkuat


persatuan dan kesatuan bangsa. Segala perkumpulan pandu yang ada sebelumnya dilebur dan
disatukan dalam satu wadah kepanduan yaitu Kesatuan Kepanduan Indonesia. Dalam rapat
yang diadakan di Surakarta pada tgl. 27-30 Desember 1945 diputuskan pembentukan Pandu
Rakyat Indonesia yang menyatukan segenap pandu yang ada di Indonesia dalam satu naungan
guna mempererat tali persatuan dan kesatuan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan
yang masih amat muda pada saat itu.

Beberapa tahun kemudian situasi politik mulai berubah dan Pandu Rakyat Indonesia
yang dibentuk pada tahun 1945 dirasakan tidak begitu efektif lagi. Oleh karena itu, pada tahun
1950 Hizbul Wathan mulai diaktifkan lagi. Sejak itu Hizbul Wathan mulai merata kembali
anggota-anggotanya dan organisasinya secara umum di samping mengembangkannya ke
seluruh tanah air di mana Muhammadiyah ada. Kegiatan tersebut berjalan terus sampai
terbitnya Keputusan Presiden no.238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang
mengharapkan agar segenap organisasi kepanduan yang ada di Indonesia meleburkan diri
dalam perkumpulan Pramuka.

Dalam rangka memenuhi seruan tersebut, maka gerakan kepanduan Hizbul Wathan
dalam suratnya tgl. 8 Juni 1961 kepada Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka menyatakan
bersedia meleburkan diri dalam perkumpulan Gerakan Pramuka. Surat tersebut ditandatangani
oleh HM. Mawardi dan H. Amin Luthfi, masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Majlis
Hizbul Wathan Yogyakarta.

Sebagai anak dari organisasi Muhammadiyah, Hizbul Wathan terkait erat dengan cita-
cita Muhammadiyah. Hal ini tercermin dari Keputusan Kongres tahun 1938 yang menyatakan
bahwa sebagai pemuda Muhammadiyah, anak-anak Hizbul Wathan harus membiasakan diri
mengamalkan pekerjaan dalam Muhammadiyah, mereka harus siap menolong dan berjasa
untuk keperluan Muhammadiyah khususnya dan agama Islam umumnya.

- Masa Peleburan Pertama

Pada Akhir September 1945, di balai Mataram Yogyakarta diadakan rembuk pandu-
pandu yang menghasilkan keinginan membangkitkan kembali pandu. Dari HW diwakili
Bapak Mawardi Haiban Hadjid.

Tanggal 27-29 Desember 1945 Kesatuan kepanduan Indonesia dalam kongresnya di Solo
sepakat bergabung dengan nama “Pandu Rakyat Indonesia”

Pengurus Kwartir besarnya: Dr. Mawardi dari kepanduan KBI, Hertog Dari pandu KBI,
Abdul Ghonie dari Hizbul Wathan, Djoemadi dari Hizbul Wathan dan lain-lain.

Pada Bulan Desember 1948 saat terjadinya clash II/PK II kegiatan kepanduan terhenti. Di
daerah yang diduduki belanda Pandu Rakyat Indonesia dilarang mengadakan kegiatan,
namun di daerah pendudukan yang tidak diduduki Belanda masih bertahan.

- Masa Peleburan Kedua

Dengan munculnya Keppres no. 238 tahun 1961 tentang lahirnya Gerakan Kepanduan
Pramuka, semua organisasi kepanduan harus meleburkan diri kedalam Gerakan
Kepanduan Pramuka termasuk HW.
B. Dasar-dasar peleburan:
a. Pidato PJM Presiden kepada para Pemimpin Pandu tanggal 9 maret 1961 di Istana
Merdeka.
b. Surat dari PERKINDO NO. 071/DK/III/61. tentang tindak lanjut amanat PJB
Presiden tanggal 9 Maret 1961.
c. Maklumat keputusan PP Muhammadiyah Majlis HW No. 302/IV-A/61 hal
perintah peleburan organisasi kepanduan.
d. Pengunguman PP Muhammadiyah Majlis HW no.10/HM/61 tanggal 1 April 1961
hal aktivitas HW.
e. Keputusan Presiden RI no.121 tahun 1961 tanggal 11 April tentang Panitia
Pembentukan Gerakan Pramuka.
f. Surat dari penguasa perang tertinggi no. 0605/Peperti/1961 tanggal 11 April 1961
hal aktivitas kepanduan.
g. Kepres RI no. 238 tahun 1961 tertanggal 20 mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
h. Surat dari Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka no. 8/PPGP tanggal 27 Mei
1961 hal pernyataan bersedia meleburkan diri.
i. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961 berisi pernyataan bersedia meleburkan
diri.

C. KEBANGKITAN KEMBALI HW SEBAGAI ORTOM MUHAMMADIYAH

Semenjak dikumandangkannya dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang membubarkan


konstituante dan menetapkan kembali ke UUD 1945, Bung Karno berhasil mengambil jalan
pintas membabat habis dan mematikan “rasionalitas”, menggantinya dengan menancapkan
tonggak-tonggak sejarah “irasionalitas” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kelompok-kelompok rasional dikejar-kejar, ditangkap, disekap dan dipenjarakan tanpa proses
hukum (peradilan).

Hanya dalam kurun waktu lima tahun (1959-1965) berjalan dia bisa memperoleh dan
memenuhi segala keinginan dan hasrat nafsu pribadinya melalui cara-cara yang irasional.
Dengan berselancar di atas perahu REVOLUSI BELUM SELESAI, dia kibarkan bendera
REVOLUSI TERPIMPIN berlandaskan MANIPOL USDEK. Dia transit sebentar di dermaga
MPRS, menyampaikan pidato yang memekakkan telinga pendengarnya. Dari pidato yang
heboh itu tidak ada yang mampu memberikan tanggapan, tidak ada interupsi apalagi
interpelasi. Lalu berselancar lagi dengan energi baru sebagai presiden, mandataris MPRS dan
menyandangkan blanket baru berlogo PEMIMPIN BESAR REVOLUSI.

Sebagai presiden/mandataris MPRS, Bung Karno yang mengemban amanat penderitaan


rakyat (AMPERA), membutuhkan banyak aksesoris tambahan berupa simbol-simbol
kekuasaan dan gelaran-gelaran guna memperkuat “gezag” juga sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan. Tidak usah repot melalui perdebatan yang alot di MPRS baginya,
memperoleh kedudukan sebagai pemimpin besar revolusi (Indonesia/PBR).

Hanya dengan modal pidato ke pidato yang lainnya, dia bisa mendapatkan kedudukan
sebagai panglima tertinggi (PANGTI), sebagai penguasa perang tertinggi (PEPERTI), sebagai
mandataris MPRS sekaligus pemimpin besar revolusi (PBR).

Tidaklah sulit bagi Bung Karno memeras MANIPOL (Manifestasi Politik) menjadi
USDEK yang dipidatokan pada tanggal 17 Agustus 1959, memeras Pancasila menjadi
“trisila”, diperas lagi menjadi “ekasila” yang sama dengan “gotong royong” sebagai
pengejawantahan “Sosialisme Indonesia”, kemudian memeras IPOLEKSOSBUD (Ideologi,
politik, sosial, dan budaya) menjadi NASAKOM (nasionalis, agama, dan komunisme) diaduk-
aduk dan diperas menjadi satu “nasakom”. Terhadap yang satu terakhir ini
MUHAMMADIYAH tidak ikut alias menolak secara halus dengan memberikan gelar kepada
Bung Karno sebagai NAHKODA AGUNG. Menjelang ke puncak kedigdayaannya pada tahun
1961, menyematkan gelar pada dirinya sebagai PANDU TERTINGGI atau PRAMUKA
TERTINGGI di atas SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO Ke-IX sebagai PANDU
AGUNG.
Masa Kebangkitan Kembali

Pada tanggal 20-22 Januari 1950, kongres pandu Rakyat ke-2 di Yogyakarta mengeluarkan
beberapa keputusan diantaranya yaitu:

a. Menerima konsep baru, memberikan kesempatan golongan untuk menghidupkan kembali


golongan kepanduannya
b. Melangkah menuju pengakuan internasional
c. Menetapkan susunan pengurus besar Kwartir besar putra dan kwartir besar putri.

Sebelum Bapak Jendral Sudirman wafat, beliau berpesan kepada Muhammadiyah, sesuai dengan
keputusan konggres Pandu Rakyat, supaya Pandu HW dibangkitkan kembali.

a. Pada tanggal 29 Januari 1950, diadakan apel kebangkitan di halaman masjid besar/
Masjid Agung Yogyakarta yang dipimpin oleh bapak Haiban Hadjid.
b. Dengan bangkitnya kembali Hizbul Wathan, bangkit pula Pandu Hizbul Islam, Pandu Al-
Wathani, Pandu SIAP, Pandu Islam, Pandu Ansor, Pandu A-Irsyad, agama lain. Barulah
pandu-pandu umum/ yang tidak mengkhususkan agama ikut memisahkan diri dari Pandu
Rakyat.
c. Dalam perkembangan pada tahun 1960 Pandu HW mengadakan suatu kursus Pemimpin d
i Kaliurang Yogyakarta dengan nama Jaya Melati I (semacam kursus kepanduan/unit
leaders course/wood badge course/kursus mahir dasar).

M. Masa Kebangkitan Kedua

Sejak dilebur menjadi gerakan pramuka beberapa anggota HW tidak bersedia ikut meleburkan
diri mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang senafas dengan jiwa mereka seperti pecinta
alam, drumband atau lebih memfokuskan sebagai kader persyarikatan dalam pemuda
muhammadiyah dan lain-lain

Begitu pula dengan pandu nasyiatul aisyiyah lebih banyak membina diri dalam pengajian
membentuk pendidikan non formal bagi anak-anak, serta kegiatan sosial lainnya. Dalam
muktamar muhammadiyah tahun 1980 di surabaya bermunculan para mantan pandu HW dengan
seragamnya sebagai visualisasi adanya kegiatan muhammadiyah dari masa kemasa.
Pada muktamar selanjutnya baik di solo, yogyakarta maupun aceh pandu HW Wreda tak mau
ketinggalan. Pada tahun 1994 mantan pandu HW dan pandu NA mengadakan silaturahmi serta
ta’ziah kepada istri bpk Sumitro di komplek Perumahan Dosen UGM. Pada tahun 1996 diadakan
reuni nasional I di yogyakarta yang didahului reuni se DIY, Reuni Malang. dalam reuni nasional
kemunculan ide untuk membangkitkan kembali kepanduan hizbul wathan.

Sejak saat itu diadakan pertemuan rutin baik sepekan sekali maupun sebulan sekali untuk
mempersiapkan konsep kepanduan yang islami. Dari hasil pertemuan tersebut, pimpinan HW
Wreda menghadap PP Muhammadiyah untuk membangkitkan kembali pada tanggal 18
november 1998 dan disetujui oleh PP Muhammadiyah. Keputusan tanwir muhammadiyah di
semarang 1998 memutuskan kebangkitan kembali pandu HW dan IRM kembali Menjadi IPM.

Berhubungan pada bulan mei 1998 ada peristiwa reformasi yang dampaknya terjadi huru hara,
kerusuhan dan kondisi keamanan tidak memungkinkan maka kebangkitn HW tertunda pada
tanhun berikutnya, 18 November 1999 M/ 10 sya’ban 1420 H. bertepatan dengan 87 tahun
kelahiran Muhammadiyah menurut kalender miladiyah.

Dengan surat keputusan pimpinan Pusat Muhammadiyah no 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999


Kepanduan hizbul Wathan resmi dibangkitkan. Dalam perjalanannya SK tersebut disempurnakan
dengan surat keputusan PP Muhammadiyah no 10/KEP/1.0/B/2003 sebagai pelaksanaan SK PP
No 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 lahirlah surat edaran PP Muhammadiyah no VI/B/I.A/58/2000
tanggal 23 Dzulqa'dah 1420 H/ 28 Februari 2000 M.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan didampingi Bapak
Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik , amanat, tabligh, Fathonah) di solo
melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang sedang latihan baris-berbaris di alun-alun
Mangkunegaran Surakarta beliau menghendaki putera Muhammadiyah didik seperti itu, untuk
mengabdi atau menghamba kepada Allah.

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336 H/1918 M.
Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang.

Pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M. oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali
untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas
dengan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

B. Saran

Dengan adanya Makalah yang singkat ini Penulis berharap mudah-mudahan dapat sedikit
memberikan pengetahuan bagi Pembaca tentang Bagaimana Sejarah dari Kepanduan Hizbul
Wathan yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/

http://nurmarifa8.blogspot.co.id/2014/12/pembelajaran-langsung-direct-instruction.html

https://hizbulwathan.or.id/kebangkitan-hw-dan-sejarah-kepanduan-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai