BUKU
PANDUAN
UNDANG-UNDANG
PANDU HIZBUL WATHAN
1. Hizbul Wathan itu, dapat dipercaya
2. Hizbul Wathan itu, setia dan teguh hati
3. Hizbul Wathan itu, siap menolong dan wajib berjasa
4. Hizbul Wathan itu, suka perdamaian dan persaudaraan
5. Hizbul Wathan itu, sopan santun dan perwira
6. Hizbul Wathan itu, menyayangi semua makhluk
7. Hizbul Wathan itu, melaksanakan perintah tanpa membantah
8. Hizbul Wathan itu, sabar dan pemaaf
9. Hizbul Wathan itu, teliti dan hemat
10.Hizbul Wathan itu, suci dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan
A. Sejarah Singkat Kepanduan HW
Pada suatu hari dipanggillah Somodirjo (mantra guru Soronatan) dan Sjarbini ( (pembantu
guru dari sekolah Muhammadiyah Bausasran, oleh KH Ahmad Dahlan. Sewaktu KH
Ahmad Dahlan bertabligh di Solo beliau melihat segerombalan anak muda berlatih berbaris
di alun-alun dengan berpakaian seragam. Kemudian beliau bertanya pada salah seseorang
ini latihan apa, maka salah satunya menjawab latihan Padvinder Mangkunegaran (JPO)
atau kalau saat ini kita kenal kepanduan. Dari rasa heran itulah KH Ahmad Dahlan berkata
kepada kedua guru tersebut “Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah
juga dididik semacam itu untuk menjalani menghamba Allah (meningkatkan Ibadah).
Sejak saat itu mulai ahad sore di sekitar kauman dilaksanakan kegiatan berbaris yang
mulanya hanya diikuti oleh guru-guru Muhammadiyah. Tetapi lama kelamaan anak-anak
kecil dan pemuda yang melihat jadi ingin ikut berlatih berbaris. Kemudian setelah latihan
berbaris mereka berlatih juga penolong kecelakaan (PPPK) dan tidak lupa pula pengajian
tiap hari Selasa bagi golongan yang sudah tua.
Kemudian pada tahun 1918 gerakan tadi dikumpulkan menjadi satu nama yaitu Padvindery
Muhammadiyah (nama pandu Muhammadiyah sebelum Pandu HW). Dan dibentuklah
kepengurusan yang pertama kali yaitu pengurusnya :
Ketua : H, Muchtar
Wakil Ketua : H Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abd Hamid
Organisasi : : Siradj Dahlan
Komando : Sjarbini
Damiri
Seragam pertama kali yang digunakan untuk baju dril kuning selana dril biru sedangan
setangan leher saat itu warna yang sangat mudah didapatkan adalah warna merah, maka
dibelinya katju warna merah berbintik-bintik (kacu kedelei kecer).
Kemudian untuk mengembangkan pengetahuan para pengurus berencana pergi ke JPO solo
di Mangkunegaran. Dan sesampai di Solo pengurus Padvindery Muhammadiyah disambut
dengan luar biasa, bahkan berbagai macam atraksi kepanduan diperagakan.
Namun pada tahun 6 februari 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya,
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang
sebagai gantinya diganti dengan seinendan.
Pada jaman bergelokanya revolusi, September 1945 di Balai Mataram September 1945
Jogjakarta diadakan rembuk untuk membangkitkan kembali kepanduan di Indonesia.Maka
tanggal 27-29 September Kesatuan Kepanduan Indonesia (nama kepanduan sementara)
mengadakan konggres di Solo dan menghasilkan nama Pandu Rakyat Indonesia. Kemudian
pada tanggal 20-22 Januari 1950 Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Konggres yang
kedua dan memutuskan :
1. Menerima konsep baru
2. Golongan khusus menghidupkan kembali kepanduannya
3. Menuju pengakuan internasional.
Maka pada tanggal 29 Januari 1950 Kepanduan HW dibangkitkan kembali yang kemudian
disusul oleh SIAP, AL Wathoni, Pandu Islam, Pandu Anshor, Hizbul Islam, Al IRSYADM
, Al Wasliyah dll. Kemudian tanggal 9 maret 1961 kepanduan yang tergabung dalam
Perkindo meleburkan diri ke Gerakan Pandu.
Dasar Peleburan
1. Pidato PJM Presiden tanggal 9 Maret 1961
2. Surat PERKINDO no 071/DKN/III/61 tanggal 9 Maret 1961
3. Maklumat PP Muhammadiyah no 302/IV-A/61 perintah peleburan
4. Pengumuman PP Muhammadiyah Majlis HW no 10/HM/61 tanggal 1 April 1961
5. Kep Pres RI no 121 tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan
Gerakan Pandu
6. Surat PEPERTI no 0605/Peperti 1961 tanggal 11 April 1961
7. Surat PPGP no 8 PPGP tanggal 27 Mai 1961
8. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961
Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit kembali
dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama dengan organisasi kepanduan
lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi Pandu, sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan di Indonesia.
Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M.
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan
kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan
dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor
10/Kep/I.O/B/2003
B. Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Kepanduan HW
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berazaskan Islam. Sedangkan maksud dan tujuannya adalah
menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda menjadi manumur muslim yang sebenar-
benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
Metode Pendidikan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak,
remaja dan pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan dan
menantang, dalam rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya dalam upaya menanamkan
aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada peserta didik dilakukan dengan metode
kepanduan.
Ciri khas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan metode
pendidikannya , yaitu:
1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam.
3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu.
5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
6. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang.
7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
9. Tidak terkait dan berorientasi pada partai politik atau golongan tertentu.
Jenjang organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan jenjang organisasi di
Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut Kwartir Pusat
2. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut Kwartir Wilayah
3. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut Kwartir Daerah
4. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut Kwartir Cabang
5. Di tingkat PR Muhammadiyah dan AUM disebut Qabilah
2) Makna Lambang HW
1. Lambang HW adalah lingkaran dengan gambar matahari bersinar utama dua belas
dengan monogram HW ditengahnya. Sinar utama matahari sebanyak dua belas
bermakna bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi
muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan negara.
2. PANCARAN sinar dua belas, bermakna langkah Muhammadiyah sejak 1938 ada
dua belas:
a. Memperdalam masuknya iman
b. Memperluas paham agama
c. Memperbuahkan budi pekerti
d. Menuntun amal intiqad
e. Menggunakan persatuan
f. Menguatkan persatuan
g. Menegakkan keadilan
h. Melakukan kebijaksanaan
i. Mengadakan Majelis Tanwir
j. Mengadakan konferensi bagian
k. Mempermusyawarahkan putusan
l. Mengawaskan gerakan jalan
m. Mempersambungkan gerakan luar
Teknik Kepanduan
1. Organisasi 3. Atribut
2. Qaidah / Peraturan Organisasi 4. Wawasan Kebangsaan
Keterampilan Kepanduan
1. Dasar-dasar Ilmu lapangan 6. Perkemahan
2. Hiking, Pengembaraan, Penjelajahan dll 7. Tali temali
3. Pemetaan, Pengukuran 8. Permainan tali
4. Komunikasi Lapangan / Semboyan 9. Komunikasi SAR
5. Kesehatan / Pertolongan Kecelakaan 10. Komunikasi Elektronika
Keterampilan Penunjang
1. Teknologi tepat guna 7. Kebaharian
2. Teknologi Mutakhir 8. Kebayangkaraan
3. Seni Budaya 9. Pertanian
4. Industri 10. Kehutanan
5. Kewirausahaan 11. Pariwisata
6. Bahasa Asing 12. Dll