Anda di halaman 1dari 9

HIZBUL WATHAN

2023 SMA MUHAMMADIYAH 10 GKB

BUKU
PANDUAN

Sejarah singkat dan


Nilai Kependidikan dalam
Hizbul Wathan
Oleh : Tim HW SMA Muhammadiyah 10 GKB
JANJI PANDU HIZBUL WATHAN
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-
sungguh :
1. Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-undang
dan Tanah Air
2. Menolong siapa saja semampu saya
3. Setia mentaati Undang-undang Pandu Hizbul Wathan

UNDANG-UNDANG
PANDU HIZBUL WATHAN
1. Hizbul Wathan itu, dapat dipercaya
2. Hizbul Wathan itu, setia dan teguh hati
3. Hizbul Wathan itu, siap menolong dan wajib berjasa
4. Hizbul Wathan itu, suka perdamaian dan persaudaraan
5. Hizbul Wathan itu, sopan santun dan perwira
6. Hizbul Wathan itu, menyayangi semua makhluk
7. Hizbul Wathan itu, melaksanakan perintah tanpa membantah
8. Hizbul Wathan itu, sabar dan pemaaf
9. Hizbul Wathan itu, teliti dan hemat
10.Hizbul Wathan itu, suci dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan
A. Sejarah Singkat Kepanduan HW
Pada suatu hari dipanggillah Somodirjo (mantra guru Soronatan) dan Sjarbini ( (pembantu
guru dari sekolah Muhammadiyah Bausasran, oleh KH Ahmad Dahlan. Sewaktu KH
Ahmad Dahlan bertabligh di Solo beliau melihat segerombalan anak muda berlatih berbaris
di alun-alun dengan berpakaian seragam. Kemudian beliau bertanya pada salah seseorang
ini latihan apa, maka salah satunya menjawab latihan Padvinder Mangkunegaran (JPO)
atau kalau saat ini kita kenal kepanduan. Dari rasa heran itulah KH Ahmad Dahlan berkata
kepada kedua guru tersebut “Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah
juga dididik semacam itu untuk menjalani menghamba Allah (meningkatkan Ibadah).
Sejak saat itu mulai ahad sore di sekitar kauman dilaksanakan kegiatan berbaris yang
mulanya hanya diikuti oleh guru-guru Muhammadiyah. Tetapi lama kelamaan anak-anak
kecil dan pemuda yang melihat jadi ingin ikut berlatih berbaris. Kemudian setelah latihan
berbaris mereka berlatih juga penolong kecelakaan (PPPK) dan tidak lupa pula pengajian
tiap hari Selasa bagi golongan yang sudah tua.
Kemudian pada tahun 1918 gerakan tadi dikumpulkan menjadi satu nama yaitu Padvindery
Muhammadiyah (nama pandu Muhammadiyah sebelum Pandu HW). Dan dibentuklah
kepengurusan yang pertama kali yaitu pengurusnya :
Ketua : H, Muchtar
Wakil Ketua : H Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abd Hamid
Organisasi : : Siradj Dahlan
Komando : Sjarbini
Damiri
Seragam pertama kali yang digunakan untuk baju dril kuning selana dril biru sedangan
setangan leher saat itu warna yang sangat mudah didapatkan adalah warna merah, maka
dibelinya katju warna merah berbintik-bintik (kacu kedelei kecer).

Kemudian untuk mengembangkan pengetahuan para pengurus berencana pergi ke JPO solo
di Mangkunegaran. Dan sesampai di Solo pengurus Padvindery Muhammadiyah disambut
dengan luar biasa, bahkan berbagai macam atraksi kepanduan diperagakan.

Setelah pergolakan PD I (1920) semua kepanduan di Indonesia mengalami perubahan


nama, dan tidak lagi menggunakan istilah padvindery maka Padvindery Muhammadiyah
berubah nama Kepanduan Hizbul Wathan atau disingkat HW yang bermakna pembela
tanah air. Pergantian nama ini atas prakarsa Bp. H Hadjid

HW Berkembang begitu pesat dari JoGjakarta merambah ke kota-kota sekelilingi, bahkan


dalam waktu singkat HW menjadi buah bibir masyarakat, karena kedisplinannya, dan
seragamnya yang unik.

Pada tanggal 3 April 1926 diselenggarakan Konperensi Kepanduan di Jogjakarta yang


dipimpin oleg G.J. Ranneft. Tujuannya adalah mempersatukan semuanya kepanduan di
Indonesia dengan konsep NIPV (Nederland Indische Padvindery Vereneging )/Organisasi
Kepanduan Hindia Belanda. Tetapi para tokoh-tokoh pandu menolah, kemudian mereka
membentuk federasi kepanduan yang bernama SIAP.Mengetahui keberadaan SIAP yang
membahayakan pemerintah Hindia Belanda maka belanda melarang menggunakan Istilah
Padvindery. Kemudian pada Konggres SIAP di Banyumas Haji Agus Salim mengusulkan
menggantikan istilah Padvindery dengan istilah Pandu.

Namun pada tahun 6 februari 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya,
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang
sebagai gantinya diganti dengan seinendan.

Pada jaman bergelokanya revolusi, September 1945 di Balai Mataram September 1945
Jogjakarta diadakan rembuk untuk membangkitkan kembali kepanduan di Indonesia.Maka
tanggal 27-29 September Kesatuan Kepanduan Indonesia (nama kepanduan sementara)
mengadakan konggres di Solo dan menghasilkan nama Pandu Rakyat Indonesia. Kemudian
pada tanggal 20-22 Januari 1950 Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Konggres yang
kedua dan memutuskan :
1. Menerima konsep baru
2. Golongan khusus menghidupkan kembali kepanduannya
3. Menuju pengakuan internasional.
Maka pada tanggal 29 Januari 1950 Kepanduan HW dibangkitkan kembali yang kemudian
disusul oleh SIAP, AL Wathoni, Pandu Islam, Pandu Anshor, Hizbul Islam, Al IRSYADM
, Al Wasliyah dll. Kemudian tanggal 9 maret 1961 kepanduan yang tergabung dalam
Perkindo meleburkan diri ke Gerakan Pandu.
Dasar Peleburan
1. Pidato PJM Presiden tanggal 9 Maret 1961
2. Surat PERKINDO no 071/DKN/III/61 tanggal 9 Maret 1961
3. Maklumat PP Muhammadiyah no 302/IV-A/61 perintah peleburan
4. Pengumuman PP Muhammadiyah Majlis HW no 10/HM/61 tanggal 1 April 1961
5. Kep Pres RI no 121 tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan
Gerakan Pandu
6. Surat PEPERTI no 0605/Peperti 1961 tanggal 11 April 1961
7. Surat PPGP no 8 PPGP tanggal 27 Mai 1961
8. Surat dari Majlis HW tanggal 8 Juni 1961

Latar belakang bangkitnya HW


 Muktamar Muh 1980 di Surabaya, 1985 di Solo, 1990 di Jogjakarta, 1995 di Aceh.
 1994, mantan Pandu HW dan NA ta’ziyah kepada Bp Sumitro, tercetus ide Reuni
HW
 1996 terlaksana Reuni Nasional pada bulan Juni merancang kebangkitan HW
 23 Februari 1998 diputuskan kebangkitan HW pada tanggal 18 November 1998
 Karena ada huru-hara, maka mundur satu tahun

Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit kembali
dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden Republik
Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama dengan organisasi kepanduan
lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi Pandu, sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan di Indonesia.

Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M.
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan
kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan
dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor
10/Kep/I.O/B/2003
B. Asas, Maksud dan Tujuan Gerakan Kepanduan HW
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berazaskan Islam. Sedangkan maksud dan tujuannya adalah
menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda menjadi manumur muslim yang sebenar-
benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

Metode Pendidikan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak,
remaja dan pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan dan
menantang, dalam rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya dalam upaya menanamkan
aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada peserta didik dilakukan dengan metode
kepanduan.
Ciri khas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan metode
pendidikannya , yaitu:
1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam.
3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu.
5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
6. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang.
7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
9. Tidak terkait dan berorientasi pada partai politik atau golongan tertentu.

Keanggotaan dan Keorgansisasian


Anggota Kepanduan Hizbul Wathan adalah warga negara Republik Indonesia, beragama
Islam, yang terdiri dari :
1. Anggota Biasa adalah peserta didik putera dan puteri yang dikelompokkan
menjadi:
- Athfal : berumur 6 sampai 10 tahun
- Pengenal : berumur 11 sampai 16 tahun
- Penghela : berumur 17 sampai 20 tahun
- Penuntun : berumur 21 sampai 25 tahun
2. Anggota Pembina adalah mereka yang tugas utamanya memimpin dan atau
melatih peserta didik serta mengelola dan atau memimpin Kwartir atau Qabilah.
Anggota pembina terdiri dari pelatih, Instruktur, Pemimpin Satuan, dan Pimpinan
Kwartir atau Qabilah.
3. Anggota Kehormatan adalah para pecinta Kepanduan Hizbul Wathan, yang
karena usia, kesehatan, atau kesibukan kerja tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan kepanduan. Anggota Kehormatan terdiri dari:
- Pandu Wreda Hizbul Wathan
- Orang yang berjasa dalam pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan.
- Simpatisan Kepanduan Hizbul Wathan.

Jenjang organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan jenjang organisasi di
Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut Kwartir Pusat
2. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut Kwartir Wilayah
3. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut Kwartir Daerah
4. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut Kwartir Cabang
5. Di tingkat PR Muhammadiyah dan AUM disebut Qabilah

C. Lambang dan Simbol Hizbul Wathan (HW)


1) Lambang Hizbul Wathan
Lambang Hizbul Wathan (HW) adalah
matahari bersinar utama dua belas dengan monogram
HW ditengahnya atau inisial dari organisasi HW
yang merupakan ciri khas dari organisasi ini.

2) Makna Lambang HW
1. Lambang HW adalah lingkaran dengan gambar matahari bersinar utama dua belas
dengan monogram HW ditengahnya. Sinar utama matahari sebanyak dua belas
bermakna bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi
muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan negara.
2. PANCARAN sinar dua belas, bermakna langkah Muhammadiyah sejak 1938 ada
dua belas:
a. Memperdalam masuknya iman
b. Memperluas paham agama
c. Memperbuahkan budi pekerti
d. Menuntun amal intiqad
e. Menggunakan persatuan
f. Menguatkan persatuan
g. Menegakkan keadilan
h. Melakukan kebijaksanaan
i. Mengadakan Majelis Tanwir
j. Mengadakan konferensi bagian
k. Mempermusyawarahkan putusan
l. Mengawaskan gerakan jalan
m. Mempersambungkan gerakan luar

3. Simbol Hizbul Wathan (HW)


Simbol HW adalah sekuntum bunga melati
yang dibawahnya terdapat pita yang bertuliskan
fastabiqul khairat dengan lafadz huruf arab yang
bermakna berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan .
simbol HW berciri khas kepanduan.

4. Makna Simbol Hizbul Wathan


Kuncup melati daun mahkota berwarna putih berate suci berjumlah lima
helai berwarna rukun islam; daun kelompak berjumlah enam bermakna rukun iman
; dua lembar daun berarti kalomat syahadat ditopang dengan selembar pita
berbentuk mulut tertawa artinya pandu selalu bahagia.

D. Program Induk Kegiatan HW


1. Islam dan Kemuhammadiyahan
2. Teknik Kepanduan (Scouting Technic)
3. Keterampilan Kepanduan (Scouting Skill)
4. Keterampilan Penunjang / Pendukung
Perluasan PIK
 Islam dan Kemuhammadiyahan
1. Al-Islam :
a. Tauhid c. Muamalah
b. Ibadah d. Akhlak
2. Kemuhammadiyahan
a. Islam Berkemajuan
b. Islam yang murni (Pemurnian)
3. Organisasi Muhammadiyah
a. Majelis c. AUM
b. Ortom

 Teknik Kepanduan
1. Organisasi 3. Atribut
2. Qaidah / Peraturan Organisasi 4. Wawasan Kebangsaan

 Keterampilan Kepanduan
1. Dasar-dasar Ilmu lapangan 6. Perkemahan
2. Hiking, Pengembaraan, Penjelajahan dll 7. Tali temali
3. Pemetaan, Pengukuran 8. Permainan tali
4. Komunikasi Lapangan / Semboyan 9. Komunikasi SAR
5. Kesehatan / Pertolongan Kecelakaan 10. Komunikasi Elektronika

 Keterampilan Penunjang
1. Teknologi tepat guna 7. Kebaharian
2. Teknologi Mutakhir 8. Kebayangkaraan
3. Seni Budaya 9. Pertanian
4. Industri 10. Kehutanan
5. Kewirausahaan 11. Pariwisata
6. Bahasa Asing 12. Dll

Anda mungkin juga menyukai