Makalah ini disusun sebagai tugas individu mata kuliah Hizbul Wathan
Dosen Pengampu : Endang, M.Pd
Oleh :
Didi Fadillah (171223010)
PTIK 7 Karyawan
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
individu mata kuliah Hizbul Wathan dan mengetahui serta memahami
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Identitas HW
HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang
dilakukan oleh HW adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan
membentuk peserta didik berakhlak mulia.
a. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya
mendidik anak, remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan
3. Ciri Khas HW
Ciri khas HW adalah Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode
Kepanduan, yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Pelaksanaannya
disesuaikan kepentingan, kebutuhan, situasi, kondisi masyarakat, serta
kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah.
a. Prinsip Dasar Kepanduan adalah
1) Pengamalan akidah Islamiyah;
2) Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam;
3) Pengamalan kode kehormatan pandu.
b. Metode Kepanduan
1) Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu;
2) Kegiatan dilakukan di alam terbuka;
3) Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan
menantang;
4) Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;
5) Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu
puteri.
Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan
Singkatan HW
Slogan Berlomba Lomba Dalam
Kebaikan
Tanggal 1918
pembentukan
Badan hokum Organisasi otonom dalam
Muhammadiyah
Tujuan Pendidikan anak/pemuda
Kantor pusat Yogyakarta
Wilayah layanan seluruh Indonesia
Jumlah anggota Perorangan
Ketua Umum Muchdi PR
Organ utama Kwartir Pusat
Organisasi induk Persyarikatan Muhammadiyah
Situs web www.hizbulwathan.or.id
4
2.2 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
Untuk landasan dasar Organisasi Kepanduan Hizbul Wathan, disusunlah
Anggaran Dasar, sebagai berikut.
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama dan Waktu
1. Organisasi Kepanduan satu-satunya dalam Muhammadiyah bernama
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, disingkat HW.
2. HW adalah Gerakan Kepanduan sekaligus Gerakan Da‘wah Amar Ma‘ruf
Nahi Munkar, berasas Islam, bersumber pada Al Qur‘an dan As Sunnah.
3. HW didirikan pertama kali di Yogyakarta oleh K.H.A.Dahlan pada tahun
1336 H/1918 M, dan dibangkitkan kembali atas amanat Sidang Tanwir
Muhammadiyah 1998 di Semarang. Dideklarasikan oleh PP
Muhammadiyah melalui Surat Keputusan No. 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999
tanggal 10 Sya‘ban 1420 H/18 Nopember 1999 M dan dipertegas dengan
SK No.10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H/2 Februari 2003 M,
untuk waktu yang tidak terbatas.
Pasal 2
Tempat Kedudukan
1. HW berpusat di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
2. Kantor Pusat HW berada di Yogyakarta dan di ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
3. Kegiatan HW dapat diselenggarakan di mana saja, termasuk yang belum
terdapat Pimpinan Muhammadiyah.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
Pasal 3
Maksud dan Tujuan
1. Mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anak, remaja dan pemuda
melalui pendidikan dan latihan Kepanduan, supaya menjadi orang Islam
yang berarti, bertaqwa kepada Allah, berbudi pekerti luhur, berbadan sehat
dan tangkas, hingga berguna bagi diri sendiri, Persyarikatan dan masyarakat.
2. Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud
masyarakat Kepanduan yang Islami.
5
Pasal 4
Usaha
1. Menyelenggarakan latihan dan pendidikan Kepanduan meliputi bidang
Agama Islam, Teknik Kepanduan, Ketrampilan Kepanduan dan
Ketrampilan Penunjang Kepanduan.
2. Memperdalam dan meresapkan jiwa Islam dalam latihan Kepanduan dan
memajukan amal ibadah sehari-hari.
3. Menanamkan pendidikan kemandirian, kejujuran, keterbukaan dan akhlak
mulia sebagai khittah (cita-cita, langkah, kebijaksanaan dan tugas pokok)
Gerakan.
4. Mengembangkan Kepanduan HW di seluruh wilayah NKRI dan ditempat
lain.
5. Menjalin kerjasama kelembagaan dengan semua pihak yang sejalan dengan
maksud dan tujuan HW, di dalam / luar negeri.
6. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada Persyarikatan,
Tanah Air, dan Bangsa.
7. Menumbuhkan rasa percaya diri, rasa tanggungjawab, sikap dan perilaku
kreatif serta inovatif, disiplin, dan istiqamah.
8. Melakukan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan maksud dan
tujuan HW.
BAB III
Pasal 5
Azas Dan Dasar
1. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasas Islam.
2. Latihan, pelajaran, dan permainan, disesuaikan dengan ilmu jiwa dan
metoda Kepanduan yang sesuai dengan keadaan, kemauan, dan tingkat usia.
3. Pendidikan dan latihan dilaksanakan tidak dengan paksaan dan diusahakan
untuk menumbuhkan kemauan, keinsyafan, kesanggupan diri menuju
perbaikan budi pekerti, dan kesempurnaan amal perbuatan.
4. Permainan dan pelajaran yang dilatihkan, cara permainan dan cerita
disesuaikan dengan jiwa dasar negara dan masyarakat Indonesia.
6
BAB IV
KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI
Pasal 6
Keanggotaan
1. Anggota HW adalah warga negara Indonesia, beragama Islam, dan bersedia
melaksanakan maksud dan tujuan HW.
2. Anggota HW terdiri dari 2 (dua) kelompok, yakni :
a) Kelompok anggota muda, berusia 6-25 tahun.
b) Kelompok anggota dewasa, berusia diatas 25 tahun.
3. Setiap anggota HW mempunyai kewajiban dan hak.
4. Kewajiban dan hak anggota HW diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga,
anggota HW mempunyai hak bersuara, memilih dan dipilih.
5. Peraturan keanggotaan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 7
Susunan Organisasi
H.W. bergerak dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tersusun dalam
tingkatan sebagai berikut:
1. Qabilah adalah kesatuan anggota dalam suatu tempat/kawasan.
2. Kwartir Cabang disingkat KWARCAB adalah kesatuan Qabilah-Qabilah
dalam suatu kecamatan.
3. Kwartir Daerah disingkat KWARDA adalah kesatuan KWARCAB-
KWARCAB dalam suatu kota / kabupaten.
4. Kwartir Wilayah disingkat KWARWIL ialah kesatuan KWARDA-
KWARDA dalam suatu provinsi.
5. Kwartir Pusat disingkat KWARPUS ialah kesatuan KWARWIL-
KWARWIL
Pasal 8
Penetapan Organisasi
1. Penetapan KWARWIL dan KWARDA dengan ketentuan luas
lingkungannya diputuskan oleh KWARPUS.
2. Penetapan KWARCAB dengan ketentuan luas lingkungannya diputuskan
oleh KWARWIL.
3. Penetapan QABILAH dengan ketentuan luas lingkungannya diputuskan
oleh KWARDA.
4. Dalam hal-hal luar biasa KWARPUS dapat mengambil ketetapan lain.
7
BAB V
PIMPINAN
Pasal 9
Kwartir Pusat
1. Kwartir Pusat disingkat KWARPUS adalah pimpinan tertinggi yang
memimpin HW secara keseluruhan.
2. KWARPUS terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas orang anggota,
dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar HW untuk satu masa jabatan dari
calon-calon yang diusulkan oleh Tanwir HW.
3. Ketua Umum, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum KWARPUS
dikenalkan langsung sebelum penutupan Muktamar HW atas kesepakatan
dari tiga belas anggota KWARPUS yang terpilih.
4. Apabila dipandang perlu, KWARPUS dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Tanwir HW.
5. KWARPUS dilantik dan disahkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
6. KWARPUS mewakili HW untuk tindakan di dalam dan di luar pengadilan,
KWARPUS diwakili Ketua Umum atau seorang Ketua bersama seorang
Sekretaris.
Pasal 10
Kwartir Wilayah
1. Kwartir Wilayah disingkat KWARWIL memimpin HW dalam wilayahnya
serta melaksanakan kebijakan KWARPUS.
2. KWARWIL terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas orang, ditetapkan oleh
KWARPUS untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah KWARWIL.
3. Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KWARWIL dikenalkan langsung sebelum
penutupan Musyawarah atas kesepakatan sebelas anggota KWARWIL yang
terpilih.
4. KWARWIL dilantik oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)
setempat dan disahkan dengan Surat Keputusan KWARPUS.
5. KWARWIL dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja
KWARWIL yang kemudian dimintakan ketetapan KWARPUS.
Pasal 11
Kwartir Daerah
1. Kwartir Daerah disingkat KWARDA memimpin HW dalam wilayahnya
serta melaksanakan kebijakan pimpinan di atasnya.
2. KWARDA terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan orang, ditetapkan oleh
KWARWIL untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah KWARDA.
8
3. Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KWARDA dikenalkan langsung sebelum
penutupan Musyawarah atas kesepakatan sembilan anggota KWARDA
yang terpilih.
4. KWARDA dilantik oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan
disahkan dengan Surat Keputusan KWARWIL setempat.
5. KWARDA dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja
KWARDA yang kemudian dimintakan ketetapan KWARWIL.
Pasal 12
Kwartir Cabang
1. Kwartir Cabang disingkat KWARCAB memimpin H.W. dalam wilayahnya
serta melaksanakan kebijakan pimpinan di atasnya.
2. KWARCAB terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang, ditetapkan oleh
KWARDA untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah KWARCAB.
3. Ketua, Sekretaris, dan Bendahara KWARCAB dikenalkan langsung
sebelum penutupan Musyawarah atas kesepakatan tujuh anggota
KWARCAB yang terpilih.
4. KWARCAB dilantik oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan
disahkan dengan Surat Keputusan KWARDA setempat.
5. KWARCAB dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja
KWARCAB yang kemudian dimintakan ketetapan KWARDA.
Pasal 13
Qabilah
1. Qabilah memimpin HW dalam wilayahnya serta melaksanakan kebijakan
pimpinan di atasnya.
2. Qabilah terdiri atas sekurang-kurangnya lima orang, ditetapkan oleh
KWARCAB/KWARDA untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang
dipilih dalam Musyawarah Qabilah.
3. Ketua, dan Staf Qabilah disahkan dengan Surat Keputusan
KWARCAB/KWARDA dan dilantik oleh Pimpinan Ranting
Muhammadiyah (PRM) setempat atau oleh Pimpinan Lembaga bagi
Qabilah yang berbasis di suatu Lembaga.
4. Qabilah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Rapat Kerja
Qabilah yang kemudian dimintakan ketetapan KWARCAB/KWARDA.
Pasal 14
Pemilihan Pimpinan
1. Anggota Pimpinan Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan Qabilah
terdiri atas anggota HW dan Muhammadiyah.
2. Cara pemilihan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
9
Pasal 15
Masa Jabatan
1. Masa jabatan Pimpinan Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang selama 5
(lima) tahun dan Qabilah selama 2 (dua) tahun.
2. Ketua Kwartir Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan Qabilah, masing-
masing dapat dijabat oleh orang yang sama maksimal dua kali masa jabatan
berturut-turut.
3. Dalam hal-hal luar biasa, KWARPUS dapat mengambil ketetapan lain.
Pasal 16
Unsur Pendukung Pimpinan
1) Unsur Pendukung Pimpinan terdiri atas, Lembaga, Badan, Dewan, Panitia,
atau Tim Satuan Kerja.
2) Unsur Pendukung Pimpinan dibentuk melalui Surat Keputusan masing-
masing Kwartir dan Qabilah yang bersangkutan.
3) Unsur Pendukung Pimpinan memiliki wewenang dan tanggungjawab
sebagaimana yang diatur dan ditetapkan dalam Surat Keputusan
pengangkatannya.
BAB VI
PERMUSYAWARATAN
Pasal 17
Muktamar
1. Muktamar ialah permusyawatan tertinggi dalam HW diadakan atas
undangan KWARPUS, yang anggotanya terdiri atas :
a. Anggota KWARPUS,
b. Ketua KWARWIL,
c. Anggota Tanwir Wakil KWARWIL,
d. Ketua KWARDA,
e. Wakil-wakil KWARDA yang dipilih oleh Rapat Kerja KWARDA,
f. Ketua, dan Sekretaris Unsur Pendukung Pimpinan KWARPUS.
2. Muktamar HW diadakan sekali dalam lima tahun.
3. Apabila dipandang perlu oleh KWARPUS, atas keputusan Tanwir, dapat
diadakan Muktamar Luar Biasa.
Pasal 18
Tanwir
1. Tanwir ialah permusyawaratan tertinggi dalam H.W. di bawah Muktamar,
diadakan atas undangan KWARPUS, yang anggotanya terdiri dari:
a. Anggota KWARPUS,
b. Ketua KWARWIL,
10
c. Wakil-wakil KWARWIL,
d. Ketua dan Sekretaris Unsur Pendukung Pimpinan KWARPUS.
2. Tanwir diadakan sekurang-kurangnya tiga kali selama masa jabatan
KWARPUS.
Pasal 19
Musyawarah Kwartir Wilayah
1. Musyawarah Kwartir Wilayah ialah permusyawaratan HW dalam wilayah
Kwarwil, diadakan atas undangan Pimpinan Kwarwil, yang anggotanya
terdiri dari:
a. Anggota KWARWIL,
b. Ketua KWARDA,
c. Anggota KWARDA yang jumlahnya ditetapkan olek KWARWIL,
d. Ketua KWARCAB,
e. Wakil – wakil KWARCAB yang jumlahnya ditetapkan oleh KWARWIL,
f. Ketua, dan Sekretaris Unsur Pendukung Pimpinan KWARWIL,
2. Musyawarah KWARWIL diadakan sekali dalam lima tahun.
Pasal 20
Musywarah Kwartir Daerah
1. Musyawarah Kwartir Daerah ialah permusyawaratan HW dalam wilayah
KWARDA, diadakan atas undangan Pimpinan KWARDA, yang anggotanya
terdiri dari :
a. Anggota KWARDA
b. Ketua KWARCAB,
c. Anggota KWARCAB yang jumlahnya ditetapkan olek KWARDA,
d. Ketua QABILAH,
e. Anggota Qabilah yang jumlahnya ditetapkan oleh KWARDA,
f. Ketua, dan Sekretaris Unsur Pembantu Pimpinan KWARDA,
2. Musyawarah KWARDA diadakan sekali dalam lima tahun.
Pasal 21
Musyawarah Kwartir Cabang
1. Musyawarah Kwartir Cabang ialah permusyawaratan HW dalam
KWARCAB, diadakan atas undangan Pimpinan KWARCAB, yang
anggotanya terdiri dari :
a. Anggota KWARCAB,
b. Ketua, dan Sekretaris Qabilah,
c. Anggota / Staf Qabilah,
d. Ketua dan Sekretaris Unsur Pendukung Pimpinan KWARCAB.
2. Musyawarah KWARCAB diadakah sekali dalam lima tahun.
11
Pasal 22
Musyawarah Qabilah
1. Musyawarah Qobilah ialah permusyawaratan dalam Qobilah, diadakan oleh
Pimpinan Qobilah, yang anggotanya terdiri atas segenap anggota dalam
Qobilah.
2. Musyawarah Qobilah diadakan sekali dalam 2 (dua) tahun.
Pasal 23
Keabsahan Musyawarah
1. Musyawarah tersebut dalam pasal 16 sampai dengan pasal 21 dinyatakan
sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggota yang diundang oleh pimpinan
Kwartir / Qabilah masing-masing.
2. Setiap Musyawarah mengundang Pimpinan setingkat di atasnya.
Pasal 24
Keputusan
Keputusan-keputusan Musyawarah tersebut dalam pasal 16 sampai dengan pasal
21, diambil secara mufakat atau dengan suara terbanyak.
Pasal 25
Rapat Kerja
1. Rapat kerja ialah rapat pimpinan yang diadakan untuk membicarakan segala
sesuatu yang menyangkut jalannya organisasi.
2. Rapat kerja dibedakan dalam dua jenis, yaitu Rapat Kerja Pimpinan dan
Rapat Kerja Unsur Pendukung Pimpinan.
3. Rapat Kerja Pimpinan Kwartir Wilayah, Daerah, Cabang, dan Qabilah
masing-masing diadakan sekurang- kurangnya tiga kali dalam satu periode,
sedangkan Rapat Kerja Unsur Pendukung Pimpinan diadakan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
4. Ketentuan mengenai masing-masing jenis rapat kerja pimpinan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 26
Tanfidz
1. Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir,
Musyawarah, Rapat Pimpinan, atau Rapat Kerja yang dilakukan oleh
Kwartir pada tingkatnya masing-masing.
2. Keputusan Muktamar, Musyawarah, Rapat Pimpinan, atau Rapat Kerja
berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Kwartir atau Qabilah masing-
masing.
12
BAB VII
KEUANGAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27
Keuangan
Keuangan HW diperoleh dari:
1. uang pangkal, iuran anggota dan bantuan yang tidak mengikat,
2. zakat, infaq, shadaqah, wakaf, wasiat dan hibah,
3. badan usaha milik Hizbul Wathan,
4. sumber-sumber lain yang halal.
Pasal 28
Pengawasan
1. Pengawasan meliputi keuangan dan harta kekayaan serta sumber daya insani
dan organisasi HW.
2. Pada setiap tingkat Pimpinan Kwartir dan Qabilah dibentuk satuan
pengawasan yang berkedudukan sebagai unsur pendukung pimpinan.
BAB VIII
LAMBANG, SIMBOL, BENDERA, MARS DAN HIMNE
Pasal 29
Lambang dan Simbol
1. Lambang HW adalah lingkaran matahari bersinar utama dua belas dan di
tengahnya ditulis huruf HW.
2. Simbol HW adalah sekuntum bunga melati dengan pita di bawah yang
bertuliskan : ﻓﺎﺳﺘﺒﻘﻮﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ
Pasal 30
Bendera
Bendera resmi HW berbentuk empat persegi panjang, dengan perbandingan
lebar dan panjangnya dua berbanding tiga, di dalamnya berisi enam garis hijau
dan lima garis kuning, mendatar berselang-seling, di sudut kiri atas terdapat
lambang HW berwarna putih di atas dasar persegi panjang hijau.
Pasal 31
Mars dan Himne
HW mempunyai Mars dan Himne yang menyatakan jati diri dan
perjuangannya dalam bentuk lirik lagu yang bernada dan berirama.
13
BAB IX
KODE KEHORMATAN, JANJI DAN UNDANG-UNDANG PANDU
Pasal 32
Kode Kehormatan
1. Kode Kehormatan berupa janji, semangat, dan akhlak Pandu, baik dalam
kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.
2. Kode Kehormatan Pandu adalah janji Pandu HW dan Undang-Undang
Pandu HW.
Pasal 33
Janji dan Undang-Undang Pandu H.W.
1. Janji Pandu Pengenal dan Penghela:
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-
sungguh:
Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-Undang,
dan Tanah Air;
Dua, siap menolong siapa saja, semampu saya;
Tiga, siap melaksanakan Undang-Undang Pandu Hizbul Wathan.
2. Janji Pandu Athfal:
Didahului dengan membaca Syahadat;
Maka saya berjanji
Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah dan selalu menurut
undang-undang Athfal.
Dua, setiap hari mengerjakan kebajikan.
a. Undang-Undang Pandu Hizbul Wathan:
Satu: Pandu HW dapat dipercaya;
Dua: Pandu HW setiawan;
Tiga: Pandu HW siap menolong, dan wajib berjasa;
Empat: Pandu HW suka perdamaian, dan persaudaraan;
Lima: Pandu HW mengerti adat, sopan santun, dan perwira;
Enam: Pandu HW penyayang kepada semua makhluk;
Tujuh: Pandu HW melaksanakan perintah tanpa membantah;
Delapan: Pandu HW sabar dan pemaaf;
Sembilan: Pandu HW teliti dan hemat;
Sepuluh: Pandu HW suci dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan.
14
BAB X
BAB XI
ANGGARAN DASAR
Pasal 35
Perubahan Anggaran Dasar
1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.
2. Rencana Perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Tanwir dan harus sudah
tercantum dalam acara Muktamar.
3. Perubahan Anggaran Dasar sah apabila diputuskan dengan suara sekurang-
kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota Muktamar yang hadir.
BAB XII
KETENTUAN LAIN DAN PENUTUP
Pasal 36
Pembubaran
1. Pembubaran HW hanya dapat dilakukan dengan Surat Keputusan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
2. Sesudah HW dinyatakan bubar, segala hak miliknya menjadi hak milik
Muhammadiyah.
Pasal 37
Penutup
1. Hal – hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga dan peraturan atau petunjuk yang akan ditetapkan
kemudian.
2. Anggaran Dasar ini sebagai pengganti Anggaran Dasar sebelumnya, telah
disahkan oleh Muktamar Hizbul Wathan ke-2 di Jakarta pada tanggal 11
Shafar 1432 H bertepatan dengan tanggal 15 Januari 2011 M, dan mulai
berlaku sejak ditanfidzkan.
15
2.3 Struktur Organisai Hizbul Wathan
1. Kwartir Pusat–Kwartir Wilayah–Kwartir Daerah–Kwartir Cabang–Qabilah
a. Qabilah
Rumpun Athfal Pasukan Pengenal Kerabat Penghela
Kafilah Penuntun
2. Tugas Dan Tanggungjawab Pimpinan Qabilah
a. Memimpin HW ditingkat Qabilah
b. Menetapkan kebijakan HW berdasarkan kebijakan Kwartir di atasnya,
keputusan Musyawarah Qabilah dan Rapat Pimpinan Qabilah
c. Membuat pedoman kerja, pembagian tugas dan wewenang anggotanya
d. Membina rumpun Athfal, Pasukan Pengenal, Kerabat Penghela, Kafilah
Penuntun
e. Membina hubungan dengan Pimpinan Muhammadiyah, Ortom AUM
setempat
f. Memberi laporan kepada kwartir di atasnya
3. Program Kerja Qabilah
a. Organisasi:
1) Membangun organisasi/manajemen kepanduan islami terdepan
2) Membangun organisasi professional, efektif, efisien, sehat, akuntabel,
tanggungjawab bersama
3) Meningkatkan mutu anggota
4) Membina rumpun athfal, pasukan pengenal, kerabat penghela, dan
kafilah penuntun
5) Membangun dan membina organisasi yang amanah
b. Administrasi, Dana , dan Keuangan
Melengkapi buku – buku administrasi seperti:
1) Buku Induk Anggota
2) Buku Keuangan
3) Buku Agenda Kegiatan
4) Buku Inventaris
5) Buku Ekspedisi Surat
6) Buku Harian
7) Buku Risalah Rapat
8) Buku Kenaikan Tingkat
9) Kartu Pribadi
c. Mewujudkan kemandirian pendanaan, memiliki ruang kerja, iuran
anggota
16
4. Diklat
a. Peserta didik:
1) Mengadakan kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan menantang
yang mampu membekali dengan nilai-nilai yang islami
2) Mengintensifkan pelaksanaan SKT dan SKP
3) menyelenggarakan temu giat peserta didik yang berjenjang seperti
ceria pandu athfal, perkemahan besar pandu pengenal, mahrojan
pandu penghela dan penuntun
4) pemberian tanda penghargaan sepeti TKT, TKP, Bintang Tahunan
5) upacara penerimaan anggota, kenaikan tingkat, pemindahan golongan,
penyerahan kepada masyarakat
b. Anggota Dewasa:
1) mengikuti pelatihan jabatan seperti jaya pertiwi, jaya melati, jaya
matahari
2) pertemuan pelatih athfal, pengenal, penghela dan penuntun
3) Pembinaan dan Akreditasi Pelatih Qabilah
c. Humas, Komunikasi dan Informasi
1) Menjalin kerjasama dengan Muhammadiyah, AUM dan Ortom
2) Menjalin hubungan dengan instansi pemerintah, swasta, orangtua
peserta didik dan masyarakat
3) Mensosialisasikan kepanduan HW dengan kegiatan yang maslahat dan
manfaat
4) Pelatihan tenaga terampil pengguanaan alat-alat komunikasi/informasi
5) Membuat data base keanggotaan
6) Pelatihan muballigh dan kemampuan berkunikasi
17
18
19
2.4 Tata Upacara Hizbul Wathan
1. Upacara
Upacara adalah serangkaian perbuatan yang dilakukan atau diadakan
dalam tata cara tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan yang wajib
dilaksanakan dengan kidmat sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan
tertib, dalam rangka membentuk tradisi, kepribadian, watak dan budi pekerti
yang baik.
Sasaran upacara agar peserta didik mampu:
a. Memiliki rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan Negara
b. Memiliki rasa tanggungjawab dan disiplin pribadi
c. Selalu tertib dalam kehidupan sehari – hari
d. Memiliki jiwa gotong royong dan percaya diri pada orang lain
e. Dapat memimpin dan dipimpin
f. Dapat melaksanakan upacara dengan khidmat dan tertib
g. Meningkatkan keikhlasan serta menjadi pandu HW yang pandai
bersyukur
2. Upacara Athfal
Istilah kuntum adalah sekumpulan dari anggota Athfal. Biasanya dalam satu
regu terdiri dari ± 10 orang. Rumpun adalah sekumpulan dari kuntum –
kuntum Athfal. Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu
HW. Pelatih Qobilah/Sekolah adalah pelatih yang mengelola kegiatan di
Qobilah/Sekolah yang dipanggil dengan sapaan Ramanda/Ibunda. Kepala
Sekolah disebut dalam pandu HW dengan Dewan Pembina. Jenis Upacara
dalam Athfal
a. Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan
b. Upacara Pelantikan Calon Pandu Athfal
c. Upacara Kenaikan Tingkat
d. Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan Lainnya
e. Upacara Pindah Satuan Athfal ke Pengenal
1) Perlengkapan
a) Tiang Bendera
b) Bendera (Bendera Rumpun, boleh ditambah Bendera Merah Putih
dan HW)
2) Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan
a) Pendahuluan
Formasi Upacara adalah Lingkaran
Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis Dalam Pembacaan
Undang-Undang Athfal dan Doa boleh memakai teks.
b) Pembukaan
Tangan Ramanda/Ibunda ditepukkan, kemudian di tolakkan
ke kiri dan ke kanan.
20
Athfal bersembunyi di belakang tiang pohon, semak dan
sebagainya atau tidak ada boleh bergandengan tangan.
c) Inti
Setelah Ramanda/Ibunda berseru, ―Aulaaadiii....
Semua Athfal menjawab : Ya Ramanda/Ibunda... sambil lari
membuat lingkaran dengan bergandengan tangan
Setelah Ramanda/Ibunda memberi isyarat (tanda lingkaran
besar) turun, semua Athfal menurunkan tangan dengan cepat tetapi
tak berbunyi kalau berbunyi diulang Ramanda/Ibunda memegang
tiang bendera rumpun
Athfal merentangkan tangan dengan telapak tangan di
hadapan Ramanda / Ibunda, dada terbuka, kepala agak ke atas,
dagu ke muka. Ini berarti hai Ramanda/Ibunda saya telah datang di
mukamu dan siap sedia.
Ramanda/Ibunda memandang tiang bendera
Semua Athfal berseru ―Ya‖Ramanda/Ibunda, kami selalu tetap
giat‖ wahai Ramanda/Ibunda kami selalu giat bekerja, lalu
berdiri tegak bersiap.
Ramanda/Ibunda mengatakan, ―Giat, giat, giat, giatlah‖.
Giat kesatu sampai ketiga dengan suara perlahan-lahan, dan
keempat dengan suara keras.
Semua Athfal mengatakan, ―Mi Kan Gia, Tap Giat, Giatlah‖
artinya : kita akan selalu tetap giat bekerja. Pada teriakan terakhir
(giaaat), tangan kanan di kepalkan, kaki kiri maju selangkah, pada
akhir kata ―aaaat‖ kaki kanan maju dan memberi salam.
Ramanda/Ibunda mengucapkan Assalamu‘alaikum, Wr, Wb
Athfal menjawab ―Wa‘alaikum salam, Wr.Wb
Ramanda/Ibunda mengucapkan terimakasih atas perhatian dan
kedatangan semua Athfal
Ramanda/Ibunda memanggil salah seorang athfal
Athfal menjawab: ―Ya Ramanda/Ibunda‖ kemudian berlari di
hadapan Ramanda/Ibunda memberi salam kepada
Ramanda/Ibunda dan Ramanda/Ibunda membalas salam.
Ramanda/Ibunda memerintah balik kanan kepada anak itu dan
disuruh membaca undang-undang.
Setelah selesai, athfal menghadap Ramanda/Ibunda dan
member salam kepada Ramanda/Ibunda
Ramanda/Ibunda menyuruh anak itu kembali ke lingkaran.
Ramanda/Ibunda memanggil seorang lagi untuk membaca janji
Athfal, kalau perlu lagi memanggil satu lagi untuk membaca
doa.
21
d) Penutup
Ramanda/Ibunda membubarkan barisan
Ramanda/Ibunda melanjutkan dengan permainan-permainan dan
latihan-latihan di baik di ruangan atau di lapangan. Namun
sebaiknya kegiatan Athfal sebaiknya dilakukan di luar ruangan
(lapangan)
3. Upacara Pengenal
Istilah, regu adalah sekumpulan dari anggota pengenal. Biasanya
dalam satu regu terdiri dari ± 10 orang.
a) Pasukan adalah sekumpulan dari regu-regu.
b) Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu HW.
c) Pemimpin Regu adalah pemimpin dari sekumpulan dari anggota
pengenal (regu).
d) Pemimpin Pasukan adalah pemimpin dari sekumpulan regu – regu.
e) Pemimpin Upacara adalah pemimpin dari sekumpulan pasukan –
pasukan dalam kegiatan upacara.
f) Pemimpin Qobilah/Sekolah adalah pembina yang mengelola kegiatan di
Qobilah/Sekolah
g) Dewan Pembina adalah Kepala Sekolah
1) Jenis Upacara dalam Pengenal
a) Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan
b) Upacara Pelantikan Calon Pengenal
c) Upacara Kenaikan Tingkat
d) Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan
Lainnya
e) Upacara Pindah Satuan Pengenal ke Penghela
2) Perlengkapan Upacara
a) Tiang Bendera
b) Bendera (Bendera Latihan, boleh ditambah Bendera Merah Putih
dan HW)
3) Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan
a) Pendahuluan
Formasi Upacara adalah Angkare
Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis
Dalam Pembacaan Undang-Undang Athfal dan Doa boleh
memakai teks.
b) Pembukaan
Pemimpin Regu memeriksan kerapihan pakaian anggota
Masing-masing pemimpin regu menyiapkan anggotanya di
lapangan upacara membentuk angkare.
22
Pemimpin pasukan menyiapkan di depan pasukan yang
terbentuk, kemudian kembali ke barisan paling kanan pasukan
yang dipimpin.
c) Inti
Pemimpin Upacara memasuki lapangan upacara dengan lari
pandu dan menghadap ke pasukan.
Pemimpin Pasukan paling kanan memimpin penghormatan.
Pemimpin-pemimpin pasukan laporan kepada pemimpin
upacara.
Pemimpin Upacara menjemput pemimpin Qobilah/Sekolah di
tempat transitnya dengan lari pandu dan melaporkan bahwa
upacara siap dilaksanakan dan mohon kepada Pemimpin
Qobilah/Sekolah untuk menempatkan diri. Pemimpin Upacara
mengikuti dibelakang dengan langkah biasa.
Pemimpin Qobilah/Sekolah siap di samping tiang bendera dan
pemimpin upacara di tempatnya menghadap ke Pembina
Qobilah/Sekolah .
Penghormatan kepada pemimpin Qobilah/Sekolah dilanjutkan
oleh laporan.
Penghormatan merah putih (kalau berdiri bendera merah putih)
Menyanyikan Mars HW dipimpin oleh petugas dan dinyanyikan
bersama-sama.
Pembacan UU HW oleh petugas ditirukan peserta upacara.
Amanah Pemimpin Qobilah/Sekolah pasukan di istirahatkan.
Pembacaan Doa oleh Pemimpin Qobilah/Sekolah
Laporan pemimpin upacara kepada Pemimpin Qobilah/Sekolah .
Penghormatan kepada pemimpin Qobilah/Sekolah .
Pemimpin Qobilah/Sekolah meninggalkan lapangan diikuti
pemimpin upacara.
Setelah pemimpin Qobilah/Sekolah sampai di tempat transit
pemimpin upacara kembali ke tengah lapangan.
Pemimpin pasukan menghadap ke pasukan.
Pemimpin Pasukan paling kanan memimpin penghormatan.
Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara.
d) Penutup
Pemimpin pasukan membubarkan pasukannya. (Berada di depan
pasukan masing-masing).
Pemimpin Qobilah/Sekolah melanjutkan dengan permainan-
permainan dan latihan-latihan di baik di ruangan atau di
lapangan. Namun sebaiknya kegiatan pengenal sebaiknya
dilakukan di luar ruangan (lapangan).
23
4. Upacara Penghela
Istilah Kawan/Regu adalah sekumpulan dari anggota pengenal. Biasanya
dalam satu Kawan/Regu terdiri dari ± 10 orang.
a. Ikhwan/Pleton adalah sekumpulan dari Kawan/Regu , biasanya terdiri
dari 4 Kawan/Regu.
b. Qobilah/Sekolah adalah pangkalan kegiatan anggota pandu HW.
c. Ikhwan/Pleton adalah pemimpin dari sekumpulan Kawan/Regu .
d. Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara adalah pemimpin dari
sekumpulan Ikhwan/Pleton dalam kegiatan upacara.
e. Pemimpin Qobilah/Pelatih HW/Pembina Upacara adalah pelatih yang
mengelola kegiatan di Qobilah/Sekolah
f. Dewan Pembina adalah Kepala Sekolah
1) Jenis Upacara dalam Penghela
a) Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan
b) Upacara Pelantikan Calon Penghela
c) Upacara Kenaikan Tingkat
d) Upacara Pemberian Tanda Kecakapan Khusus atau Penghargaan
Lainnya
e) Upacara Pindah Satuan dari Penghela
2) Perlengkapan Upacara
a) Tiang Bendera
b) Bendera (Bendera Latihan, boleh ditambah Bendera Merah Putih
dan HW)
3) Pelaksanaan Upacara Pembukaan dan Penutupan
a) Pendahuluan
Formasi Upacara adalah bershaff
Boleh dilakukan secara protokoler atau otomatis
Dalam Pembacaan Undang-Undang Athfal dan Doa boleh
memakai teks.
Dalam upacara pembukaan dan penutupan latihan penghela,
yang menjadi Pembina Upacara boleh dari Dewan Kerabat
Qobilah/Sekolah.
b) Pembukaan
Masing-masing Ikhwan/Pleton memeriksa kerapian anggotanya
Ikhwan/Pleton menyiapkan pasukan di lapangan dalam bentuk
bershaff
c) Inti
Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara memasuki lapangan
upacara
Penghormatan kepada Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara
dipimpin oleh Pemimpin Ikhwan/Pleton paling kanan
dilanjutkan laporan.
24
Pemimpin Kerabat/Pemimpin menjemput Pemimpin
Qobilah/Pembina Upacara ditempatnya.
Pemimpin Qabilah/ Pembina Upacara memasuki lapangan
upacara
Penghormatan umum kepada pemimpin Qabilah dipimpin
Pemimpin Ikhwan/Pleton
Laporan Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacarakepada
Pemimpin Qabilah
Penghormatan kepada bendera Qabilah dipimpin oleh Pemimpin
Kerabat
Menyenyikan Mars Hizbul Wathan
Pembacaan Undang-undang Pandu Hizbul Wathan
Amanat Pemimpin Qabilah, pasukan diistirahatkan
Pembacaan doa oleh petugas
Laporan Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacarakepada
Pemimpin Qabilah
Penghormatan umum kepada Pemimpin Qabilah dipimpin
Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara
Pemimpin Qabilah/Pembina Upacara meninggalkan lapangan
upacara
Penghormatan kepada Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara
dipimpin Ikhwan/Pleton paling kanan
Pemimpin Kerabat/Pemimpin Upacara meninggalkan lapangan
upacara
d) Penutup
Masing-masing Ikhwan/Pleton membubarkan pasukannya
Dewan Kerabat dan atau Pemimpin Qobilah melanjutkan
dengan latihan penghela.
25
2.5 Kurikulum Hizbul Wathan
26
2. Pandu Pengenal Tingkat Purwa
28
a). Panjang, b). Angkare, c).
Tertutup, d). Terbuka,
e). Perlombaan, f). Gerigi
Roda, g). Lingkaran,
h). Telapak Kuda, i). Barisan
Shaf
30
(kumpulan) bintang, orion
(waluku) dan gubuk penceng
(salip sel)
Memiliki logbook yang berisi
kegiatan : foto peringatan,
20. Kliping 20.
tanda, petuah para pemimpin
saat kegiatan
Mengetahui tanda-tanda
21. Log book 21. deteksi kejadian perkara secara
sederhana
Dapat memimpin barisan satu
22. Penginderaan 22.
peleton
Mengetahui ukuran diri sendiri
: a). Panjang depa, b). Panjang
hasta, c). Panjang lengan, d).
Panjang sepatu, e). Panjang
jari, f). Panjang kaki, g).
23. Berbaris 23.
Panjang satu acung, h). Cara
membuat tongkat pandu, i).
Tinggi badan, j). Berat badan,
h). Panjang langkah waktu
lari/berjalan
31
4. Pandu Pengenal Tingkat Utama
32
penggunaanya
Selain simpul dan ikatan di
tingkat purwa dan madya
12. Semaphore dan Morse 12. disempurnakan dengan ikatan
canggah, menjalin ujung tali,
sosok dan simpul penolong
Dapat menjadi pengisyarat dan
13. Semaphore dan Morse 13. penerima isyarat dengan syarat
satu (1) menit dua puluh huruf.
Dapat melakukan Pertolongan
Pertama Gawat Darurat dalam
14. P3K 14. aliran tubuh manusia, patah
tulang, menghindar dan
mencegah bahaya aliran listrik
15. Peta Topografi 15. Mengerti peta topografi
Dapat membuat peta pita yang
16. Peta Pita 16. disempurnakan dalam peta
wilayahnya
Dapat membuat karya yang
17. Hasta Karya 17.
berguna/bermanfaat
Dapat merencanakan dan
18. Perencanaan 18.
mempersiapkan rapat kecil
Pernah membantu
menjalankan administrasi
19. Administrasi Qobilah 19. keuangan dalam qobilah atau
Muhammadiyah ranting
maupun ortomnya
33
2.6 Materi Hizbul Wathan
1. Sandi
Huruf Sandi adalah huruf rahasia yang hanya di mengerti segolongan
orang saja. ada beberapa macam sandi, setiap orang dapat membuatnya
sendiri, tidak ada sandi yang tidak punya kunci. Terkadang kunci harus di
tulis pada suratnya agar penerima tahu cara membongkarnya.
a. Sandi Morse
Pada tahun 1832, seorang bangsa Amerika bernamaSamuel
Morse menemukan abjad morse.
a. Alat- alat yang dapat digunakan :
1) Peluit
2) Tepukan
3) Lampu
4) Asap
5) Tepukan
6) Dan lain-lain
b. Abjad Morse
A =● — Ano
B =—●●● Bona parte
C = — ● — ● Coba-coba
D =—●● Dominan
E =● Egg
F =●●—● Fatar johnan
G =——● Golongan
H =●●●● Himalaya
I =●● Islam
J = ● — — — Jago loro
K =—●— Komando
L =●—●● Leonarde
M =—— Motor
N =—● Notes
O =——— Omoro
P = ● — — ● Pertolongan
Q = — — ● — Qomokaro
R =●—● Rosahe
S = ●●● Sahara
T =— Tong
U = ●● — Unisco
V = ●●● — Versikaro
W =●—— Winoto
34
X = — ●● — Xoxendero
Y = — ● — — Yosimono
Z = — — ●● Zoroaster
Keterangan: A , I , U , E = ●
O = —
Contoh: superman
●●● / ●● —/ ● — — ● / ●/ ● — ● / — —/ ●— / — ●
b. Sandi Angka
A B C D E F G H I J
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
K L M N O P Q R S T
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
U V W X Y Z
21 22 23 24 25 26
Contoh :
SDN = 19, 4, 14
BABAT = 2, 1, 2, 1, 20
c. Sandi Balik
A B C D E F G H I J K L M
Z Y X W V U T S R Q P O N
Contoh :
HEWAN = SVDZM
d. Sandi Jam
Sandi jam berpatokan pada pukul 08.00 dengan menambah 5 menit
tiap urutan huruf
Contoh: 08.00 = A 08.20 = E
08.05 = B 08.30 = G
08.10 = C 08.25 = F
08.15 = D 08.35 = H
35
e. Sandi A-N
A B C D E F G H I J K L M
N O P Q R S T U V W X Y Z
Contoh: AGAMA = NTNZN
ISLAM = VFYNZ
f. Sandi And
Tambahkanhuruf konsonan sebelum kata AND. dan tambahkanhuruf
vocal setelah AND
Contoh :
JANDA MAND BANDO RANDE = JAMBORE
NANDA SANDI ANDO NANDAL = NASIONAL
g. Sandi Kotak
36
2. Kompas
Kompas adalah alat bantu untuk menentukan arah mata angin. Bagian-
bagian kompas yang penting antara lain :
1. Dial, yaitu permukaan di mana tertera angka dan huruf seperti pada
permukaan jam.
2. Visir, yaitu pembidik sasaran
3. Kaca Pembesar, untuk pembacaan pada angka
4. Jarum penunjuk
5. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45
6. Alat penggantung, dapat juga digunakan sebagai penyangkut ibu jari
untuk menopang kompas pada saat membidik.
37
3. Tali Temali
Tali temali adalah mencampuradukan antara tali, simpul dan ikatan,
begitu juga di Kepanduan tali di gunakan untuk banyak hal diantaranya
seperti (1) mengangkat benda yang berat, (2) mengikat tongkat atau tiang,
(3) menyambungkan tali yang satu dan lainnya, (4) untuk menarik benda
yang berat, dan (5) untuk mengikat benda yang mudah bergerak.
1. Simpul
Semua simpul di buat menurut, kegunaannya. Simpul yang dimuat
dalam buku ini bersifat intrenasional, mudah dibuat, tetapi tahan dalam
segala tekanan dan mudah dilepaskan. Belajarlah membuat simpul
dengan tali yang sedang besarnya dan jangan dengan seutas benang atau
rami. Di bawah ini diterangkan macam-macam simpul, anyaman dan
ikatan.
Ingatlah, bahwa kesalahan simpul kadang-kadang dapat
membahayakan atau mencelakakan kita sendiri.
38
c. Simpul kursi, berfungsi untuk mengangkat atau menurunkan manusia
atau barang.
39
f. Simpul hidup, berfungsi untuk mengikat tiang atau tongkat satu
benda.
40
2) Definis sikap siap sempurna:
a) pandangan lurus ke depan
b) dada di busungkan
c) ke dua tangan menggenggam seperti memeras santan dan di
letakkan di samping jaitan celana
d) tumit merapat
e) ujung membuka selebar 45 derajat
2) Aba-aba peringatan
Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk
dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
a) Lencang kanan - GERAK (bukan lancang kanan)
b) Istirahat di tempat - GERAK (bukan ditempat istirahat)
41
3) Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk
melaksanakan aba-aba pelaksanan yang dipakai ialah:
a) GERAK
b) JALAN
c) MULAI
GERAK: adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan
tanpa meninggalkan tempat dan gerakan-gerakan yang memakai
anggota tubuh lain.
Contoh:
Jalan ditempat -GERAK
Siap -GERAK
Hadap kanan -GERAK
Lencang kanan -GERAK
Catatan:
Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya,
maka aba-aba harus didahului dengan aba-aba peringatan ―MAJU‖
Contoh:
Maju - JALAN
Haluan kanan/kiri - JALAN
Hadap kanan/kiri maju - JALAN
Melintang kanan/kiri maju - JALAN
42
b) Ada aba-aba hadap kanan/kiri maju-JALAN karena dapat pula
diberikan aba-aba: hadap kanan/kiri henti GERAK.
c) Balik kana maju/JALAN, karena dapat pula diberikan aba-aba:
balik kanan henti-GERAK.
Tidak dapat diberikan aba-aba langkah tegap maju JALAN,
aba-aba belok kanan/kiri maju-JALAN terhadap pasukan yang
sedang berjalan dengan langkah biasa, karena tidak dapat diberikan
aba-aba langkah henti-GERAK, belok kanan/kiri-GERAK.
Tentang aba-aba: ―HENTI‖
Pada dasarnya aba-aba peringatan henti digunakan untuk
menghentikan pasukan yang sedang bergerak, namun tidak
selamanya aba-aba peringatan henti ini harus diucapkan
Contoh:
Empat langkah ke depan-JALAN, bukan barisan-jalan.
Setelah selesai pelaksanaan dari maksud aba-aba peringatan,
pasukan wajib berhenti tanpa aba-aba berhenti.
MULAI : adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah
yang harus dikerjakan berturut-turut.
Contoh:
Hitung -MULAI
tiga bersaf kumpul -MULAI
Cara Memberikan Aba-Aba:
Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba harus berdiri
dalam sikap sempurna dan menghadap pasukan, terkecuali
dalam keadaan yang tidak mengijinkan untuk melakukan itu.
Apabila aba-aba itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba,
maka pemberi aba-aba terikat pada tempat yang telah
ditentukan untuknya dan tidak menghadap pasukan.
Contoh: Kepada Pembina Upacara-hormat-GERAK
Pelaksanaanya:
Pada waktu memberikan aba-aba menghadap ke arah yang
diberi hormat sambil melakukan gerakan penghormatan
bersama-sama dengan pasukan.
Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh yang
menerima penghormatan, maka dalam keadaan sikap sedang
memberi hormat si pemberi aba-aba memberikan aba-aba
tegak : GERAK dan kembali ke sikap sempurna.
Pada taraf permulaan aba-aba yang ditunjukan kepada
pasukan yang sedang berjalan/berlari, aba-aba pelaksanaan
gerakannya ditambah 1 (satu) langkah pada waktu berjala,
pada waktu berlari ditambah 3 (tiga) langkah.
43
Pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada
kaki kanan ditambah 2 (dua) langkah untuk berjalan/4
(empat) langkah untuk berlari.
Aba-aba diucapkan dengan suara nyaring-tegas dan
bersemangat.
Aba-aba petunjuk dan peringatan pada waktu pengucapan
hendaknya diberi antara.
Aba-aba pelaksanaan pada waktu pengucapan hendaknya
dihentakkan.
Antara aba-aba peringatan dan pelaksanaan hendaknya
diperpanjang disesuaikan dengan besar kecilnya pasukan.
Bila pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan maka
dilakukan perintah ULANG!
Contoh: Lencang kanan= Ulangi-siap GERAK
c. P2HW
Pertolongan pertama dasar pada korban yang dengan cepat dan
tepat sesuai prosedur dasar dalam kesehatan sebelum korban dibawa ke
rumah sakit atau tempat rujukan yang l ain. Prinsip P2HW:
1) Jangan panik
2) Stop pendarahan
3) Hentikan penyebab shock
4) Jangan melakukan sesuatu yang mengancam jiwa
5) Panggil secara bantuan
6) Segera kirim ke rumah sakit
Tujuan P2HW:
1) Menyelamatkan jiwa
2) Menunjang upaya penyembuhan
3) Mencegah bertambahnya penderitaan
44
3) LDR:
a) Lihat
b) Dengar
c) Rasakan
e. Stratak
Stratak adalah menstrategikan dan mengkonsepkan (cara mengajar
di lapangan)
1) Kegunaan:
Menstrategikan dan mentaktikkan cara pada saat suatu konsep
cara mengajar konsep lapangan.
2) Konsep meliputi:
a) Konsep lapangan
b) Konsep hukuman
c) Konsep materi pengajaran
d) Konsep kemah
e) Konsep outbond (konsep pelatihan)
45
3) Fungsi dari stratak:
a) Melatih kekompakan
b) Mengasah otak
c) Seberapa besar kemampuan yang dimiliki anak tersebut
46
d. Pengembangan amal usaha dan praksis sosial Muhammadiyah yang
unggul dengan mengintensifkan pendidikan kepanduan Hizbul Wathan
dan memperluas program ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan
gerakan jama‘ah sebagai basis kemandirian dan kekuatan strategis
Muhammadiyah.
e. Pengembangan model gerakan pencerahan Muhammadiyah ke dalam
program Hizbul Wathan berbasis komunitas yang bersifat membebaskan,
memberdayakan dan memajukan bagi kehidupan umat, bangsa dan
kemanusiaan universal.
f. Pengembangan peran strategis Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan negara yang berbasis pada
prinsip kepribadian, kemandirian, keseimbangan, dan kemaslahatan
sesuai misi utama Muhammadiyah.
47
c) Dalam pelaksanaan program ini, peran Qabilah sangat besar. Perlu
dikembangkan pelaksanaan program terpadu dengan melibatkan
Kwarda/Kwarcab, adanya pengawasan dan evaluasi dalam
implementasi dikaitkan dengan program ortom Persyarikatan
Muhammadiyah.
2) Qabilah
a) Membenahi dan memantapkan Qabilah-Qabilah sehingga benar-
benar merupakan wadah pembinaan kepribadian Islam dan pangkal
keanggotaan bagi peserta didik, sesuai dengan ketentuan dalam
Petunjuk Pembentukan Qabilah.
b) Qabilah yang berpangkalan di sekolah Muhammadiyah perlu
dibenahi kembali sehingga keberadaannya lebih otonom, dapat
berkembang menjadi Qabilah lengkap dan berorientasi ke Kwartir
Cabang/Daerah. Pihak Sekolah dan Majlis Dikdasmen membantu
dan memberi kemudahan (sesuai Ketentuan Majlis Dikdasmen PP
Muhammadiyah No.08/2013)
c) Qabilah yang berpangkalan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah
perlu mempedomani ketentuan dalam Petunjuk Pelaksanaan
Qabilah yang masih berlaku.
d) Mengintensifkan koordinasi dan sinkronisasi dengan Majlis
Dikdasmen Muhammadiyah mengenai Qabilah yang berpangkalan
di Sekolah dan di Pesantren, dalam hal pengembangan dan
penegakan aturan terkait masih ditemuinya sekolah/madrasah yang
belum menghidupkan Hizbul Wathan.
48
c) Mendukung Kwartir Pusat untuk mencetak ulang buku-buku
Kepanduan HW terbitan tahun 1950-1960 setelah terlebih dahulu
diteliti dan disesuaikan dengan perkembangan mutakhir.
Kebutuhan akan buku-buku yang perlu disediakan adalah:
1. Pegangan (Handbook) HW bagi petugas lapangan dengan
berbagai contoh nyata.
2. Buku penuntun bagi anggota didik.
3. Buku saku sejenis pedoman ringkas untuk anggota didik.
4. Buku-buku petunjuk teknik keterampilan kepanduan.
5. Buku panduan (guidebook) bahan acuan bagi para pelaksana
organisasi dan pelaksana kegiatan.
6. Buku bahan bacaan sebagai alat pendidikan terbuka secara
umum.
7. Buku dan bahan-bahan lain dari WOSM, yang sudah
diterjemahkan atau diadaptasikan.
8. Buku aktivitas (karya bakti) anggota didik (amalan yaummiyah)
sebagai dorongan mempercepat tercapainya kurikulum anggota
didik, sesuai dengan golongan.
49
c. Rencana Pengadaan Pelatih pemimpin Hizbul Wathan.
Berdasarkan rencana kebutuhan dibuat Rencana Pengadaan
Pemimpin HW dan Pelatih yang realistis dapat dilaksanakan.
Sasarannnya adalah peningkatan dan pemerataan jumlah pelatih di setiap
kwartir daerah, peningkatan kemampuan menyelenggarakan
pelatihan/kursus bagi lulusan Jaya Matahari, menyertakan para pelatih
untuk menjalani evaluasi dan akreditasi guna menjaga kompetensi,
profesionalitas, dan kepribadian para pelatih.
d. Pelatihan Sesuai Rencana Pengadaan
Proses ini mulai dari merekrut, melatih sampai menghasilkan
pemimpin mahir/ahli yang siap tugas dan pelatih-pelatih pemimpin HW.
e. Pembinaan dan Akreditasi
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, Qabilah Hizbul
Watham harus secara aktif membangun sistem penjaminan mutu internal
untuk membuktikan bahwa sistem kepanduan Hizbul wathan telah
dilaksanakan dengan baik dan benar.
Qabilah Hizbul Wathan di perguruan Muhammadiyah dimotivasi
untuk mampu mengembangan diri sebagai ujung tombak pendidikan
kepanduan Hizbul Wathan dan kekuatan kehidupan Islami
Muhammadiyah secara berkelanjutan.
Sistem akreditasi itu meliputi registrasi dan pemberian mandat
(SHB dan SHL) demi meningkatkan kontrol terhadap keaktifan dan mutu
pemimpin dan pelatih.
53
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada tahun 1918, KH. A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah, dengan
didampingi Bapak Mulyadi Djojomartono sepulang pengajian SATF (Sidik ,
amanat, tabligh, Fathonah) di solo melihat NIPV, JPO dan Taruna Kembang
sedang latihan baris-berbaris di alun-alun Mangkunegaraan Surakarta beliau
menghendaki putera Muhammadiyah didik seprti itu, untuk mengabdi atau
menghamba kepada Allah.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun
1336 H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi
kepanduan lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh
pemerintah penjajahan Jepang.
Pada tanggal 10 Sya‘ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November
1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan
nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.
3.2 Saran
Dengan adamya Makalalah yang singkat ini Penulis berharap mudah-
mudahan dapat sedikit memberikan pengetahuan bagi Pembaca tentang
Bagaimana Sejarah dari Kepanduan Hizbul Wathan yang ada di Indonesia.
54
DAFTAR PUSTAKA
55