Disusun Oleh:
Syarif Mamang
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1 Definisi dan Tujuan dari Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Internasional.......5
2.2 Ragam Pendidikan Agama Diterapkan dalam Praktek Pendidikan Internasional di
Berbagai Negara dan Wilayah........................................................................................................5
2.3 Kebijakan Pemerintah Mempengaruhi Ragam Pendidikan Agama Yang Dilaksanakan Di
Negara-Negara Tertentu.................................................................................................................6
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ragam Pendidikan Agama, Seperti Kebijakan
Pemerintah, Kepercayaan Agama, Budaya Lokal, Dan Kebutuhan Siswa.................................7
2.5 Kepercayaan Agama Dan Budaya Lokal Mempengaruhi Ragam Pendidikan Agama Yang
Diterapkan Di Suatu Wilayah........................................................................................................8
2.6 Sekolah Dan Pendidik Mempertimbangkan Kebutuhan Siswa Dan Masyarakat Di
Sekitarnya Dalam Memilih Pendekatan Pendidikan Agama Yang Tepat..................................8
2.7 Ragam Pendekatan Pendidikan Agama Dalam Praktek Pendidikan Internasional, Dan
Bagaimana Implikasinya Terhadap Pembentukan Nilai Dan Moral Siswa................................9
2.8 Mengevaluasi Efektivitas Dan Implikasi Dari Berbagai Pendekatan Pendidikan Agama
Dalam Membentuk Nilai Dan Moral Siswa Di Lingkungan Internasional...............................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1
akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan (Virtues) yang
terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang beragama Islam, mereka senantiasa menjadikan
Al Qur’an sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap dan bertindak (Anas,
2020).
Namun, dalam praktek pendidikan internasional, ragam pendidikan agama dapat
bervariasi tergantung pada negara atau wilayah tempat pendidikan tersebut dilaksanakan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ragam pendidikan agama dalam praktek
pendidikan internasional, di antaranya adalah: (Rud, 2019)
1. Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan agama dapat
mempengaruhi ragam pendidikan agama yang dilaksanakan di sebuah negara.
Beberapa negara memiliki kebijakan yang memandatkan pengajaran agama di
sekolah, sementara yang lain tidak.
2. Kepercayaan agama: Kepercayaan agama yang dominan di suatu wilayah dapat
mempengaruhi ragam pendidikan agama yang diterapkan di sekolah. Misalnya, di
negara-negara mayoritas Muslim, pendidikan agama Islam akan menjadi bagian
penting dari kurikulum pendidikan.
3. Budaya lokal: Budaya lokal dapat mempengaruhi cara pendidikan agama
dilaksanakan di suatu wilayah. Misalnya, di beberapa negara Asia, pendidikan agama
dapat diintegrasikan dengan seni tradisional atau keterampilan praktis.
4. Kebutuhan siswa: Kebutuhan siswa juga mempengaruhi ragam pendidikan agama
yang diterapkan di sekolah. Misalnya, sekolah yang melayani siswa dari berbagai
kepercayaan agama mungkin memilih untuk menyediakan pengajaran agama yang
tidak mengacu pada satu agama tertentu.
Dalam prakteknya, ragam pendidikan agama dalam praktek pendidikan
internasional dapat bervariasi dari pengajaran agama yang sangat konservatif hingga
pendekatan yang lebih inklusif dan pluralistis. Penting bagi sekolah dan pendidik untuk
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ragam pendidikan agama dalam
lingkungan mereka dan memilih pendekatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan siswa
dan masyarakat di sekitarnya (Saada, 2020)
1. Apa definisi dan tujuan dari pendidikan agama dalam sistem pendidikan
internasional?
2
2. Bagaimana ragam pendidikan agama diterapkan dalam praktek pendidikan
internasional di berbagai negara dan wilayah?
3. Bagaimana kebijakan pemerintah mempengaruhi ragam pendidikan agama yang
dilaksanakan di negara-negara tertentu?
4. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi ragam pendidikan agama, seperti
kebijakan pemerintah, kepercayaan agama, budaya lokal, dan kebutuhan siswa?
5. Bagaimana kepercayaan agama dan budaya lokal mempengaruhi ragam pendidikan
agama yang diterapkan di suatu wilayah?
6. Bagaimana sekolah dan pendidik mempertimbangkan kebutuhan siswa dan
masyarakat di sekitarnya dalam memilih pendekatan pendidikan agama yang tepat?
7. Apa saja ragam pendekatan pendidikan agama dalam praktek pendidikan
internasional, dan bagaimana implikasinya terhadap pembentukan nilai dan moral
siswa?
8. Bagaimana evaluasi efektivitas dan implikasi dari berbagai pendekatan pendidikan
agama dalam membentuk nilai dan moral siswa di lingkungan internasional?
1.3 Tujuan
3
7. Untuk mengetahui ragam pendekatan pendidikan agama dalam praktek pendidikan
internasional, dan bagaimana implikasinya terhadap pembentukan nilai dan moral
siswa
9. Untuk mengevaluasi efektivitas dan implikasi dari berbagai pendekatan pendidikan
agama dalam membentuk nilai dan moral siswa di lingkungan internasional
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Tujuan dari Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan
Internasional
5
3. Jepang: Pendidikan agama di Jepang tidak diwajibkan dalam kurikulum nasional,
tetapi beberapa sekolah menawarkan program pendidikan agama sebagai program
ekstrakurikuler. Sebagian besar pendidikan agama di Jepang didominasi oleh agama
Buddha dan Shinto.
4. Indonesia: Pendidikan agama di Indonesia diwajibkan dalam kurikulum nasional
untuk semua tingkatan pendidikan, baik di sekolah umum maupun di sekolah agama.
Siswa diajarkan tentang agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia,
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.
5. India: Pendidikan agama di India terkait erat dengan agama Hindu, yang merupakan
mayoritas agama di negara tersebut. Sekolah-sekolah agama Hindu memainkan peran
penting dalam memberikan pendidikan agama, sementara pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum terbatas pada pelajaran tentang agama Hindu.
6. Timur Tengah: Pendidikan agama di negara-negara Timur Tengah, seperti Arab
Saudi, diterapkan secara ketat dengan fokus pada agama Islam. Pelajaran agama Islam
diwajibkan dalam kurikulum nasional, dan siswa diharuskan mengikuti program
pendidikan agama selama beberapa jam setiap minggu.
Dari beberapa contoh di atas, dapat dilihat bahwa ragam pendidikan agama dalam
praktek pendidikan internasional dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi sosial-
budaya dan kebijakan yang ada di masing-masing negara dan wilayah. Meskipun
demikian, tujuan pendidikan agama di setiap negara dan wilayah tetap sama, yaitu untuk
membangun karakter siswa yang memiliki moral dan nilai yang baik berdasarkan ajaran
agama yang dianut.
6
Selain itu, kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi konten dan metode
pembelajaran pendidikan agama. Misalnya, di beberapa negara, pendidikan agama hanya
diajarkan dalam satu agama tertentu, sementara di negara lain, pendidikan agama
mencakup beberapa agama dan diberikan secara komparatif.
Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi pendanaan dan dukungan untuk
pendidikan agama. Di beberapa negara, pemerintah memberikan dana dan dukungan yang
signifikan untuk pendidikan agama, sementara di negara lain, pendidikan agama tidak
mendapatkan dukungan yang cukup.
Dalam hal ini, kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi ragam pendidikan
agama yang dilaksanakan di negara-negara tertentu. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan kebijakan pemerintah dalam merancang program pendidikan agama yang
efektif dan relevan dalam konteks pendidikan internasional.
7
mengajarkan tentang semua agama yang ada, sambil menghindari mengajarkan agama
yang spesifik.
Semua faktor ini dapat mempengaruhi ragam pendidikan agama yang diterapkan
di suatu wilayah dan dapat berdampak pada nilai dan moral siswa. Oleh karena itu,
penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam memilih pendekatan
pendidikan agama yang tepat
2.5 Kepercayaan Agama Dan Budaya Lokal Mempengaruhi Ragam Pendidikan Agama
Yang Diterapkan Di Suatu Wilayah
8
2.6 Sekolah Dan Pendidik Mempertimbangkan Kebutuhan Siswa Dan Masyarakat Di
Sekitarnya Dalam Memilih Pendekatan Pendidikan Agama Yang Tepat
Dalam memilih pendekatan pendidikan agama yang tepat, sekolah dan pendidik
harus mempertimbangkan kebutuhan siswa dan masyarakat di sekitarnya. Beberapa hal
yang harus dipertimbangkan adalah:
1. Kebutuhan Siswa: Siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, seperti kebutuhan
psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Oleh karena itu, sekolah dan pendidik
harus memahami kebutuhan siswa tersebut dan memilih pendekatan pendidikan
agama yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Kebutuhan Masyarakat: Pendidikan agama juga harus mempertimbangkan kebutuhan
masyarakat di sekitarnya, terutama jika masyarakat memiliki nilai-nilai agama dan
budaya yang khas. Misalnya, jika masyarakat memiliki budaya yang sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan, maka pendidikan agama harus
mengajarkan nilai-nilai agama yang berhubungan dengan keluarga.
3. Konteks Sekolah: Konteks sekolah juga mempengaruhi pendekatan pendidikan agama
yang dipilih. Misalnya, jika sekolah adalah sekolah Islam, maka pendekatan
pendidikan agama yang dipilih harus sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.
Sementara jika sekolah adalah sekolah multikultural, maka pendekatan pendidikan
agama harus mengakomodasi keberagaman agama dan budaya yang ada di sekolah.
4. Tujuan Pendidikan: Tujuan pendidikan agama juga harus dipertimbangkan dalam
memilih pendekatan pendidikan agama yang tepat. Misalnya, jika tujuan pendidikan
agama adalah untuk mengembangkan spiritualitas siswa, maka pendekatan yang
dipilih harus lebih fokus pada pengembangan nilai-nilai spiritual.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, masyarakat, konteks sekolah, dan
tujuan pendidikan, maka sekolah dan pendidik dapat memilih pendekatan pendidikan
agama yang tepat untuk memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat di sekitarnya.
9
memiliki pengetahuan yang baik tentang agama, tetapi tidak selalu memahami nilai-
nilai dan praktik spiritual dari agama tersebut.
2. Pendekatan Pengalaman: Pendekatan ini lebih fokus pada pengalaman dan praktik
spiritual yang dilakukan oleh siswa. Implikasinya adalah siswa akan memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang nilai dan praktik spiritual dari agama tersebut.
3. Pendekatan Kritis: Pendekatan ini mendorong siswa untuk mempertanyakan nilai-
nilai dan praktik spiritual dari agama tersebut. Implikasinya adalah siswa akan
memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan mempertanyakan nilai-nilai yang ada
dalam agama tersebut.
4. Pendekatan Multikultural: Pendekatan ini mengakomodasi keberagaman agama dan
budaya yang ada di sekolah. Implikasinya adalah siswa akan memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang keberagaman agama dan budaya yang ada di masyarakat.
Dalam pembentukan nilai dan moral siswa, pendekatan pendidikan agama yang
dipilih dapat mempengaruhi bagaimana siswa memahami nilai dan moral yang ada
dalam agama tersebut. Misalnya, pendekatan didaktik cenderung lebih fokus pada
pengetahuan tentang agama, sementara pendekatan pengalaman lebih fokus pada nilai
dan praktik spiritual. Implikasi dari kedua pendekatan tersebut adalah siswa akan
memiliki pemahaman yang berbeda tentang nilai dan moral dalam agama tersebut.
Pendekatan kritis dapat membantu siswa untuk mempertanyakan nilai-nilai yang
ada dalam agama tersebut, sehingga mereka dapat memahami nilai dan moral yang
sesuai dengan konteks sosial dan budaya yang ada. Sementara pendekatan multikultural
dapat membantu siswa untuk memahami nilai dan moral yang ada dalam berbagai agama
dan budaya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memilih pendekatan
pendidikan agama yang tepat untuk membangun nilai dan moral siswa yang positif dan
relevan dengan konteks sosial dan budaya yang ada.
10
1. Observasi perilaku siswa: Observasi perilaku siswa dapat memberikan gambaran
tentang sejauh mana nilai dan moral yang mereka pelajari di sekolah tercermin dalam
tindakan mereka sehari-hari. Misalnya, apakah siswa mempraktikkan nilai-nilai
seperti toleransi, kejujuran, dan keterbukaan dalam interaksi dengan teman sekelas
dan orang lain.
2. Penilaian akademik: Penilaian akademik dapat memberikan gambaran tentang sejauh
mana siswa memahami dan mampu mengaplikasikan konsep-konsep nilai dan moral
yang dipelajari dalam pelajaran agama. Hal ini dapat dilakukan melalui ujian atau
tugas yang mengevaluasi pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut.
3. Survei dan wawancara: Survei dan wawancara dengan siswa, orangtua, dan staf
pengajar dapat memberikan gambaran tentang bagaimana pendekatan pendidikan
agama memengaruhi nilai dan moral siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan tentang pendapat mereka tentang pendekatan pendidikan
agama yang diterapkan di sekolah.
4. Analisis data: Data yang diperoleh dari evaluasi efektivitas pendekatan pendidikan
agama dapat dianalisis untuk mengidentifikasi pola atau tren dalam pembentukan nilai
dan moral siswa. Dengan demikian, dapat dilakukan evaluasi terhadap implikasi dari
pendekatan pendidikan agama tersebut dalam jangka panjang.
Implikasi dari berbagai pendekatan pendidikan agama dalam membentuk nilai
dan moral siswa dapat berdampak positif atau negatif. Pendekatan yang efektif dapat
membantu siswa memahami nilai-nilai universal dan mengembangkan sikap yang positif,
seperti toleransi, saling menghormati, dan sikap kritis. Namun, pendekatan yang tidak
tepat atau kurang efektif dapat berdampak negatif terhadap pembentukan nilai dan moral
siswa, seperti kurangnya pemahaman atau ketidakpedulian terhadap nilai dan moral yang
diajarkan. Oleh karena itu, evaluasi efektivitas dan implikasi dari pendekatan pendidikan
agama perlu dilakukan secara terus-menerus untuk memastikan bahwa pendekatan yang
digunakan benar-benar efektif dalam membentuk nilai dan moral siswa.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Anas salahudin dan Irwanto Alkrienciehie. 2020. Pendidikan Kartakter (Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa). Bandung: Pustaka Setia. Hal 45
Azlan, C. A., Wong, J. H. D., Tan, L. K., MSN, A. D. H., Ung, N. M., Pallath, V., . . . Ng, K.
H. (2020). Teaching and learning of postgraduate medical physics using Internet-
based e-learning during the COVID-19 pandemic -A case study from Malaysia.
Phys Med, 80, 10-16
Bao, W. (2020). COVID-19 and online teaching in higher education: A case study of Peking
University. Hum Behav Emerg Technol, 2(2), 113-115
Cousineau, D. (2020). How many decimals? Rounding descriptive and inferential statistics
based on measurement precision. Journal of Mathematical Psychology,
97.
Dogra, S. A., Rai, K., Barber, S., McEachan, R. R., Adab, P., Sheard, L., & Childhood
Obesity Prevention in Islamic Religious Settings Programme
Management, G. (2021). Delivering a childhood obesity prevention
intervention using Islamic religious settings in the UK: What is most
important to the stakeholders? Prev Med Rep, 22, 101387
Rudd, K. E., Puttkammer, N., Antilla, J., Richards, J., Heffron, M., Tolentino, H., . . . Santas,
X. M. (2019). Building workforce capacity for effective use of health
information systems: Evaluation of a blended eLearning course in
Namibia and Tanzania. International Journal of Medical Informatics, 131
Wang, W., & Ma, W. (2021). Construction of a Meaning Effectiveness Model: A new
interpretation of meaning in life. New Ideas in Psychology, 63.
14