Anda di halaman 1dari 16

LANDASAN PENDIDIKAN

pendidikan berdasarkan lingkupnya,


pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan pendekatan sistem,
pendidikan sebagai seni.
DOSEN: Meriza faradilla, M.pd

Disusun oleh:
Fifta maulisyah(22108140)
Quratul thahirah(22108129)
Sri Rahayu Hariani Br Tumangger(22108160)
Zatil Yumna(221081445)
elvizar widodo(22108138)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadiran ilahi Robbi, dengan limpahan rahmat,
taufiq, hidayah dan inayah-Nya kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “pendidikan
berdasarkan lingkupnya,pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dapendekatan
system,pendidikan sebagai seni” ini dimaksud untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang psikologi belajar.Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada
ibu : Meriza faradilla, M.pd selaku dosen mata kuliah psikologi belajar. Dan atas bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini. Serta tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
sahabat-sahabati yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari meskipun penulisan makalah ini telah kami upayakan seoptimal mungkin tentu
masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pebaca umumnya dan khususnya bagi
penulis serta memperoleh ridho Allah semata. Aamiin.

Darussalam, 10 oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………………………1

BAB II ISI
2.1 pengertian pendidikan berdasarkan lingkupnya……………………………… 2
2.2 pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan pendekatan sistem.
…………………………………….. 3
2.3 pendidikan sebagai seni............................................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 12

B. Saran…………………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
manusia adalah makhluk yang belajar. Maka, untuk sampai pada derajat yang disebut belajar
manusia harus mampu mangadakan atau melakukan perubahan-perubahan. Baik itu penulisan
terhadap individu ataupun secara global. Namun, perubahan-perubahan yang diharapkan adalah
perubahan ke arah yang baik, perubahan yang menjadikan manusia menjadi Makhluk yang
memelihara alam semesta sesuai dengan mandat Allah SWT. Sehingga manusia harus mencari
dan mencapai hakikat belajar sampai sedalam-dalamnya.

Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas tujuannya, relevan isi kurikulumnya,
serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu
kepada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik
perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Selanjutnya, karena pendidikan itu
pada dasarnya adalah upaya memanusiakan manusia (humanisasi), maka para pendidik perlu
memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Tanpa memahami hakikat manusia,
para pendidik tak akan mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk dapat menjadi manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. apa pengertian pendidikan berdasarkan lingkupnya?
2.apa pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan pendekatan sistem.?
3.bagaimana yang dimaksud dengan pendidikan sebagai seni?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan berdasarkan lingkupnya
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan pendekatan
sistem
3. Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan pendidikan sebagai seni

1
BAB II
Pembahasan

2.1. Pengertian pendidikan bedasarkan lingkupnya


Pengertian pendidikan berdasarkan lingkupnya dan berdasarkan pendekatan monodisipliner
berdasarkan lingkupnya, pendidikan dapat diartikan secara luas dan sempit.
1. pendidikan dalam arti luas
Dalam arti luas hidpendidikanpendidikan, dan pendidikan adalah hidup, maksudnya bahwa
pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang
berlangsung se panjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan
individu dalam arti luas pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut: tujuan pendidikan
dengan tujuan hidup individu, tidak ditentukan oleh orang lain.
 Pendidikan berlangsung kapanpun artinya berlangsung sepanjang hayat karena itu
pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang bersifat multidimensi,
baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya ,sesama manusia ,alam, bahkan dengan
diri sendirinya. Dalam hubungan yang bersifat multidimensi itu pendidikan berlangsung
melalui berbagai bentuk kegiatan tindakan dan kejadian baik yang pada awalnya
disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
 Pendidikan berlangsung bagi siapapun setiap individu anak-anak ataupun orang dewasa
,siswa atau mahasiswa atau pun bukan siswa atau mahasiswa di didik atau mendidik diri.
 Pendidikan berlangsung di manapun pendidikan tidak terbatas pada schooling saja
pendidikan berlangsung di dalam keluarga sekolah masyarakat dan di dalam lingkungan
alam di mana individu berada.
 Pendidikan bagi individu tidak terbatas pada pendidik profesional.
2. pendidikan dalam arti sempit
Dalam arti sempit pendidikan dalam prakteknya di identik dengan persekolahan yaitu
pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Dalam arti sempit pendidikan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
 tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik.
Sebagai kita maklumi tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan pendidikan suatu

2
kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan oleh para
siswanya.
 lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi,
mungkin kurang atau sama dengan 6 tahun 9 tahun bahkan lebih dari itu namun
demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam.
 pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan
secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah.
 dalam pengertian sempit pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik
siswa atau mahasiswa dari suatu lembaga pendidikan formal sekolah atau perguruan
tinggi.
 pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang terprogram dan
bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol.
 dalam pengertian sempit pendidikan bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional
atau guru.
3. Pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan monodisipliner
Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda berdasarkan hasil studi terhadap objek
formal masing-masing, setiap disiplin ilmu menghasilkan perbedaan pula mengenai konsep atau
definisi yang identik dengan pendidikan. Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan identik
dengan ekskulturasi. Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan identik dengan penanaman
modal pada diri manusia. Berdasarkan pendekatan politik, pendidikan identik dengan civilisasi.
Berdasarkan pendekatan psikologis, pendidikan identik dengan personalisasi atau individualisasi.
Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan identik dengan adaptasi.

2.2. Pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan pendekatan sistem


A. Pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah
Pendidik karena kedudukannya, adalah seorang pengambil keputusan. Setiap hari pada waktu
melaksanakan proses pendidikan, pendidik dihadapkan pada tugas mngambil keputusan tentang
bagaimana merencanakan pengalaman belajar, mengajar, membimbing mahasiswa,
mengorganisasi sistem sekolah, dan banyak lagi hal – hal yang lain.
a. Sumber-sumber pendidikan Sebuah Pengalaman.

3
Pengalaman adalah sumber pengetahuan yang telah banyak diketahui dan digunakan orang.
Kearifan yang ditemukan dari generasi ke generasi merupakan hasil dari pengalaman, jika kita
tidak mengambil manfaat dari pengalaman itu mungkin kemajuan akan sangat terhambat.
Kemampuan untuk belajar dari pegalaman sering dianggap sebagai ciri utama dari perilaku
cerdas manusia. Meskipun demikian, sebagi sumber kebenaran, pengalaman memiliki
keterbatasan. Hal ini karena tidak ada pengaruh suatu kejadian terhadap seseorang akan
bergantung kepada siapa pun itu. Kelemahan lain dari pengalaman adalah bahwa sering kali
seseorang perlu mengetahui hal – hal yang tidak dapat dipelajari/diketahui lewat pengalamannya
sendiri.
b. Otoritas
Otoritas atau berwenang sering dijadikan orang dalam hal yang sulit atau yang tidak mungkin
diketahui melalui pengalaman pribadi. Artinya, orang menemukan jawaban dari pertanyaan itu
dari orang lain yang telah memiliki pengalaman dalam hal itu, atau yang memiliki sumber
keahlian lainnya. Era yang berwenang adalah kebiasaan dan tradisi, yang kita pedomani untuk
menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan profesi kita maupun untuk memecahkan
masalah sehari – hari.
c. Cara berfikir deduktif
Cara berpikir deduktif dapat dirumuskan sebagai suatu cara berpikir yang berbeda dari
pernyataan yang bersifat umum dengan menggunakan rumusan tertentu. Hal ini dilakukan
melalui pernyataan yang disebut silogisme, yang terdiri atas :
1) Dasar pemikiran utama premis mayor
2) Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3) Kesimpulan
d. Cara berfikir induktif
Kesimpulan yang berasal dari cara berpikir deduktif hanya benar apabila premis yang menjadi
kesimpulan dasar itu benar. Francis Bacon (1561-1626), berpendapat bahwa para pemikir tidak
memikirkan diri sendiri begitu saja dengan menerima premis orang yang memiliki otoritas
sebagai kebenaran mutlak. Bacon menyatakan agar para pencari mengetahui alam secara
langsung dan membersihkan pikiran dari purbasangka dan gagasan-gagasan yang telah terbentuk
sebelumnya, yang disebutnya sebagai “pujaan” (idol).

4
Menurut sistem Bacon, pengamatan dilakukan pada kejadian-kejadian tertentu di dalam kelas.
Kemudian, berdasarkan kejadian-kejadian yang diamati tersebut, ditarik kesimpulan-kesimpulan
tentang seluruh kelas. Pendekatan ini dikenal sebagai cara berpikir induktif.
e. Dekat ilmiyah
Pendekatan ilmiah biasanya digambarkan sebagai proses dimana penyelidikan secaratif
bertolak dari pengamatan mereka menuju hipotesis. Kemudian secara deduktif peneliti bergerak
dari hipotesis untuk menerima hipotesis tersebut. Mereka menarik kesimpulan mengenai akibat
yang akan terjadi apabila hubungan yang diduga itu benar. apabila yang diperoleh secara
deduktif ini sesuai dengan pengetahuan yang sudah diterima dengan data empiris (yang
dikumpulkan). Berdasarkan bukti-bukti ini, maka hipotesis itu dapat diterima atau ditolak.
Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah:
1) Perumusan masalah
Penyelidikan ilmiah bermula dari suatu masalah atau masalah yang memperoleh pemecahan
masalah. Agar dapat dijelaskan secara ilmiah, suatu masalah harus memiliki satu ciri penting:
masalah tersebut harus dapat dijelaskan sedemikian rupa, sehingga dapat dijawab dengan
percobaan dan percobaan di dunia ini. Persoalan-persolan yang menyangkut pilihan atau nilai-
nilai tidak dapat dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
2) Pengajuan hipotesis
Langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis yang merupakan penjelasan sementara
tentang masalah itu. Tahap ini mengharuskan penelitian membaca bacaan yang berkaitan dengan
masalah itu dan berpikir lebih mendalam lagi.
3) Cara berfikir induktif
Melalui proses berpikir deduktif, hipotesis yang diajukan itu, yaitu apa yang akan diamati jika
hipotesis tersebut benar-benar ditetapkan.
4) Pengumpulan analisis data
Hipotesis atau lebih tepatnya yang diperoleh melalui deduksi, diuji dengan jalan
mengumpulkan data yang ada dengan masalah yang dilakukan melalui pengamatan, pengujian
dan eksperimen.
5) Penerimaan atau permintaan hipotesis
Setelah data dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menetapkan apakah penyelidikan
memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak.

5
Contoh pendekatan ilmiah :
Ada dua macam logika yang digunakan disini, yaitu deduktif dan induktif. Kesimpulan induktif
dimulai dengan pengamatan mesin sehingga sampai pada kesimpulan umum. Misalnya, jika
sepeda motor itu melintasi gundukan tanah kemudian mesinnya mogok, melintasi gundukan
tanah kemudian mogok lagi, dan ketika melintasi gundukan tanah kemudian mogok lagi,
sedangkan ketika melintasi jalan panjang yang halus, mesin tidak mengalami kemacetan tetapi
ketika melintasi gundukan tanah yang keempat mesin mogok lagi, maka secara logis dapat
disimpulkan bahwa itu disebabkan oleh gundukan tanah. Itulah kesimpulan : cara berpikir
berdasarkan pengalaman – pengalaman khusus menuju kebenaran umum. Sedangkan deduktif
adalah sebaliknya. Pemecahan masalah yang terlalu rumit bagi orang awam dapat dicapai
melalui serangkaian kesimpulan dan deduktif yang menjelaskan berbagai mesin dan ingatan akan
urutan yang terdapat di dalam buku pedoman. Proses yang benar bagi jalinan ini dirumuskan
sebagai metode ilmiah.
B. Pengertian Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem
Pengertian pendidikan sebagai suatu sistem adalah pendidikan sebagai suatu keseluruhan,
baik teori mengenai sistem hingga sistem pendidikan nasional dan sekolah (Suparlan: 2008).
Menurut Banathy, teori sistem adalah suatu ekspresi yang terorganisir dari rangkaian berbagai
konsep dan prinsip-prinsip yang saling terkait yang berlaku untuk semua sistem. Terdapat dua
kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sebuah sistem yaitu:
1. Prosedur Pendekatan
Pendekatan sistem yang lebih pada suatu prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2. Pendekatan Komponen atau Elemen.
Pendekatan sistem yang lebih pada komponen atau elemen sehingga sistem sebagai sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem memiliki klasifikasi yang dapat membedakan sistem yang satu dengan sistem yang lain,
klasifikasi dari sistem sebagai berikut:

1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik.

6
Sistem abstrak ( abstract system ) adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya
sistem teologi yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem fisik
( physical system ) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem komputer,
sistem sekolah, sistem akuntansi dan sistem transportasi.
2. Sistem Deterministik dan Sistem Probabilisti.
Sistem deterministik ( deterministic system ) adalah suatu sistem yang operasinya dapat
diprediksi secara tepat, misalnya sistem komputer. Sedangkan sistem probabilistik ( sistem
probabilistik ) adalah sistem yang tak dapat diramal dengan pasti karena ketidakpastian,
misalnya sistem arisan dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk menentukan
jumlah sediaan dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sewaktu-waktu tidak dapat ditentukan
dengan pasti.
3. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup ( closed system ) adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi, atau energi
dengan lingkungan, dengan kata lain sistem ini tidak berinteraksi dan tidak terpengaruh oleh
lingkungan, misalnya reaksi dalam tabung yang membahas. Sedangkan sistem terbuka ( open
system ) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan pengaruh lingkungan,
misalnya sistem dagang.
4. Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
Sistem Alamiah ( natural system ) adalah sistem yang terjadi karena alam, misalnya sistem tata
surya. Sedangkan sistem buatan manusia ( human made system ) adalah sistem yang dibuat oleh
manusia, misalnya sistem komputer.
5. Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
Berdasarkan kerumitannya, sistem dibedakan menjadi sistem sederhana (misalnya sepeda)
dan sistem kompleks (misalnya otak manusia).
Konsep dasar sistem secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Komponen-komponen sistem saling berhubungan satu sama lain.
Suatu kesatuan tanpa pemisahan komponennya.
Bersama-sama dalam mencapai tujuan.
Memiliki masukan dan keluaran.
Terdapat proses yang mengubah input menjadi output.
Terdapat aturan

7
Terdapat subsistem yang lebih kecil.
Terdapat deferensiasi antar subsistem.
Terdapat tujuan yang sama meskipun mulainya berbeda.
Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur
dari pembentukan suatu sistem. Berikut ini karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu
sistem dengan sistem yang lain.
Tujuan ( goal ): Setiap sistem memiliki tujuan ( goal ) apakah hanya satu atau mungkin banyak
dan tujuan antara satu sistem dengan sistem lain yang berbeda. inilah yang menjadi pendorong
yang mengarahkan sistem bekerja. Tanpa tujuan yang jelas, sistem menjadi tak terarah dan tak
terkendali.
Komponen (component) : Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang
mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output) . Komponen ini bisa merupakan
subsistem dari sebuah sistem.
Penghubung (antarmuka) : Tempat dimana komponen atau sistem lingkungannya bertemu atau
berinteraksi.
Batasan ( boundary) : Penggambaran dari suatu elemen atau unsur yang termasuk didalam sistem
dan yang diluar sistem.
Lingkungan ( environment) : Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan
asumsi, kendala dan masukan terhadap suatu sistem.
Pendekatan sistem merupakan suatu metode ilmiah, dimana proses pencapaian hasil atau
tujuan logistik dari masalah dilakukan dengan cara efektif dan efisien. Menurut Reigeluth,
pendekatan sistem adalah transaksi dari suatu urutan logistik dari operasi untuk tujuan mengubah
satu atau lebih faktor dalam suatu sistem. Penerapan sistem ini dapat membantu mencapai suatu
efek sinergi dimana tindakan-tindakan berbagai bagian yang berbeda dari sistem tersebut bila
dipersatukan akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan secara terpisah satu demi
satu bagian. Jadi, pendekatan sistem merupakan aplikasi pandangan sistem (system view or
system thinking) dalam memahami sesuatu atau untuk memecahkan suatu masalah secara lebih
efektif dan efisien.
Pendekatan sistem dapat dengan menganalisis kondisi fisik (misalnya: sistem tata surya, rakitan
mesin), dapat dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh
manusia), dan dapat dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala

8
pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial relatif lebih rumit daripada analisis sistem
fisik dan sistem biotis, sistem sosial seperti sistem pendidikan pada umumnya bersifat terbuka,
yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistem (rentan
terhadap pengaruh luar). Sebagai contoh, sistem persekolah yang mudah dipengaruhi oleh
situasi/tren di masyarakat dan kebijakan pemerintah.

2.3 Pendidikan sebagai seni


Pendidikan Sebagai Kegiatan Ilmu dan Seni Masalah pendidikan mikro yang menjadi focus
disini khususnya ialah dasar dan landasan pendidikan serta landasan ilmu pendidikan yaitu
manusia atau sekelompok kecil manusia dalam fenomena pendidikan.
1. Pendidikan dalam Praktek Memerlukan teori Alangkah pentingnya kita berteori dalam praktek
di lapangan pendidikan karena pendidikan dalam praktek harus dipertanggungjawabkan. Tanpa
teori dalam arti seperangkat alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka
tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan,
seketika dan aji mumpung. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan
bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran
yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta
intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia
yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-
nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat
nilai-nilai yang dihayati itu. Kita baru saja menyaksikan pendidikan di Indonesia gagal dalam
praktek berskala makro dan mikro yaitu dalam upaya bersama mendalami, mengamalkan dan
menghayati Pancasila. Lihatlah bagaimana usaha nasional besar-besaran selama 20 tahun (1978-
1998) dalam P-7 (Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) berakhir kita nilai gagal menyatukan bangsa untuk memecahkan masalah nasional
suksesi kepresidenan secara damai tahun 1998, setelah krisis multidimensional melanda dan
memporakporandakan hukum dan perekonomian negara mulai pertengahan tahun 1997, bahkan
sejak 27 Juli 1996 sebelum kampanye Pemilu berdarah tahun 1997. itu adalah contoh pendidikan
dalam skala makro yang dalam teorinya tidak pas dengan Pancasila dalam praktek diluar ruang
penataran. Mungkin penatar dan petatar dalam teorinya ber-Pancasila tetapi didalam praktek,
sebagian besar telah cenderung menerapkan Pancasila Plus atau Pancasila Minus atau kedua-

9
duanya. Itu sebabnya harus kita putuskan bahwa P-7 dan P4 tidak dapat dipertanggungjawabkan,
setidak-tidaknya secara moral dan sosial. Mari kita kembali berprihatin sesuai ucapan Dr.
Gunning yang dikutip Langeveld (1955). “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila,
sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius”. Ini berarti bahwa sebaiknya
pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara
rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori
dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan
merugi. Kita merugi karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbutan masing-
masing dan bersama-sama dalam pengamalan Pancasila. Pancasila yang baik dan memadai,
konsisten antara pengamalan (lahiriah) dan penghayatan (psikologis) dan penataan nilai secara
internal. Dalam hal ini kita bukan menyaksikan kegiatan (praktek) pendidikan tanpa dasar
teorinya tetapi suatu praktek pendidikan nasional tanpa suatu teori yang baik.

2. Landasan Sosial dan Individual Pendidikan Pendidikan sebagai gejala sosial dalm kehidupan
mempunyai landasan individual, sosial dan cultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu
dan kelompok kecil beralngsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat, antara
seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami
dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro
diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat
pembawaanya yang baik dengan lengkap. Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi
yang unik yang bukan duplikat pribadi lain. Tidak ada manusia yang diharap mempunyai
kepribadian yang sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya individu dan
kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat
dengan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan
gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subyek) yang masing-
masing bernilai setara. Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang perorang karena interaksi
antar pribadi (interpersonal) itu merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang
dengan dirinya sebagai orang lain, atau antara saya sebagai orang kesatu (yaitu aku) dan saya
sebagai orang kedua atau ketiga (yaitu daku atau-ku; harap bandingkan dengan pandangan orang
Inggris antara I dan me).

10
Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam
masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan
masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi
regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu
generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak
di bidang pendidikan. Juga pasti kita meminta bahwa pendidikan diperlukan oleh semua
orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari
semua golongan.
2. Pendidikan berlangsung kapanpun artinya berlangsung sepanjang hayat karena itu
pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang bersifat multidimensi, baik
dalam hubungan individu dengan Tuhannya ,sesama manusia ,alam, bahkan dengan diri
sendirinya. Dalam hubungan yang bersifat multidimensi itu pendidikan berlangsung melalui
berbagai bentuk kegiatan tindakan dan kejadian baik yang pada awalnya disengaja untuk
pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
3. Landasan Sosial dan Individual Pendidikan Pendidikan sebagai gejala sosial dalm kehidupan
mempunyai landasan individual, sosial dan cultural.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://specialpengetahuan.blogspot.com/2015/05/pengertian-pendidikan-berdasarkan.html

Purwanto, Ngalim.1958. Ilmu Pendidikan .Bandung:Remadja Karya.


fourseasonnews.blogspot.com/.../ pengertian - pendidikan - secara - umum .html
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/.../LPPOLRI. Pdf

https://pdfcoffee.com/makalah-pendidikan-pendidikan-sebagai-kegiatan-ilmu-dan-seni-
pdf-free.html

13

Anda mungkin juga menyukai