Anda di halaman 1dari 7

BAB 7

LANDASAN SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN

No. Soal Jawaban Skor


1 Tiga jenis wujud kebudayaan Kebudayaan adalah "keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar"
(Koentjaraningrat, 1985). Ada tiga jenis
wujud kebudayaan, ketiga wujud
kebudayaan tersebut adalah:
(1) Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan-
gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan-peraturan, dsb.
(2) Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam
masyarakat.
(3) Wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya manusia.

2 Tujuan kontrol sosial bagi individu Sarwono (2005) konfomitas adalah


yang melakukan penyimpangan perilaku sama dengan orang lain yang
sosial adalah untuk terciptanya didorong oleh keinginan sendiri.
konformitas, artinya. ... Sedangkan menurut Myers (2012) adalah
perubahan perilaku atau kepercayaan
sebagai hasil dari tekanan kelompok yang
nyata atau hanya berdasarkan imajinasi
agar selaras dengan orang lain. Menurut
Baron dan Byrne (2005) konformitas
adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana
individu mengubah sikap dan tingkah
laku mereka agar sesuai dengan norma
sosial yang ada.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa konformitas
artinya, adalah bentuk interaksi yang di
dalamnya baik individu atau kelompok
orang berperilaku atau mengubah sikap
dan perilaku mereka agar sesuai dengan
norma sosial yang ada, atau sesuai
dengan yang diharapkan kelompok atau
masyarakat.

3 Pengertian sosialisasi dan Apabila ditinjau dari sudut masyarakat,


enkulturasi sosialisasi dan enkulturasi merupakan
fungsi masyarakat dalam rangka
mengantarkan setiap individu, khususnya
generasi muda ke dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbudaya. Adapun
jika ditinjau dari sudut individu, dalam
proses sosialisasi dan enkulturasi setiap
individu sesuai dengan statusnya dituntut
untuk belajar tentang berbagai peranan
dalam konteks kebudayaan
masyarakatnya, sehingga mereka mampu
hidup bermasyarakat dan berbudaya.

Menurut Peter L. Berger "sosialisasi


adalah suatu proses dimana anak belajar
menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat"
(Kamanto Sunarto, 1993). Yang
dipelajari individu melalui sosialisasi ini
adalah peranan-peranan. Sedangkan
enkulturasi adalah suatu proses dimana
individu belajar cara berpikir, cara
bertindak, dan merasa yang
mencerminkan kebudayaan
masyarakatnya. Herkovits menyatakan
bahwa sosialisasi menunjukkan proses
pengintegrasian individu ke dalam
sebuah kelompok sosial, sedangkan
enkulturasi adalah proses perolehan
kompetensi budaya untuk hidup sebagai
anggota kelompok (Imran Manan,1989).

4 Pranata pendidikan adalah Pranata pendidikan adalah sistem norma


untuk mengatur proses pendidikan
melalui sosialisasi dan interaksi sosial.
Pranata pendidikan sebagai salah satu
pranata sosial dalam rangka proses
sosialisasi dan/atau enkulturasi untuk
mengantarkan individu ke dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbudaya,
serta untuk menjaga kelangsungan
eksistensi masyarakat dan
kebudayaannya.

5 Empat ciri pendidikan sepanjang Redja Mudyaharjo mengemukakan empat


hayat ciri pendidikan sepanjang hayat, yaitu:
(1) Keterpaduan vertikal
(2) Keterpaduan horizontal
(3) Keterpaduan ekologis
(4) Keragaman serta kelugasan dalam
pendidikan

6 Dua fungsi pendidikan dalam (1) Sebagai peletak dasar pendidikan


keluarga
anak.
(2) Sebagai persiapan ke arah
kehidupan anak dalam
masyarakatnya

7 Karakteristik sekolah sebagai Karakteristik sekolah sebagai lembaga


lembaga pendidikan formal pendidikan formal, yaitu sebagai berikut:
(1) Sekolah mempunyai fungsi atau
tugas khusus dalam bidang
pendidikan.
(2) Sekolah mempunyai tatanan nilai
dan norma yang dinyatakan
secara tersurat tentang peranan-
peranan dan hubungan-hubungan
sosial di dalam sekolah, dan
antara sekolah dengan lembaga
lainnya.
(3) Sekolah mempunyai program
yang terorganisasi dengan ketat.
(4) Kredensials dipandang penting
baik dalam, penerimaan siswa
baru maupun untuk menunjukkan
bukti kelulusan.

8 Fungsi pranata pendidikan (1) Fungsi Konservasi, yaitu


berfungsi untuk
mentransmisikan/mewariskan
atau melestarikan nilai-nilai
budaya masyarakat dan/atau
mempertahankan kelangsungan
eksistensi masyarakat.
(2) Fungsi Inovasi/Kreasi atau
Transformasi, yaitu berfungsi
untuk melakukan perubahan dan
pembaharuan masyarakat beserta
nilai-nilai budayanya.

9 Tiga pola kegiatan sosial (1) Pola Nomothetis


pendidikan Pola nomothetis lebih menekankan pada
dimensi tingkah laku yang bersifat
normatif atau nomothetis, dengan
demikian pendidikan lebih
mengutamakan pada tuntutan-tuntutan
institusi (pranata), peranan yang
seharusnya (ascribed role) dan harapan-
harapan atau cita-cita sosial, dari pada
tuntutan-tuntutan yang bersifat
perorangan, kepribadian dan kebutuhan
individu.
(2) Pola Ideografis
Pola Idiografis lebih mnekankan pada
dimensi tingkah laku yang bersifat
tuntuitan individual, kepribadian dan
persorangan. Pendidikan dibataskan
sebagai urusan membantu seseorang
mengembangkan kepribadiannya
seoptimal mungkin. Pendidikan adalah
personalisasi peranan (personalization of
role).
(3) Pola Transaksional
Pola transaksional berusaha menjadi
penghubung antara pola nomothetis dan
pola idiografis, hal ini berarti
menghubungkan antara tuntutan, harapan
dan peranan sosial dengan tuntutan,
kebutuhan dan individual. Pola
transaksional memandang pendidikan
sebagai sebuah sistem sosial yang
mengandung ciri-ciri bahwa: setiap
individu mengenali tujuan sistem
sehingga tujuan tersebut menjadi bagian
dari kebutuhan dirinya, setiap individu
yakin bahwa harapan-harapan sosial yang
dikenakan pada dirinya masuk akal untuk
dapat dicapainya, dan setiap individu
merasa bahwa dia termasuk dalam sebuah
kelompok dengan suasana emosional
yang sama.

10 Tiga tipe guru berdasarkan pola (1) Guru berasumsi bahwa para
sikapnya menurut David muridnya belum menguasai
Hargreaves kebudayaan, sedangkan
pendidikan diartikan sebagai
enkulturasi (pembudayaan).
(2) Guru berasumsi bahwa para
muridnya mempunyai dorongan
untuk belajar yang harus
menghadapi materi pengajaran
yang baru baginya, cukup berat,
dan kurang menarik.
(3) Guru berasumsi bahwa para
muridnya mempunyai dorongan
untuk belajar, ditambah dengan
harapan bahwa murid harus
mampu menggali sendiri sumber
belajar, dan harus mampu
mengimbangi dan berperan dalam
kehidupan masyarakat yang terus
menerus berubah, bahkan dengan
kecepatan yang semakin
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai