Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” dan Film “Sang Penari”

1. Di novel, Srintil menjadi penari dan diangkat menjadi


ronggeng setelah melalui ritual bukak klambu di usia 11
tahun. Sementara di film, srintil sah menjadi ronggeng di
Dukuh Paruk setelah ia beranjak dewasa (seusia Prisia
Nasution, pemeran Srintil dalam film Sang Penari).
2. Di novel, diceritakan bahwa ada dua ritual yang harus dilalui
Srintil untuk menjadi ronggeng, yaitu upaca di makam Ki
Secamenggala dan bukak kelambu. Akan tetapi yang
ditampilkan di film hanya ritual bukak kelambu. Ritual
uparanya dihilangkan.
3. Di film terjadi penambahan tokoh, yaitu tokoh Surti yang
diperankan oleh Happy Salma. Surti adalah ronggeng
terakhir di Dukuh Paruk. Srintil bisa menari karena meniru
gerakan Surti saar meronggeng. Sementara di novel,
diceritakan bahwa Srintil mendadak bisa menari tanpa diajari
oleh siapapun karena kerasukan indang ronggeng. Bukan
karena meniru gerakan ronggeng terakhir di Dukuh Paruk
sebab ronggeng terakhir sendiri ada saat Srintil masih
berusia 5 bulan.
4. Di film, ada scene di mana semua warga sudah berkumpul
untuk menyaksikan Srintil menari tetapi kecewa karena
malam itu Srintil tidak kunjung berdiri dan mulai menari.
Sedangkan di novel, Srintil digambarkan sebagai seorang
anak kecil yang sangat pandai dan lincah menari. Semua
warga bisa menikmati tarian Srintil sejak pertama kali Srintil
menari di kampung itu.
5. Di novel, dituliskan bahwa Rasus dan kedua temannya
pernah ingin mencabut singkong dari akarnya tetapi tidak
bisa karena tanahnya keras sehingga mereka memutuskan
untuk mengencingi tanah tersebut agar basah dan
singkongnya mudah dicabut. Sementara di film, scene ini
tidak ada. Di film tanah Dukuh Paruk terlihat subur.
6. Di novel diceritakan bahwa Srintil kecil pernah menari di
bawah pohon diiringin musik yang dibuat oleh Rasus dan
kedua temannya. Tetapi di film tidak ada scene ini sebab
Srintil menjadi penari setelah tumbuh dewasa.
7. Di novel dituliskan saat Rasus menyerahkan keris kecil
warisan ayahnya ke Srintil, Srintil sedang tidur sehingga
tidak menyadari kehadirannya. Sedangkan di dalam film,
Rasus membangunkan Srintil dan menyerahkannya lagsung
ke tangannya. Status kepemilikan keris ini juga berubah. Di
novel diceritakan bahwa keris itu adalah milik ayah Rasus.
Sedangkan di film keris itu adalah milik Surti, ronggeng
terakhir di Dukuh Paruk.
8. Di novel ada diceritakan bahwa Rasus pernah berhasil
membunuh dua orang perampok yang hendak menggeledah
rumah Srintil. Sementara di film, adegan ini dihilangkan.
9. Di novel, diceritakan juga setelah ritual bukak klambunya
Srintil, Rasus tinggal dan bekerja di Pasar Dawuan. Di film,
scene ini dihilangkan.
10. Di novel, Srintil juga diceritakan pernah menajdi gawok
(perempuan yang mengajari laki-laki tentang cara menjadi
lelaki). Sementara di film, secene ini dihilangkan.

Anda mungkin juga menyukai